MINGGU XXIII SETELAH TRINITAS TGL. 30 OKTOBER 2016, EVANGELIUM: YESAYA 1:10-18
YESAYA
1:10
Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah
pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora!
1:11
"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku
sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari
anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak
Kusukai.
1:12
Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu
dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
1:13
Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah
kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan
pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh
kejahatan.
1:14
Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci
melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya.
1:15
Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku,
bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya,
sebab tanganmu penuh dengan darah.
1:16
Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari
depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
1:17
belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam;
belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18
Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah
seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah
seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
BERPERKARALAH DENGAN TUHAN TENTANG MELAKUKAN YANG TERBAIK BAGI TUHAN
DAN BAGI SESAMA MANUSIA
1.
Di Tahun Pengembangan HKI tahun 2011 dicanangkan
agar seluruh HKI bekerja sebaik mungkin agar di HKI terjadi: Tinggi Penyembah,
Tinggi Penyembahan, Tinggi Persembahan. Program itu dipahami sebagai berikut:
Tinggi Penyembah artinya mengusahakan sebanyak mungkin (yakni semua anggota
jemaat di tambah lagi dengan orang-orang yang bukan anggota jemaat HKI) datang
menyembah TUHAN Yesus Kristus (Yahowa Yeshua Hammasiah) di setiap kebaktian
yang dilaksanakan oleh HKI, di rumah ibadah maupun di kebaktian sektor,
kebaktian rumah. Dalam rangka membuat Tinggi Penyembah, juga diusahakan agar
sarana-sarana peribadahan (seperti rumah ibadah, perlengkapan-perlengkapan
ibadah: altar, podium, musik, benda-benda sakral di rumah ibadah), benar-benar
yang terbaik di tempat itu. Tinggi
Penyembahan berarti mengusahakan agar liturgi-liturgi kebaktian (upacara
penyembahan TUHAN Yesus Kristus) dirancang sedemikian rupa agar benar-benar
memberikan semangat yang menghidupkan kerohanian dan memberi semangat hidup bagi
seluruh anggota jemaat HKI atau peserta kebaktian (penyembahan kepada TUHAN
Yesus Kristus). Dalam merancang liturgi/upacara kebaktian itu dianjurkan agar
unsur utama (yang primer) dari liturgi Lutheran yang digunakan HKI tetap
dipertahankan, tetapi unsur sekunder dari acara kebaktian itu dapat dibuat
bervariasi. Dengan demikian “mutu” kebaktian yang dilaksanakan HKI lebih tinggi
dari semua kebaktian yang dilaksanakan di gereja manapun (yang kharismatik,
pentakostal, konservatif). Untuk itu kepada setiap pendeta HKI telah diberi
mandat untuk merancang liturgi kebaktian/liturgi penyembahan. Khotbah setiap
pengkhotbah, yang disampaikan di setiap kebaktian diharapkan sebagai khotbah
yang meneguhkan iman, membangkitkan semangat maju ke depan, memperkuat
persekutuan, mendorong umat mau berpartisipasi penuh dalam pekerjaan/program
