MINGGU SEPTUAGESIMA 24 PEBRUARI 2016

02.50.00 0 Comments A+ a-

EPISTEL: NEHEMIA 8:1-10

8:1 Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel telah menetap di kota-kotanya,
8:2 maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.
8:3 Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.
8:4 Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
8:5 Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.
8:6 Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri.
8:7 Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: "Amin, amin!", sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.
8:8 Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.
8:9 Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.
8:10 Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!", karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
      
EVANGELIUM: LUKAS  4:14 – 21

4:14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.
4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

MEWARTAKAN TAHUN RAHMAT TUHAN
Pendahuluan

Dalam kalender gerejawi minggu ini sudah minggu septuagesima, yakni tujuh-puluhan hari sebelum hari peringatan Paskah Yesus Kristus (Penyaliban/Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus). Di hari-hari seluruh umat Kristen diarahkan untuk mendapat pengajaran dan penguatan iman melalui berita Injil yang memberitahu pekerjaan Yesus Kristus. Minggu awal 70 hari ke depan ditentukan Lukas 4:14-21 sebagai evangelium (Kabar Baik) yang akan dikhotbahkan untuk “mewartakan tahun rahmat TUHAN”.   Tuhan Yesus masuk di sinagoge (rumah ibadah) yang ada di Nazareth (kampung tempat dia dibesarkan dan tempat belajar Firman TUHAN. Dia membacakan teks Yesaya 61:1-2 lalu mengkenakan nubuat Yesaya itu kepada diri-Nya sendiri. Juga ditegaskan bahwa atas kehadiran-Nya Tahun rahmat Tuhan dimulai. Tetapi karena pengunjung rumah ibadat itu merasa tersinggung dengan kata-kata Yesus, mereka hendak membunuh Yesus dengan hendak menjatuhkan Yesus dari tebing gunung itu ke jurang. Tetapi Yesus lolos begitu saja dari kerumunan orang itu. Rupanya kalau kedatangan tahun rahmat TUHAN tidak membahagiakan teman sekampung atau teman sebangsa, maka kebencian kawan sekampung/sebangsa menjadi tak terkendali. 

Sebagai teks epistel, yang dipandang sebagai penopang untuk pemberitaan tentang “mewartakan tahun rahmat TUHAN”, dipilih dari Nehemia 8:1-10. Dalam teks ini diberitahu bagaimana umat Israel menuntut agar Ezra membacakan isi Kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan Yahowa kepada Israel.  Setelah isi kitab itu dibacakan, umat Israel nangis-nangis, karena merasa banyaknya dosa mereka dan dosa kakek moyang mereka. Barulah setelah mereka dihibur, mereka mau makan dan bersukacita lalu merayakan Hari Raya Pondok Daun. Tahun Rahmat Tuhan harus mengajak umat TUHAN merindukan pembacaan Firman/Hukum Tuhan, dan berisi penyesalan dosa? Dua perikop ini (epistel dan evangelium) menuntun setiap pengkhotbah di kebaktian minggu kali ini “mewartakan tahun rahmat Tuhan”. Mudah-mudahan dengan menggunakan bahan/bekal untuk memahami teks-teks itu dan menemukan kehendak TUHAN di zaman sekarang yang harus dipatuhi umat-Nya, setiap pemberita Injil semakin luar biasa pemberitaannya, dan umat TUHAN benar-benar mendapat pencerahan dan penguatan iman.

Memahami Teks Nehemia 8:1-10
Pengantar

a.         Kitab Nehemia diyakini oleh umat Kristen ditulis oleh Nehemia sendiri, setelah umat Israel yang pulang dari Pembuangan Babel ke tanah Yudea/Yerusalem. Edik raja Kores (tahun 538 seb.M.) memungkinkan bangsa-bangsa yang pernah terbuang oleh raja Nebukadnezar atau oleh raja-raja Kerajaan Babilonia kembali ke tanah air mereka (baca Kitab Ezra). Umat Israel pun pulang ke Yehuda/Yerusalem.  Mulai tahun 537 seb.M. mulai pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem, dan sempat berhenti, lalu dilanjutkan lagi tahun 520 seb.M., dan Bait itu diresmikan tahun 515 seb.M. Pemimpin umat Israel waktu itu adalah tiga serangkai: Ezra (ahli Taurat), Yesua bin Yosadak sebagai imam, dan Zerubabel bin Sealtiel sebagai kepala pemerintahan (gubernur). Zerubabel (< dari kata Akkad: Zeru-Babili, yang artinya: Keturunan dari Babel), masih dari keturunan Daud (dan namanya tercantum dalam silsilah Yesus: Luk.3:27; Mat.1:13). Zerubabel juga bernama Sesbazar (bd. Ezr.1:8.11.5:14.16; 3:2.6.8; Zak.4:9).  Di zaman Zerubabel, zaman pembangunan Bait Suci Yerusalem, tampil nabi Haggai dan nabi Zakaria di tengah umat Israel. Demi menghempang semangat umat Israel menegakkan kembali  Kerajaan Daud, pemerintah Persia mencopot Zerubabel bin Sealtiel dan menggantikannya dengan Nehemia, tetapi Nehemia  tidak lagi bertugas sebagai gubernur, melainkan hanya sebagai bupati. Kemudian Yehuda dijadikan hanya sebagai salah satu kabupaten di dalam propinsi Seberang Sungai dalam Kerajaan Persia. Nehemia ini bukanlah Nehemia yang disebut dalam Ezra 2:2 dan Neh.7:7; dan bukan pula Nehemia bin Azbuk yang disebut dalam Neh.3:16. Nehemia penulis kitab Nehemia adalah Nehemia bin Hakhalya (Neh.1:1), penyedia anggur untuk raja di istana (Neh.2:1), yang diangkat menjadi jurubicara Raja Persia Arthasasta (Artaxerxes I. Longimanus/465-423 seb.M) ke Yerusalem tahun 445 seb.M., dan kemudian ditetapkan oleh raja Persia tersebut menggantikan Zerubabel. Selain mengatur ketenteraman rakyat, Nehemia ditugaskan untuk membangun tembok Yerusalem. Dalam tempo 52  hari Nehemia berhasil memperbaiki kembali tembok Yerusalem (Neh.6:15). Karena kepiawaian dan kejujurannya, dia dipanggil kembali ke istana raja Persia (Arthasasta) sebagai kepala bagian administrasi dan pelaporan di istana selama 12 tahun, dan tahun 433 seb. M. dia disuruh lagi ke Yerusalem untuk membereskan pekerjaan di Yerusalem (baca: Neh.13).  Dia mendukung reformasi yang dilakukan Ezra dan segala pengaturan peribadahan di Bait Suci (baca: Neh.9-10). Nehemia meninggal tahun 410 se.M. Kemudian Bagohi diangkat menggantikannya sebagai bupati di Yudea, dan waktu itu Yohanan menjadi imam besar di Yerusalem menggantikan ayahnya Elyasib (Neh.12:23).

b.        Dalam kitabnya, Nehemia sering menggunakan kalimat dengan orang pertama tunggal (Aku) sebagai subjek (pokok kalimat) (baca: Neh.1:1-7:5; 12:27-43; Neh.13). itu merupakan pertanda bahwa kitab ini langsung ditulis oleh Nehemia bin Hakhalya. Ke dalam bukunya dia masukkan Daftar-daftar orang dan petunjuk-petunjuk (baca: Neh.7:6-73; 11:1 – 12:26); kemudian berita Pembacaan Kitab Taurat, dan Pengikatan Perjanjian denga perayaan paskah (Neh.8-10). Karena semua yang diberitakan bisa ditulis oleh Nehemia setelah peristiwa-peristiwa itu terjadi, maka dapat dikatakan, bahwa kitab Nehemia mulai ditulis oleh Nehemia tahun 430 dan rampung tahun 420 seb. M. Berita yang terjadi sesudah Nehemia selesai tugas, seperti dikonotasikan catatan dalam Neh.12:23, berasal dari editor kitab-kitab Tawarikh, Esra, Nehemia, yang bekerja di zaman raja Darius, yang memerintah di Persia. Kitab-kitab itu diedit dan dikumpulkan sebagai buku sejarah bagi umat Israel di Yerusalem setelah Bait Suci dan kehidupan umat Israel di Yudea ditegakkan kembali, setelah mereka kembali dari pembuangan Babel.  Berita dalam Neh. 8:1-10, yang menjadi epistel minggu ini, merupakan berita authentik (asli) dari Nehemia bin Hakhalya, yang perlu diketahui, betapa indahnya hidup keagamaan kalau selalu kembali kepada Taurat TUHAN. Kembali dengar-dengaran kepada Taurat (Firman) TUHAN, adalah dasar dan penuntun dalam kebahagiaan  dan kesejahteraan umat  dalam hidup mewartakan dan menjalani tahun rahmat TUHAN.

