MINGGU XXIII SETELAH TRINITAS TGL. 30 OKTOBER 2016, EVANGELIUM: YESAYA 1:10-18

08.27.00 0 Comments A+ a-

YESAYA


1:10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
1:11 "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
1:12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
1:13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
1:14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18 Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

BERPERKARALAH DENGAN TUHAN TENTANG MELAKUKAN YANG TERBAIK BAGI TUHAN DAN BAGI SESAMA MANUSIA

1.      Di Tahun Pengembangan HKI tahun 2011 dicanangkan agar seluruh HKI bekerja sebaik mungkin agar di HKI terjadi: Tinggi Penyembah, Tinggi Penyembahan, Tinggi Persembahan. Program itu dipahami sebagai berikut: Tinggi Penyembah artinya mengusahakan sebanyak mungkin (yakni semua anggota jemaat di tambah lagi dengan orang-orang yang bukan anggota jemaat HKI) datang menyembah TUHAN Yesus Kristus (Yahowa Yeshua Hammasiah) di setiap kebaktian yang dilaksanakan oleh HKI, di rumah ibadah maupun di kebaktian sektor, kebaktian rumah. Dalam rangka membuat Tinggi Penyembah, juga diusahakan agar sarana-sarana peribadahan (seperti rumah ibadah, perlengkapan-perlengkapan ibadah: altar, podium, musik, benda-benda sakral di rumah ibadah), benar-benar yang terbaik di tempat itu.  Tinggi Penyembahan berarti mengusahakan agar liturgi-liturgi kebaktian (upacara penyembahan TUHAN Yesus Kristus) dirancang sedemikian rupa agar benar-benar memberikan semangat yang menghidupkan kerohanian dan memberi semangat hidup bagi seluruh anggota jemaat HKI atau peserta kebaktian (penyembahan kepada TUHAN Yesus Kristus). Dalam merancang liturgi/upacara kebaktian itu dianjurkan agar unsur utama (yang primer) dari liturgi Lutheran yang digunakan HKI tetap dipertahankan, tetapi unsur sekunder dari acara kebaktian itu dapat dibuat bervariasi. Dengan demikian “mutu” kebaktian yang dilaksanakan HKI lebih tinggi dari semua kebaktian yang dilaksanakan di gereja manapun (yang kharismatik, pentakostal, konservatif). Untuk itu kepada setiap pendeta HKI telah diberi mandat untuk merancang liturgi kebaktian/liturgi penyembahan. Khotbah setiap pengkhotbah, yang disampaikan di setiap kebaktian diharapkan sebagai khotbah yang meneguhkan iman, membangkitkan semangat maju ke depan, memperkuat persekutuan, mendorong umat mau berpartisipasi penuh dalam pekerjaan/program penginjilan, menyembuhkan luka batin, menuntun umat menggapai masa depan yang lebih gemilang serta membuat setiap setiap pendengar bersukacita memberi persembahannya dan bergembira pulang dari kebaktian. Pembaharuan penyembahan ini bisa saja memberi kesan, bahwa acara/liturgi kebaktian di HKI resort A berbeda variasinya dengan acara/liturgi di HKI resort B. Variasinya bisa berbeda, tetapi tujuan yang harus diraih tetap sama: memajukan HKI dalam kerohanian dan pembangunan, dalam koinonia, marturia dan diakonia. Dengan pengembangan ini, diharapkan ada jemaat atau resort HKI yang mampu berdiri, melayani, bersaksi dan bersekutu di tengah-tengah masyarakat yang sudah hidup dengan budaya populer (populer culture), yang hidup dengan budaya suku/bangsa-bangsa, yang hidup dengan budaya yang sedang berkembang, yang hidup dengan budaya barat, yang hidup dengan budaya Cina, yang hidup dengan budaya India, yang hidup dengan budaya Indonesia,yang hidup dengan budaya internasional, atau di masyarakat yang hidup dengan budaya Timur Tengah. Dengan demikian semarak HKI merupakan semarak pemenuhan amanat agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus: Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.... Tinggi persembahan artinya jumlah persembahan yang diberikan umat peserta kebaktian-kebaktian di HKI luar biasa besarnya, dan menjadi lebih dari cukup untuk semua pekerjaan pemberitaan Injil, pelayanan, persekutuan, pembangunan rohani dan pembangunan fisik serta pembangunan kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.  Persembahan itu bisa berupa uang, atau benda berharga atau dalam bentuk-bentuk yang lain yang menunjang pekerjaan-pekerjaan yang disebutkan barusan (misalnya: satu rumah ibadah dipersembahkan oleh seorang anggota HKI, satu wisma atau satu hotel, atau satu perkebunan, atau satu gedung perkantoran, atau satu monumen peringatan, atau satu/beberapa bus atau mobil, atau satu sekolah, dipersembahkan oleh satu orang/satu keluarga atau beberapa warga HKI. Kalau nama pemberi persembahan perlu diabadikan melalui persembahannya tersebut, HKI dengan bangga melakukannya, serta berdoa untuk kebaikan dan berkat bagi orang/keluarga itu dan keturunan-keturunannya. Di jemaat-jemaat HKI yang dapat menjalankannya dengan baik, pengembangan ini sangat disambut, tetapi di jemaat-jemaat yang bercokol dalam tradisi kunonya, ada terjadi guncangan-guncangan, akibat dari tarik menarik kekunoan dan arus perubahan. Visi HKI adalah menjadi huria  yang kuat iman, misioner, modern dan dedikatif sebagai abdi Tuhan Yesus Kristus. Demi pewujudan visinya, semua jemaat dan pelayan HKI harus terbuka untuk pembaharuan-pembaharuan yang positif itu. Yang perlu diperhatikan, adalah agar jangan sampai ada penilaian TUHAN terhadap pengembangan program Tinggi Penyembah, Tinggi Penyembahan, dan Tinggi Persembahan yang dilakukan itu seperti penilaian yang dikatakan TUHAN dalam Yesaya 1:13 &14b ini: “Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh,... Kalau kamu merayakan... atau mengadakan pertemuan-pertemuan,  Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan, ... semuanya itu menjadi beban bagi-Ku. Aku telah payah menanggungnya.” Untuk itu merenungkan Yes.1:10-18 sedalam-dalamnya semakin sangat penting demi perjalanan huria yang terpuji dan gemilang di masa depan.

