MINGGU KANTATE TGL. 24 APRIL 2016, EVANGELIUM: KISAH PARA RASUL 11:1-18
KISAH PARA RASUL
11:1 Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea
mendengar, bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah.
11:2 Ketika Petrus tiba di Yerusalem,
orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia.
11:3 Kata mereka: "Engkau telah masuk ke
rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan
mereka."
11:4 Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu
berturut-turut, katanya:
11:5 "Aku sedang berdoa di kota Yope,
tiba-tiba rohku diliputi kuasa ilahi dan aku melihat suatu penglihatan: suatu
benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya diturunkan
dari langit sampai di depanku.
11:6 Aku menatapnya dan di dalamnya aku lihat
segala jenis binatang berkaki empat dan binatang liar dan binatang menjalar dan
burung-burung.
11:7 Lalu aku mendengar suara berkata kepadaku:
Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!
11:8 Tetapi aku berkata: Tidak, Tuhan, tidak, sebab
belum pernah sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk ke dalam mulutku.
11:9 Akan tetapi untuk kedua kalinya suara dari
sorga berkata kepadaku: Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh
engkau nyatakan haram!
11:10 Hal itu terjadi sampai tiga
kali, lalu semuanya ditarik kembali ke langit.
11:11 Dan seketika
itu juga tiga orang berdiri di depan rumah, di mana kami menumpang; mereka
diutus kepadaku dari Kaisarea.
11:12 Lalu kata Roh
kepadaku: Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang! Dan keenam saudara ini
menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang itu,
11:13 dan ia
menceriterakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang malaikat berdiri di
dalam rumahnya dan berkata kepadanya: Suruhlah orang ke Yope untuk menjemput
Simon yang disebut Petrus.
11:14 Ia akan
menyampaikan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan
bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu.
11:15 Dan ketika
aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke
atas kita.
11:16 Maka teringatlah
aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan
dibaptis dengan Roh Kudus.
11:17 Jadi jika
Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu
kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah
Dia?"
11:18 Ketika mereka
mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya:
"Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang
memimpin kepada hidup."
PERTOBATAN YANG MEMIMPIN
KEPADA HIDUP
HAMUBAON
NI ROHA NAMANOGU TU HANGOLUAN
1.
Sebelas
murid Yesus mendengar dengan jelas perintah Tuhan Yesus Kristus, sesaat sebelum
DIA naik ke sorga, yang mengatakan: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah
Injil kepada segala makhluk” (Mrk.16:15b). Lalu Injil Matius memperjelas
perintah tersebut, dalam sabda Yesus: "Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
(Mat. 28:18b-20). Markus mencatat bahwa
para murid itu pergi memberitakan Injil ke segala penjuru, dan TUHAN turut bekerja
dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya (Mrk. 16:20). Lukas
dalam buku “Kisah para Rasul”, yang ditulisnya, mencoba memaparkan bagaimana
proses-proses dari sebagian usaha pemberitaan Injil ke segala penjuru itu
berlangsung. Tentu saja para murid itu belum memiliki buku yang sekarang
dikenal sebagai Perjanjian Baru, belum ada kitab-kitab Injil yang ada sekarang.
Pemberitaan mereka semua bergantung kepada ingatan masing-masing tentang ajaran
dan perbuatan Tuhan Yesus Kristus. Di antara murid-murid Yesus ada juga yang
ragu-ragu, ada yang sangat berani. Mereka mulai sangat giat mengabarkan Injil,
yakni tentang Tuhan Yesus Kristus dan makna karya, kehidupan, kematian dan
kebangkitan-Nya, barulah setelah tercurahnya Roh Kudus kepada mereka. Mereka
bingung, apakah mereka akan membentuk kelompok baru atau melanjutkan kejahudian
saja atau memulai kejahudian versi baru,
atau bagaimana sebaiknya? Mereka semua tahu, bahwa Yesus adalah seorang Yahudi, yang sangat
taat kepada adat-istiadat Yahudi, disunat, dan beribadah di Bait Allah atau
mengajar di synagoge-synagoge. Para murid itu semua Yahudi. Prinsip mereka ada
tiga: (1) Sebagian dari murid Yesus mengatakan: Ajaran baru dari Yesus,
beritakan! Kejahudian dipertahankan. (2) Sebagian lagi mengatakan: Ajaran baru
dari Yesus, beritakan! Kejahudian diperbaharui! (3) Sebagian lagi berprinsip:
Ajaran baru dari Yesus, beritakan! Yahudi dan yang bukan Yahudi dibuat menjadi
satu umat TUHAN, dan dibangun suatu budaya baru. Dapat dimaklumi, perbedaan-perbedaan
prinsip ini membuat para murid Yesus terpecah. Tetapi pengalaman Petrus dengan
Kornelius, pengalaman Paulus dan pemahaman baru tentang isi PL, memungkinkan
semua yang berbeda prinsip itu menyatukan tekad memberitakan Injil dengan
prinsip: Ajaran baru dari Yesus, beritakan! Yahudi dan yang bukan Yahudi dibuat
menjadi satu umat TUHAN, dan usahakan membangun suatu budaya baru, yang
didalamnya moralitas yang dijungjung tinggi dalam kejahudian tetap diperhatikan
umat TUHAN yang baru (Israel baru) tersebut (bd. Kis. 15: menjauhkan diri dari
makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang
yang mati dicekik dan dari percabulan). Peraturan “Harus disunat”, tidak lagi
kewajiban bagi pengikut Yesus dari kalangan yang bukan Yahudi, tetapi bisa juga
tidak dihapus dari kalangan Kristen Yahudi. Sunat daripada orang yang telah
disunat tidak menjadi batal. Syariat agama Yahudi tidak lagi penghalang bagi
kaum non-Yahudi masuk dalam persekutuan umat TUHAN Yesus Kristus, tetapi
digunakan untuk semakin memantapkan Pekabaran Injil.