Isi dan Pesan Teks Nehemia 8:1-10
Ayat 1: Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel telah menetap di kota-kotanya,
a.         Pencatatan waktu seperti di ayat ini dianggap penting oleh para penulis di zaman Nehemia (bd. Hag.1:1; 2:1b.11.21; Zak.1.1.7; 7:1, lihat juga di kitab Daniel). Memang di sini tidak jelas diberitahu, tahun berapa itu, tanggal berapa. Itu bisa terjadi karena kerancuan penghitungan tahun-tahun di zaman tersebut. Dengan adanya perhitungan tahun oleh Babilonia, oleh Persia, bahkan oleh Israel sendiri. Tetapi bagi Nehemia, bukan tahun dan tanggal itu yang penting, tetapi bulan peristiwa tersebut. Nama-nama  bulan yang biasa digunakan di zaman Israel sesudah pembuangan sbb.: bulan ke 1. Bulan Nisan (nama lama: Abib) // Maret-April (pelaksanaan: a. pesta bulan/tahun baru; tgl 14. pesta paskah; tgl.15-21 pesta Roti tidak Beragi; tgl. 16 pesta mulai panen); bulan ke 2. Bulan Iyar (nama lama: Siv)// Aprill-Mei (pelaksanaan: perayaan paskah kecil tgl. 14); bulan ke 3. Bulan Siwan (nama lama tidak diketahui) // Mei-Juni (Pelaksanaan Pesta Pentakosta); bulan ke 4. Tamus (nama kuno tidak dikrtahui) // Juni-Juli 29 hari (tgl 9 pelaksanaan puasa sehari demi mengingat penyerbuan perampokan Yerusalem oleh Nebukadnezar); bulan ke 5. Ab (nama kuno tak diketahui) // Juli-Agustus ( tgl. 7 pelaksanaan puasa sehari mengenang penghancuran Baiot Suci Yerusalem oleh Nebuzaradan; bulan ke 6. Elul (nama kunonya tak diketahui) // Agustus-September (tiada hari khusus); bulan ke 7. Tisyri (nama kunonya: Ethanim) // Sept/Oktober (tgl. 1 sebagai hari Drommeten (atau hari peniupan terompet/serunai sebagai tanda bahwa sudah tiba bulan Tisyri, di bulan mana umat Israel akan merayakan hari raya terpenting bagi mereka (bd. Im.23:24-25; Bil.29:1); hari ini menjadi hari pertemuan kudus, dan merupakan hari libur penuh;  tgl. 3 puasa sehari mengenang terbunuhnya Gedalya; tgl. 10 hari pendamaian/baik-baikan;  tgl. 15-21 perayaan hari Raya Pondok Daun; tgl 22 hari kudus untuk Perhimpunan Bangsa/Rapat Nasional); bulan ke 8. Markhesywan (nama kunonya: Bul) // Okt/Nop (tidak ada hari khusus); bulan ke 9. Kislew (nama kunonya tidak diketahui) // Nop/Des (tgl 25 sebagai hari peringatan peresmian (pangompoion) Bait Suci); bulan ke 10. Tebet (nama kuno tak ada)// Des/Januari (tgl.10 puasa sehari untuk mengenang pengepungan Yerusalem oleh Nebukadnezar); bulan ke 11. Sebat (nama kuno tidak ada)  // Jan/Februari (tidak ada hari khusus); bulan ke 12. Adar (nama kuno tidak ada)// Febr/Maret (tgl. 14-15 Hari Raya Purim); bulan ke 13. (hanya di tahun kabisat) We-Adar.  Jadi yang dimaksud dengan bulan ke tujuh oleh Nahemia, adalah bulan Tisyri (atau bulan Ethanim).

b.        Nehemia mendengar situasi Yerusalem di bulan Kislew (tahun sebelumnya, yakni 446 seb.M.) (bd. Neh.1:1). Nehemia diutus ke Yerusalem di bulan Nisan tahun ke 20 Arthasasta memerintah (465-423 seb.M), yakni tahun 445 seb.M. Dia kerahkan semua umat Israel membangun kembali tembok Yerusalem yang runtuh. Tahun ke-20 sampai tahun ke-32 pemerintahan Arthasasta, Nehemia diangkat menjadi bupati Yehuda (Neh.5:14), yakni tahun 445 – 433 seb.M.). Nehemia membaritahu bahwa tembok selesai dibangun tgl. 25 Elul 445 setelah semua kerja keras 52 hari (Neh.6:15). Jadi mulai pembangunan itu  limapuluhdua hari sebelum tgl 25 Elul, yakni tgl. 2 bulan Ab tahun 445 seb.M.  Setelah umat Israel kembali dari pembuangan Babel di bawah pimpinan Ezra dan kawan-kawannya (berangkat mulai 538 seb.M), dan berusaha mengkonsolidasi diri di kota-kota mereka sesuai seperti pembagian daerah oleh Yosua bin Nun dahulu kala, maka di bulan Elul 445 seb.M. umat Israel sudah  menetap di kota-kota mereka (bd. Neh.7:73; 8:1). Setelah Bait Suci selesai dibangun dan ditahbiskan dan tembok Yerusalem selesai dibangun dan ditahbiskan, itulah yang menegaskan bahwa umat Israel sudah menetap di kota-kota mereka. Sewaktu Nehemia menulis tentang Pentahbisan Tembok Yerusalem (Neh.12:27-43), tetapi yang diberitahu adalah tentang adanya dua kelompok penyanyi dan betapa sukacitanya umat Israel karena prestasi mereka. Jadi pentahbisan tembok Yerusalem mungkin diadakan tidak lama sesudah selesai, yakni di bulan ke enam (bulan Elul). Setelah penahbisan diadakan hari Peniupan Serunai (tgl 1 Tisyri), dan selanjutnya Hari Pendamaian (hari baik-baikan) (yom hakippurim/yom kippur) umat Israel pada tanggal 10 bulan Tisyri. Tentu saja rakyat berkumpul untuk perayaan-perayaan ini, karena mereka ingin memasuki bulan perayaan terpenting di kalangan umat Israel. Mereka ingin memohon pengampunan dosa kepada TUHAN, dan agar TUHAN membuat pendamaian bagi mereka dan seluruh bangsa itu  atau kembali berbaik-baikan. Untuk ibadah ini rakyat berkumpul, dan biasanya ibadah ini selalu diisi dengan tindakan Imam Besar masuk di ruangan mahakudus di mana Tabut Perjanjian berada, untuk meminta pendamaian dari TUHAN. Di zaman Nehemia, Tabut Perjanjian sudah tidak ada.

Ayat 2: maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.
a)        Sekarang dapat dipahami bagaimana umat Israel di Yerusalem dapat segera berkumpul di halaman di depan pintu gerbang Air, yaitu gerbang di sebelah timur istana raja, jalan keluar ke Lembah Kidron, lembah di sebelah timur Kota Yerusalem.  Umat itu memilih tanah luas di pintu gerbang Air, yang tidak merupakan bagian halaman Bait Suci sebagai tempat mereka berkumpul, karena di sana boleh berkumpul orang yang diizinkan dan tidak diizinkan masuk di Bait Suci. Mereka berada di Yerusalem untuk Hari Peniupan Serunai, tgl. 1 Tisyri 445 seb.M. Mereka berduyun-duyun ke Yerusalem karena ingin ikut Hari Pendamaian (tgl 10 Tisyri) dan selanjutnya mengikuti Hari Raya Pondok Daun tanggal 15 – 21 Tisyri. Hari Peniupan Serunai juga berkaitan dengan pembacaan Hukum Taurat yang akan dibacakan dari loh batu yang ada di dalam Tabut Perjanjian. Tetapi karena Tabut itu dan loh itu tidak ada lagi, maka umat itu meminta Ezra untuk membacakan Hukum Taurat, sebab Ezra adalah seorang Ahli Taurat (ahli kitab, Neh.8:2). Orang yang diizinkan dan yang tidak diizinkan memasuki Bait Suci sama-sama ingin mendengar Hukum Taurat TUHAN. Di zaman sekarang pun perlu juga ada tempat, di mana umat pengikut berbagai beragama, umat atheis, umat humanis, dan umat-umat lainnya, dapat berkumpul untuk mendengar hukum yang berlaku untuk semua.

