MINGGU JUBILATE TGL. 17 APRIL 2016, EVANGELIUM: MAZMUR 23 : 1 - 6
MAZMUR
23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah
gembalaku, takkan kekurangan aku.
23:2 Ia membaringkan aku di padang
yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun
aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
23:4 Sekalipun
aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
23:5 Engkau
menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku
dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
23:6 Kebajikan
dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam
dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
YAHOWA ADALAH GEMBALAKU DAN MENJADI SUMBER KEBAJIKAN
DAN KEMURAHAN BAGIKU
YAHOWA
DO SIPARMAHAN AU JALA HAROROAN NI NASA BISUK NANG ASINIROHA DI AU
1. Dalam
Perjanjian Lama kata “gembala” (Ibrani: ro‘eh;
Yunani: poimen) digunakan: (1) dalam arti yang sebenarnya,
yakni menamai profesi (status), fungsi dan perbuatan seseorang terhadap ternak
yang harus ditanggungjawabinya; (2) dan juga untuk menamai jabatan (status),
fungsi dan perbuatan seseorang terhadap anggota
kelompoknya; (3) atau menyebutkan jabatan (status), fungsi dan perbuatan TUHAN
terhadap umat-Nya atau terhadap seseorang.
Gembala (dalam arti yang sebenarnya) adalah
seseorang yang dipercayakan untuk menjaga, mengurus, menggembalakan, sekawanan
atau seekor kambing atau domba atau lembu-sapi, atau ternak peliharaan lainnya.
Jadi ada orang yang menjadi gembala kambing, gembala domba, gembala sapi,
gembala kerbau, gembala keledai, bahkan gembala babi, gembala bebek. Menurut
Perjanjian Lama, profesi sebagai “gembala ternak” merupakan lapangan kerja yang
paling pertama bagi manusia, disamping pekerjaan bertani. Kain menjadi petani,
dan Habil menjadi gembala ternak (peternak). Abraham mempunyai puluhan ribu
ternak sehingga dia menggaji ratusan orang menggembalakan ternaknya. Demikian
juga Lot. Yakub terkenal sebagai gembala ternak pamannya, Laban, demi mendapat
isterinya Lea dan Rahel. Saudara-saudara Yusuf bin Yakub bekerja menggembalakan
ternak ayah mereka. Musa terkenal sebagai gembala ternak mertuanya, Jetro,
orang Midian. Betapa pentingnya peternakan untuk menopang hidup umat Israel.
Sehingga sewaktu Yosua membagi-bagikan tanah Kanaan kepada suku-suku marga
Israel, yang paling penting diperhatikan adalah bahwa di daerah yang dibagikan
kepada satu suku-marga harus ada tanah penggembalaan yang cukup. Kepada kaum
Lewi diwajibkan memberikan tanah
penggembalaan di kota mana mereka diaturkan bertempat tinggal. Jadi kaum Lewi
juga “gembala ternak” selain bertugas membantu imam-imam di Bait Allah
menggembalakan umat Israel. Daud terkenal sebagai gembala ternak ayahnya, Isai,
sebelum dia terpanggil bekerja di istana Saul dan menjadi raja.
Seorang gembala ternak yang baik berusaha
bekerja semaksimal mungkin, agar ternak-gembalaannya tidak ada yang hilang,
agar semua kenyang, agar semua dapat minum, agar ternaknya tidak ada yang
sakit, tetapi semua sehat-sehat, dan semua dapat kembali ke kandang dengan
selamat, dan di kandang pun di malam hari selamat. Jadi demi keselamatan
ternaknya, si gembala ternak harus menjadi satpam/jaga malam, penjaga di malam
hari di sekitar ternaknya (di kandang atau di ladang), agar tidak satupun
ternak itu dicuri orang lain atau mendapat
serangan dari binatang buas. Soal hendak dikemanakan ternak yang digembalakan
seorang gembala, setelah gemuk, besar, dan layak digunakan untuk kepentingan
manusia, itu urusan sipemilik ternak. Kalau gembala ternak “memakani” atau
mengexploitasi ternak yang
digembalakannya tanpa aturan (misalnya: tanpa permisi kepada pemilik ternak),
dia termasuk gembala yang tidak baik. Dan risikonya, si gembala bisa dipecat
atau dihukum mati.
2. Seseorang
menjadi gembala untuk sekelompok atau seorang manusia, merupakan profesi (jabatan/status), fungsi dan
pekerjaan yang mulia. Kalau orang itu menjadi gembala bayi, dia dihormati
sebagai pengasuh (orang Batak Toba menyebutnya: parorot). Kalau dia diberi
tanggungjawab sebagai gembala bangsa, dia disebut raja, seperti , Saul. Daud
adalah gembala untuk bangsa Israel (bd. TUHAN telah berfirman kepadamu:
Engkaulah yang harus menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi
raja atas Israel." (bd. II Samuel
5:2b). “Aku akan mengangkat satu
orang gembala atas mereka (=Israel), yang akan menggembalakannya, yaitu Daud,
hamba-Ku; dia akan menggembalakan mereka, dan menjadi gembalanya” (Yehezkiel
34:23). “Maka hamba-Ku Daud akan menjadi rajanya, dan mereka semuanya akan
mempunyai satu gembala” (Yehezkiel 37:24). Daud “menggembalakan mereka dengan
ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya” (Mazmur 78:72). Hakim juga dipilih TUHAN sebagai
gembala umat-Nya (“hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan
umat-Ku” bd. 2 Sam 7:7; I Tawarikh
17:6). Bagi mereka berlaku: “Bibir orang benar menggembalakan banyak
orang” (Amsal 10:21).
3. Kalau
dia menjadi gembala sekelompok umat beragama, dia disebut gembala umat (Ibrani:
ro‘eh ha‘am; bahasa Arab yang
di-indonesiakan: ro‘is ‘am). Biasanya
TUHAN menunjuk seorang nabi-Nya menjadi gembala umat-Nya. Tugasnya: (1)
menyampaikan firman TUHAN yang diterimanya dari TUHAN kepada umat yang
diserahkan kepadanya untuk digembalakannya. (2) mengurus, menasihati dan
menjaga umatnya agar tidak ada pergi menempuh jalan sesat (menyembah allah
asing), dan agar mereka senantiasa hidup sesuai dengan aturan/perintah dan
firman TUHAN. (3) memperjuangkan “masa depan” umat gembalaannya kepada TUHAN yang mereka sembah dan ikuti. (4)
mencari yang hilang, membawa pulang yang sesat, membalut yang luka, menguatkan
yang sakit, melindungi yang gemuk dan yang kurus, menggembalakan ternak itu
sebagaimana seharusnya (bd. Yeh. 34:16). (5) mendampingi raja yang baik
menggembalakan bangsa Israel, tetapi juga menasihati atau melawan raja yang
tidak patuh kepada YAHOWA dalam pemerintahannya.
