MINGGU INVOKAVIT 14 FEBRUARI 2016, EPISTEL: ROMA 10:8b-13
ROMA
10:8b Itulah firman iman, yang kami beritakan.
10:8b Itulah firman iman, yang kami beritakan.
10:9 Sebab jika kamu
mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10 Karena dengan hati
orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.
10:11
Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia,
tidak akan dipermalukan."
10:12 Sebab tidak ada
perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.
10:13
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
SYUKURI DAN PERSEMBAHKANLAH
BUAH PEKERJAANMU
BERSYUKUR ATAS KESELAMATAN YANG
DIANUGERAHKAN,
DAN BEKERJA
UNTUK BERBUAH SUPAYA ADA DIPERSEMBAHKAN
=MADOK MAULIATE DOHOT
MAMELEHON PARBUE NI ULAON=
MANGHAMAULIATEHON
HALUAON MARHITE KAREJO NAMAMPARBUEHON NABOI PELEHONON
SEKILAS
TENTANG IMAN
- Manusia tanpa kecuali pasti punya iman, sesuai dengan pengertian masing-masing tentang iman itu. Ilmuan, atheis, anti-Kristus, antek-Iblis, humanist, ideologist, penganut setiap agama (yang monoteis, politeis, a-theis, animis, spiritualis, mistikis, dan lain-lain), semuanya punya iman. Rumusan arti iman dari setiap orang itu bisa berbeda-beda. Kegunaan iman yang dimiliki untuk masing-masing juga bisa berbeda. Pada dasarnya manusia hidup dalam pertandingan iman. Berlaomba menunjukkan iman mana yang lebih benar. Pertandingan itu manusiawi. Yang perlu, kiranya pertandingan iman itu berjalan “sportif”, “peaceful”, dan “loveful”. Iman yang manapun itu, tidak dimaksudkan untuk mengacaukan kehidupan umat manusia. Iman yang dibuat menjadi dasar melakukan kekacauan, itu sudah melenceng dari hakikat iman yang dianutnya itu. Para pemilik iman (yang ternyata iman itu “warna-warni”, seperti mozaik) tidak perlu saling menyalahkan, karena kebenaran yang satu pada hakekatnya tidak menyalahkan kebenaran yang lain (dan sebaliknya), walaupun iman –iman itu tidak pas satu sama lain, bahkan bisa saja bertolak belakang. Tetapi iman-iman yang ada itu harus dibiarkan “saling mempengaruhi” dalam perjalanan pertandingan/perlombaannya, dan di sanalah terjadi “pertumbuhan iman” tanpa terjadi kemurtadan atau fanatisme kolot/kerdil.
- Iman adalah yang di-amin-kan, yang dipegang sebagai kebenaran mutlak. Pemahaman ini pasti berterima kepada setiap manusia di bumi. Kebenaran mutlak itu bisa saja berhubungan dengan dan tidak ada kaitannya dengan TUHAN atau dewa, atau kuasa supranatural. Iman itu biasanya terungkap dalam “sahadat” atau “pengakuan iman” atau “dalil-dalil”. Biasanya “dalil” yang tidak ada hubungannya dengan ketuhanan, akan dengan sendirinya berterima kepada semua pihak atau semua umat manusia, karena kebenaran dalil itu tak tersangkalkan oleh kebenaran yang lain. Misalnya dalil/hukum Archimedes diterima semua pihak. Kebenaran yang dikatakan Copernicus dan Galilei tentang bumi dan matahari, walau mula-mula ditolak, akhirnya diterima dan belum ada sangkalan. Dalil/kebenaran “KASIH” tidak lagi digugat oleh siapapun dan takkan tergugat selamanya. Tetapi teologi (yang manapun itu) belum tentu menjadi kebenaran mutlak untuk semua manusia. Maka tidak perlu merasa kecil hati, bahwa penjelasan tenang kebenaran yang diaminkan, itu hanya sebagai tawaran kepada orang lain yang menganut kebenaran juga. Kalau tawaran itu diterima, maka yang menerima itu melangkah kepada yang lebih baik. Paulus dan pengikut Yesus (misalnya anggota HKI) harus mengusahakan kebenaran (iman) yang ditawarkannya menuntun umat manusia lainnya kepada yang lebih baik. Manusia selalu ingin naik kelas.