b)        Ezra diminta membawa kitab Taurat Musa, yaitu kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel. Mereka tidak meminta loh batu tempat penulisan Hukum Taurat yang dibawa Musa dari Sinai, yakni duplikat loh batu yang dipecahkan Musa. Kitab dimaksud belum lima kitab Musa yang dikenal sekarang. Karena Kitab Imamat tersusun di zaman pelayanan di  Bait Suci yang dibangun Ezra (zaman sesudah umat Israel berada di Yehuda/Yerusalem). Kitab itu pastilah duplikat (salinan) dari pada Kitab Ulangan yang ditemukan di zaman Yosia (2 Raj.22:8), dan isinya menggerakkan Reformasi Yosia, dan bagian-bagian kuno dari kitab Kejadian, Keluaran dan Bilangan. Ezra dan para iman di Yerusalem sangat berjasa dalam merampungkan Kitab-kitab Musa (Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan dan kemudian dilengkapi lagi dengan Kitab Imamat sesuai dengan tuntutan memajukan keagamaan Israel/Yahudi yang sangat tauratis (atau sangat syariah). Dalam Kitab itu pasti ada Sepuluh Hukum Taurat sebagai Hukum utama  yang harus dibaca berulang-ulang (terutama dalam Perayaan penting ini). Isi Kitab Taurat Musa itu diyakini sebagai Hukum yang diperintahkan TUHAN kepada Israel (torath moseh ’aser şiwwah YHWH  ’eth-’Israel = Taurat Musa yang (adalah) Hukum TUHAN pada Israel). LAI memberi kata “yang diberikan” di sini. Bandingkan keyakinan ini dengan keyakinan Paulus yang mengatakan kepada Timotius ada  “tulisan yang diilhamkan Allah” (2 Tim.3:16). Kitab Taurat Musa itu Hukum Yahowa, yang perlu didengar, dipahami, agar umat TUHAN tahu dan sadar siapa diri mereka dan bagaimana perilaku mereka.