2.
Kisah 11:1-18 termasuk sebagai ungkapan
pergumulan jemaat Kristen mula-mula dalam usaha mengkonsolidasi kumpulan mereka,
setelah diberitahu pertobatan seorang Yahudi (Saulus/Paulus), dan kemudian
pertobatan Kornelius, seorang yang bukan Yahudi, menjadi pengikut Tuhan Yesus
Kristus. Tuhan Yesus Kristus menuntun mereka melakukan apa yang
diperintahkan-Nya agar murid-Nya pergi memberitakan Injil kepada segala
makhluk, ke pada segala bangsa. Untuk itu Lukas menceritakan pertobatan dua
petinggi-petinggi. Satu dari Yahudi dan satu dari yang bukan Yahudi.
Dalam Kis.9 diceritakan, bahwa Saulus (petinggi teologi Yahudi, yang kemudian
bernama Paulus) telah menjadi pengikut Yesus, yang mula-mula sangat anti-Yesus
dan anti-pengikut Yesus. Di Damsyik Paulus menjadi pemberita Yesus sebagai Anak
Allah dan membuktikan Yesus adalah Mesias (Kis.9:1-19a. 20.22). Di Yerusalem Paulus
akhirnya disambut dengan baik, karena
dia dari Yahudi, gigih memberitakan dan membela kebenaran Yesus. Para murid
Yesus melihat bahwa Paulus sudah hendak dibunuh Yahudi, berarti dia sudah
benar-benar memihak kepada pengikut Yesus, lalu dia diselamatkan dari Yerusalem
hingga lolos ke Kaisarea dan terus ke Tarsus. Dalam Kis.10 diceritakan pertobatan Kornelius.
Kornelius (perwira pasukan Italia atau pejabat tinggi Romawi), seorang yang
bukan Yahudi, yang merindukan Injil, dituntun oleh TUHAN agar bertobat (menjadi
pengikut Yesus). TUHAN sengaja menggunakan Petrus (yang sangat fanatik Yahudi)
dipanggil untuk membaptiskannya. Pengintegrasian Paulus (Yahudi) kepada
pengikut Yesus beda dengan pengintegrasian Nikodemus (bukan Yahudi) ke dalam kumpulan
pengikut Yesus. Paulus hanya mengalami uji kesetiaan, sedangkan Nikodemus
mengalami uji kesetiaan dan peradaban. Tetapi akhirnya, yang diutamakan dalam
pengintegrasian itu: (1) tuntunan Tuhan Yesus melalui Roh-Nya, dan (2) iman
yang diperjuangkan masing-masing. Pertobatan
ke dua orang ini membuka wawasan para murid Yesus tentang Pekabaran Injil: Menyatukan
tekad menginjili segala bangsa, bahkan segala makhluk.
3.
Para pengikut Yesus (rasul-rasul dan
saudara-saudara) di Yudea tampaknya sungguh sangat eksklusif Yahudi (bd. 11:1).
Dengan sikap “yahudiistis” itu memang jumlah mereka bertambah-tambah (bd.
Kis.9:31). Banyak Yahudi bersunat menjadi pengikut Yesus. Mereka menemukan
kelonggaran mengikuti syariat Yahudi di kalangan pengikut Yesus. Mereka menjadi
“Yahudi kharismatis”. Mereka berkeinginan agar semua umat Yahudi bersunat mau
bergabung dengan mereka. Tujuan eksklusifitas itu memang mulia, tetapi menjadi
tidak baik, karena menghambat Pekabaran Injil dan keselamatan serta pengampunan
dosa sampai kepada bangsa-bangsa lain. Banyak gereja/huria sekarang yang bersikap
eksklusif (= hurianya untuk kalangan sendiri), atas dasar/alasan kultur,
etnisitas, bahasa, kekharismatikan, kekonservativan, dan lain-lain, dan sikap
seperti itu harus segera dikoreksi dan diperbaiki. Eksklusifitas Pengikut Yesus
dari Yahudi bersunat membuat mereka terkejut mendengar, bahwa bangsa-bangsa
lain juga menerima firman Allah (= menerima Tuhan Yesus Kristus). Mereka tahu,
bahwa penerimaan firman TUHAN oleh mereka, bukanlah semacam proselitisme Yahudi
yang terjadi, melainkan pembaptisan dalam nama Yesus atau pembaptisan Roh
Kudus. Keterkejutan mereka mendorong mereka menuntut pertanggungjawaban dari
Petrus, yang mereka tahu kefanatikannya tentang keyahudian. Memang ‘belenggu
teologi yang usang’ bisa menjadi sumber perselisihan di kalangan Huria Kristen.
Hal ini tampak dari sejarah huria itu
sendiri dari permulaan sampai sekarang. (Lihat Perpecahan gereja timur dan
gereja barat karena perselisihan mengenai siapa Yesus dan sejauh mana
ke-Allah-an Yesus. Lihat juga terjadinya Perang Reformasi selama 30 tahun. Semua
terjadi karena “belenggu teologi yang usang”).