penginjilan, menyembuhkan luka batin, menuntun umat menggapai masa depan yang
lebih gemilang serta membuat setiap setiap pendengar bersukacita memberi
persembahannya dan bergembira pulang dari kebaktian. Pembaharuan penyembahan
ini bisa saja memberi kesan, bahwa acara/liturgi kebaktian di HKI resort A
berbeda variasinya dengan acara/liturgi di HKI resort B. Variasinya bisa
berbeda, tetapi tujuan yang harus diraih tetap sama: memajukan HKI dalam
kerohanian dan pembangunan, dalam koinonia, marturia dan diakonia. Dengan
pengembangan ini, diharapkan ada jemaat atau resort HKI yang mampu berdiri,
melayani, bersaksi dan bersekutu di tengah-tengah masyarakat yang sudah hidup
dengan budaya populer (populer culture), yang hidup dengan budaya suku/bangsa-bangsa,
yang hidup dengan budaya yang sedang berkembang, yang hidup dengan budaya
barat, yang hidup dengan budaya Cina, yang hidup dengan budaya India, yang
hidup dengan budaya Indonesia,yang hidup dengan budaya internasional, atau di masyarakat
yang hidup dengan budaya Timur Tengah. Dengan demikian semarak HKI merupakan
semarak pemenuhan amanat agung yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus:
Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.... Tinggi persembahan artinya
jumlah persembahan yang diberikan umat peserta kebaktian-kebaktian di HKI luar
biasa besarnya, dan menjadi lebih dari cukup untuk semua pekerjaan pemberitaan
Injil, pelayanan, persekutuan, pembangunan rohani dan pembangunan fisik serta
pembangunan kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya. Persembahan itu bisa berupa uang, atau benda
berharga atau dalam bentuk-bentuk yang lain yang menunjang pekerjaan-pekerjaan
yang disebutkan barusan (misalnya: satu rumah ibadah dipersembahkan oleh
seorang anggota HKI, satu wisma atau satu hotel, atau satu perkebunan, atau
satu gedung perkantoran, atau satu monumen peringatan, atau satu/beberapa bus
atau mobil, atau satu sekolah, dipersembahkan oleh satu orang/satu keluarga
atau beberapa warga HKI. Kalau nama pemberi persembahan perlu diabadikan
melalui persembahannya tersebut, HKI dengan bangga melakukannya, serta berdoa
untuk kebaikan dan berkat bagi orang/keluarga itu dan keturunan-keturunannya. Di
jemaat-jemaat HKI yang dapat menjalankannya dengan baik, pengembangan ini
sangat disambut, tetapi di jemaat-jemaat yang bercokol dalam tradisi kunonya,
ada terjadi guncangan-guncangan, akibat dari tarik menarik kekunoan dan arus
perubahan. Visi HKI adalah menjadi huria
yang kuat iman, misioner, modern dan dedikatif sebagai abdi Tuhan Yesus
Kristus. Demi pewujudan visinya, semua jemaat dan pelayan HKI harus terbuka
untuk pembaharuan-pembaharuan yang positif itu. Yang perlu diperhatikan, adalah
agar jangan sampai ada penilaian TUHAN terhadap pengembangan program Tinggi Penyembah, Tinggi Penyembahan, dan
Tinggi Persembahan yang dilakukan itu seperti penilaian yang dikatakan
TUHAN dalam Yesaya 1:13 &14b ini: “Jangan lagi membawa persembahanmu yang
tidak sungguh,... Kalau kamu merayakan... atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan, ... semuanya itu menjadi beban bagi-Ku. Aku telah payah
menanggungnya.” Untuk itu merenungkan Yes.1:10-18 sedalam-dalamnya semakin
sangat penting demi perjalanan huria yang terpuji dan gemilang di masa depan.
2.