Ayat 3-4 (BHK/BHS ayat 2-3): (3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. (4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
(a)      Hari pertama bulan Tisyri adalah hari Peniupan Serunai tanda bulan Tisyri sudah tiba. Bunyi serunai (terompet) itu mengingatkan Israel, agar mereka bersiap-siap merayakan Hari Pendamaian dan Hari Raya Pondok Daun. Mereka akan kumpul untuk mendengar wejangan dari pemimpin mereka, dan terutama Taurat TUHAN, sebagai pedoman bagi mereka untuk merayakannya. Di hari Pendamaian mereka akan mempersembahkan berbagai kurban persembahan. Untuk itu mereka perlu mendapat petunjuk dari imam-imam. Tetapi yang paling menggembirakan mereka adalah keberhasilan mereka menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem itu. Semua lapisan/marga umat Israel ikut bekerja untuk membangunnya, dan mereka tidak gentar terhadap ancaman  Sanbalat, Tobia dan Gesyem. Mereka merasakan penyertaan TUHAN, dan mereka butuh tuntunan dari Firman/Taurat TUHAN.
(b)     Kitab itu berupa gulungan kulit yang punya sumbu di masing-masing ujungnya, sehingga bila gulungan kitab yang sebelah kiri dibuka, maka gulungan di sebelah kanan di gulung. Gulungan kitab ini disimpan dalam kotak besi yang kuat dan rapi, sehingga ngengat tidak masuk ke dalam untuk menggerogoti kitab tersebut. Kadang harus dua orang mengangkat satu gulungan. Kitab itu harus diambil dari Bait Suci dan dibawa ke depan pintu gerbang Air, tempat jemaah (qahal) itu sudah berkumpul. Di sini digaris bawahi bahwa jemaat yang berkumpul itu “laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti”.  Tentu saja orang-orang tuli percuma saja walaupun berada di situ. (Di rumah ibadah pun, kalau telinga seseorang tuli atau telingan hati sesorang tuli, percuma Firman TUHAN dibacakan kepadanya). Laki-laki dan perempuan sama saja, yakni sama-sama butuh mendengar Taurat TUHAN. Tidak perlu bias gender. Orang yang dapat mendengar adalah orang yang telinga hati dan telinga fisiknya berfungsi baik, dan terbuka untuk mendengar dan mencamkan. Orang yang dapat mengerti adalah orang yang mengetahui bahasa kitab taurat tersebut. Sekarang ini, agar umat dapat mengerti Firman TUHAN yang dibacakan, firman TUHAN itu diterjemahkan ke dalam bahasa yang digunakan pendengar, bukan pendenar yang diajari berbahasa kitab suci itu. Hanya beberapa yang mahir berbahasa Alkitab. Kitab Taurat Musa itu ditulis dalam bahasa Ibrani tua (hata Heber maninggoring). Umat Israel waktu itu sudah berbahasa Ibrani muda (modern) bahkan berbahasa Aram. (Kalau dibandingkan dengan bahasa yang ada sekarang: Kitab itu berbahasa Batak Toba, pendengar mahir berbahasa Simalungun. Demikian bandingannya bahasa Ibrani tua dengan bahasa Aram). Agar umat itu dapat mengerti, Ezra dibantu para pekerja Bait Suci menjelaskan yang dibacakan itu kepada umat tersebut. Tentu saja umat itu harus menggunakan daya pikir dan nalar mereka untuk memahami Taurat Musa yang dibacakan.
(c)      Ezra membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu. Bagian mana yang dibacakan itu tidak diberitahu. Tetapi karena umat itu merindukan Taurat TUHAN, dan pembacaan itu dari pagi sampai siang. maka dapat dikatakan Ezra membacakan sedikitnya setengah dari isi Kitab Ulangan. Dengan demikian umat Israel mendengar: perintah memelihara hukum TUHAN (Ul.4:1-40), Sepuluh Hukum Taurat (Ul.5:1-22), kasih kepada Allah (Ul.6:1-25), janji berkat (Ul.7:12), larangan membanggakan jasa (Ul.9:1-6), perintah agar taat dan bersyukur (Ul.10:12), ketaatan mendatangkan berkat, dan ketidak taatan mendatangkan kutuk (Ul.11:8-32), peringatan terhadap penyembahan berhala dan ibadah yang sesat (Ul.12:29 – 13:18); binatang haram dan tidak haram (Ul.14:3-21), persembahan persepuluhan (Ul.14:22-29), penghapusan hutang (Ul.15:1-13); memerdekakan budak Ibrani (Ul.15:12-18), tiga hari raya utama (Ul.16:1-17: Hari Raya Pondok Daun 16:13-15). Isi dari bagian-bagian dari Kitab Taurat TUHAN ini sangat menyentuh hati para pendengar untuk menilai diri mereka masing-masing, apakah mereka sepanjang hidup mereka mematuhi perintah TUHAN atau tidak; apakah mereka berjalan di jalan TUHAN atau hidup mereka sesuai dengan perintah TUHAN? Umat TUHAN yang ada sekarang pun, kalau mendengar dan mengerti isi dari kitab Ulangan yang disebutkan di atas, pasti akan tergerak hatinya untuk menyesali dirinya yang kurang mematuhi Taurat TUHAN dan akan berusaha memperbaiki perilakunya. Nehemia mencatat  bahwa dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. Memang, umat yang merindukan kehidupan yang lebih baik, pasti selalu mendengarkan pembacaan Firman TUHAN dengan penuh perhatian mendengarkan, artinya tidak main-main, tetapi berusaha mengkonsentrasikan diri, hati dan pikirannya untuk mendengar dan mengerti serta memasukkan ke dalam ingatan, apa yang dibacakan/didengarkan itu. Tidak seperti perilaku manusia sekarang, yang sering membuka-buka handphonenya dan membaca-baca berita di dalamnya, sewaktu Firman TUHAN dibacakan atau dikhotbahkan, dan setelah ibadah selesai, dia tidak dapat mengatakan apa yang didengarnya dari ibadah itu. Umat yang berkumpul di tanah lapang di depan gerbang Air itu tidak mensia-siakan waktu mereka setengah hari itu dalam mendengarkan Taurat TUHAN. Mereka mendapat harta yang paling berharga.
Ayat 5 (BHK/BHS ayat 4): Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica (Ibrani: Matitya), Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.