4. Ada
juga gembala umat Israel yang pandir (bd. Zak.11:15). Gembala pandir tidak mengindahkan hewan
gembalaannya yang lenyap, tidak mencari
yang hilang, tidak menyembuhkan yang luka, tidak memelihara/merawat yang sehat,
melainkan memakan daging dari yang gemuk dan mencabut kuku mereka; meninggalkan
domba-domba gembalaannya (bd. Zak.11:16-17).
Gembala pandir hanya “menikmati susunya,
membuat dari bulu dombanya pakaiannya,
menyembelih yang gemuk, dan tidak menggembalakan domba-domba itu sendiri (bd. Yehezkiel 34:3); Mereka membiarkan umat TUHAN
tercerai-berai di gunung-gunung, seperti domba-domba yang tidak mempunyai
gembala (bd. 1 Raj.22:17; bd.Yesaya
13:14; Yeh. 34:5). Domba-domba/umat TUHAN dibiarkan bukan hanya tercerai
berai, tetapi juga menderita sengsara (bd.
Zak 10:4b). Mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tidak
menggembalakan domba-domba TUHAN (Yeh.
34:8).
Sikap TUHAN kepada gembala pandir: Kalau raja
bangsa Israel menjadi gembala pandir, hukuman kepadanya selalu lebih keras dan
oleh karena kepandirannya, generasi berikutnya dari bangsanya menjadi ikut
dibasmi TUHAN. Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan
gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-domba-Ku dari mereka
dan akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-domba-Ku. Gembala-gembala
itu tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan
domba-domba-Ku dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya”
(Yehezkiel 34:10).
Celakalah gembala-Ku yang pandir... Biarlah
pedang menimpa lengannya dan menimpa mata kanannya! Biarlah lengannya kering
sekering-keringnya, dan mata kanannya menjadi pudar sepudar-pudarnya!"
(bd. Zakharia 11:17).
5. TUHAN
berkenan menjadi gembala umat-Nya, umat Israel. Sebenarnya ini termasuk kepada
kerelaan-Nya menambah urusan-Nya. Kalau DIA tidak pusing dengan umat Israel,
umat yang terkecil di dunia waktu itu, sebenarnya tidak apa-apa bagi TUHAN. Itu
tampak dari sikap-Nya yang bisa mengasihi umat Israel, dan juga bisa menghukum
bahkan menghancurkan Israel. Mengapa TUHAN rela menjadi gembala umat Israel?
Karena DIA termakan oleh janji-Nya sendiri, bahwa DIA memilih Israel dari
antara bangsa-bangsa menjadi umat-Nya, dan akan mengasihi mereka. Tetapi kalau
Israel tidak rela dikasihi TUHAN mereka, dan mereka membelakangi TUHAN, dan
mereka tidak menghargai kerelaan TUHAN menjadi gembala mereka, maka murka TUHAN
menyala-nyala, karena DIA adalah TUHAN yang cemburu, parrimas. Alkitab
menyaksikan bagaimana TUHAN menjadi gembala umat Israel. TUHAN ALLAH berfirman
kepada Israel: Kamu adalah domba-domba-Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku adalah
Allahmu” (bd. Yehezkiel 34:31). Sebagai
gayung bersambut, Israel mengaku bahwa TUHAN
itu gembala Israel (bd. Mazmur 80:2),dan
yakin bahwa DIA mau mendengarkan kawanan domba-Nya yang meminta kepada-Nya. “Sebab
Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan
tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!” (Mazmur 95:7; bd. Mzm.100:3). Mereka katakan: “Kami ini, umat-Mu, dan
kawanan domba gembalaan-Mu, akan bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, dan
akan memberitakan puji-pujian untuk-Mu turun-temurun” (Mazmur 79:13).
Apabila Israel tulus
mengikut TUHAN dan merasa bahwa TUHAN kurang peduli kepada mereka, maka mereka
memohon TUHAN (YAHOWA) menggembalakan mereka. “Gembalakanlah umat-Mu dengan
tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di
tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di
Gilead seperti pada zaman dahulu kala” (Mikha 7:14). Selamatkanlah kiranya umat-Mu dan berkatilah
milik-Mu sendiri, gembalakanlah mereka dan dukunglah mereka untuk
selama-lamanya” (Mazmur 28:9).
6. Selaku
TUHAN yang rela memilih Israel, TUHAN menggembalakan umat Israel. “Aku sendiri
akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring,
demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel
34:15). “Di padang rumput yang
baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di
situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik
mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas
gunung-gunung Israel” (Yehezkiel 34:14).
TUHAN berfirman: “Yang
hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut,
yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku
akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya” (Yehezkiel 34:16). Seperti seorang gembala mencari
dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku
akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala
tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan” (Yehezkiel
34:12). “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh
karena domba-domba-Ku menjadi mangsa dan menjadi makanan bagi segala binatang
di hutan, lantaran yang menggembalakan-nya tidak ada, oleh sebab
gembala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-domba-Ku, melainkan mereka itu
menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-domba-Ku tidak digembalakannya” – (Yehezkiel 34:8).
“Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan
gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-domba-Ku dari mereka
dan akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-domba-Ku. Gembala-gembala
itu tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan
domba-domba-Ku dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya”
(Yehezkiel 34:10). “Sebab beginilah
firman TUHAN kepadaku: Seperti seekor singa atau singa muda menggeram untuk
mempertahankan mangsanya, dan tidak terkejut mendengar teriakan seluruh pasukan
gembala yang dikerahkan melawan dia, dan tidak mengalah terhadap keributan
mereka, demikianlah TUHAN semesta alam akan turun berperang untuk mempertahankan
gunung Sion dan bukitnya” (Yesaya 31:4).
Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan
mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan
menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan
di semua tempat kediaman orang di tanah itu” (Yehezkiel 34:13). Beginilah
firman TUHAN: "Seperti seorang gembala melepaskan dari mulut singa dua tulang
betis atau potongan telinga, demikianlah orang Israel yang diam di Samaria akan
dilepaskan seperti sebagian dari katil dan seperti sepenggal dari kaki
balai-balai" (Amos 3:12).
Dalam hal gembala –
menggembalakan (oleh raja, imam, hakim, apalagi oleh TUHAN), umat
gembalaan diharapkan “hidup menurut
peraturan-peraturan-Ku dan melakukan ketetapan-ketetapan-Ku dengan setia”
(Yeh.37:24). TUHAN menginginkan, agar domba-domba gembalaan-Nya (yaitu umat
Israel), tidak menjadi domba-domba sembelihan semata-mata, tetapi harus ada
yang menjadi domba-domba persembahan kepada TUHAN, domba-domba yang dapat
digunakan untuk perayaan-perayaan di Bait Allah, ada yang bisa menjadi domba
paskah, ada yang bisa menjadi domba Paskah, domba kurban penghapus dosa, domba
kurban keselamatan, bahkan domba yang menjadi “simbol untuk TUHAN”. Kalau
ternyata domba-domba gembalaan itu hanya sebagai “domba sembelihan” saja, TUHAN
murka dan tidak mau menggembalakan mereka. TUHAN akan membiarkan gembala pandir
menggembalakan mereka. Lalu TUHAN “membangkitkan di negeri ini seorang gembala
yang tidak mengindahkan yang lenyap, yang tidak mencari yang hilang, yang tidak
menyembuhkan yang luka, yang tidak memelihara yang sehat, melainkan memakan
daging dari yang gemuk dan mencabut kuku mereka” (Zakharia 11:16”. Dan TUHAN Allah berfirman kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba
sembelihan itu! (Zakharia 11:4 ). Mula-mula
perintah ini ditolak: "Aku tidak mau lagi menggembalakan kamu; yang hendak
mati, biarlah mati; yang hendak lenyap, biarlah lenyap, dan yang masih tinggal
itu, biarlah masing-masing memakan daging temannya!" (Zakharia 11:9). Orang-orang
yang membelinya menyembelihnya dengan tidak merasa bersalah dan orang-orang
yang menjualnya berkata: Terpujilah TUHAN! Aku telah menjadi kaya! Dan
orang-orang yang menggembalakannya tidak mengasihaninya” (Zakharia 11:5). Tetapi perintah itu akhirnya
dilaksanakan: Maka aku menggembalakan domba-domba sembelihan itu untuk
pedagang-pedagang domba. Aku mengambil dua tongkat: yang satu kusebutkan
"Kemurahan" dan yang lain kusebutkan "Ikatan"; lalu aku
menggembalakan domba-domba itu” (Zakharia
11:7). Puncak murka TUHAN nampak dari firman-Nya ini: "Hai pedang, bangkitlah terhadap
gembala-Ku, terhadap orang yang paling karib kepada-Ku!", demikianlah
firman TUHAN semesta alam. "Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba
tercerai-berai! Aku akan mengenakan tangan-Ku terhadap yang lemah” (Zakharia
13:7). Sehingga “seperti domba mereka
meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung
ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman
mereka” (Mazmur 49:15). Firman ini
memperingatkan, bahwa menjadi domba-domba gembalaan TUHAN tidak boleh hanya
asal-asalan saja, “ndang boi bolon mago”(tidak
boleh besar tetapi tak berguna), ”ndang
cukup: godang alai boi diheum halak” (tidak memadai kalau: banyak tetapi
selalu dapat tertipu dan dilecehkan orang lain), atau “ndang jadi gabe holan
na tau jagalhononhon” (tidak boleh hanya menjadi bahan daging yang akan
disantap saja). Orang Batak Toba mengatakan: “sampulu anak ni babi, sipaseat-seaton, sada anak ni hoda
sipalinggalinggaon” (Sepuluh anak babi, semua akan disembelih, satu anak
kuda akan ditunggang-tunggangi). Tetapi orang Kristen Batak Toba sudah belajar mengatakan:
Sampulu anak ni babi sipaseatseaton, sada
anak ni hoda dilingga laho marbada; alai sada anak ni halode, diparsihundul
Tuhan Yesus tu Yerusalem huta nabadia” (Sepuluh anak babi, semua akan
disembelih, satu anak kuda ditunggang untuk pergi berperang; tetapi satu anak
keledai, namun menjadi kendaraan Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem kota yang
kudus).
7. Menurut
kesaksian PL, bukan Daud yang pertama mengaku bahwa TUHAN adalah gembalanya.
Sewaktu Yakub memberkati anaknya Yusuf, katanya: "Nenekku dan ayahku,
Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku
selama hidupku sampai sekarang, dan
sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya
yang memberkati orang-orang muda ini, sehingga namaku serta nama nenek dan
bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka dan sehingga mereka
bertambah-tambah menjadi jumlah yang besar di bumi" (Kej.48:15-16). Dan
tentang Yusuf, Yakub Israel berkata: “panahnya (= panah Yusuf) tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat,
oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel, (Kej.49:24). Apabila Daud
menulis Mazmur 23 dan mengatakan bahwa TUHAN adalah gembalanya, dia mengikuti
pengakuan kakek-moyangnya, dan berada dalam pengenalaan tentang TUHAN yang
menjadi gembala umat-Nya. Dalam Mazmur 23 Daud mengutarakan sungguh banyak
perbuatan TUHAN terhadap dirinya. Dengan memaknainya, lebih banyak lagi dari
situ dapat dikatakan, sejajar dengan sejarah perjalanan hidup Daud yang
tertulis dalam Perjanjian Lama.