Dikatakan dalam Yes.1:1 bahwa Yesaya bin AmoÅŸ
bekerja di zaman pemerintahan Raja Uzia (767-740 sebK), raja Yotam (740 -734
sebK), raja Ahas (734-728 sebK) dan raja Hizkia 728 -699 sebK), raja-raja di
Yehuda yang berkedudukan di ibukotanya, Yerusalem. Menurut catatan kitab 2
Raja-raja tentang empat raja ini, demikian: Uzia (Azarya) “melakukan apa yang
benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Namun
demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih
mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Maka TUHAN menimpakan
tulah kepada raja, sehingga ia sakit kusta sampai hari kematiannya, dan tinggal
dalam sebuah rumah pengasingan.” (2 Raja 15:3-5a). Tentang Yotam: “Ia melakukan
apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Uzia, ayahnya. Namun
demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih
mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Ia mendirikan Pintu
Gerbang Tinggi di rumah TUHAN.” (2 Raja 15:34-35). Tentang raja Ahas: “Sesudah
itu pergilah raja Ahas menemui Tiglat-Pileser, raja Asyur, ke Damsyik. Setelah
raja Ahas melihat mezbah yang ada di Damsyik, dikirimnyalah kepada imam Uria
ukuran dan bagan mezbah itu, menurut buatannya yang tepat. Lalu imam Uria
mendirikan mezbah; tepat seperti keterangan yang dikirimkan raja Ahas dari
Damsyik, demikianlah dibuat imam Uria menjelang datangnya raja Ahas dari
Damsyik. Setelah raja pulang dari Damsyik, maka raja melihat mezbah itu. Lalu
mendekatlah raja kepada mezbah itu, naik ke atasnya, membakar korban bakarannya
dan korban sajiannya, mencurahkan korban curahannya di atas mezbah itu, dan
menyiramkan darah korban keselamatannya kepadanya. Tetapi ia menyuruh menggeser
mezbah tembaga yang ada di hadapan TUHAN dari depan rumah TUHAN, dari antara
mezbah baru dengan rumah itu, dan menaruhnya di sebelah utara mezbah baru itu.
Kemudian raja Ahas memerintahkan kepada imam Uria: "Bakarlah di atas
mezbah besar itu korban bakaran pagi dan korban sajian petang, juga korban
bakaran dan korban sajian raja, lagi korban bakaran dan korban sajian dan
korban-korban curahan seluruh rakyat negeri; dan siramkanlah kepadanya segenap
darah korban bakaran dan segenap darah korban sembelihan; tetapi mezbah tembaga
itu adalah urusanku." Lalu imam Uria melakukan tepat seperti yang
diperintahkan raja Ahas. Sesudah itu raja Ahas memotong papan penutup kereta
penopang dan menyingkirkan bejana pembasuhan dari atasnya, juga
"laut" itu diturunkannya dari atas lembu tembaga yang mendukungnya
dan ditaruhnya di atas alas batu.” (2 Raja.16:10-17). Tentang raja Hizkia: “Ia
melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa
leluhurnya. Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan
tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan
ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang
masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan. Ia percaya
kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang
sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. Ia
berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang
pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa. Maka
TUHAN menyertai dia; ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia
memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya. (2
Raj.18:3-7). Dari catatan-catatan
tentang raja-raja Yehuda ini, nubuat Yesaya 1 (termasuk ayat 10-18) lebih tepat
dikatakan sebagai kritikan nabi terhadap kehidupan keagamaan dan peribadatan
umat Israel dibawah pemerintahan raja Ahas (734-728 sebK). Waktu itu di Israel
Utara (Samaria) raja Pekah (740-732 sebK) dan raja Hosea (732-722 sebK)
memerintah. Pekah tunduk ke Asyur, demikian juga raja Ahas tunduk ke Asyur.