2.      Dikatakan dalam Yes.1:1 bahwa Yesaya bin AmoÅŸ bekerja di zaman pemerintahan Raja Uzia (767-740 sebK), raja Yotam (740 -734 sebK), raja Ahas (734-728 sebK) dan raja Hizkia 728 -699 sebK), raja-raja di Yehuda yang berkedudukan di ibukotanya, Yerusalem. Menurut catatan kitab 2 Raja-raja tentang empat raja ini, demikian: Uzia (Azarya) “melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Maka TUHAN menimpakan tulah kepada raja, sehingga ia sakit kusta sampai hari kematiannya, dan tinggal dalam sebuah rumah pengasingan.” (2 Raja 15:3-5a). Tentang Yotam: “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Uzia, ayahnya. Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Ia mendirikan Pintu Gerbang Tinggi di rumah TUHAN.” (2 Raja 15:34-35). Tentang raja Ahas: “Sesudah itu pergilah raja Ahas menemui Tiglat-Pileser, raja Asyur, ke Damsyik. Setelah raja Ahas melihat mezbah yang ada di Damsyik, dikirimnyalah kepada imam Uria ukuran dan bagan mezbah itu, menurut buatannya yang tepat. Lalu imam Uria mendirikan mezbah; tepat seperti keterangan yang dikirimkan raja Ahas dari Damsyik, demikianlah dibuat imam Uria menjelang datangnya raja Ahas dari Damsyik. Setelah raja pulang dari Damsyik, maka raja melihat mezbah itu. Lalu mendekatlah raja kepada mezbah itu, naik ke atasnya, membakar korban bakarannya dan korban sajiannya, mencurahkan korban curahannya di atas mezbah itu, dan menyiramkan darah korban keselamatannya kepadanya. Tetapi ia menyuruh menggeser mezbah tembaga yang ada di hadapan TUHAN dari depan rumah TUHAN, dari antara mezbah baru dengan rumah itu, dan menaruhnya di sebelah utara mezbah baru itu. Kemudian raja Ahas memerintahkan kepada imam Uria: "Bakarlah di atas mezbah besar itu korban bakaran pagi dan korban sajian petang, juga korban bakaran dan korban sajian raja, lagi korban bakaran dan korban sajian dan korban-korban curahan seluruh rakyat negeri; dan siramkanlah kepadanya segenap darah korban bakaran dan segenap darah korban sembelihan; tetapi mezbah tembaga itu adalah urusanku." Lalu imam Uria melakukan tepat seperti yang diperintahkan raja Ahas. Sesudah itu raja Ahas memotong papan penutup kereta penopang dan menyingkirkan bejana pembasuhan dari atasnya, juga "laut" itu diturunkannya dari atas lembu tembaga yang mendukungnya dan ditaruhnya di atas alas batu.” (2 Raja.16:10-17). Tentang raja Hizkia: “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya. Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan. Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa. Maka TUHAN menyertai dia; ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya. (2 Raj.18:3-7).  Dari catatan-catatan tentang raja-raja Yehuda ini, nubuat Yesaya 1 (termasuk ayat 10-18) lebih tepat dikatakan sebagai kritikan nabi terhadap kehidupan keagamaan dan peribadatan umat Israel dibawah pemerintahan raja Ahas (734-728 sebK). Waktu itu di Israel Utara (Samaria) raja Pekah (740-732 sebK) dan raja Hosea (732-722 sebK) memerintah. Pekah tunduk ke Asyur, demikian juga raja Ahas tunduk ke Asyur. Tetapi raja Hosea, pengganti raja Pekah memberontak kepada Asyur sehingga Samaria/Kerajaan Israel Utara di hancurkan dan penduduknya dibuang ke daerah Halah, di tepi sungai Habor (sungai negeri Gozan) dan kota-kota orang Madai di Mesopotamia (722 sebK). Yerusalem selamat dari penghancuran tentara Asyur tahun 722 seb.K, karena raja Ahas sudah cepat-cepat menundukkan diri kepada Asyur (raja Tiglath-Pileser 745-727 sebK dan Salmanasser V, 727-722 sebK.) dan tetap setia bayar upeti kepada Asyur. Tetapi selain itu, harga yang harus dibayar Yehuda adalah: Bait Allah dinajiskan dengan mengikuti ritus keagamaan Asyur. Keadaan itu mengundang kritikan yang sangat tajam dari nabi Yesaya.  Keadaan bangsa Israel dicap sebagai yang memberontak terhadap TUHAN, yang kesetiaannya lebih buruk dari kesetiaan lembu-lembu dan keledai. Sebab “lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." (Yes.1:3). Bahkan umat Yehuda sudah mendekati bahkan sudah disamakan dengan Sodom dan Gomora, rajamereka dan para pemimpinmereka (seperti imam Uria) sudah disebut sebagai pemimpin-pemimpin manusia Sodom dan manusia Gomora (baca: Yes.1:9.10). Itulah gambaran terburuk suatu bangsa di hadapan TUHAN, yang dikenal umat Israel/Yehuda. Mereka merayakan hari-hari raya keagamaan, beribadah, memberikan kurban-kurban bakaran dan persembahan-persembahan lainnya di mezbah Bait Suci di Yerusalem. Tetapi TUHAN jijik melihat semuanya itu. Sebab apa? Karena semuanya tidak lagi menunjukkan kesetiaan mereka kepada TUHAN Yahowa, tetapi memamerkan kesetiaan mereka kepada Assyur dan kepada dewa-dewi pujaan mereka yang sudah digandengkan dengan Yahowa pujaan umat Yehuda. Mereka luarbiasa dalam beribadah, tetapi untuk menyenangkan hati raja Asyur.