- Penulis Kitab Ibrani memberi definisi Iman, yang diterima oleh umat Kristen: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Iman adalah dasar (hupostasis) (Latin: substantia; Ind.: substansi) dan bukti (elegchos) (Latin: argumentum; Ind. argumen). Iman adalah hipothese untuk yang diharapkan; dan these untuk yang tidak dilihat. Terjemahan-terjemahan ini memberi kesempatan untuk salah pendalaman. Yang pasti “iman” (pistis) ( Ibrani: ’emunah; Latin: fides; Toba: haporseaon; Ind.: kepercayaan) adalah suatu pegangan/dalil yang kuat dan pasti dan berdampak. Definisi itu dibarengi dengan mengingatkan peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam PL, semuanya diterima dan tak disangkal karena iman, dan pelaku sejarah itu mengalami kegemilangan karena iman (baca: Ibr.11”2-40). Yesus berkata kepada perempuan yang sakit pendarahan: “...imanmu telah menyelamatkan engkau...” (Matius 9:22). Kepada dua orang buta agar sembuh, Yesus berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu."(Matius 9:29). Dan menurut Yesus. Kalau seseorang memiliki iman sebesar biji sesawi, maka sesorang itu dapat memindahkan gunung dan tak ada yang mustahil baginya (bd. Mat.17:20). Iman itu kepastian, pegangan yang kuat, dan berdampak. Iman itu merupakan ibarat sesuatu yang bisa didapat dan yang bisa hilang dari diri seseorang karena berganti dengan jenis iman yang lain. Dari apa yang ditunjukkan Yesus itu dapat dikatakan bahwa iman berdampak untuk kesembuhan, atau keselamatan atau memberi kemampuan luar biasa. Keselamatan yang di maksud di sini pertama-tama keselamatan dari belenggu penyakit atau penderitaan fisik. Lalu kemudian iman itu berdampak untuk keselamatan sorgawi.
- Dalam surat-suratnya (terutama dalam surat Roma) Paulus lebih banyak berbicara tentang iman dalam arti sebagai sesuatu hal yang pasti, dan menjadi pegangan yang kuat sebagai kebenaran, dan berdampak untuk keselamatan sorgawi, dan lebih sedikit dampak untuk keselamatan jasmani. Yang dimaksud dengan keselamatan sorgawi adalah terhapusnya dosa, dipulihkannya kemanusiaan (Adam yang lama diganti menjadi Adam yang baru; menjadi ciptaan baru, menjadi anak-anak Allah, anak-anak TUHAN), dapat masuknya seseorang ke dalam Kerajaan Sorgawi, baik di bumi maupun di sorga. Menurut Paulus dampak iman itulah yang paling menentukan, apakah dosa seseorang dihapus; apakah seseorang itu mendapat pembenaran oleh dan di hadapan Allah; apakah kepadanya diberi kehidupan kekal yang dijanjikan TUHAN. Uraian Paulus dalam surat Roma, sangat tipis menunjukkan dampak iman kepada perbuatan. Ketipisan itu nampak dari ucapan dalam suratnya: "Orang benar akan hidup oleh iman" (Roma 1:17); “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” (Roma 14:23). “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Roma 5:1). “(Aku) ... untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan,...” (Roma 15:18). Hukum Taurat yang mengatur perbuatan tidak dihapus oleh Kristus, dan iman kunci menerima keselamatan, lalu hukum taurat dikerjakan sesuai dengan iman. Iman itu dapat bertumbuh, mengikuti/bisa melebihi pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang.
- Surat Apostel Yakobus sangat memperhadapkan iman dan perbuatan. Bagi Yakobus, iman bukan hanya kepastian, pegangan dan berdampak pada hal masuk sorga atau tidak, tetapi juga harus berdampak kepada perbuatan. Disalin aja semua kalimat-kalimat Yakobus dalam suratnya itu: “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” (Yakobus 2:14). “Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?” (Yak.2:20). “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17). “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (Yak. 2:18). “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman” (Yak.2:24). Yakobus berkesimpulan: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” (Yak.2:22). Di kesempatan lain, Paulus juga mengakui betapa iman tidak bisa lepas dari perbuatan: “... dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna” (1 Kor.13:2b). Kasih AGAVE adalah perbuatan, bukan angan-angan.