Tetapi raja Hosea, pengganti raja Pekah memberontak kepada Asyur sehingga
Samaria/Kerajaan Israel Utara di hancurkan dan penduduknya dibuang ke daerah Halah,
di tepi sungai Habor (sungai negeri Gozan) dan kota-kota orang Madai di Mesopotamia
(722 sebK). Yerusalem selamat dari penghancuran tentara Asyur tahun 722 seb.K, karena
raja Ahas sudah cepat-cepat menundukkan diri kepada Asyur (raja Tiglath-Pileser
745-727 sebK dan Salmanasser V, 727-722 sebK.) dan tetap setia bayar upeti
kepada Asyur. Tetapi selain itu, harga yang harus dibayar Yehuda adalah: Bait
Allah dinajiskan dengan mengikuti ritus keagamaan Asyur. Keadaan itu mengundang
kritikan yang sangat tajam dari nabi Yesaya. Keadaan bangsa Israel dicap sebagai yang memberontak
terhadap TUHAN, yang kesetiaannya lebih buruk dari kesetiaan lembu-lembu dan
keledai. Sebab “lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai
mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak
memahaminya." (Yes.1:3). Bahkan umat Yehuda sudah mendekati bahkan sudah
disamakan dengan Sodom dan Gomora, rajamereka dan para pemimpinmereka (seperti
imam Uria) sudah disebut sebagai pemimpin-pemimpin manusia Sodom dan manusia
Gomora (baca: Yes.1:9.10). Itulah gambaran terburuk suatu bangsa di hadapan
TUHAN, yang dikenal umat Israel/Yehuda. Mereka merayakan hari-hari raya
keagamaan, beribadah, memberikan kurban-kurban bakaran dan
persembahan-persembahan lainnya di mezbah Bait Suci di Yerusalem. Tetapi TUHAN
jijik melihat semuanya itu. Sebab apa? Karena semuanya tidak lagi menunjukkan
kesetiaan mereka kepada TUHAN Yahowa, tetapi memamerkan kesetiaan mereka kepada
Assyur dan kepada dewa-dewi pujaan mereka yang sudah digandengkan dengan Yahowa
pujaan umat Yehuda. Mereka luarbiasa dalam beribadah, tetapi untuk menyenangkan
hati raja Asyur.
3.
Yesaya menghardik umat dan para pemimpin Yehuda
supaya sudi mendengar firman dan pengajaran TUHAN (Allah) yakni firman dan
ajaran Yahowa Elohim, bukan mendengar ajaran raja Asyur (Tiglath-Pileser) atau
ajaran dewa sembahan Asyur, atau synkritisasi ajaran Yahowa dan ajaran dewa
sembahan Asyur. Dalam memberikan kurban-kurban di Bait TUHAN Yahowa, umat
Yehuda dan para pemimpin mereka di Yerusalem harus mematuhi aturan-aturan yang
telah ditetapkan oleh Yahowa. Sebenarnya raja Ahas sangat agamis, dan
menganjurkan para pemimpin Yehuda dan rakyat Yehuda menjalankan ibadah dan perayaan-perayaan yang
luar biasa semaraknya di Bait TUHAN di Yerusalem. Kurban-kurban itu sangat
banyak, yang berupa kurban kebakaran. Kurban-kurban itu terdiri dari domba
jantan, anak lembu, lembu jantan, domba-domba, kambing-kambing jantan, yang
gemuk-gemuk. Kurban-kurban itu tidak ada yang bercacat. Tetapi dari
kurban-kurban itu, hanya kurban bakaran, tidak ada kurban penghapus dosa, tidak
ada kurban keselamatan, dan tidak ada kurban penebus salah. Itu pertanda bahwa
umat Yehuda dan para pemimpinmereka (raja dan para imam) datang beribadah bukan
karena mengenal dosa-dosa mereka dan bukan untuk menyesali dosa-dosa mereka,
melainkan untuk pamer ibadah, yang sedikitnya untuk menyenangkan negeri
penjajah (Asyur). Jadi dengan sendirinya, kurban-kurban itu tidak disukai oleh
Yahowa Elohim (TUHAN Allah). Agar TUHAN menyukainya, kurban-kurban itu harus
dipersembahkan benar-benar sesuai dengan aturan dan tujuan pemberian kurban
yang ditetapkan oleh TUHAN Yahowa.
4.
Makanya nabi beralasan untuk menanyakan: Apabila kamu datang untuk menghadap di
hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak
pelataran Bait Suci-Ku? Umat Israel dan para pemimpin mereka sungguh rajin
datang ke Bait TUHAN, yang mezbahnya telah dirombak atas perintah raja Ahas.
Itu dipandang seolah-olah suatu reformasi (pembaharuan) keagamaan umat Israel.