Mudah-mudahanlah huria-huria semakin sadar, bahwa mereka bukan pengikut
teologi, atau pengikut agama, melainkan pengikut Yesus Kristus yang hidup, dan
teologi maupun agama hanya alat bantu yang harus selalu diperbaharui dalam kepengikutan itu.
4. Setibanya Petrus di Yerusalem “golongan yang
bersunat” (yang sudah pengikut Yesus) berselisih dengan Petrus. Mereka merasa
dikhianati Petrus yang sebelumnya menjadi idola mereka. Kritikan mereka (ayat
3) menunjukkan bahwa kelompok ini tidak beda dengan pengkritik Yesus Kristus
sewaktu Yesus masuk di rumah Zakkeus (Luk.19:7 “Tetapi semua orang yang melihat
hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang
berdosa."), atau sewaktu Yesus makan di rumah Matius pemungut cukai
(Mat.9:11 “Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada
murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut
cukai dan orang berdosa?"). Pengikut Yesus di Yudea menganggap “orang
–orang tidak bersunat” adalah orang berdosa, dan pengikut Yesus bersunat, yang
melihat diri mereka lebih kudus dan lebih saleh dari orang Yahudi bersunat,
tidak boleh masuk di rumah orang tak bersunat, apalagi makan bersama dengan
mereka. Perilaku beragama (belum tentu
perilaku ber-Yesus atau perilaku ber-Tuhan) seperti ini masih terus merasuki
banyak kaum Kristen maupun kaum beragama lain. Yang dituduhlah kelompok lain
kafir, pemakan makanan haram, “siallang
namarmudar”, sehingga yang dituduh itu disisihkan, dijauhi, tidak
dipergauli, rumah mereka tidak bisa dimasuki, teh atau air kemasan yang sudah
berlabel halal pun kalau yang dituduh kafir itu yang menyuguhkan, teh / air itu
takkan disentuh. Itulah salah satu sikap beragama yang sok. Dengan fanatisme
seperti itu, agama dibuat menjadi alat separatis/ pemisahan; apartheid, “euis regio, cuius religio” (pemilik
daerah lah pemilik agama). Sikap inilah yang menjadi akar pahit dari agama, dan
oleh karenanya agama tidak lagi sumber damai, kasih, pengorbanan dan
pengampunan dosa atau keselamatan, melainkan menjadi sumber kekacauan, perang,
kebencian, diskriminasi, pembunuhan, perbuatan dosa, dan ketidak-selamatan.
Kelompok/golongan yang seperti pengkritik Petrus ini (baik dalam bentuk agama,
kelompok, maupun pribadi) segeralah bertobat. Dan pertobatan seperti itu akan
menuntun banyak sekali manusia kepada hidup yang sesungguhnya.
5.
Petrus menjelaskan pertobatannya (ayat 5-16)
atau mengapa dia menjadi terbuka menerima dan membaptiskan orang-orang yang
bukan Yahudi masuk menjadi anggota persekutuan dalam Yesus Kristus. Dia menceritakan secara ringkas pengalamannya
di Yoppe dan di rumah Kornelius. Hal-hal utama dari pengalaman itu dibuatnya
menjadi pelajaran penting bagi golongan bersunat yang sudah mengikut Yesus Kristus,
dan sekaligus menjadi pedoman dalam kehidupan umat Kristen (atau bagi umat
manusia pada umumnya) sampai sekarang dan di masa yang akan datang.
- Petrus berdoa di sotoh (atas) rumah tempatnya menginap di Yope, dan rohnya diliputi kuasa ilahi, lalu dia menerima suatu penglihatan. Seorang yang ingin memberitakan Injil atau mengembangkan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus, harus memelihara komunikasi yang sangat intim dengan TUHAN Yesus Kristus melalui doa, dan penyerahan roh. Dengan demikian, dirinya terbuka, seperti dialami Petrus, untuk diliputi kuasa ilahi, yang memungkinkannya menerima penglihatan. Petrus mendapat penglihatan yang luar biasa. Penginjil sekarang tidak selalu mendapat penglihatan yang sama seperti itu. Tetapi, yang pasti, Roh TUHAN selalu menggerakkan pengikut Yesus yang sungguh-sungguh, ke arah mana kakinya melangkah atau apa yang harus dikerjakannya demi memenangkan orang untuk Yesus Kristus.
- Penglihatan luar biasa yang dilihat Petrus,
mendidik dia memperbaharui wawasan dan semangat penginjilan yang dia miliki.
Kepada Petrus dipertunjukkan segala binatang-binatang yang menurut agama Yahudi
tidak halal untuk dimakan (termasuk di sana: babi/babi hutan, unta, pelanduk, kelinci,
tikus buta, tikus, katak, landak, biawak, bengkarung, siput, bunglon, segala yang tidak bersirip dan tidak bersisik
yang ada di dalam air, burung rajawali, ering janggut, elang laut, elang merah,
elang hitam, gagak, burung unta, burung hantu, camar, elang sikap, burung
pungguk, burung dendang air, burung hantu besar, burung undan, burung ering,
burung ranggung, bangau, meragai, kelelawar), dan Petrus disuruh untuk
menyembelihnya dan memakan dagingnya. Jawaban Petrus itu sangat teologis, dan
menunjukkan konsistensi terhadap ajaran agama Yahudi yang berurat berakar dalam
dirinya. (Ay. 8 : ”Tetapi aku berkata: Tidak, Tuhan, tidak, sebab belum pernah
sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk ke dalam mulutku.”). Menurut
Yahudi, apabila yang haram masuk ke dalam diri seseorang melalui mulut atau sentuhan,
maka diri orang itu haram dan najis. Ajaran baru dari Yesus (yang mungkin
Petrus lupa, dan belum mempraktekkannya), mengatakan: "Dengar dan
camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan
yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (Matius 15:11).