8. Sebelum
memaparkan apa yang diberikan TUHAN kepadanya, Daud mengatakan: “takkan
kekurangan aku”. Di ayat 2 – 6 dia paparkan sedikitnya ada 11 hal yang
diterimanya dari TUHAN. Luar biasa. Tetapi yang tidak disebutkan adalah, bahwa
TUHAN menyediakan “tanah penggembalaan” atau negeri, tempat Daud digembalakan
oleh TUHAN. Kerajaannya yang mula-mula hanya kecil dan berpusat di Hebron,
selagi Saul (mertuanya) masih memerintah, kemudian diperluas oleh TUHAN hingga
meliputi seluruh Israel, setelah Saul wafat. Suku-suku Israel yang setia kepada
Saul dengan rela bergabung ke pada Daud dibawah bimbingan jenderal Abner bin
Ner, panglima perang Saul. Daud punya banyak keturunan (sebagai pewaris tahta),
walaupun dia tidak mendapatkannya dari Mikhal putri Saul. Karena perkawinan
ini, Daud terhitung sebagai pewaris tahta, walaupun dari garis putri. Hak tahta semakin resmi
setelah Isyboset (putra Saul) dibunuh Rekhab dab Baana, anak-anak Rimon, orang
Beerot, dan dia hanya dapat bertahan dua tahun memerintah atas bantuan Abner
bin Ner yang setia, dan Mefibosyet tidak bisa melanjutkan tahta warisan Saul,
karena cacat. Daud punya
panglima-panglima perang yang sangat berani (Yoab, Abisai, dan Asael). Asael
mati sewaktu mengejar Abner, dan Abner mati dibunuh Yoab. Atas permintaan rakyat Israel, Daud diurapi menjadi raja
untuk seluruh wilayah Yehuda dan Israel. Rakyat berkata: “TUHAN telah berfirman
kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah
yang menjadi raja atas Israel.” (2 Sam.5:2). Dengan demikian wilayah kerajaan
Daud seluas dari Dan sampai Bersyeba (2 Sam. 3:10), sampai jauh ke sebalah
timur Danau Galilea (sampai ke Gunung Hermon, yang cairan saljunya menjadi
sumber air tawar dan bersih kepada Danau Galilea). Dengan perluasan wilayah
kerajaannya itu, Daud bisa berkata : “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan
aku!” Sungguh banyak ada rumput hijau bagi Daud, setelah Daud bisa merebut daerah hijau di sekitar Danau
Galilea, yang dulu di bawah kekuasaan Saul? Di tanah Yehuda tidak dapat
ditemukan rumput hijau, sebab tanahnya adalah gurun, dan di sana tumbuh hanya
semak berduri sejenis kaktus. Daud dapat
mengatakan, bahwa TUHAN membimbingnya ke air yang tenang, karena Daud dapat
memasukkan Danau Galilea yang punya air jernih dan tenang, menjadi wilayah
kekuasaannya. Di Hebron sendiri tidak ada sungai untuk mendapatkan air yang
banyak. Daud selalu menang di medan
tempur, sejak mengalahkan Goliat, dan kemenangan demi kemenangan melawan
Filistin, merebut Yerusalem, memukul kalah orang Moab, mengalahkan Hadadezer bin Rehob, raja Zoba, dapat
menduduki daerah Aram, menewaskan 18.000 orang Edom di Lembah Asin dan
menduduki Edom, dan kemenangan lainnya. Berdasarkan itu dia dapat mengatakan,
bahwa TUHAN menyegarkan jiwanya. Kesegaran jiwanya bukan hanya karena jiwanya
pernah sesak tetapi “sekarang” sudah segar, tetapi juga oleh karena
kemenangan-kemenangannya. Orang percaya mengerjakan, tetapi diakui sebagai
pemberian TUHAN. Seperti dikatakan Yesaya: “Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan
damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah
yang melakukannya bagi kami” (Yesaya 26:12).
9. TUHAN
menuntun Daud di jalan yang benar.
Jalan mana yang ditempuh Daud dalam hidupnya?
Jalan Betlehem ke Gibea-Saul, sewaktu Daud beralih dari seorang gembala
kambing-domba ayahnya menjadi pahlawan yang mengalahkan Goliat? Jalan Hebron ke
Yerusalem, sewaktu Daud memindahkan ibukota negaranya setelah dia mempersatukan
seluruh Yehuda dan Israel menjadi satu dalam kerajaannya (Israel Raya)? Termasuklah itu. Tuhan menuntun Daud dalam
hidupnya. Dia dilatih menjadi gembala di ladang Betlehem-Efrata, agar bisa
menjadi gembala bangsanya. Dia mampu melawan singa dan serigala yang datang
mengganggu ternaknya. Melalui ayah dan ibunya, TUHAN menanamkan iman yang kuat
dalam dirinya sesuai ajaran Musa. Tuhan menuntunnya ke arena pertempuran
Filistin yang dipimpin Goliat melawan
pasukan Israel/Saul. Dengan mengandalkan nama TUHAN, Daud dapat membunuh
Goliat, petempur raksasa itu, hanya dengan batu yang dilontarkan melalui
ali-alinya. Dia menjadi pahlawan bangsanya, sehingga dia dielu-elukan rakyat.
Saul sakit karena roh jahat yang dari TUHAN mengganggu jiwanya. Daud menjadi
pilihan utama untuk mengusir roh jahat itu dengan suara kecapi-saktinya,
sehingga dia berkesempatan mengetahui keadaan istana dan bersahabat dengan
Yonatan. Dia dinikahkan dengan Mikhal, putri Saul, sehingga dia terhitung
pewaris tahta. Daud diburon oleh Saul karena usahanya menghambat Daud menjadi
raja. Tetapi TUHAN menjaga Daud agar tidak membunuh mertuanya itu walaupun
TUHAN selalu memberi kesempatan untuk itu (di gua di gurun En-Gedi, di gurun
Zif). TUHAN menuntun Daud dapat mengambil alih kerajaan Israel tanpa
pertumpahan darah oleh tangan/perintahnya. Tuhan memberi nabi Natan sebagai
penasihat baginya, yang menegor dan menghukumnya sewaktu dia berdosa
berselingkuh dengan Batsyeba, isteri panglimanya, Uria. Dengan demikian Daud
kembali ke jalan TUHAN. Tuhan menuntun Daud agar dia dapat menepati janjinya,
bahwa tangannya tidak akan membunuh seorang pun dari keturunan Saul. TUHAN
menyertai Daud dalam setiap peperangan yang dilakukannya, merebut Yerusalem,
mengalahkan Filistin, menang atas Moab dan Aram. Daud bisa lolos dari
pemberontakan anaknya Absalom. Atas tuntunan TUHAN, Daud berhasil membangun
kembali keagamaan umat Israel, dan membangun pusat peribadahan Israel di
Yerusalem, mengatur tata ibadah dan pengurbanan sesuai hukum Musa, dan
menggubah begitu banyak Mazmur untuk ibadah umat Israel. Dia menyediakan
pertapakan Bait Allah (yang dibelinya dari Ornan (Arauna), orang Yebus) (1
Taw.21:18-22:1), mempersiapkan bahan-bahan untuk pembangunan Bait Allah di
Yerusalem serta peralatan-peralatannya yang terdiri dari emas dan perak. Tahta
Duad dikokohkan oleh TUHAN. Itulah jalan hidup yang diberi TUHAN pada Daud, dan
menurut Daud adalah jalan itu adalah jalan yang benar.