Pada hal sebenarnya itu merupakan suatu penyesatan umat itu, yang dilakukan
dengan kekuasaan dan imam berkolusi dalam penyesatan itu. Disebut penyesatan,
karena raja Ahas memaksakan imam menyesuaikan ibadah dan pemberian kurban dalam
agama Yahowa kepada ibadah dan pemberian kurban di Asyur. Mereka memanggil nama
Elohim, tetapi mereka tidak memuliakan Yahowa. Dari itu Yahowa melalui
nabi-Nya, nabi Yesaya, mempertanyakan: siapakah yang menuntut itu dari padamu,
bahwa kamu menginjak-injak pelatran Bait Suci-Ku? Masih Yahowa kah atau sudah
raja Asyur? Untuk mematuhi Yahowa kah, atau sudah untuk mematuhi keinginan raja
Asyur? Di balik kesemarakan ibadah dan kurban-kurban itu, justru raja Asyur dan
agama Asyur yang menuntut mereka datang ke mezbah yang ada di Bait Suci Yahowa
di Yerusalem, mereka datang bukan lagi karena panggilan agama Yahowa. Dari itu muncul penilaian TUHAN terhadap
kurban-kurban sebagai kurban yang tidak sungguh dan baunya adalah kejijikan
bagi TUHAN Yahowa. Seharum apapun kurban yang diserahkan di altar persembahan,
baunya tetap sebagai kejijikan bagi Yahowa, kalau motivasi dan tujuannya tidak
sesuai dengan yang diinginkan oleh Yahowa Elohim. Sebesar apapun persembahan
pengikut TUHAN Yesus Kristus di zaman sekarang ini, itu menjadi pesembahan yang
menjijikkan, kalau motivasinya dan tujuannya untuk memuliakan diri orang yang
mempersembahkan kurban persembahan itu.
5.
Ibadah yang diselenggarakan umat Yehuda dan para
pemimpin Yehuda, bukan hanya ibadah Sabat, tetapi juga perayaan bulan baru dan
mereka mengadakan pertemuan-pertemuan keagamaan. Di sini tidak disebutkan lagi adanya
perayaan paskah, perayaan hari raya Roti Tidak Beragi, perayaan hari raya tujuh
minggu, perayaan perdamaian, perayaan
hari raya Pondok Daun. Yang dikatakan, bahwa umat Yehuda masih merayakan Sabat,
dan mengadakan perayaan bulan baru. Ini merupakan perayaan yang masih
dimungkinkan bersesuaian dengan keinginan Asyur dan dilakukan sesuai dengan
tekanan dari Asyur. Itu dapat dilakukan karena ada kesesuaian waktunya dan
jenis perayaannya dengan apa yang dilakukan di Asyur. Asyur juga punya waktu
ibadah sekali seminggu, walaupun itu tidak disebut hari sabbat. Yehuda dan
pemimpinmereka menyesuaikan perayaan sabbat untuk hari ibadah di Asyur, dan
pemberian korban bakaran seperti pemberian kurban bakaran di Asyur. Bahkan Ahas
terkenal juga pernah mempersembahkan anaknya di altar/mezbah yang ada di
Yerusalem. Dari itu TUHAN melalui nabi
Yesaya beralasan mengatakan bahwa perayaan yang diadakan kaum Yehuda dan para
pemimpinmereka “penuh kejahatan”, karena
tujuannya untuk menyingkirkan Yahowa dari keimanan kaum Yehuda. Ibadah dan
perayaan-perayaan itu menjadi beban bagi Yahowa, karena ibadah itu dinamakan
sebagai “ibadah kepada Yahowa” tetapi ternyata tidak lagi ibadah kepada Yahowa.