a.         Ezra adalah seorang ahli kitab. Dia belajar dan menghafal isi Kitab Suci umat Israel (bahan-bahan yang sudah ada untuk Kitab Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan dan  mengumpulkan bahan-bahan untuk kitab Imamat). Dia melebihi Musa, Elia, dan para nabi dalam hal mengetahui apa yang tertulis dari Hukum-hukum TUHAN, tetapi dia tidak menjadi “sumber” (penerima dan penyampai) firman TUHAN seperti Musa dan para nabi.  Dia sangat rajin dan sangat cermat. Dia berusaha luar biasa agar tuntutan Taurat TUHAN benar-benar diterapkan dalam kehidupan umat TUHAN. Termasuk misalnya, agar umat Israel tidak menikahi perempuan atau laki-laki dari bangsa asing. Dia didukung oleh kepala pemerintahan (Zerubabel bin Sealtiel dan kemudian Nehemia bin Hakhalya). Perlu dicamkan juga di zaman sekarang, betapa pentingnya ada pemerintahan yang mendukung penegakan pemberlakukan tuntutan Firman TUHAN. Ezra mengajar kaum Lewi dan orang yang ingin menjadi ahli taurat seperti dirinya. Ezra didampingi oleh para muridnya mengajar umat itu dan juga sewaktu pembacaan Taurat TUHAN di hadapan jemaah itu. Catatan: Untuk menghargai ketekunan dan keahliannya sebenarnya umat Kristen pun perlu mendirikan Sekolah Tinggi Teologia yang mengikuti semangat belajar-mengajar yang dilakukan Ezra, si ahli Kitab. STT itu bisa diberi nama STT Ezra, dan agar perhatian tidak hanya mengikut Ezra, tetapi juga mengikut semangat belajar dan mengajar yang dilakukan Paulus (ahli Perjanjian Baru yang karyanya banyak menjadi isi Perjanjian Baru), nama itu bisa dilengkapi dengan nama Rasul Paulus, sehingga bernama STT Ezra – Paulus.
b.        Untuk pembacaan Taurat TUHAN waktu itu dibuatkan “mimbar kayu” sebagai tempat Ezra berdiri. Kebutuhan ini menjadi diikuti oleh semua rumah ibadah, terutama di rumah ibadah Kristen. Mungkin bukan karena Ezra seorang yang pendek, sehingga dibutuhkan mimbar.  Tujuan utama adalah agar semua orang yang hadir di situ (yang mungkin mencapai ribuan orang) dapat melihat Ezra, dan dapat mendengar suara Ezra sewaktu membacakan Taurat TUHAN. Waktu itu belum ada pembesar suara. Dapat dibayangkan, betapa tenteram dan heningnya keadaan waktu itu, sehingga orang yang paling jauh di barisan belakang himpunan jemaah itu, dapat mendengar suara Ezra dengan jelas.
c.         Mimbar kayu itu dapat ditukangi karena kayu masih ada. Di daerah tandus seperti Yerusalem, kayu masih dapat diperoleh untuk membuat mimbar? Mungkin disisihkan dari bahan-bahan kayu yang digunakan untuk membangun rumah-rumah dan gerbang-gerbang kota Yerusalem. Kayu-kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci, untuk tembok kota  dan untuk rumah yang akan didiami dipesan oleh Nehemia dari Asaf, kepala taman raja Arthasasta, dan permohonan itu dikabulkan, sebagai tanda bahwa tangan Allah yang disembah Nehemia bermurah hati melindunginya (bd. Neh.2:8). Itu terjadi karena tidak ada di (sekitar) Yerusalem  pohon-pohon yang dapat digunakan untuk pembangunan di Yerusalem. Belajar dari sini, sebenarnya umat TUHAN harus mengusahakan agar kebutuhan kayu untuk rumah ibadah dan mobilernya dapat diperoleh dari pohon-pohon yang ditanam oleh umat TUHAN itu sendiri. Meminta-minta boleh, tetapi lebih baik apabila segala kebutuhan umat dan peribadahan mereka dapat disediakan sendiri.
d.        Nehemia mencatat nana-nama orang yang berdiri di kiri dan kanan Ezra sewaktu dia berdiri di mimbar membacakan Taurat TUHAN. Enam di sebelah kanan, dan tujuh di sebelah kiri Ezra. Dengan demikian ada empat belas orang berdiri di hadapan jemaah yang berkumpul itu. Mereka tidak dari kaum Lewi. Jadi dapat dikatakan, bahwa mereka adalah murid-murid Ezra. Mereka berdiri di situ untuk menunjukkan bahwa mereka adalah saksi kebenaran Taurat yang dibacakan itu, dan mereka siap untuk membantu Ezra dalam pembacaan dan juga dalam penjelasan. Empat belas orang adalah tim yang sempurna. Seorang guru dan tigabelas murid sangat kompak mewartakan Taurat TUHAN yang akan membawa berkat dan rahmat TUHAN bagi umat itu. Kebersamaan dan kekompakan pimpinan (guru) dan para yang dipimpin sangat dibutuhkan juga di zaman sekarang. Sangat indah apabila para pendeta pun bisa kompak menyampaikan berkat kepada umat TUHAN, termasuk berkat kepada pengantin baru, pemberkatan nikah mapun pengukuhan keluarga.
Ayat  6 (BHK/BHS ayat 5) : Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Ketika ia membukanya (LAI: Pada waktu ia membuka kitab itu) semua umat itu (LAI: orang) bangkit berdiri.
(a)      Mimbar itu membuat Ezra berdiri lebih tinggi dari semua umat itu. Mereka semua dapat melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Ezra membuka gulungan kitab itu. Inilah peristiwa, bahwa Firman TUHAN mendatangi umat TUHAN ke tempat umat TUHAN berkumpul. Bukan umat TUHAN mendatangi Firman TUHAN yang disimpan dalam buku di Bait Suci dan dibacakan di Bait Suci. Sebenarnya kesediaan TUHAN mendatangi umat-Nya dengan Firman-Nya, selalu diekspresikan dan dipertunjukkan dalam setiap peribadahan di jemaat-jemaat lutheran. Dengan diletakkannya podium/mimbar tempat berkhotbah di luar daerah altar, atau menjorok mendekati umat/pendengar, itu memberi arti bahwa TUHAN mendatangi umat-Nya dengan Firman-Nya. Itu sekaligus  juga menggambarkan bahwa TUHAN mengutus Anak-Nya Yang Tunggal, yakni Firman-Nya yang menjadi manusia, mendatangi umat-Nya untuk menyodorkan berkat dan rahmat TUHAN. Karena Firman itu selalu di sebelah kanan Bapa, maka podium/mimbar itu juga ditempatkan di tempat di sebelah kanan altar. Altar berada di tempat maha kudus,  yang diyakini sebagai tempat kehadiran TUHAN Allah.
(b)     Umat itu bangkit berdiri untuk mendengar Taurat TUHAN yang dibacakan. Sikap bangkit berdiri itu adalah sikap menghormati Kitab Suci yang dibuka, sekaligus menghormati Firman TUHAN yang akan dibacakan. Firman TUHAN juga  menunjukkan kehadiran TUHAN. Umat itu berdiri bukan hanya untuk menghormati Ezra, tetapi terutama menghormati kehadiran TUHAN melalui Firman TUHAN yang terkandung dalam kitab Taurat itu. Sikap berdiri (yang sopan, yakni dengan melipat jari kedua tangan menjadi satu) juga bagi umat Kristen bukan sikap menantang, tetapi bagian dari sikap menghormati. Berdiri dengan sikap sedemikian di hadapan TUHAN, adalah (1) sikap menyatakan: “Saya siap mendengarkanmu yang TUHAN!”; (2) sikap menyatakan: “Saya siap untuk Engkau suruh, ya TUHAN!”; (3) sikap menyatakan: “Saya siap untuk mengerjakan perintah-Mu, ya TUHAN!”; (4) sikap menyatakan: “Saya berdiri teguh di dalam pengajaran-MU, ya TUHAN!”
Ayat 7 (BHK/BHS ayat 6): Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar (YHWH, ha’Elohim, hagadol), dan semua orang menyambut dengan: "Amin, amin!", sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah

(a)      Apa yang diucapkan dan bagaimana gaya Ezra memuji TUHAN, yang Mahabesar, tidak diberitahukan oleh Nehemia. Doxologi (puji-pujian) yang digunakan Daud dalam  Mazmurnya, mengatakan: Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin.” (Mazmur  72:19).  YHWH ha’Elohim hagadol diterjemahkan  ke dalam bahasa Arab: Allah Hu Akbar!. Kata yang diterjemahkan LAI dengan “memuji” adalah kata Ibrani: yebarek (יברך) (betuk Pi‘el orang  ketiga tunggal maskulin dari kata barak (ברך), yang sering ditambah dengan kata penghubung we/wa  ( ו ) yang berarti “memberkati, memuji”. Kalau bentuk Hithpael, kata ini berarti: “saling memberkati”. Kalau umat TUHAN “memuji” TUHAN itu berarti umat itu menyatakan berkat kepada semua yang diberikan TUHAN kepada umat itu. Umat itu mendapat berkat dari TUHAN, dan umat itu mengharapkan bahwa pemberian (berupa berkat) itu akan menjadi berkat bagi semua ciptaan. Ada lagi beberapa kata Ibrani yang artinya sejajar dengan “memuji”, misalnya: halal II pi >haleluya = memuji dengan berhaleluya; yadah II  hi = memuji/mengucap syukur;  syir  = bernyanyi memuji; šabaḥ I  pi = memuji/ memegahkan.  Tetapi bukan salah satu dari kata ini yang digunakan Ezra. Dalam pemujian seperti dilakukan Ezra dikumandangkan bahwa  relasi (hubungan) TUHAN dan umat-Nya  adalah hubungan “saling memberkati”. TUHAN memberkati Israel, dan Israel memberkati TUHAN (dalam arti: semua karya pemberian TUHAN kepada umat-Nya dibuat oleh umat-Nya menjadi berkat. Kalau umat Kristen diharapkan sebagai “pembawa damai”, mereka memuji TUHAN, yang berarti mereka menyatakan diri bertekad menjadi berkat bagi semua ciptaan TUHAN.
(b)     Jemaat itu menyambut pujian Ezra dengan mengucapkan dua kali “Amin!” sambil mengangkat tangan. “Amin” berarti “sungguh”, “benar”, “sudah pasti, tidak bisa dipungkiri” (LAI:AES. h.744) (jawaban umat TUHAN dalam Ul.27:14-26); “ya, itu benar” (bd. Why.5:14). Qahal Isarel yang kumpul di langan luas dekat gerbang Air itu mengatakan amin dua kali. Itu menunjukkan tekad hati mereka membenarkan dan “mangauhon” Firman dan pujian yang dibacakan Ezra.  Cukupkah dua kali? Waktu itu saja yang dua kali. Di kesempatan lain, umat TUHAN selalu mengamini kalimat kebenaran Firman TUHAN (baca: Ul.27:14-26). Bisa juga sampai puluhan kali, bahkan setiap kita merenungkan kebenaran TUHAN.
Umat itu spontan mengangkat tangan ke atas sewaktu menyerukan Amin, Amin. Sikap itu menyatakan bahwa mereka menujukan amin mereka kepada TUHAN yang di atas. Sikap seperti ini bukan sikap yang salah kalau dilakukan umat TUHAN yang sekarang. Hanya di beberapa gereja, sikap seperti itu tidak diaturkan sebagai sikap yang wajib dilakukan dalam setiap ibadah. Tak usah ada yang saling menyalahkan kalau ada yang angkat tangan dan ada yang tidak angkat tangan. Yang tangannya lumpuh tidak salah kalau tidak angkat tangan. Yang merasa hatinya saja yang perlu “diangkat” memuliakan TUHAN, dan tidak mengangkat tangan, itu juga tidak perlu disalahkan. Ekspresi umat Kristen dalam ibadah adalah ekspresi kebebasan tapi menghormati, dan memuliakan TUHAN, bukan kebebasan yang menjatuhkan diri ke dalam dosa atau membuat orang lain jatuh ke dalam dosa.  Gerak dan sikap apapun yang ditunjukkan umat Kristen dalam mendenar Firman TUHAN, harus gerak dan sikap menghormati dan memuliakan TUHAN.
Kalau Tuhan Yesus berkata: “Amen, amen lego humin” = “sesungguh-sungguhnya Aku berkata” , artinya: “sungguh sangat benar yang Saya katakan”:  Dari itu, semua pengikut Yesus Kristus hanya mengakui perkataan dan ajaran Yesus sebagai kebenaran mutlak. Orang Kristen tidak perlu mencari-cari siapa saksi berderet-deret tentang perkataan Yesus itu, sehingga dapat diterima sebagai kebenaran. Cukup empat Injil itu sebagai saksi. Isi kitab-kitab lainnya yang ada dalam Perjanjian Baru, merupakan “penjelasan” untuk kebenaran yang diajarkan Yesus Kristus. Umat Kristen (sedikitnya umat HKI) meng-aminkan tiga kali segala kebenaran yang dipaparkan dalam setiap kebaktian  dalam mengakhiri kebaktian itu. Dengan demikian umat Kristen berjanji bahwa mereka tidak akan mengkhianati kebenaran Injili tersebut dalam hidupnya di tengah masyarakat. Perlu diketahui juga, bahwa Yesus Kristus yang mengajarkan kebenaran yang paling benar itu, juga diberi nama Amin (bd. Why.3:14). Kalau Yesus itu bernama “Amin”, Dia lah satu-satunya kebenaran, yang pasti, yang tidak bisa dipungkiri.
(c)      Setelah mendengar Taurat TUHAN, jemaat itu berlutut dan bersujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah. Sikap ini menunjukkan sikap hormat dan kepasrahan diri kepada yang disembah, dan juga menunjukkan penyataan diri sebagai diri yang sangat rendah dan hina di hadapan TUHAN. Sikap ini dilakukan umat Israel waktu itu sebagai sikap spontan. Kaum Kedar melakukan sikap ini dalam ibadah-ibadah mereka. Rumah ibadah mereka tidak memiliki bangku.  Paus melakukan sikap ini kalau beliau menginjakkan kaki pertama sekali di suatu negeri. Umat Kristen bisa melakukan sikap seperti ini secara spontan apabila berkunjung ke rumah TUHAN  dan berlutut/bersujud sampai muka kena ke lantai di hadapan altar TUHAN. Di rumah ibadah Katolik ada tempat meletakkan lutut untuk berlutut dan tangan berada di bangku. Di rrumah ibadah Kristen, hanya ada bangku tempat duduk, dan sikap berlutut diganti dengan sikap duduk dan menyembah TUHAN dengan melipat tangan di bangku atau menaruh tangan terlipat di atas sandaran bangku yang ada di depannya. Semua sikap ini benar di hadapan TUHAN. Yang paling penting bagi TUHAN adalah sikap merendahkan hati dan merendahkan diri di hadapan TUHAN, jauh dari kesombongan rohani. Yang utama hati, jiwa dan roh sujud dan menyembah TUHAN. Duduk di bangku dan tunduk melipat tangan dan dengan sikap menyembah adalah juga sikap tubuh berlutut, sujud menyembah. Kemurahan TUHAN yang mengizinkan umat-Nya duduk di bangku dengan sikap menyembah, walau muka tidak sampai ke tanah, sebagai pengganti berlutut, sujud menyembah dan wajah sampai kena ke tanah.
Ayat 8: Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.
(a)      Setelah selesai bersujud, umat itu berdiri, menunggu penjelasan agar mereka semakin mengerti Taurat TUHAN yang dibacakan. Walaupun mereka dianggap sebagai orang-orang yang dapat mendengar dan mengerti, mereka masih membutuhkan bimbingan teologis dan bimbingan pastoral tentang isi Firman yang dibacakan itu. Nehemia mencatat nama-nama orang dari kaum Lewi sebanyak 13 orang, yang bertugas mengajarkan Taurat itu kepada orang banyak tersebut. Dengan demikian ada 26 orang membantu Ezra pada saat itu untuk membuat umat itu memahami Kitab Taurat yang dibacakan. Dengan demikian murid Ahli Kitab dan kaum Lewi dapat saling membantu dalam mengadakan bimbingan teologis dan bimbingan pastoral itu. Satu dari murid ahli kitab dan satu dari kaum Lewi dapat saling membantu. Ada ada tigabelas pasangan pembimbing pada waktu itu. Kalau umat itu dibagi berkelompok dan duapuluh orang satu kelompok, maka sudah ada 260 orang sekali membimbing. Umat itu dibimbing dalam keadaan berdiri, sehingga para pembimbing ini dapat segera berpindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Membimbing lebih seribu orang selesai dalam empat ronde.
(b)     Berkumpulnya umat Israel di lapangan pintu Gerbang Air itu dapat dikatakan sebagai semacam “Kebaktian Kebangkitan Iman”. Berbeda dengan acara-acara Kebaktian Kebangunan Rohani yang sering diadakan di zaman sekarang, yang setelah khotbah, ada acara penyembuhan, dan bimbingan iman dan bimbingan pastoral tentang penyembuhan penyakit. Acara penyembuhan memang tidak dilakukan di lapangan pintu gerbang Air waktu itu, tetapi yang paling utama hendak dicapai waktu itu adalah: pemulihan dan penyembuhan iman umat Israel. Memahami teologi hukum Taurat dan bagaimana itu diterapkan dalam ibadah-ibadah, sangat diperlukan umat TUHAN, baik dulu maupun sekarang. Teolog dan kaum imam sangat perlu kerjasama memberikan pemahaman itu kepada umat. Sebenarnya adalah sangat baik apabila sehabis kebaktian minggu di rumah ibadah Kristen, ada bimbingan teologis dan bimbingan pastoral, bimbingan hidup dan dapat ditambah lagi dengan acara doa penyembuhan penyakit, di dala rumah ibadah atau di ruang konsistori. Umat sangat membutuhkan itu, dan mereka akan datang, kalau para pelayan huria membuka kesempatan untuk itu.