Jalan yang benar, di mana TUHAN menuntun
Daud berjalan, bukanlah jalan yang mulus, dan tanpa bahaya. Justru di jalan
yang benar itu, Daud mengalami begitu banyak dan luar biasa tantangan dan
hambatan, kesulitan dan kesukaran, baik yang datang dari dalam negerinya, dari
luar negerinya, serta dari keluarganya sendiri. Daud menyimpulkan semua
tantangan dan kesukaran itu ibarat “jalan kekelaman”, jalan seperti jalan di
lembah yang harus dilalui kalau orang hendak ke Jeriko. Di jalan itu, sewaktu
hari mulai gelap, para perampok beraksi, dan mereka tidak segan-segan
menghabisi nyawa orang yang dirampok mereka. Biasanya orang selalu takut
melewati jalan tersebut kalau hari sudah mulai gelap. Tetapi Daud, sewaktu menggembalakan
kambing-domba ayahnya pun tidak takut melewati jalan seperti itu. Sejarah
hidupnya menunjukkan bahwa Daud juga tidak takut melewati hari-hari kehidupannya, yang selalu
dikejar-kejar musuhnya: Filistin, Saul, Isybosyet, Absalom, dan lain-lain. Daud
mengaku, bahwa dia sanggup melewati semuanya itu karena TUHAN menyertainya.
“sebab Engkau besertaku”, kata Daud. Daud mengaku bahwa ibarat gembala yang
selalu membawa gada dan tongkat di tangan, sebagai senjata melawan pengganggu
ternak dan gembalanya, demikian TUHAN menggunakan gada dan tongkat-Nya untuk
melenyapkan semua lawan-lawan Daud, dan juga menghajar Daud. TUHAN sendiri yang
turun tangan dalam melenyapkan Saul dan Isybosyet yang selalu memerangi Daud,
bukan tangan Daud. Gada dan tongkat TUHAN yang memukul Nabal, suami Abigail,
yang tidak mau mengabulkan permintaan Daud, walaupun Daud dan tentaranya telah melindungi
ternak-ternak Nabal (2 Sam.25:2-42). “Ketika didengar Daud, bahwa Nabal telah
mati, berkatalah ia: "Terpujilah TUHAN, yang membela aku dalam perkara
penghinaan Nabal terhadap aku dan yang mencegah hamba-Nya dari pada berbuat
jahat. TUHAN telah membalikkan kejahatan Nabal ke atas kepalanya sendiri" (1
Sam.25:39). Gada dan tongkat TUHAN yang menggagalkan pemberontakan Absalom. Gada
dan tongkat TUHAN yang menghajar Daud sewaktu dia berdosa selingkuh dengan
Batsyeba, dan anak yang lahir itu mati. Dengan demikian Daud menyimpulkan: “gada-Mu
dan tongkat-MU, itulah yang menghibur aku”. Menghibur berarti memberi kelegaan
hati karena segala keberhasilan dan kelepasan/pengampunan dosa. Dari itu benar
seperti dikatakan TUHAN melalui Natan, nabi-Nya: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah
yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk
menjadi raja atas umat-Ku Israel. Aku telah menyertai engkau di segala tempat
yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat
besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan
menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi
dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu, sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku
Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga
diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu. Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah
mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan
keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan
kerajaannya” (2 Sam.7:8-12).
10. Dalam
Mazmurnya, Daud mengatakan: “Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan
lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah”
(Ay.5). Daud menjadi raja karena TUHAN menyuruh Samuel datang ke Betlehem, ke
rumah Isai, untuk mengurapi Daud menjadi raja bagi bangsa Israel. Demi
pengurapan itu, Daud, si anak bungsu dan
berpostur badan kecil, yang
menggembalakan kambing domba ayahnya, harus ditunggu dijemput dari padang
penggembalaan, karena tidak satupun dari saudara-saudaranya yang dipilih TUHAN. Kemudian orang-orang
Yehuda mengurapi Daud menjadi raja bagi mereka di Hebron (2 Sam.2:4.7). Tujuh tahun dia hanya raja bagi kaum Yehuda
saja. Selanjutnya rakyat Israel mengurapi Daud menjadi raja atas seluruh Yehuda
dan Israel, juga di Hebron, setelah Isybosyet, anak Saul, meninggal dunia (bd.
2 Sam.5:3). Tiga puluh tiga tahun Daud menjadi raja atas Kerajaan Israel Raya
(gabungan Yehuda dan Israel). Pertama Daud mengalami pengurapan oleh TUHAN
menjadi raja melalui hamba-Nya, Samuel. Yang kedua Daud menerima pengurapan
menjadi raja oleh kaum Yehuda. Dan yang ketiga, Daud mendapat pengurapan oleh
rakyat Israel menjadi raja atas Kerajaan Israel Raya. Pengurapan oleh TUHAN
dikukuhkan lagi dengan pengurapan oleh rakyat. Pengurapan oleh TUHAN bisa saja
terjadi sembunyi-sembunyi, tetapi pengurapan oleh rakyat terbuka untuk
diketahui seluruh dunia.
Sewaktu Daud dimusuhi oleh Nabal, suami
Abigail, justru Abigail datang menyongsong Daud dan pasukannya, dan membawa
daging domba yang diolah dan berbagai macam makanan dan minuman, bagi Daud dan
pasukannya. Dengan demikian, Daud bisa mengatakan: Engkau (= TUHAN) menyediakan
hidangan bagiku di hadapan lawanku.” “Pialaku penuh melimpah!” Daud mengalami hal yang mirip dengan itu juga,
sewaktu dia melarikan diri dari kejaran Saul
ke kubu orang Filistin. Di sana, di negeri musuh bebuyutan Israel itu, Daud dikasihi, dan tidak kurang sesuatu
apapun. Sewaktu Daud harus mengungsi ke Mahanaim, karena pemberontakan Absalom,
anaknya yang menjadi musuhnya, TUHAN menggerakkan hati Barzilai (80 tahun) yang
kaya raya, untuk menyediakan makan bagi raja selama tinggal di Mahanaim (2 Sam.