Hal ini menjadi beban yang sangat berat bagi Yahowa, dan tentu saja TUHAN dapat
mengatakan bahwa DIA sudah payah menanggungnya. Ditanggung pun tidak ada
gunanya. Ibadah yang tidak murni memuja TUHAN Yesus Kristus, yang dilakukan di
zaman sekarang, juga menjadi beban yang tidak menyenangkan bagi TUHAN Yesus
Kristus (Yahweh Yeshua Hammasiah), kalau tidak dilakukan sesuai dengan tuntutan
ajaran Tuhan Yesus Kristus. Dari itu dapat dibayangkan para pengikut Yesus yang
hidup sekarang ini, mengapa ibadah yang dilakukan tidak mengubah kehidupan umat
manusia, bahkan sering memperburuk keimanan dan kehidupan umat TUHAN.
6.
Terhadap doa-doa yang dimohonkan dari ibadah
yang tidak sungguh memuliakan TUHAN Yahowa, tentu saja tidak mendapat jawaban
dari TUHAN Yahowa. Bahkan Yahowa tegas mengatakan: Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan
muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan
mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. Penolakan menjawab doa
itu diperparah dengan kenyataan bahwa tangan para pemimpin Yehuda penuh darah. Ahas
“hidup menurut kelakuan raja-raja Israel, bahkan dia mempersembahkan anaknya
sebagai korban dalam api, sesuai dengan perbuatan keji bangsa-bangsa yang telah
dihalau TUHAN dari depan orang Israel. (2 Raja.16:3). Dalam peradatan dunia
pun, permintaan dikabulkan apabila permintaan itu berkenan dan diajukan sesuai
dengan tatacara yang dikehendaki oleh yang diharapkan memberikan. Mamohonkan doa kepada Yahowa
tentu saja juga harus diajukan dengan keimanan yang dikehendaki TUHAN dan
kehidupan orang yang berdoa harus sesuai dengan kehendak TUHAN, dan apabila
doanya dikabulkan, diharapkan agar yang doanya dikabulkan itu hidup sesuai
dengan kehendak TUHAN. Kalau tidak ada
kesungguhan seperti itu, TUHAN tidak bisa disalahkan, apabila DIA tidak
mendengar dan tidak mengabulkan apa yang dimohon kepada-Nya di dalam doa.
7.
Didorong oleh kasih-Nya terhadap umat-Nya,
terhadap Yehuda dan para pemimpinnya, Yahowa tidak mengancam untuk memusnahkan
umat-Nya, walaupun dosa umat-Nya sudah merah,
melainkan mengajak umat yang dikasihi-Nya itu agar bertobat: Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah
perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam;
belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Membasuh
dan membersihkan diri, berarti membersihkan segala unsur kekafiran yang sudah
menyusup ke dalam ibadah dan keimanan umat Yehuda/Yerusalem. Menjauhkan
perbuatan-perbuatan yang jahat yang dilakukan di depan mata TUHAN, berarti
menyingkirkan segala unsur-unsur ibadah Asyur dari ibadah umat Yehuda. Sebab
unsur-unsur ibadah Asyur itu telah menghianati kesetiaan kepada Yahowa.
Penghianatan itu merupakan perbuatan jahat yang sangat menyakitkan hati TUHAN
Yahowa. Berhenti berbuat jahat berarti
kembali kepada keimanan yang benar terhadap Yahowa dan melakukan semua
kebaikan-kebaikan yang dianjurkan berdasarkan iman murni dan setia kepada
Yahowa. Beberapa perbuatan baik yang
sesuai dengan Firman TUHAN : mengendalikan orang kejam, membela hak-hak
anak-anak yatim, memperjuangkan perkara janda-janda. Mengendalikan orang kejam berarti memasukkan
ke penjara para orang kejam apabila mereka tidak mengubah kekejaman mereka
menjadi kelembutan. Untuk itu harus dibuat undang-undang perlindungan bagi
orang-orang lemah, orang kecil atau orang-orang minoritas. Termasuk ke dalam
usaha membela hak anak yatim, apabila negara membiayai pendidikan anak-anak
yatim hingga tamat dari perguruan tinggi dan mendapat pekerjaan yang layak atau
yang pencaharian dari pekerjaannya dapat membiayai hidupnya dan hidup
keluarganya. Termasuk kepada usaha memperjuangkan perkara-perkara para janda,
apabila para janda dilindungi dan dibantu menjadi pengasuh/yang membesarkan
anak-anak yang ditinggal ayahnya; harta-harta peninggalan suaminya tidak
dirampas oleh orang lain (misalnya oleh saudara daripada almarhum suami dari
janda tersebut). Harus diperjuangkan agar janda bersama anak-anaknya harus bisa
hidup sejahtera.