- Suara
TUHAN yang didengar Petrus, yang mengatakan: “Apa yang dinyatakan halal
oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram!”, mewajibkan setiap orang yang
percaya kepada Allah menurut agama masing-masing, lebih tunduk kepada TUHAN
daripada kepada aturan-aturan keagamaan. Manusia juga harus menyadari, bahwa
Allah yang hidup itu bisa mengubah ketentuan-Nya yang dulu, menjadi tidak
berlaku lagi sekarang. Benar memang, bahwa orang Yahudi mengenal daging hewan
mana yang halal dan mana yang haram, adalah berdasarkan ketentuan TUHAN dalam
kitab Musa. Orang Yahudi merasa keagamaan mereka terganggu, kalau TUHAN Allah
membatalkan ketentuan-Nya yang dulu dan membuat ketentuan yang baru sekarang.
(Dalam keadaan inilah teologi dijadikan pengganti Allah, sehingga Allah
terbelenggu oleh teologi/agama). Tetapi orang yang mengetahui bahwa TUHAN Allah
itu hidup, dan bisa mengaturkan lain dari apa yang diaturkan-Nya dulu, imannya
tidak terganggu, melainkan semakin kuat bergantung kepada TUHAN dan semakin
mematuhi TUHAN, serta semakin mau dengar-dengaran kepada TUHAN “kini dan di
sini”-nya pengikut TUHAN Allah tersebut. Tentu saja TUHAN Allah tidak asal
mengubah ketentuan-Nya begitu saja, seolah dia hendak mempermainkan
manusia. Benar yang dikatakan Yeremia,
bahwa rancangan TUHAN adalah rancangan
damai sejahtera dan bukan rancangan keselakaan, untuk memberikan masa
depan yang penuh harapan bagi umat-Nya (bd. Yer.29:11). Alkitab mengajarkan,
bahwa TUHAN mengubah ketentuan-Nya terdahulu, selalu demi lebih baiknya
kemaslahatan umat manusia pada umumnya dan umat-Nya pada khususnya. Demikian
hal sehubungan dengan halal-haram ini. Dulu diaturkan daging hewan X haram,
sekarang diaturkan tidak haram. Dulu diaturkan tidak bisa bergaul dengan
bangsa-bangsa asing, sekarang diaturkan harus bergaul dan sama-sama selamat
bersama dengan bangsa asing. Agama
tetangga juga mengakui bahwa semua yang diciptakan Allah adalah halal, tetapi
sebagian dari itu oleh nabi-Nya diharamkan. Mereka juga mengakui bahwa nabi Isa
al-Masih a.s adalah nabi yang diberi mandat/wewenang menghalalkan apa yang dulu
dikatakan TUHAN Allah sebagai haram. Jadi pengikut Yesus bukan untuk melanggar
ketentuan TUHAN Allah, kalau sekarang ini mereka memakan daging hewan yang dulu
dikatakan haram (seperti daging babi misalnya). Yang mengakui Isa al-Masih a.s
adalah nabi yang tertinggi dari segala nabi yang sebelum-Nya dan yang
sesudah-Nya, di bumi dan di surga, akan menikmati indahnya hidup yang tidak
dibelenggu agama/teologi tetapi hidup yang beradab dan lebih patuh kepada
TUHAN. Yang haram bagi pengikut Yesus
adalah masakan daging yang merusak
kesehatan manusia. Untuk menghormati keyahudian, sinode rasul-rasul
tahun 49 itu menentukan tiga macam yang jangan dulu dilakukan sehubungan soal
makan: memakan daging hewan yang dipersembahkan kepada berhala, memakan daging
hewan yang mati dicekik dan memakan darah. Sampai sekarang umat pengikut Yesus
mematuhinya. Orang Batak Toba Kristen mengatakan bahwa mereka tidak memakan
darah (Batak Toba: mudar), melainkan
memakan daging na margota (yang
bercampur gota, bukan bercampur mudar/darah). Gota bukan lagi darah, karena gota
sama sekali tidak mengandung nyawa lagi. (Seperti bagi ada kawan: tahu yang
dibuat dengan bahan dasar darah hewan, baginya tidak haram, melainkan dimakani.
Atau baginya daging babi itu haram tetapi daging celeng dimakani. Atau baginya
“tuak” itu haram, tetapi “nira” diminumnya. Dan perbuatannya itu benar). Agar tidak ada lagi daging hewan yang
dipersembahkan kepada berhala, keberhalaan dilenyapkan. Setiap hewan yang
dagingnya akan dimasak untuk dimakan, selalu terlebih dahulu disembelih
diiringi dengan doa. Mematikan hewan dengan mencekik, dipandang sebagai kebiadaban, dan sikap tidak memiliki
peri-kebinatangan. Orang Kristen pun kurang setuju terhadap praktek pembunuhan
hewan yang akan diambil dagingnya, yang dilakukan sekarang di rumah-rumah
potong di Eropah, yakni menstrom hewan itu dengan arus listrik tinggi. Itu
dinilai sebagai perbuatan yang tidak memiliki peri-kebinatangan, atau sudah
kehilangan rasa sayang kepada hewan. Singa
lah yang mencekik leher hewan yang menjadi mangsa yang harus dibunuhnya sebelum
menyantapnya. Manusia tidak berbudaya “singa”. Menyembelih hewan dengan diiringi doa,
merupakan kehormatan bagi hewan itu sendiri, karena dia mati sesuai kehendak
TUHAN Allah. Itu dilakukan umat pengikut Tuhan Yesus Kristus, kecuali yang
“hambar” kepengikutannya kepada Yesus Kristus.