Ayat 9: Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.
Karena umat itu mendengar Taurat TUHAN dibacakan dalam bahasa Ibrani tua (yang digunakan sekira seratus tahun sebelum peristiwa ini), dan umat itu sudah berbahasa Aram dalam pergaulan sehari-hari, pasti ada dari bagian-bagian yang dibacakan itu kurang dipahami arti kata, arti teologis dan artinya dalam kehidupan sehari-hari selaku umat pengikut Yahowa. Oleh karena itu bagian-bagian Taurat yang dibacakan itu oleh 26 orang yang membantu Ezra diberi keterangan-keterangan. Mereka bubas berdiskusi, dan mereka mendapat penjelasan-penjelasan yang diambil juga dari kitab suci itu. Isi Kitab Suci cukup mampu menafsirkan (memberi penjelasan untuk) isinya. Isi Kitab Suci cukup memberikan lengkap tuntunan-tuntunan beribadah. Isi Kitab Suci cukup memberi jalan terang untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Memperhatikan tiga dimensi Kitab Suci ini dalam memberikan penjelasan-penjelasan tentang apa yang tertulis di dalamnya, membuat setiap pembacaan Firman TUHAN menjadi sangat jelas dapat dimengerti.
Ayat 10: Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!", karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
a)        Orang beriman yang normal akan menangis apabila mendengar dan mengerti Firman TUHAN yang menyentuh kehidupannya. Terutama apabila Firman yang didengar itu “menusuk hati dan batinnya yang kedapatan berdosa”. Atau apabila Firman TUHAN yang didengar itu membuat dia terharu atas kemaha-kasihan TUHAN dan besarnya anugerah TUHAN yang dikenakan kepadanya tanpa disadarinya dalam hidupnya yang sudah berlalu. Nehemia mencatat, bahwa semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Manusia zaman sekarang pun akan menangis apabila mendengar dan mengerti/memahami Firman TUHAN yang tertulis dalam Ul.26:16-19; Ul.27:11-26; Ul.28:1-46. Menangis sebagai tanda pertobatan, atau tanda keterharuan.
b)        Nehemia (kepala daerah/bupati/kepala pemerintahan), Ezra (kohen, ahli kitab), kaum Lewi (para pekerja di bait Suci), mungkin juga para teolog (murid-murid Ezra) yang ada di situ, bahu-membahu menghibur umat itu agar berhenti menangis, agar jangan sampai ada dari umat itu yang putus asa atau bunuh diri atau melihat dirinya sebagai manusia yang tidak berguna lagi, manusia terkutuk. Mereka membangkitkan semangat umat itu. Berita penghiburan untuk membangkitkan semangat umat itu, mereka sampaikan kepada umat itu, apa makna dari pada Hari Peniupan Serunai  dan Bulan Tisyri bagi umat Israel: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!"  Kaum Lewi mengatakan kepada umat itu: “Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!” (Neh.8:12). Kata-kata ini sama artinya dengan: “Hari ini adalah hari rahmat TUHAN, maka bersukacitalah!” Kata penghiburan ini menegaskan, bahwa apabila suatu hari “Kudus” (apalagi bagi TUHAN), umat harus bersukacita, bergembira-ria. Sebagai tanda sukacita umat itu, mereka disuruh memakan sedap-sedapan dan meminum minuman manis. Dan segala hal, yang menghambat umat TUHAN bersukacita, harus disingkirkan dan diatasi agar penghambat itu hilang.  Pada kesempatan ini, penghambat sukacita bagi sebagian umat itu adalah “kemiskinan”. Di antara mereka tidak mampu menyediakan sedap-sedapan dan minuman manis untuk mereka sendiri karena kemiskinan yang melilit mereka. Pemimpin bangsa, pemimpin kerohanian umat itu sama-sama memerintahkan agar orang yang berada menolong orang miskin. Orang kaya diwajibkan memberi sedap-sedapan dan minuman manis kepada keluarga-keluarga miskin, agar mereka yang miskin itu turut bersukacita besar hari itu, di hari yang kudus itu bagi TUHAN dan bagi umat itu.  Masihkah orang Kristen melakukan hal seperti ini di hari perayaan natal, perayaan tahun baru, perayaan paskah, atau di setiap hari Minggu, yang menjadi hari-hari  kudus bagi TUHAN dan bagi umat Kristen?
c)        Bahasa Indonesia kudus berarti “suci, murni”. Tetapi arti kata Ibrani qadōš (akar kata Indonesia kudus) berarti “kudus, suci, heilig (kudus, terhormat), geheilig, geweihet werden (dikuduskan, dihormat). Pada dasarnya sesuatu itu dikatakan kudus bagi TUHAN karena sesuatu itu dikhususkan atau dipisahkan dari yang lain-lainnya (misalnya dari hal-hal yang biasa, atau dari hal-hal duniawi) dan diistimewakan bagi TUHAN. Misalnya: (1) ada banyak manusia, tetapi seorang atau beberapa dari manusia itu dipilih dan dikhususkan (dipisahkan dari antara manusia lainnya) untuk TUHAN (melaksanakan/mengurus kepentingan TUHAN). (2) ada banyak kambing, tetapi satu ekor dikhususkan, dipisahkan dari kawanan kambing itu sebagai persembahan bagi TUHAN. (3) ada banyak hari, tetapi satu hari dari hari yang banyak itu dikhususkan (dipisahkan) untuk kepentingan TUHAN. Kudus bukan hanya persoalan suci, murni, tahir dan sifat-sifat lainnya, tetapi soal kesediaan TUHAN memilih, mengkhususkan dan memisahkan sesuatu itu baginya, entah bagaimana pun itu sesuatu tersebut. Karena TUHAN itu kudus, maka setiap yang dikhususkan untuk TUHAN disesuaikan dengan kehendak/kekudusan TUHAN. Kalau TUHAN memerintahkan: “Buku sepatumu, karena tanah yang kau akan injak adalah tanah kudus!”, maka yang diperintah itu harus buka sepatu. Kalau TUHAN mengatakan: “Sepatumu termasuk yang saya kuduskan untuk saya, pake senantiasa di manapun!”, maka yang diperintah itu tidak perlu buka-buka sepatu entah ke mana dia masuk. Tidak ada kekudusan kalau TUHAN tidak hadir, dan kalau perintah TUHAN tidak dijalankan. Perintah yang disampaikan melalui Musa ada banyak yang diperbaharui atau dibatalkan dan diganti dengan perintah yang baru mengenai suatu perbuatan. Di zaman Musa, banyak yang masuk ke mulut membuat orang percaya menjadi najis (tidak kudus), tetapi di zaman Yesus, bukan yang masuk ke mulut yang bikin orang percaya najis (tidak kudus) tetapi yang keluar dari mulut orang percayalah yang membuat orang percaya itu tidak kudus.
d)        Hari perkumpulan di lapangan dekat pintu gerbang Air (Tgal 1 Tisyri – Hari Peniupan Serunai), dipilih sebagai hari bagi TUHAN, hari mendengar dan memahami Firman TUHAN. Dan TUHAN hadir di sana, terutama tampak melalui Firman-Nya. Kehendak TUHAN diberlakukan dan akan terus diberlakukan untuk umat itu. Kehendak TUHAN bahwa umat-Nya tahu dan memahami Firman TUHAN, dan umat TUHAN diselamatkan. Dan oleh karena itu umat TUHAN harus bersukacita. Catatan: Hari TUHAN yang merupakan hari kedatangan TUHAN untuk menghukum/mengadili umat manusia, adalah juga hari yang kudus bagi TUHAN. Tetapi di sana akan terjadi ratap angis dan kertakan giri, sebab hari kudus seperti itu adalah hari menghukum orang berdosa, yang tidak mau bertobat. Hari TUHAN tidak merupakan hari keselamatan bagi orang berdosa. Tetapi hari tgl 1 Tisyri bagi umat Israel adalah hari memasuki bulan mengenang dan menikmati keselamatan yang dari TUHAN. Sebab mereka akan mengenang  40 tahun TUHAN menuntun umat Israel di padang gurun, sewaktu keluar dari Mesir dan hendak menuju tanah perjanjian. Selain itu mereka akan berpesta karena musim panen telah berhasil. Berdasarkan sukacita yang dikehendaki TUHAN itu, Nehemia, Ezra dan kaum Lewi mengjak umat Israel waktu itu berkenti menangis, melainkan harus memakan sedap-sedapan dan minum minuman yang manis. Sebab mereka akan merayakan bulan Rahmat TUHAN, yang selalu datang setiap tahun. Dukacita harus ditinggalkan, sukacita harus dinikmati. Bagot na madungdung, do pilo-pilo marajar. Tading nalungun, ai nunga ro najagar (Daun anak enau panjang menjangkau tanah, itulah enau yang tumbuh belajar. Tertinggallah duka dan sedih, karena telah tiba hal-hal dan sukacita yang wajar),  kata orang Batak Toba.
Kesimpulan
Umat TUHAN berkumpul untuk mendengarkan Firman TUHAN, dan Firman TUHAN selalu mau mendatangi umat TUHAN. Umat TUHAN, dengan dibantu oleh para tenaga pelayan rohani,  harus berusaha mendengar dan mengerti/memahami Firman TUHAN, karena di dalam Firman itu terdengar  jalan keselamatan, dan hari berkumpul itu menjadi hari kudus bagi TUHAN dan bagi umat-Nya, serta mengandung janji akan rahmat TUHAN yang berlimpah, dan merupakan kesempatan menghapus duka (kemiskinan) serta kesempatan bersukacita penuh.
                                    Pematangsiantar, tgl. 16 Nopember 2015.
                                    Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).