8. TUHAN mengajak umat-Nya dan para pemimpin mereka
“berperkara”, yang mungkin merupakan debat yang lebih hebat dari debat calon
presiden Amerika. Artinya TUHAN mengajak umat-Nya melihat kembali jalan yang
benar dan keinginan suci dari pada Yahowa, demi masa depan umat Yehuda dan para
pemimpinmereka. Dalam “berperkara” itu, TUHAN bersama dengan umat dan para
pemimpin Yehuda ingin menemukan keadilan yang sebenarnya. Dalam berperkara itu
bisa saja ditemukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Umat Yehuda yang
menghianati TUHAN pasti ditemukan sebagai pihak yang salah. Tetapi walaupun
demikian, umat Yehuda/para pemimpin Yehuda tidak usah takut datang ke hadapan
TUHAN untuk berperkara. Sebab TUHAN itu maha pengasih dan maha pengampun. Yang
perlu, dosa harus disadari lalu ditinggalkan dan tidak diulangi. “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan
menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba,
akan menjadi putih seperti bulu domba.” Kebenaran sabda TUHAN ini
sepenuhnya dilakukan oleh TUHAN dalam karya-Nya dalam dan melalui karya Tuhan
Yesus Kristus. Bila manusia dibersihkan dari dosa yang sudah “merah”, manusia
dibatalkan mendapat hukuman mati oleh TUHAN
Yesus Kristus. Seperti di traffic
light (lampu di simpang jalan), sesudah dosa manusia itu “merah”,
TUHAN menggantinya dengan “hijau”, sehingga
manusia kembali dapat menjalankan hidup mereka. Yang utama bagi TUHAN, umat-Nya
menyadari dosa-dosamereka, yang bahkan sudah berupa dosa-berjemaah; lalu dari
kesadaran akan dosa itu mereka meminta pengampunan. TUHAN bersedia mengampuni
dan menghapus segala dosa manusia yang diminta untuk diampuni. Setelah
pengampunan itu, umat itu benar-benar dapat memulai hidup baru. (Ingat, bahwa
dosa Hawa dan Adam memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat yang
ada di tengah taman Eden, yang dilarang untuk dimakan, tidak diampuni, karena
Hawa dan Adam memang tidak meminta agar dosa mereka itu diampuni, walaupun
sudah mereka sadari bahwa mereka telah berdosa. Inilah dosa warisan yang
diturunkan Hawa dan Adam kepada keturunannya: Melanggar perintah TUHAN, dan
tidak mau meminta agar dosa itu diampuni oleh TUHAN, walaupun sudah disadari,
apalagi kalau tidak disadari. Dosa itu seolah dilegalisasi oleh manusia itu
sendiri. Itulah tabiat manusia yang turun temurun dari sejak Adam dan Hawa
berdosa hingga sekarang). Sungguh sangat beruntung manusia yang mau berperkara
dengan TUHAN dan kemudian menyadari dosa-dosanya, lalu meminta pengampunan
dosanya. Kepada orang seperti itu akan dianugerahkan pengampunan dosa, dan
diberikan hidup baru, yang indahnya tiada bandingannya. Setiap orang yang menerima hidup baru akan
melakukan yang terbaik bagi TUHAN Yesus Kristus dan bagi sesamanya manusia.
Amen.
Pematangsiantar, 20 Oktober 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt.
LaMBaS).