- Sampai tiga kali suara itu didengar Petrus
mengatakan: Apa yang yang dinyatakan
halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram! Setelah itu Petrus
berserah kepada ketentuan terbaru dari Allah. Kesadaran itulah yang
memungkinkan Petrus rela pergi bersama utusan Kornelius yang sudah tiba di
rumah tempatnya berdoa. Manusia yang seharusnya tidak dipergauli mencari
Petrus, dan mengajak dia mengikut mereka ke Kaisarea, memenuhi panggilan orang
yang bukan Yahudi. Petrus juga seolah tidak berani melangkah, kalau ROH KUDUS
tidak membisikinya untuk melakukan hal yang tidak sesuai dengan teori
keagamaannya yang kolot (yang tidak sesuai ketentuan baru dari Tuhan Yesus
Kristus). Petrus tiba di rumah Kornelius dan memberitakan berita keselamatan
kepada semua orang yang sudah berkumpul di rumah itu. Baru saja Petrus
berbicara kepada mereka tentang keselamatan itu, Roh Kudus telah tercurah
kepada semua orang yang hadir di rumah itu, dan Petrus mencatatnya: “turunlah
Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita”. Menurut Petrus,
mereka dibaptis dengan Roh Kudus, seperti dikatakan Yesus: “Sebab Yohanes
membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” (Kis. 1:5;
11:16). Yang hendak dikatakan oleh “kesaksian pertanggungjawaban” Petrus ini adalah, bahwa siapapun orangnya yang
dipilih-Nya menjadi pengikut-Nya dan pembela kebenaran-Nya, baik yang sudah lama menjadi murid-Nya,
maupun yang barusan menjadi pengikutnya, baik yang Yahudi bersunat, maupun dari
kalangan yang bukan Yahudi yang tidak bersunat,
diperlakukan sama
oleh Tuhan Yesus Kristus melalui Roh-Nya
Yang Kudus dan firman-Nya. Kesamaan
perlakuan itu bukan berarti bahwa dari dulu sampai sekarang selalu peristiwa
yang sama yang diulang-ulang. Di masa hidupnya para rasul, gejala pencurahan
Roh Kudus itu kelihatan sama, seperti dialami rasul-rasul (Kis.2) dan yang
dialami Kornelius dan seisi rumahnya (Kis.10). Di masa reformasi, gejala
pencurahan Roh Kudus itu tidak lagi seperti dialami para rasul dan Kornelius,
melainkan dalam hati semua orang reformasi menyala-nyala keberanian membela
kebenaran Alkitabiah yang sudah diungkapkan oleh Martin Luther. Sekarang ini
gejala pencurahan Roh Kudus dan dampak firman TUHAN, tampaknya tidak membuat
yang dicurahi Roh Kudus itu menunjukkan kelainan-kelainan atau
keanehan-keanehan perilaku, tetapi dirinya dicerahi untuk berbuat
kebajikan-kebajikan.
- Kepada rekan-rekannya para rasul dan saudara-saudara di Yudea yang yahudiistik, yang “menghambat” kaum non-Yahudi masuk umat Tuhan Yesus Kristus, tegas mengatakan: “Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?" Mengabarkan Injil, atau mengembangkan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus bukan mencegah Tuhan Yesus Kristus bekerja, tetapi mengikut Tuhan Yesus yang sedang bekerja dan memperlancar pekerjaan-Nya itu agar semakin cepat berhasil. Yesus yang bangkit itu melalui malaikat-Nya berpesan, mengatakan kepada murid-murid-Nya: “Ia akan mendahului kamu ke...” (Mat. 28:7b), waktu itu ke Galilea, di hari kemudian ke tempat-tempat pemberitaan Injil, ke tempat-tempat Yahudi bersunat dan ke tempat kaum yang tidak bersunat bertobat. Yesus mendahului rasul-rasul-Nya menangkap Paulus dan memilihnya “untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel” (Kis. 9: 15). Yesus mendahului rasul-rasul-Nya menangkap Kornelius dan memilihnya menjadi pejabat Romawi yang dapat melindungi pengikut Tuhan Yesus Kristus di hadapan pejabat-pejabat pemerintahan di Kaisarea. Huria Kristen masa sekarang, perlu merenungkan apa yang terjadi dalam sejarah Huria/gereja Kristen selama duaribu tahun yang sudah berjalan: Seberapa banyak dan seberapa sering Huria itu mencegah Tuhan Yesus Kristus memasukkan orang menjadi anggota huria-Nya, mencegah Tuhan Yesus Kristus membangun dan mengembangkan Huria-Nya. Banyak sekali dibuat alat pencegah Tuhan Yesus Kristus berkuasa/campur tangan di Huria-Nya: Yang teologia-lah, yang status “sisuanbulu” lah, yang “kesombongan” lah, yang “kekayaan” yang disombongkanlah, yang “gensi” pelayan Tuhan lah, yang “keputusan pendeta” lah, yang “kemiskinan” lah, yang sikap “masiparoaroaan” (saling menjelek-jelekkan) lah. Ah, banyak sekali di huria hal-hal yang dibuat sebagai “palang pencegah” agar Yesus Kristus tidak masuk dan campur tangan di Huria-Nya sendiri. Ada juga palang pencegah yang