PESAN DARI TEKS ROMA 10:8b-13
(1)
Bila yang dimaksudkan dengan tout’ (= Itulah) dalam Roma 10:8b adalah
Roma 10:8a, Paulus mengalaskan kebenaran pemberitaannya kepada yang dikatahui
pembacanya dari Perjanjian Lama (Ulangan 30:12-14) dan kepada apa yang
dimaksudkan Yeremia sebagai tidakan TUHAN dalam mengikat perjanjian baru dengan
Israel-baru. Dalam Yer 31:33: “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan
dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan
menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka
Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” Umat yang
disapa Paulus adalah umat yang mengetahui kebenaran ilahi yang telah
disampaikan dahulu kala dan sekarang diungkapkan Paulus penggenapannya. Manusia
zaman sekarang pun tidak beralasan menolak pemberitaan yang disampaikan Paulus
dkk dan yang kemudian dilanjutkan oleh huria, karena kebenaran TUHAN telah
dituliskan dalam batin dan hati setiap orang. Yang dinantikan adalah kesediaan
mulut setiap orang itu untuk mengungkapkan apa yang sudah ada dalam batin dan
hatinya. Karena – seperti dikatakan Yesus –
“... apa yang keluar dari mulut berasal dari hati“
(Mat.15:18). Firman (rhema) apa yang sudah ditaruh di dalam mulut dan di dalam
hati manusia? Tak lain tak bukan adalah kebenaran, 1) bahwa tiada pahala
didapat oleh manusia, kalau TUHAN tidak memberikannya untuk menghargai
perbuatan baik manusia. Perbuatan sebaik apapun tidak sanggup memaksa TUHAN
menghadiahkan pahala. 2) Tidak seorang pun manusia bisa masuk sorga kalau TUHAN
tidak memperkenankannya. Semua perbuatan baik tidak cukup memaksa TUHAN agar
memasukkan seseorang masuk sorga. 3) tidak ada penghapusan dosa, kalau TUHAN
tidak berkenan mengampuni atau menghapus dosa itu. 4) Sorga itu bukan hasil
rumusan keagamaan manusia. 5) Hanya karena belas kasihan dan anugerah TUHAN,
manusia mendapat pengampunan dosa, keselamatan dan sorga mulia. Bukan
kebetulan, memang hanya TUHAN dalam Yesus Kristus yang menawarkan kebenaran ini
untuk manusia. Kalau ada orang yang menyangkal hal ini sudah ada dalam hati
nuraninya, dia tidak berdiri pada iman yang benar. Kebenaran inilah yang
diberitakan Paulus dkk dengan kata-kata mereka dalam bingkai pengenalan mereka
kepada Yesus Kristus. Kebenaran ini yang menjadi rhema (’omeret) (yang sebelumnya berupa logos/dabar) dalam
pemberitaan Paulus. Berbahagialah orang yang mampu mengungkapkan kebenaran ini,
yang telah terbenih dalam hati nuraninya, melalui mulutnya. Dari itu nanti akan
tampak siapa TUHAN-nya.
(2)
Ayat 9: Setiap pengikut Yesus Kristus mengaku
dengan mulutnya, bahwa Yesus adalah Tuhan (kyrios).
Dan memang pengakuan inilah yang ditanamkan TUHAN dalam setiap hati dan batin
(hati nurani) pengikut Yesus. TUHAN sendiri yang menaruh dalam batin dan hati
dan meluap melalui mulut pengakuan, bahwa Yesus itu Tuhan (kyrios) atau ’adonay. Bukan manusia yang pertama sekali menyebut
bayi yang lahir di Betlehem atau Yesus itu Kristus, Tuhan (kyrios), tetapi para
malaikat TUHAN (bd. 2:11). Kalau pengakuan ini “berlebihan”, jangan pengikut
Yesus disalahkan, TUHAN saja yang disalahkan. Ada yang pasti (iman) dalam
pengakuan yang ditanamkan dalam hati dan mulut pengikut Yesus, bahwa Kristus
(al-Masih) itu Tuhan. Sebutan Kyrios (’adonay) adalah sebutan yang digunakan
memanggil Yahowa, memanggil Yesus dan memanggil tuan yang ada di masyarakat. Itu
merupakan panggilan “penghormatan”. Dengan demikian Yahowa tetap menjadi Allah umat
Kristen dan orang Kristen tetap menjadi umat Yahowa. Yang ditanamkan TUHAN dalam
hati dan mulut pengikut Yesus bukan memanggil Yesus itu YAHOWA, dan Yesus
(Yoshua) itu adalah YHWH yaša (YAHOWA
menyelamatkan). Selaku manusia pun, apalagi selaku diri-Nya, Yesus itu bisa
juga dipanggil/diakui sebagai Tuhan / kyrios. Kalau pengakuan itu menunjukkan semua dimensi
yang ada itu, TUHAN Yahowa yang mengajari pengikut Yesus mengaku demikian.