19:32). Di masa aman, daerah-daerah taklukan Daud, seperti Amon, Moab dan Aram,
semuanya memberikan upeti kepada Daud, sehingga istana raja Daud dan rakyatnya
mengalami kemakmuran. Begitulah TUHAN menyediakan hidangan bagi Daud di hadapan
lawan-lawannya dan memenuhkan pialanya dengan melimpah.
11. Daud
mengaku, bahwa dengan penyertaan dan anugerah TUHAN, kebajikan (Ibrani: tōb = kebaikan) dan kemurahan (ḥesed
= kasih setia) belaka akan mengikutinya, seumur hidupnya (ay.6). Dalam perjalanan hidup Daud yang penuh
tantangan dan rintangan itu, pada akhirnya indah dan baik. Mangara tu nadenggan do sude dibahen Yahowa. Seperti dikatakn
Pengkhotbah: “Ia ( = TUHAN) membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan
Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka” (Pengkhotbah 3:11). Kata “tob” ( = baik) sangat terkenal sejak kata itu digunakan sebagai
kata menyimpulkan setiap tahap penciptaan yang dilakukan TUHAN (baca Kej. 1). “Orang
bajik” berbeda dengan “orang bijak”. Orang bajik adalah orang yang selalu
berusaha mendatangkan kebaikan (keselamatan, keberuntungan) dan selalu
melakukan perbuatan baik (bd. KBBI Ed.3, h.92). Sedangkan “orang bijak” adalah
orang yang mahir menggunakan akal-budinya, sehingga dia terbilang sebagai orang
pandai, yang mahir, dan petah-lidah dalam menyampaikan rancangan/rencana,
cita-cita, garis-garis pedoman kerja demi terlaksananya suatu proyek atau
pekerjaan dengan sebaik-baiknya (bd.
KBBI Ed.3., hl.149). Orang bijak belum tentu bajik, tetapi orang bajik pasti
bijak. Hal-hal yang baik lah kabajikan yang diberikan TUHAN mengikuti Daud
sepanjang hidupnya. Daud mengatakan ’ak
tob (only goodness; only prosperity, only happiness). ’ak = only, hanya; LAI: belaka. Dari dirinya
pun mengalir hal-hal yang baik, dan selalu menghindari melakukan atau
mengatakan hal-hal yang jahat, jelek dan buruk. Orang bajik seperti Daud, bisa
saja tak banyak bicara, tetapi oleh kehadiran dan perbuatannya terjadi
kebaikan-kebaikan. Bila hari demi hari terjadi begitu, maka orang bajik itu
dapat mengatakan bahwa kebajikan mengikutinya setiap hari. Demikian pengalaman Daud,
mulai dari rumah ayahnya (selaku gembala kambing-domba) hingga menjadi pelayan
Saul, mantu Saul, sahabat Yonatan, dalam hal dia menjadi raja Yehuda dan Israel
Raya; menyikapi pemberontakan anaknya, Absalom, memohon pengampunan dari TUHAN
karena dosa selingkuhnya, dan dalam menetapkan anaknya, Salomo, menjadi
penggantinya.
Kata
ḥesed berarti “kindness, mercy”
(kebaikan, belas-kasih), “grace, beauty”
(anugerah, kasih setia, keindahan). Kalau Daud mengatakan ’ak ḥesed ( = sola gratia)
(only grace), dia mengaku bahwa
hidupnya, keselamatannya, pengampunan dosanya, hanyalah anugerah TUHAN. Goodness (kebajikan) selalu bergandengan
dengan grace (anugerah/kemurahan),
pada umumnya dalam sikap dan perbuatan TUHAN, dan diharapkan demikian juga
dalam sikap dan perbuatan manusia. Kalau orang memahami ajaran Perjanjian Baru
tentang keselamatan umat manusia dalam karya dan makna penyaliban dan
kebangkitan Yesus Kristus, orang itu pasti mengaku bahwa kehidupannya hanya
oleh kebajikan dan kemurahan (anugerah) TUHAN saja, dan orang itu akan
menjawabnya juga demikian, bahwa dia terpanggil menjadi orang bajik dan pemurah
(parsilehonlehon). Dengan demikian umat TUHAN pasti bersukacita,
dan berjubileum.
12. Jawaban
Daud terhadap apa yang diakuinya telah dilakukan TUHAN terhadap dirinya, dia
katakan dan lakukan: “dan aku (akan) diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”. Waktu Daud menulis Mazmur ini, Bait Allah di
Yerusalem yang disebut “rumah TUHAN” belum dibangun. Salomo, anaknya, yang
membangun Bait Allah tersebut, setelah Daud meninggal. Daud membuat “kemah” di
atas tanah yang dibelinya dari Ornan (Arauna) orang Yebus itu dan di sana Tabut
Perjanjian ditaruh, dan kemah itulah yang disebut sebagai “rumah TUHAN” di masa
hidup Daud. Daud selalu rajin berdoa di rumah TUHAN tersebut. Dia mengatur
segala sesuatunya, agar ibadah di kemah TUHAN sangat menyenangkan TUHAN dan
juga menyenangkan Daud dan rakyat Israel. Untuk itu Daud menulis dan menggubah
begitu banyak Mazmur. Daud mengangkat para imam dan suku Lewi melayani di rumah
TUHAN sesuai dengan hukum Musa. Baginya berlaku: "Sebab lebih baik satu
hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri
di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik"
(Mazmur 84:11). Daud tidak hanya berkeinginan bahwa dia akan masuk sorga (rumah
TUHAN) kelak setelah dia meninggal dan tinggal selamanya di sana, melainkan juga dalam Bait Allah di
bumi. Daud memang tidak dikebumikan di Bait Allah yang dibangun Salomo, karena
sewaktu dia meninggal, itu belum ada, tetapi kuburannya yang diziarahi umat
percaya (Yahudi, Kristen, Islam) sampai sekarang, diatur sedemikian rupa
sebagai “rumah TUHAN”. Kekudusan tempat
itu sangat dipelihara. Didorong oleh semangat ingin berada di rumah TUHAN
selamanya, para raja yang Kristen, para pemimpin-pemimpin gereja Kristen,
dikuburkan di rumah TUHAN. Martin Luther juga dikuburkan di dalam rumah ibadah
istana di Wittenberg.