3.      Yesaya menghardik umat dan para pemimpin Yehuda supaya sudi mendengar firman dan pengajaran TUHAN (Allah) yakni firman dan ajaran Yahowa Elohim, bukan mendengar ajaran raja Asyur (Tiglath-Pileser) atau ajaran dewa sembahan Asyur, atau synkritisasi ajaran Yahowa dan ajaran dewa sembahan Asyur. Dalam memberikan kurban-kurban di Bait TUHAN Yahowa, umat Yehuda dan para pemimpin mereka di Yerusalem harus mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Yahowa. Sebenarnya raja Ahas sangat agamis, dan menganjurkan para pemimpin Yehuda dan rakyat Yehuda  menjalankan ibadah dan perayaan-perayaan yang luar biasa semaraknya di Bait TUHAN di Yerusalem. Kurban-kurban itu sangat banyak, yang berupa kurban kebakaran. Kurban-kurban itu terdiri dari domba jantan, anak lembu, lembu jantan, domba-domba, kambing-kambing jantan, yang gemuk-gemuk. Kurban-kurban itu tidak ada yang bercacat. Tetapi dari kurban-kurban itu, hanya kurban bakaran, tidak ada kurban penghapus dosa, tidak ada kurban keselamatan, dan tidak ada kurban penebus salah. Itu pertanda bahwa umat Yehuda dan para pemimpinmereka (raja dan para imam) datang beribadah bukan karena mengenal dosa-dosa mereka dan bukan untuk menyesali dosa-dosa mereka, melainkan untuk pamer ibadah, yang sedikitnya untuk menyenangkan negeri penjajah (Asyur). Jadi dengan sendirinya, kurban-kurban itu tidak disukai oleh Yahowa Elohim (TUHAN Allah). Agar TUHAN menyukainya, kurban-kurban itu harus dipersembahkan benar-benar sesuai dengan aturan dan tujuan pemberian kurban yang ditetapkan oleh TUHAN Yahowa.