(3)
Para pengikut
Yesus memiliki iman (percaya / pisteuses)
dalam hati (en te kardia), bahwa
Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, adalah juga yang
membuatnya demikian. Dari sejak masa penyaliban Yesus, sudah ada penyangkalan
tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Imam besar telah memberi sogok
kepada tentara untuk menyangkal kebangkitan Yesus. Injil Barnabas dikarang
untuk menyangkal kematian dan kebangkitan Yesus, kitab Suci kaum Kedar juga
menyangkal kematian apalagi kebangkitan Yesus yang diberitakan Alkitab (Injil).
Tetapi ada empat saksi tertulis (keempat Injil), dan lebih dari duabelas orang
saksi pengalaman tentang Yesus yang bangkit (para murid dan para perempuan di
peristiwa kebangkitan). Itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti yang kuat
tentang kebangkitan Yesus, ditinjau dari sudut pembuktian Yahudi dan pada
lazimnya di kebudayaan Timur Tengah. Kebangkitan Yesus itu bukan halusinasi
manusia (murid Yesus), bukan pula rekayasa manusia, tetapi TUHAN sendiri yang
membuat demikian. Para murid Yesus sendiri hampir tidak bisa percaya, kalau
TUHAN tidak membuat mereka sampai mengaku bahwa Yesus telah bangkit dari antara
orang mati. Sejak pengakuan itu keluar dari mulut mereka, mereka (para murid
itu) memahami misi keselamatan yang dikerjakan TUHAN melalui penyaliban,
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Keselamatan yang ditanamkan dalam hati
dan mulut mereka membuat mereka berani memberitakan kebenaran itu sampai titik
darah penghabisan.
(4)
... kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata:
“Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” Apa hubungannya kebangkitan Yesus dengan keselamatan? Hanya yang
mau pengikut Yesus Kristus yang mampu memahami dan melihat hubungannya. Setiap
orang yang menganut teologi “balas jasa”, syariatis, do ut des (kuberi sehingga
engkau memberi sesuatu padaku), iman filsafat, kebenaran/iman scientific, tidak
akan mungkin melihat hubungan kebangkitan Yesus dengan keselamatan manusia. Hanya
orang yang rindu mendapat keselamatan tanpa memberi jasa, yang bisa menemukan
hubungan kebangkitan Yesus dan keselamatan manusia. Yang rindu adalah orang
yang mau membuka diri menerima pemberian TUHAN Allah. Membuka diri berarti bersedia
menanggalkan segala paradigma atau teori keselamatan yang pernah dipahami, menanggalkan
keraguan, membuang penyakit rohani, karena hal-hal itu yang sering seperti
selaput tipis yang menutup diri, sehingga pemberian TUHAN ditolakkan. Kalau itu
dibukakan, orang terus dapat melihat Rencana Keselamatan manusia oleh TUHAN
Allah yang diberitakan Perjanjian Lama dan digenapi dalam/dengan kematian dan
kebangkitan Yesus (yang diberitakan dalam PB), yang mengandung makna
penghapusan dosa dunia, penganugerahan kemanusian yang baru (yang
diselamatkan). Kalau ini disambut dan
masuk di hati seseorang (yang berarti percaya), maka dengan sendirinya TUHAN
membenarkan seseorang itu, lalu apa yang sudah ditaruh TUHAN dalam hatinya itu
akan meluap melalui mulutnya, dan itulah yang mengaku, bahwa keselamatan sudah
menjadi miliknya. Begitu mudahnya, dan begitu indahnya. Tidak capek dan tidak
dilelahkan dengan berbagai ritus keagamaan. Tak perlu ada spekulasi ratio
keagamaan, atau spekulasi ilmu-ilmuan. Inilah hadiah terbesar yang pernah
diberikan TUHAN Allah kepada manusia tanpa kecuali. Di iman manapun tidak
ditemukan hadiah seperti itu. Yang percaya pasti mendapat, dan tidak akan
dipermalukan atau tidak akan kembali dengan tangan hampa. Kalau apa yang
dikatakan ini kurang diyakini, buktikan sendiri dan alami sendiri. Caranya
mudah saja: Berseru aja pada TUHAN, dan mengatakan: “Tuhan (Kyrios/’adonay),
aku terima keselamatan yang engkau anugerahkan itu!” Sebab, barangsiapa yuang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.