MERENUNGKAN KEMBALI MAKNA MAZMUR 23
1) Mazmur
23 penuh dengan pengakuan seorang beriman dan yang benar-benar konsisten
terhadap iman yang dimilikinya, baik dalam sikap, tekad dan perbuatan. Pengakuan
Daud ini bisa menjadi pengakuan dan ungkapan iman setiap orang/umat percaya di
masa sekarang. Disadari atau tidak disadari oleh setiap pengikut Yesus yang
hidup sekarang, TUHAN menggembalakan setiap dari mereka sampai hari ini. Yang
menyadari penggembalaan oleh TUHAN terhadap dirinya, akan dapat mengaku, bahwa
sebenarnya dirinya tidak kekurangan sesuatu apapun. Dan kalau pun dia
kekurangan dalam suatu hal, bukan karena TUHAN tidak menyediakan baginya, tetapi
dia yang kurang tahu dan kurang mantap mengambil untuk dirinya hal yang masih
kurang tersebut. Jujur saja, apa yang tidak disediakan TUHAN bagi umat-Nya di
Indonesia? Pasti jawabnya: Tidak ada! Semuanya tersedia! Tetapi apakah masih
ada yang belum dimiliki umat TUHAN dalam dirinya? Jawabnya: Masih banyak!
Karena apa? Karena belum waktunya. Masih mungkinkah kebutuhan yang kurang itu
terpenuhi? Sungguh masih mungkin, tergantung kepada keahlian pribadi yang
membutuhkan itu untuk mengambil apa yang sudah disediakan TUHAN.
2) Bagi
pengikut Yesus di Indonesia, TUHAN menyediakan tanah air, yang indah, tanah penuh
hutan, segala macam barang tambang, tanah subur yang dapat ditanami segala
macam tanaman yang dikenal di seluruh dunia; dan tanah gersang yang dapat
menjadi padang penggembalaan ternak, dan sumber energi listrik tenaga surya. TUHAN sediakan angin yang
berembus teratur, menyegarkan seluruh bumi, dan juga sebagai lahan tempat
membangun energi listrik tenaga angin. Tuhan sediakan panas bumi, yang bukan
hanya agar ada sumber mata air panas tempat mandi-mandi dan menyembuhkan
penyakit kulit dan penyakit tulang, tetapi juga agar ada sumber energi listrik
tenaga panas bumi. TUHAN sediakan air terjun yang hebat-hebat, yang bukan hanya
untuk ditonton dan dikagumi anak bangsa, tetapi agar diberdayakan menjadi pembangkit
listrik dari tenaga air. TUHAN sediakan minyak di bawah tanah dan di atas tanah
Indonesia, bukan hanya sebagai bahan bakar, tetapi untuk diolah menjadi energi
yang dapat digunakan demi kesejahteraan bangsa. Tanpa membangun pembangkit
listrik tenaga nuklir, kebutuhan energi listrik di Indonesia bisa lebih dari
cukup. Kecukupan energi listrik bagi
satu miliar rumah dan jutaan pabrik berenergi listrik sekarang dan kelak di
Indonesia disediakan oleh TUHAN, agar
segala sesuatu benda (cair dan padat) yang dibutuhkan manusia dapat dibuat di
Indonesia. TUHAN menyediakan laut (lautan) di Indonesia, yang kekayaan ikannya
melebihi kekayaan hasil pertanian di Indonesia. Kalau ikan dari lautan di
Indonesia diangkat ke darat dalam sebulan dan diolah, semua rakyat Indonesia
bisa hidup hanya dengan makan ikan tanpa nasi selama setahun. Menyadari
kenyataan itu, pengikut TUHAN dalam Yesus Kristus, bersama Rakyat Indonesia
dapat mengatakan: TUHAN gembala kami, takkan kekurangan kami. Dalam hal
sedemikian, kiranya umat TUHAN menjadi kelompok orang yang paling ulet, ahli
dan mantap bekerja, untuk membawa segala yang disediakan TUHAN itu menjadi
kecukupan kebutuhan dan kemakmuran setiap pribadi rakyat Indonesia, tanpa
kecuali, yang besar – yang kecil, yang di desa dan yang di kota, yang menganut
agama A atau yang menganut agama B.
3) Begitu
hijaunya bumi Indonesia, hutan, ladang dan sawah. Kehijauan itu harus
dipelihara agar jangan ada yang membakari. Manusia dan hewan bisa sama-sama
berbaring di bumi hijau tersebut, dengan penuh kemakmuran dan kesejahteraan.
Soal “hijau” di Indonesia tidak ada hubungannya dengan agama “hijau”, dan
rumput hijau yang dimaksud bukanlah “gadis-gadis remaja” yang disebut para
hidung belang sebagai “rumput hijau”.
Rumput hijau adalah bumi Indonesia yang diletakkan di daerah
khatulistiwa, yang sepanjang tahun “hijau”, dan kehijauannya memproduksi
oksigen yang dibutuhkan umat manusia dan semua hewan yang ada di bumi. Berbaring
di sana berarti bukan merusakinya, dan bukan ‘berleha-leha”, tetapi menikmatinya
dengan penuh kesenangan, setelah mengurusnya dengan sebaik-baiknya.
4) Di
Indonesia, di atas tanahnya dan di bawah tanahnya, TUHAN juga menyediakan air jernih yang secara
alami sehat diminum dan air tawar yang bisa diolah menjadi air minum dan air
yang dibutuhkan semua makhluk di dunia. Adalah karena kebodohan umat TUHAN di
Indonesia, kalau masih ada penduduk di satu-satu daerah di Indonesia, yang
kekurangan air bersih dan air minum sehat. Sekering-keringnya musim kemarau
panjang di Indonesia, pasti tidak seorang pun kekurangan air tawar, air bersih
maupun air minum, asalkan umat TUHAN ligat, cekatan, ahli dan mantap mengolah
air yang disediakan TUHAN di bumi Indonesia, serta mendistribusikannya ke
daerah-daerah kekeringan.