sangat mengerikan, yakni pusoran pangambat jolma masuk tu huria ni Tuhan Yesus (tabiat mencegah orang masuk anggota Huria Tuhan Yesus). Setiap ada orang ingin mendaftar masuk anggota Huria, dia selalu mengatakan: ah, nga sukkup be hami dison, ndang jaloon songon hamu anggota ni huria. Tumagon do otik anggota ni huria i asalma bersih. (Ah, kami sudah cukup anggota jemaat ini, manusia seperti kamu tidak diterima menjadi anggota jemaat. Lebih baik anggota jemaat ini sedikit, tetapi bersih). Pencegah Yesus bekerja termasuk sikap-sikap kekolotan yang masih terus membelenggu hidup jemaat (misalnya: di jemaat ini tidak boleh menyanyikan nyanyian kharismatik, pada hal indah memuji Tuhan dengan nyanyian itu; tidak boleh tidak berbahasa Batak Toba, pada hal sudah setengah yang kebaktian tidak mengerti lagi bahasa Batak Toba). Semua sikap “mencegah Yesus Kristus ini” merupakan bukti sulitnya orang di Huria tunduk dan patuh mengikut kegerakan yang sedang dikerjakan Tuhan Yesus Kristus. Agar Huria Kristen semakin cepat berkembang dan menjadi tempat berhimpun semua umat manusia, kiranya semua pelayan dan anggota Huria Kristen segera introspeksi diri, apakah dirinya, kekayaannya, pengaruhnya, pendapatnya, kemalasannya, menghambat/mencegah Tuhan Yesus Kristus mengurus Huria-Nya dan menambah orang masuk menjadi pengikut-Nya. Di Eropah, khususnya di Jerman, palang pencegah itu berbentuk: kesombongan para pendeta, sikap ndang mampartondihon haporseaon tu Kristus i (sikap tidak membuat iman kepada Kristus menjadi bagian spiritualitas), dan pajak gerejawi anggota gereja. Itu semua mencegah Tuhan Yesus membuat orang bertahan dalam Huria-Nya, bahkan membuat manusia meninggalkan gereja.
6.
Sikap yang pantas ditiru dari para rasul yang
berselisih dan berkumpul untuk memperjelas mana yang terbaik, adalah perubahan
wawasan dan prinsip mereka: ‘Ketika
mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah,
katanya: "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan
pertobatan yang memimpin kepada hidup."’ Hal mencegah Yesus dan hal
memperlancar keberhasilan pekerjaan Yesus, harus klir (clear), jelas kepada semua orang dalam persekutuan umat Tuhan Yesus
Kristus. Demi kejelasan itu, adalah sangat baik, dan itulah yang terbaik,
apabila yang “berselisih” mau duduk bersama, dan saling memberi penjelasan
tentang prinsip masing-masing, demi menemukan yang terbaik bagi semua yang berselisih
dan bagi Tuhan Yesus Kristus. Untuk “duduk bersama” itu banyak istilahnya
sekarang, misalnya: rapat, sidang, sinode, konsili, dialog, telekonference, virtual-conference,
dan lain-lain. Dalam “duduk bersama”, hal “saling mendengar” satu sama lain,
yang membuat suasana menjadi “tenang” dalam arti perselisihan (mulai)
dihilangkan. Dalam “duduk bersama” kiranya tidak terjadi seperti sering terjadi
di kalangan orang Batak Toba: patampaktampak
hundul, pulikpulik pandohan (duduk bersama, tetapi pendapat akhir
berlain-lainan), tetapi baiklah terjadi, seperti paling sering terjadi di
kalangan orang BatakToba: purpar pande
dorpi, tu dimposna (walau ribut sekali sewaktu menukangi dingding kayu,
tetapi hasilnya sangat baik dan rapi). Memang ada prinsip dalam “duduk
bersama”: sepakat untuk tidak sepakat,
tetapi yang terbaik adalah: sepakat untuk
sepakat, atau sedikitnya sepakat
untuk saling memahami dalam perbedaan pendapat.
7.
“Menjadi tenang” (hesuchasan; acquieverunt
= menjadi diam, tidak ribut lagi) adalah suatu hal yang indah. Tetapi hasil
penyelesaian perselisihan tidak cukup hanya membuat peserta “duduk bersama”
“menjadi tenang”, sudah dapat saling mengerti dan saling memahami, dan ada
kesepakatan. “Menjadi tenang” harus melangkah kepada yang berikut, yakni: bersama-sama
(mereka) “memuliakan Allah” (edoxasan ton
theon; glorificaverunt Deum). “Duduk
bersama” tidak cukup hanya “mencapai kepuasan hati masing-masing peserta”,
tetapi juga “memberikan kepuasan hati Tuhan Yesus Kristus”. Para rasul dan saudara-saudara di Yudea
mendapat “yang plus” dari “duduk bersama” itu, dan Tuhan Yesus Kristus merasa
puas, bahwa para rasul-Nya dan pengikut-Nya di Yudea menemukan kembali apa yang
dipesankan-Nya, dan mereka sepakat serta bertekad bulat untuk saling menopang
dalam memberitakan Injil dan mengembangkan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus di
kalangan Yahudi bersunat dan kaum non-Yahudi tidak bersunat.
8.
"Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah
mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup", demikian kesepahaman
mereka. Kata “ara kai” (= sungguh
juga; LAI: jadi...juga) sangat penting dalam kalimat ini. Dengan adanya frasa
ini dalam kalimat itu, diakui, bahwa “sekarang” orang bukan Yahudi
(orang tak bersunat) sudah bersama-sama dengan orang Yahudi (bersunat) mendapat
karunia pertobatan ke kehidupan yang sebenarnya (ten metanoian eis zōen).
Umat TUHAN yang benar adalah apabila
“orang yang mengharamkan” dan “orang yang menghalalkan” dapat bersama-sama
menikmati karunia pertobatan ke kehidupan yang sebenarnya. Di kalangan umat
beragama, banyak jenis karunia pertobatan. Ada pertobatan dari agama Q ke agama
X, ada pertobatan dari agama X ke agama Y; ada pertobatan dari status orang
jahat menjadi status orang baik; pertobatan dari status pecandu narkoba menjadi
status penumpas narkoba. Pertobatan yang dikaruniakan TUHAN setelah “duduk
bersama” para rasul dan saudara-saudara di Yudea adalah ten
metanoian eis zōen
(LAI: “pertobatan yang memimpin kepada hidup”; hurufiah: pertobatan kepada
hidup; penulis: Pertobatan kepada kehidupan yang sebenarnya). Memang ada orang beragama yang sudah seperti
bangkai berjalan, tampaknya masih bergerak-gerak, pada hal sebenarnya sudah
mati. Orang seperti ini harus menerima pertobatan ke pada hidup. Para rasul dan
saudara-saudara di Yudea itu sedang berada dalam kehidupan menurut ajaran Tuhan
Yesus Kristus, dan hidup mereka semakin benar setelah mereka membuang segala
teologi yang “mencegah” Yesus berkarya
untuk segala bangsa. Hidup menurut ajaran Yesus Kristus (terutama ajaran KASIH
AGAVE, pengampunan dosa dan keselamatan) dan melancarkan keberhasilan pekerjaan
Tuhan Yesus Kristus di segala bidang kehidupan dan di kalangan semua bangsa,
adalah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan selain itu, masih setengah hidup
namanya. Sekarang hidup seperti itu terbuka untuk segala bangsa, ras, etnik,
dan jenis manusia (laki, perempuan, yang hetero dan yang LGBT). Dengan demikian semua umat manusia diajak
untuk “menyanyikan nyanyian baru bagi TUHAN”: (1) Kami memuji kebesaran-Mu,
ajaib TUHAN, ajaib TUHAN. Kami memuji kebesaran-Mu, ajaib TUHAN, ajaib TUHAN.
(2) Kami mengikut Kau saja TUHAN!
Berikanlah Kehidupan. Kami mengikut Kau saja TUHAN! Berikanlah Kehidupan. Atau digubah lagi
nyanyian paling baru: Teksnya: Dulu ku tak ingin orang lain selamat. Dulu ku
tak ingin orang lain dapat hidup. Sekarang Kau buka mata imanku, merindukan
semua bangsa selamat, semua bangsa hidup. Ku ‘kan kerja bagi-Mu, ‘kan sukseskan
karya-Mu. TUHAN! (Mari nyanyikan : es = do; ¾: teks dan lagu oleh Pdt LaMBaS): DULU DAN SEKARANG


/3Du 2 1lu .
/ 5ku 1tak 3i- 3ngin 3o- 3rang / 4la- 3in 2se- 1la- / 2mat
. . / 3Du- 2 1lu
. / 5ku 1tak
3i- 3ngin 3o- 3rang / 4la- 3in . 3da- 2pat / 3hi-
5dup . .
/ 2Se-3ka-
4rang . / 4Kau 4bu- 5ka . / . 4ma- 3ta .
/ 3i- 2man 3ku . / 3me-2rin-
1du-1kan. /2se-3mua 4bang-4sa .
/ 3se-2la-
3mat, . / 2se-3mua
4bang-4sa
. / . 4hi-5dup
. /
1ku-7kan 6ker-6ja . / 6ba-7gi- 1Mu
. / 1kan 7suk-
6ses-6kan . / 7ka-6rya-
5Mu. . / . 3TU-6HAN . ///
(Catatan:
karena kebutuhan teknis, bendera not ditulis di bawah not. Not angka yang ditulis
miring (italic) pertanda nadanya
rendah (lebih rendah dari not di dekatnya). Angka yang ditulis tebal (bold)
menandakan bahwa nada not itu lebih tinggi dari nada not didekatnya atau di
atas oktaf not yang ditulis dengan angka yang sama: 1 1 (satu oktaf).
MERENUNGKAN KEMBALI KISAH PARA
RASUL 11:1-18
Pertobatan yang memimpin kepada hidup
(1)
Sewaktu Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun
Yudea, dia menyeru: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat.3:2)
“Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu!”
(Mrk.1:4b). “Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan!” (Mat.3:8; Luk.3:8).