(5)
Tawaran keselamatan itu disampaikan kepada semua
umat manusia, tanpa kecuali. “Sebab tidak
ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani”. Walaupun hanya Yahudi
dan Yunani disebut di sini, itu sudah mewakili seluruh umat manusia, yang
beragama monoteis dan yang politeis, yang semitis maupun yang hamitis dan
yapetis, yang kulit hitam dan yang kulit putih ataupun yang sawomatang, yang
mata sipit maupun yang mata “bollang”, yang berbudaya maju, super maju
maupun yang masih tradisional. Walaupun Paulus mengetahui bahwa Allah pujaan
Yahudi dan dewa-dewi pujaan Yunani berbeda-beda, dia mengatakan bahwa autos (maksudnya: YHWH ’Elohim) adalah
Tuhan dari semua orang. Terserah kepada agama-agama, apakah anggapan Paulus ini
diterima atau tidak. Tetapi Paulus yakin bahwa TUHAN yang satu itu telah
menawarkan jalan keselamatan itu kepada semua umat manusia tanpa kecuali. Kalau
keselamatan itu ditolak, hari penghakiman pasti ada imbalannya: Neraka, tetapi kalau
keselamatan itu disambut, maka sorga dan bumi bersukaria, dan manusia yang
diselamatkan itu akan membenuhi bumi dengan syukurnya. Mensykuri keselamatan,
berarti giat segiat-giatnya bekerja, menghasilkan karya-karya luar biasa, yang
menjadi persembahan indah di hadapan TUHAN yang menyelamatkan.
TEKS PERIKOP INI
TERPELIHARA DENGAN BAIK
Hanya di
ayat 9 ada naskah-naskah yang tidak
mengikuti urutan kata-kata dalam kalimat seperti di teks Masora.
MARTIN LUTHER
MENAFSIRKAN ROMA 10:10
Karena dengan hati orang percaya dan
dibenarkan
Dengan berkata begitu Paulus
berpendapat: Bukan hanya karya, hikmat, atau usaha yang luar biasa, tetapi juga
kekayaan, kehormatan, sama sekali tidak menuntun kepada kebenaran, dan walaupun
begitu banyak pengampunan dosa dijanjikan
setelah menyumbangkan dua
keping perak. Dan memang banyak orang
ingin/merasa benar, apabila dia telah
banyak mengetahui, membaca, mengajar atau apabila dia memiliki derajat yang
tinggi, dan sedang menjabat jabatan-jabatan kudus. Itu memang suatu cara
menemukan kebenaran, suatu cara yang bertentangan dengan Arsitoteles atau yang
sesudah dia. Apakah kebenaran di sini merupakan hasil pekerjaan-pekerjaan,
terutama pekerjaan yang tampak luarnya dan bahkan yang sempurna. Tetapi itu
merupakan kebenaran kewarganegaraan, yang artinya tidak berlaku di hadapan
Tuhan. Kebenaran yang sesungguhnya sebenarnya muncul, apabila manusia
sungguh-sungguh mempercayai firman Tuhan dengan segenap hati; yang dalam pemahaman ini seperti dikatakan di
atas di pasal 4:3: “Abraham percaya
kepada Allah, dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” Tetapi
maksudnya adalah bahwa kebenaran para fisuf (Aristoteles) hanya merupakan bagian atau persamaan kebenaran
atau lebih jauh lagi hanya merupakan kebenaran umum, sehingga itu masih
tergolong kepada kebutaan roh atau hikmat duniawi, yang hanya berlaku atas
hal-hal yang duniawi, yang masuk akal; dan maksudnya di sini, bahwa mula-mula
masih tidak ada apa-apa, tapi kemudian sudah mulai salah walau masih sedikit,
dan akhirnya jatuh menjadi kesahanan besar. Tetapi dalam kebenaran Allah tidak ada satu
pun yang kepadanya manusia tidak berdosa, karena “ia bersalah terhadap
seluruhnya” (bd. Yak.2:10). Terhadap penciptanya, yang telah dia hina, dia
berdosa dalam hal kemuliaan dan ketidakbolehan-dihukum, dan terhadap ciptaan
dia berdosa dalam hal penggunaan yang benar dan pelayanan setia untuk menentang