4.      Makanya nabi beralasan untuk menanyakan: Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Umat Israel dan para pemimpin mereka sungguh rajin datang ke Bait TUHAN, yang mezbahnya telah dirombak atas perintah raja Ahas. Itu dipandang seolah-olah suatu reformasi (pembaharuan) keagamaan umat Israel. Pada hal sebenarnya itu merupakan suatu penyesatan umat itu, yang dilakukan dengan kekuasaan dan imam berkolusi dalam penyesatan itu. Disebut penyesatan, karena raja Ahas memaksakan imam menyesuaikan ibadah dan pemberian kurban dalam agama Yahowa kepada ibadah dan pemberian kurban di Asyur. Mereka memanggil nama Elohim, tetapi mereka tidak memuliakan Yahowa. Dari itu Yahowa melalui nabi-Nya, nabi Yesaya, mempertanyakan: siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelatran Bait Suci-Ku? Masih Yahowa kah atau sudah raja Asyur? Untuk mematuhi Yahowa kah, atau sudah untuk mematuhi keinginan raja Asyur? Di balik kesemarakan ibadah dan kurban-kurban itu, justru raja Asyur dan agama Asyur yang menuntut mereka datang ke mezbah yang ada di Bait Suci Yahowa di Yerusalem, mereka datang bukan lagi karena panggilan agama Yahowa.  Dari itu muncul penilaian TUHAN terhadap kurban-kurban sebagai kurban yang tidak sungguh dan baunya adalah kejijikan bagi TUHAN Yahowa. Seharum apapun kurban yang diserahkan di altar persembahan, baunya tetap sebagai kejijikan bagi Yahowa, kalau motivasi dan tujuannya tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh Yahowa Elohim. Sebesar apapun persembahan pengikut TUHAN Yesus Kristus di zaman sekarang ini, itu menjadi pesembahan yang menjijikkan, kalau motivasinya dan tujuannya untuk memuliakan diri orang yang mempersembahkan kurban persembahan itu.