Beberapa buah pertobatan disebutkan: Kalau punya dua baju, beri satu kepada
yang tak punya. Punya makanan, beri juga kepada yang tak punya. Jangan tagih
lebih dari ketetapan. Jangan merampas, jangan memeras, cukupkan gaji yang ada. Pertobatan
berarti meninggalkan perilaku jelek, dan melakukan perilaku baik. Sejak Yesus
tampil di Galilea, diam di Kapernaum, Yesus menyerukan: “Bertobatlah, sebab
Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat.4:17). “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah
sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk.1:15). Penggenapan janji TUHAN dan sudah dekatnya
Kerajaan Sorga/Kerajaan Allah, mendorong seruan Yesus agar manusia umumnya, dan
Israel khususnya, bertobat. Kerajaan Sorga itulah yang diberitakan Yesus dari
mulai dia tampil di Galilea hingga kematian-Nya, penguburan-Nya dan
kebangkitan-Nya. Apa yang dibuat dan diajarkan-Nya selama itu, itulah Injil
(kabar baik), kabar keselamatan bagi seluruh umat manusia. Kerajaan Sorga atau
Kerajaan Allah di bumi ditandai dengan “keselamatan” yang dibawa Yesus Kristus.
Bertobat berarti mau hidup dalam
keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dalam nama Yesus “berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,
mulai dari Yerusalem" (Lukas 24:47). Tujuan utama Pekabaran Injil yang
dilakukan oleh Huria Kristen (setiap pengikut Yesus Kristus) adalah: agar semua
manusia di dunia ini – tak persoalan agama apapun yang dianut masing-masing –
hidup dalam keselamatan yang dari TUHAN dan menikmati “pengampunan dosa” yang dari
TUHAN dan dari satu sama lain. Jadi kalau ada menuduh Kristen melakukan
“kristenisasi”, itu berarti yang menuduh itu tidak memahami kekristenan dan
tujuan umat Kristen. Soal seseorang menjadi Kristen, itu adalah keputusan diri
masing-masing manusia, bukan hasil Pekabaran Injil. Jadi sasaran PI yang utama
adalah: agar semua orang Kristen dan semua yang bukan Kristen bertobat atau
mendapat karunia pertobatan yang memimpin kepada hidup.
(2)
Kabar Baik yang diberitakan dalam Kis.11:1-18
mengajak agar semua pihak, yang ada dalam Huria Kristen, bertobat atau
menikmati pertobatan yang memimpin kepada hidup. Saulus bertobat. Dia pilih
kehidupan yang lebih merdeka dan penuh keselamatan. Kornelius dan seisi
rumahnya bertobat, dan dia mendapat anugerah keselamatan. Para rasul bertobat, lalu
mereka menemukan teologi yang menghidupkan. Saudara-saudara di Yudea bertobat,
dan kepada mereka dianugerahkan lebih banyak lagi saudara-saudara seiman mereka
dari segala bangsa dan negeri. Pertobatan mereka semua membawa mereka tanpa
kecuali kepada satu kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang dirancang
oleh TUHAN dan yang menambah kemaslahatan mereka di bumi dan di dorga. Hidup
yang mereka miliki setelah “duduk bersama” itu adalah (1) hidup yang tenang,
damai, tidak ada permusuhan yang satu terhadap yang lain, semua menderapkan
langkah ke tujuan yang sama. (2) hidup yang penuh pemuliaan TUHAN Allah. Yang
dikatakan, yang dilakukan, modal kerja maupun hasil kerja, semuanya memuliakan
Tuhan. Dalam keadan sedemikian hidup menjadi sangat indah, karena di sana ada
suasana bertolong-tolongan menanggung beban, bersukacita dengan yang
bersukacita, menangis dengan yang menangis, satu untuk semua dan semua untuk
satu. Karena semua sudah bertobat, dan pertobatan masing-masing memimpin kepada
hidup.
(3)
Agama misi/dakwah yang ada di dunia ini selalu giat mentobatkan manusia. Tetapi target yang
sering ingin dicapai hanya untuk membuat manusia itu “pindah agama”, mualaf,
atau murtad dari agamanya semula. Bahkan bila satu denominasi gereja berhasil
membuat anggota denominasi gereja yang lain menjadi anggota denominasinya, itu
dikatakan sebagai keberhasilan mentobatkan orang agar ada anggotanya yang baru.
Pada hal perilaku dari orang yang pindah agama atau yang pindah denominasi
gereja itu sama sekali tidak berubah, bahkan bisa lebih jelek dari kehidupannya
sebelumnya. Sebabnya, karena yang baru pindah agama atau pindah gereja itu
difanatisasi untuk membenci anggota agama/gereja yang ditinggalkannya, bahkan
kebenciannya bisa meningkat kepada niat-niat yang lebih jelek lagi (misalnya:
menjelek-jelekkan, membunuh atau merusak rumah ibadah orang lain). Inilah usaha
pentobatan dan pertobatan yang mencoreng nama baik agama atau denominasi gereja
yang membuat anggota barunya menjadi demikian. Yesus tidak pernah mengajak
orang pindah agama, tetapi menyerukan agar manusia berpindah dari kehidupan
yang dikuasai Iblis ke kehidupan yang dikuasai Tuhan. Adalah sangat benar,
apabila agama-agama missi atau agama dakwah, sangat bergiat bermisi dan
berdakwah, dan sama-sama memperbaiki kehidupan umat manusia (seperti
dicita-citakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD
RI 1945). Itulah pelaksanaan misi/dakwah yang didambakan TUHAN pencipta langit
dan bumi. Sudah saatnya ada komisi zending/misi/dakwah bersama yang dibentuk
oleh agama-agama misi/dakwah. Mungkin itu lintas agama. Sangat bisa cepat
terwujud komisi seperti itu apabila lintas denominasi gereja. Kalau itu sudah
ada, sekarang harus mengefektifkannya sebaik mungkin. TUHAN memberkati. Amin.
Pematangsiantar,
24 Pebruari 2016.
Pdt. Langsung
Maruli basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).