Allah. Selanjutnya barulah dia mengikuti kewajiban-kewajibannya, apabila dia
menjadi tunduk kepada mereka semua dan benar-benar sangat direndahkan dan dalam
semuanya dia mendapat yang nihil/ yang
sia-sia. Sebagaimana seseorang, yang membuang segala harta, menurut para ahli
hukum, sungguh merasa puas, demikian juga seseorang yang demi kasih kepada Allah telah membuang segala
barang-ciptaan -termasuk dirinya sendiri- dan lebih suka melangkah ke arah yang
nihil dan dengan rela menuju kematian serta mengejar pembantaian dirinya dan
tidak menilai sesuatu pun sebagai berharga, Allah merasakan kepuasan yang
sempurna dan Allah benar. Karena dia telah tidak menyisakan apa-apa bagi
dirinya, maka dia telah membuang sama
sekali Allah dan kecintaan terhadap ciptaan. Demikian lah terjadi dengan iman,
di mana pikiran manusia rela ditangkap oleh firman dari Salib, lalu menyangkal
dirinya dan membungkemnya sama sekali, dan mematikan dirinya sendiri dan semua
yang lain-lainnya. Jadi dia hidup untuk Allah semata-mata, yang “di hadapan Dia
semua orang hidup” (Luk.20:38), termasuk orang-orang yang sudah mati.
RENUNGAN
1)
Apabila manusia membutuhkan keselamatan, biarlah
dia berseru kepada TUHAN, memohon agar TUHAN berkenan
memberikan/menganugerahkan keselamatan yang telah disediakan-Nya itu bagi
seluruh umat manusia melalu kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang
mengadung makna penebusan, pengampunan dosa, dan penghadiahan hidup sorgawi di
bumi dan di sorga. Syarat agar dapat menyeru TUHAN, hanyalah kesediaan manusia
itu menanggalkan segala sesuatunya yang dapat menghalangi TUHAN menaruh
Firman-Nya (firman iman) itu di hati manusia itu. Kemudian apabila Firman itu
telah ada dalam hati manusia itu, tugasnya yang berikut adalah meluapkan isi
hati itu (yakni keselamatan yang dianugerahkan itu) melalui mulut yang berupa
pengakuan, bahwa dia telah diselamatkan Yesus Juruselamat itu. Tuhan tidak
pernah menolak seruan permohonan yang merindukan keselamatan.
2)
Bersyukurlah atas keselamatan yang telah
dianugerahkan itu. Tanda syukur adalah kesaksian demi kesaksian, bahwa
keselamatan itu sudah menjadi miliknya dan menginginkan keselamatan itu menjadi
milik orang lain juga. Kesaksian itu
dapat dilakukan selain dengan perkataan-perkataan dari mulut, juga melalui
perkataan-perkataan yang disampaikan dengan isyarat-isyarat petunjuk langkah
menuju kehidupan, maupun dengan perkataan-perkataan yang diungkapkan dengan
perilaku yang menyatakan buah-buah Roh.
3)
Kesaksian dengan kata dan perbuatan itu selalu
berkisar pada ajaran reformatoris yang merupakan kesimpulan dari semua ajaran
Alkitab, yang sudah dikumandangkan Martin Luther dalam usahanya mereformasi
gereja, yakni: keselamatan itu sola Kristus (hanya dikerjakan oleh Kristus),
mendapatkan keselamatan itu sola gratia (hanya karena dianugerahkan), menyambut
keselamatan itu sola fide (hanya dengan/oleh iman), mengetahu keselamatan itu
sola scriptura (hanya melalui alkitab saja), dan tujuan/penikmatan keselamatan
itu soli deo gloria (hanya untuk kemuliaan TUHAN Allah).
4) Dampak iman adalah mendapat keselamatan jasmani
dan rohani, dapat hidup selamat di bumi dan di sorga. Tetapi bukan hanya itu,
iman harus berdampak juga untuk perbuatan. Perbuatan itulah syukur dan
persembahan kepada TUHAN Allah yang menganugerahkan keselamatan dan iman itu
sendiri.
Pematangsiantar, 1 Pebruari 2016
Pdt. Langsung Maruli Basas Sitorus (Pdt. LaMBaS).