5.      Ibadah yang diselenggarakan umat Yehuda dan para pemimpin Yehuda, bukan hanya ibadah Sabat, tetapi juga perayaan bulan baru dan mereka mengadakan pertemuan-pertemuan keagamaan. Di sini tidak disebutkan lagi adanya perayaan paskah, perayaan hari raya Roti Tidak Beragi, perayaan hari raya tujuh minggu, perayaan  perdamaian, perayaan hari raya Pondok Daun. Yang dikatakan, bahwa umat Yehuda masih merayakan Sabat, dan mengadakan perayaan bulan baru. Ini merupakan perayaan yang masih dimungkinkan bersesuaian dengan keinginan Asyur dan dilakukan sesuai dengan tekanan dari Asyur. Itu dapat dilakukan karena ada kesesuaian waktunya dan jenis perayaannya dengan apa yang dilakukan di Asyur. Asyur juga punya waktu ibadah sekali seminggu, walaupun itu tidak disebut hari sabbat. Yehuda dan pemimpinmereka menyesuaikan perayaan sabbat untuk hari ibadah di Asyur, dan pemberian korban bakaran seperti pemberian kurban bakaran di Asyur. Bahkan Ahas terkenal juga pernah mempersembahkan anaknya di altar/mezbah yang ada di Yerusalem.  Dari itu TUHAN melalui nabi Yesaya beralasan mengatakan bahwa perayaan yang diadakan kaum Yehuda dan para pemimpinmereka  “penuh kejahatan”, karena tujuannya untuk menyingkirkan Yahowa dari keimanan kaum Yehuda. Ibadah dan perayaan-perayaan itu menjadi beban bagi Yahowa, karena ibadah itu dinamakan sebagai “ibadah kepada Yahowa” tetapi ternyata tidak lagi ibadah kepada Yahowa. Hal ini menjadi beban yang sangat berat bagi Yahowa, dan tentu saja TUHAN dapat mengatakan bahwa DIA sudah payah menanggungnya. Ditanggung pun tidak ada gunanya. Ibadah yang tidak murni memuja TUHAN Yesus Kristus, yang dilakukan di zaman sekarang, juga menjadi beban yang tidak menyenangkan bagi TUHAN Yesus Kristus (Yahweh Yeshua Hammasiah), kalau tidak dilakukan sesuai dengan tuntutan ajaran Tuhan Yesus Kristus. Dari itu dapat dibayangkan para pengikut Yesus yang hidup sekarang ini, mengapa ibadah yang dilakukan tidak mengubah kehidupan umat manusia, bahkan sering memperburuk keimanan dan kehidupan umat TUHAN.

6.      Terhadap doa-doa yang dimohonkan dari ibadah yang tidak sungguh memuliakan TUHAN Yahowa, tentu saja tidak mendapat jawaban dari TUHAN Yahowa. Bahkan Yahowa tegas mengatakan: Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. Penolakan menjawab doa itu diperparah dengan kenyataan bahwa tangan para pemimpin Yehuda penuh darah. Ahas “hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, bahkan dia mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel. (2 Raja.16:3). Dalam peradatan dunia pun, permintaan dikabulkan apabila permintaan itu berkenan dan diajukan sesuai dengan tatacara yang dikehendaki oleh yang diharapkan  memberikan. Mamohonkan doa kepada Yahowa tentu saja juga harus diajukan dengan keimanan yang dikehendaki TUHAN dan kehidupan orang yang berdoa harus sesuai dengan kehendak TUHAN, dan apabila doanya dikabulkan, diharapkan agar yang doanya dikabulkan itu hidup sesuai dengan kehendak  TUHAN. Kalau tidak ada kesungguhan seperti itu, TUHAN tidak bisa disalahkan, apabila DIA tidak mendengar dan tidak mengabulkan apa yang dimohon kepada-Nya di dalam doa.