5) TUHAN
juga menyediakan segala hal yang perlu menyegarkan jiwa dan badan di Indonesia,
daerah tropis, yang temperaturnya di daerah pantai bisa mencapai 35 derajat
celcius. Sekarang ini para pengusaha
berusaha untuk menyalurkan gas dengan pipa gas dari pabriknya di Natuna atau di
mana saja ada sampai ke rumah-rumah. Suatu saat nanti, para pengusaha juga akan
menyalurkan udara bersih dan segar pegunungan melalui pipa udara segar hingga
ke rumah-rumah di daerah-daerah panas, sehingga penduduk di daerah panas
mendapat udara penyegar badan yang alami dan sehat, tanpa membuat air condition
yang poreonnya merusak ozon bumi.
Setiap kebaktian Kristen merupakan sarana
oleh TUHAN untuk menyegarkan jiwa setiap orang di masa sekarang. Bukan salahnya
TUHAN lagi, kalau pemberita Firman dan pendengar Firman dalam kebaktian Kristen
tidak membuat pemberian TUHAN ini sebagai kesempatan untuk menyegarkan jiwa.
Kiranya setiap pemberita Firman menyuguhkan “air hidup” yang menyegarkan jiwa,
setiap kali dia dierikan oleh TUHAN menyampaikan kehendaknya. Adalah kesalahan
besar, apabila kebaktian-kebaktian Kristen menjadi kesempatan membagi-bagikan
“anggur asam” (yang mematikan jiwa) kepada para peserta kebaktian. Para peserta
kebaktianpun harus pandai meminum “air hidup” yang menyegarkan jiwa itu setiap
disuguhkan kepadanya, agar dia tidak “tersedak” (singgokan) dan “sakit tenggorokan” waktu pulang, lalu kata-kata
yang jelek keluar dari mulutnya. Kadang-kadang “air hidup” yang mengobati jiwa
itu rasanya pahit, tetapi menyembuhkan. Lemot-lemot
hata ni begu, risi-risi hata ni jolma, tonggi – paet hata ni TUHAN. Begitulah
Firman TUHAN yang disuguhkan menyegarkan jiwa. Harus pandai meminumnya.
6) Selama
Indonesia berjalan di jalan Pancasila, dalam segala hal, baik dalam beragama,
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, pasti bangsa Indonesia, termasuk
pengikut TUHAN Yesus Kristus, berjalan di jalan yang benar. Pancasila yang
dimaksud buka Pancasila yang diselewengkan, tetapi pancasila yang penghayatan
dan pengamalannya dijabarkan berdasarkan
ajaran kasih dan kebenaran setiap agama dan adat istiadat/budaya setiap suku
kelompok di Indonesia. Cambuk-cambuk, gada, dan tongkat yang digunakan kiranya
merupakan cambuk, gada, tongkat KASIH AGAVE, yang mempercepat terealisasinya
pembangunan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Radikalisme,
terorisme, narkobaisme, lokalisasi PSK, kekerasan dalam Rumah tangga, kekerasan
terhadap anak, penindasan terhadap LGBT, pemuasan nafsu LGBT belaka,
kemiskinan, ekonomi ketimpangan sosial, konglomeratisme biadap, eksploitasi buruh,
korupsi dan kerakusan mengkuras kekayaan tanah air, semuanya itu tidak sesuai ada di jalan
pancasila. Semua itu harus dibersihkan dan ditiadakan di jalan Pancasila, yang
sudah dianugerahkan TUHAN kepada bangsa Indonesia, termasuk bagi para pengikut TUHAN
Yesus Kristus. Adalah tugas dan tanggungjawab setiap warga negara Indonesia,
terutama pengikut TUHAN Yesus Kristus, untuk terus mengawal jalan Pancasila,
yang menjadi “way of life” Indonesia itu, agar tidak ada yang merusaknya,
tetapi semua memperindahnya. (Jalan Pancasila itu adalah: Ketuhanan yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang adil dan beradap, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan
Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia; yang ditopang oleh pilar-pilarnya:
Bhinneka Tunggal Ika, UUD NKRI 1945 (yang sudah diamandemen), dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, serta Rakyat Indonesia. Yang berjalan di jalan Pancasila,
pasti selamat di bumi, berbahagia di sorga.
7) Setiap
warga negara Indonesia, termasuk pengikut TUHAN Yesus Kristus, diurapi oleh
TUHAN, menjadi “raja”, dan “ratu”. Tidak ada diantara mereka yang menjadi budak
di negeri sendiri. Pengusaha dan buruh sama-sama raja. Rakyat dan pemerintah
sama-sama raja. Produsen dan Konsumen sama-sama raja. Makanya demokrasi Indonesia juga adalah demokrasi
para raja. Kalau rakyat menjadi raja, pemerintah tidak main-main dalam
menjalankan pemerintahan, pemerintah bekerja untuk rakyatnya. Kalau konsumen
menjadi raja, pasti produsen memproduksi hasil yang paling baik, bukan produk
asal-asalan. Kalau penumpang pesawat adalah raja, maka pelayanan maskapai pasti
terbaik dan terpuji. Kalau umat suatu agama menjadi raja, pasti para tokoh
agama tersebut, pelayan dan pekerja agama tersebut tidak ada yang memperdayakan
umat-umatnya dengan ajaran sesat.
8) Semua
warga negara RI harus dapat sama-sama makan dan dapat makan sama-sama. (Batak
Toba: Ikkon sude halak Batak boi mangan
dohot boi rappak mangan). Itulah kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. TUHAN sangat menghendaki semua,
tanpa kecuali, tanpa diskriminasi, mendapat hidangan, dan piala minum yang
penuh melimpah. “Makan”, “hidangan” dalam arti yang seluas-luasnya, bukan hanya
sembako yang cukup, tetapi semua hal yang behubungan dengan hidup (termasuk:
pendidikan, lapangan kerja, keamanan, kesehatan, dan lain-lain).
9) Sangat
baik memang apabila segala kebutuhan hidup di Indonesia digratiskan, dan semua
orang menjadi orang bajik. Tetapi, biasanya, orang yang selalu ingin mendapat
segala sesuatunya gratis, akan lupa kodratnya
sebagai manusia. Yang terbaik, untuk menyambut yang gratis, orang itu harus
kerja keras dan bertanggungjawab. Bila demikian halnya, maka setiap orang akan
sangat bahagia beragama dan setia kepada TUHAN. Dia akan mencintai rumahnya,
rumah bersamanya dengan teman sebangsanya, dan rumah TUHAN yang ditunjukkan
agama/imannya. Dan semua orang dapat bersorak-sorak bagi TUHAN Allah.
Pmatangsiantar,
22 Pebruasi 2016
Pdt.
Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).