7.         Didorong oleh kasih-Nya terhadap umat-Nya, terhadap Yehuda dan para pemimpinnya, Yahowa tidak mengancam untuk memusnahkan umat-Nya, walaupun dosa umat-Nya sudah merah, melainkan mengajak umat yang dikasihi-Nya itu agar bertobat: Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Membasuh dan membersihkan diri, berarti membersihkan segala unsur kekafiran yang sudah menyusup ke dalam ibadah dan keimanan umat Yehuda/Yerusalem. Menjauhkan perbuatan-perbuatan yang jahat yang dilakukan di depan mata TUHAN, berarti menyingkirkan segala unsur-unsur ibadah Asyur dari ibadah umat Yehuda. Sebab unsur-unsur ibadah Asyur itu telah menghianati kesetiaan kepada Yahowa. Penghianatan itu merupakan perbuatan jahat yang sangat menyakitkan hati TUHAN Yahowa.  Berhenti berbuat jahat berarti kembali kepada keimanan yang benar terhadap Yahowa dan melakukan semua kebaikan-kebaikan yang dianjurkan berdasarkan iman murni dan setia kepada Yahowa.  Beberapa perbuatan baik yang sesuai dengan Firman TUHAN : mengendalikan orang kejam, membela hak-hak anak-anak yatim, memperjuangkan perkara janda-janda.  Mengendalikan orang kejam berarti memasukkan ke penjara para orang kejam apabila mereka tidak mengubah kekejaman mereka menjadi kelembutan. Untuk itu harus dibuat undang-undang perlindungan bagi orang-orang lemah, orang kecil atau orang-orang minoritas. Termasuk ke dalam usaha membela hak anak yatim, apabila negara membiayai pendidikan anak-anak yatim hingga tamat dari perguruan tinggi dan mendapat pekerjaan yang layak atau yang pencaharian dari pekerjaannya dapat membiayai hidupnya dan hidup keluarganya. Termasuk kepada usaha memperjuangkan perkara-perkara para janda, apabila para janda dilindungi dan dibantu menjadi pengasuh/yang membesarkan anak-anak yang ditinggal ayahnya; harta-harta peninggalan suaminya tidak dirampas oleh orang lain (misalnya oleh saudara daripada almarhum suami dari janda tersebut). Harus diperjuangkan agar janda bersama anak-anaknya harus bisa hidup sejahtera.
8.      TUHAN mengajak umat-Nya dan para pemimpin mereka “berperkara”, yang mungkin merupakan debat yang lebih hebat dari debat calon presiden Amerika. Artinya TUHAN mengajak umat-Nya melihat kembali jalan yang benar dan keinginan suci dari pada Yahowa, demi masa depan umat Yehuda dan para pemimpinmereka. Dalam “berperkara” itu, TUHAN bersama dengan umat dan para pemimpin Yehuda ingin menemukan keadilan yang sebenarnya. Dalam berperkara itu bisa saja ditemukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Umat Yehuda yang menghianati TUHAN pasti ditemukan sebagai pihak yang salah. Tetapi walaupun demikian, umat Yehuda/para pemimpin Yehuda tidak usah takut datang ke hadapan TUHAN untuk berperkara. Sebab TUHAN itu maha pengasih dan maha pengampun. Yang perlu, dosa harus disadari lalu ditinggalkan dan tidak diulangi. “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Kebenaran sabda TUHAN ini sepenuhnya dilakukan oleh TUHAN dalam karya-Nya dalam dan melalui karya Tuhan Yesus Kristus. Bila manusia dibersihkan dari dosa yang sudah “merah”, manusia dibatalkan mendapat hukuman mati oleh TUHAN  Yesus Kristus. Seperti di traffic light (lampu di simpang jalan), sesudah dosa manusia itu “merah”, TUHAN  menggantinya dengan “hijau”, sehingga manusia kembali dapat menjalankan hidup mereka. Yang utama bagi TUHAN, umat-Nya menyadari dosa-dosamereka, yang bahkan sudah berupa dosa-berjemaah; lalu dari kesadaran akan dosa itu mereka meminta pengampunan. TUHAN bersedia mengampuni dan menghapus segala dosa manusia yang diminta untuk diampuni. Setelah pengampunan itu, umat itu benar-benar dapat memulai hidup baru. (Ingat, bahwa dosa Hawa dan Adam memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat yang ada di tengah taman Eden, yang dilarang untuk dimakan, tidak diampuni, karena Hawa dan Adam memang tidak meminta agar dosa mereka itu diampuni, walaupun sudah mereka sadari bahwa mereka telah berdosa. Inilah dosa warisan yang diturunkan Hawa dan Adam kepada keturunannya: Melanggar perintah TUHAN, dan tidak mau meminta agar dosa itu diampuni oleh TUHAN, walaupun sudah disadari, apalagi kalau tidak disadari. Dosa itu seolah dilegalisasi oleh manusia itu sendiri. Itulah tabiat manusia yang turun temurun dari sejak Adam dan Hawa berdosa hingga sekarang). Sungguh sangat beruntung manusia yang mau berperkara dengan TUHAN dan kemudian menyadari dosa-dosanya, lalu meminta pengampunan dosanya. Kepada orang seperti itu akan dianugerahkan pengampunan dosa, dan diberikan hidup baru, yang indahnya tiada bandingannya.  Setiap orang yang menerima hidup baru akan melakukan yang terbaik bagi TUHAN Yesus Kristus dan bagi sesamanya manusia. Amen.
Pematangsiantar, 20 Oktober 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).