Memahami  Evangelium: Lukas  4:14 – 21 Yang Menjadi Teks Khotbah
Pengantar
a.         Lukas  (Latin: Lucius atau Lucianus), seorang “tabib/dokter yang kekasih” (Kol.4:14). Dia, yang bukan keturunan Yahudi asli, melainkan keturunan penduduk dari Antiokhia di Syria. Dia   menjadi pengikut Yesus Kristus karena khotbah-khotbah Paulus tentang Yesus, Sang Mahatabib, Penyembuh banyak orang dari berbagai penyakit. Kemudian bergabung dengan Paulus di Troas (awal tahun 51 ses.M.) di waktu Perjalanan Paulus yang kedua memberitakan Injil (tahun 49-52 ses.M.). Lalu Lukas mendampingi Paulus dalam perjalanannya itu sampai di Filipi, ke Yerusalem, dan juga dalam perjalanan Paulus menuju Roma setelah Paulus ditangkap di Yerusalem. Paulus menyebut-nyebut nama Lukas beberapa kali dalam suratnya (baca: Kol.4:14: Filemon 24; 2 Tim.4:11). Lukas seorang yang melekat dengan Paulus (tampak dari corak pemberitaannya yang berkata “kami” dalam Kis.16:10-17; 20:5-21:18; 27:1-28:16). Kerajinan Paulus menulisi surat, mendorong Lukas juga menulis Kitab Injil dan Kisah Para Rasul, dan lebih didorong lagi oleh perkenalan Lukas dengan Teofilus, pejabat publik,yang juga bukan Yahudi, yang bertobat karena pemberitaan Injil Yesus oleh Paulus. Pejabat negara ini menginginkan agar ada buku yang dapat dibaca tentang Yesus Kristus dan kemudian tentang tersebarnya berita itu dan dimulainya kumpulan-kumpulan orang yang menamakan diri mereka Kristen. Lalu Lukas menulis kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.  Dua buku ini dialamatkan oleh Lukas kepada Teofilus Yang Mulia (Teofilus = Sahabat Allah) (Lukas 1:3 – Teofilus Yang Mulia; Kis.1:1 – Teofilus). Seorang dokter/tabib biasanya selalu cermat dalam pendiagnosaan penyakit. Dapat diyakini benar, bahwa Lukas bekerja sangat lebih cermat dan lebih teliti dibanding orang-orang lain, dalam  usahanya “menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.” (Luk.1:12). Ketelitian itu ditegaskan Lukas, dengan menulis: “Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, Teofilus Yang Mulia (kratiste Theofile)” (Luk.1:3). Jadi Lukas menggunakan segala sumber yang meyakinkan dan benar dalam menyusun kitab Lukas. Dia dengar cerita lisan dari para saksi mata. Dia baca catatan-catatan yang dapat ditemukan yang berisi berita tentang Yesus (yang biasa disebut para ahli sebagai sumber Q(uelle)). Dia baca bahan-bahan kitab-kitab yang ditulis oleh murid Yesus seperti Mateus dan Yohanes, kitab Injil Markus (murid Petrus). Lukas dan Markus sama-sama di Roma, sewaktu para guru mereka (Paulus dan Petrus) dipenjarakan di Roma. Mereka kerja sama. Lukas sudah memulai penulisan kitab Injil Lukas tidak lama sesudah dia menjadi pengikut Kristus dan mendampingi Paulus. Karyanya (Injil Lukas) selesai dan rampung menjadi buku di tahun 60-an sesudah Masehi. Kemudian dilanjutkan dengan menulis Kitab Para Rasul.  Hasil pekerjaan Lukas: selain yang dicatat dalam Kitab Injil Matius dan Markus, banyak berita dalam kitab Injil Lukas yang tidak dicatat dalam tiga kitab Injil lainnya, atau dalam kitab-kitab Injil yang tidak diterima menjadi kanon kepercayaan umat Kristen oleh para rasul. Berita khusus itu, a.l.: Kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk.1-2); Pertemuan Yesus dengan wanita pedosa (Luk.7:36-50); Perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik hati (Luk.10:29-37); Perumpamaan tentang Anak, Mina, dan Domba yang hilang (Luk.15); Kaum Farisi dan Pemungut Cukai (Luk.18:9-14); Berita penyambutan Zakeus terhadap Yesus (Luk.19:1-10); Percakapan Yesus dan Penjahat Yang tersalib (Luk.23:39-43); Percakapan Yesus yang bangkit dengan Muridnya dalam perjalanan ke Emmaus (Luk.24:13-35). Dengan demikian, Kitab Injil Lukas menjadi kitab yang lebih kaya isi/beritanya dibanding kitab-kitab Injil Matius dan Injil Markus. Perikop Lukas 4:14-21 dicatat juga dalam Injil Matius dan Injil Markus.
b.        Kalau dibandingkan sinopsis perikop Lukas 4:14-21 dengan yang ada di Matius (4:12-17; 13:53-58) dan Markus (1:14-15; 6:1-6 ) akan tampak tujuan Lukas mencatat berita ini. (1) Urutan perjalanan Yesus setelah Dia dibaptis berbeda dicatat Lukas dari Matius dan Markus. Menurut Lukas: dibaptis di Sungai Yordan – Dicobai di Padang Gurun (dekat Yeriko, yang bukan di Galilea, tetapi daerah sekitar Laut Mati, tepatnya dekat ke pantai utara Laut Mati) – kembali ke Galilea (a. (ke Kapernaum dan telah membuat mujizat-mujizat di sana, Luk.4:23) – b. ke Nazaret > ditolak di Nazaret, Luk.4:28-29, – c. ke Kapernaum) – ke kota-kota lain, dst.. Menurut Markus: Dibaptis di Yordan – Dicobai di padang Gurun – ke Galilea (ke Nazaret (tempat asal) dan ditolak di sana, Mrk.6:3 – b. menyusur danau Galilea – c. tiba di Kapernaum) – ke kota-kota lain, dst. Menurut Matius: Dibaptis di Sungai Yordan – Dicobai di Padang Gurun -  ke Galilea, [a. Nazaret (ada juga berita tentang penolakan terhadap Yesus di Nazaret, Mat.13:57),  b. ke Kapernaum setelah meninggalkan Nazaret] – menyusur danau Galilea – bekeliling di seluruh Galilea – berkhotbah di bukit – dst. (2) Menurut Matius dan Markus, Yesus pergi (Matius: menyingkir) ke Galilea atas dorongan hati sendiri,  setelah mendengar Yohanes ditangkap Herodes. Menurut Lukas Yesus kembali ke Galilea menuju Nazaret “dalam kuasa Roh” (Luk.4:14). Bila dibanding dengan Matius dan Markus, Lukas memperjelas peranan Roh Kudus dalam hidup Yesus: Yesus ada di rahim Maria atas kuasa Roh Kudus; Yesus datang ke Bait Suci oleh Roh Kudus. Yesus dideklarasikan sebagai Anak Allah bersamaan dengan penampakan Roh Kudus ke dalam diri Yesus. Roh Kudus membawa Yesus ke Padang Gurun. Yesus ke Galilea atas kuasa Roh (Kudus). Yesus bergembira dalam Roh Kudus. Yesus memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus. Yesus membaptis dengan/mencurahkan Roh Kudus. Roh yang ada dalam diri Yesus, yang tampak sewaktu peristiwa pembaptisan-Nya, menuntun Yesus ke Nazaret. Mempercayai berita tentang Yesus termasuk mempercayai pekerjaan Roh Kudus. Tidak mempercayai berita tentang Yesus, berarti juga dosa terhadap Roh Kudus (3) Perikop Lukas 4:14-21 secara khusus memaparkan peristiwa di Rumah Ibadat (synagoge) di Nazaret (yang ada di negeri Zebulon), sewaktu Yesus membuka kitab Suci (Yes.61:1-2) dan pemberitahuan penggenapannya dalam diri Yesus; sedangkan Matius memberitahu peristiwa di Kapernaum (yang berada di negeri Naftali), tentang pemenuhan nubuat Perjanjian Lama (Yes.8:23-9:1) tentang Tanah Zebulon dan tanah Naftali telah melihat terang.  Markus tidak mengkaitkan kedatangan Yesus di Galilea (atau di Nazaret) dengan pemenuhan  nubuatan di Perjanjian Lama (PL). Lukas melanjutkan berita kemenangan Yesus atas godaan Iblis (di gunung dekat kota Yeriko), dengan deklarasi penggenapan nubuat PL dalam diri Yesus di Nazaret (bukan di Kapernaum seperti dibuat Matius). Dari isi kitab Lukas dapat disimak, bahwa kalau Betlehem, sebagai tempat tunas Daud lahir, maka Nazaret (kota “tunas” (nezer = tunas), tempat tunas Daud dibesarkan) menjadi tempat awal penegakan Kerajaan Surga, yang memanggil umat manusia bertobat. Bukan hanya Yerusalem (yang ada di Yudea/Kerajaan Yehuda/Israel Selatan), tempat Bait Suci, sebagai pusat penggenapan nubuat PL, tetapi juga Nazaret (yang ada di Galilea/Kerajaan Samaria/Israel Utara) (bukan Betel atau Sikhem atau Gerizim). Dari berita Injil Lukas dapat diketahui bahwa Yesus meninggalkan “perselisihan” antara Yerusalem dan Betel sehubungan dengan pengharapan kedatangan Mesias. Karena Yesus bukan hanya Mesias untuk Kerajaan Yudea dan bukan pula hanya untuk Kerajaan Efraim, melainkan Mesias untuk seluruh bangsa-bangsa (seluruh umat manusia). Lukas memilih Yerusalem sebagai tempat penggenapan dari segala sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia, terutama yang ditulis tentang korban bagi keselamatan seluruh umat manusia (bd. Luk.18:31-34) dan sebagai titik berangkat murid-murid Yesus memberitakan Injil kepada segala bangsa (Luk.24:47). (4) Kehadiran Yesus dan kepiawaian-Nya mengajar serta kebenaran pengajaran-Nya, membuat ada dua macam sikap manusia yang ada di Nazaret terhadap  Yesus yakni: 1) ada yang memuji dan takjub; 2) ada yang menjadi benci kepada Yesus dan hendak membunuh Yesus. Dua macam sikap manusia ini terhadap Yesus sudah ditunjukkan Lukas dalam berita tentang Yesus dari sejak awal pekerjaan-Nya sampai kepada kebangkitan-Nya. Tetapi, berita sukacita, Injil keselamatan dan pewartaan tentang Tahun rahmat TUHAN kepada segala bangsa tidak akan terhalang oleh sikap-sikap orang yang menolak Yesus.
Isi dan pesan Lukas 4:14-21 kepada umat manusia dulu dan sekarang
Ayat 14: Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.
a)        Peranan Roh Kudus dalam pribadi dan pekerjaan Yesus sangat ditekankan oleh Lukas (lihat sudah disebutkan di atas). Lukas yakin, bahwa Yesus bekerja bukan hanya atas inisiatif sendiri, tetapi karena selalu disertai dan dituntun oleh Roh Kudus dari Bapa-Nya yang di sorga. Roh yang ada pada Yesus tidak hanya seperti Roh yang diberikan TUHAN kepad Saul dan Daud sewaktu pengurapan mereka. Di sinilah letak kemesiasan Yesus bukan hanya seperti kemesiasan yang digambarkan oleh umat Yahudi dan kaum beragama yang lain.
b)        Walaupun waktu itu belum ada radio/pemancar radio, belum ada televisi/pemancar televisi, belum ada telepon/handphone, kabar tentang kedatangan Yesus di Galilea tersiar ke seluruh pelosok Galilea. Penyiaran itu terjadi dari mulut ke mulut. Inilah metode penyiaran yang paling kuno, tetapi masih tetap sangat efektif. Tetapi penyiaran dengan mulut ke mulut bisa terjadi apabila seseorang itu menjadi “buah bibir” karena prestasi yang dilakukannya, atau karena kejelekan perbuatannya. Pasti kedatangan Yesus cepat tersiar di Galilea, karena kebaikan dan hal-hal  yang luar biasa yang telah dilakukannya, baik sewaktu dia dibesarkan di Nazaret sampai berumur tigapuluh tahun.  Sungguh baik apabila tokoh-tokoh pemberita Injil zaman sekarang juga mengikut apa yang dialami Yesus ini. Dengan peralatan komunikasi canggih yang ada sekarang ini, kehadiran Yesus di seantero dunia semakin dapat tersiar dengan cepat. Tambahan usaha yang sudah ada untuk itu harus dibuat oleh umat Kristen.
Ayat 15: Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
a.         Dengan umur tigapuluh tahun, Yesus sudah menjadi guru/rabbi yang bertanggungjawab atas kebenaran pengajaran-Nya. Tidak satu pun penulis Injil (termasuk Lukas) memberitahu siapa guru (yang mengajar) Yesus menjadi orang yang sangat mahir tentang isi Kitab Suci (Perjanjian Lama), ajaran agama Yahudi dan hal-hal lain. Dia terkenal sebagai anak tukang kayu. Tetapi dalam umur duabelas tahun para alim ulama di Bait Suci Yerusalem telah heran atas kecerdasan Yesus dan atas jawaban-jawaban yang diberikannya kepada alim-ulama di sana (bd. Luk.2:47). Lukas mencatat:  Yesus berada di bawah asuhan orangtuanya. “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk.2:52). Tetapi Yusuf dan Maria serta saudara-saudari-Nya juga heran mengapa Yesus begitu pandai dan mampu mengajar. Tentu saja Yesus bisa begitu, karena Yesus dikasihi oleh Allah. Yesus bukan hanya auto didak, tetapi peran Allah Bapa melalui Roh Kudus sungguh sangat besar dalam diri dan kapasitas Yesus sebagai pengajar.
b.        Yesus mengajar di rumah-rumah ibadat, yakni di synagoge-synagoge  yang ada di daerah Galilea. Tidak tahu entah di kota mana. Mungkin juga sanmpai di Kapernaum dan membuat mujizat di sana (bd. Luk.4:23). Dia, yang telah menjadi murid synagoge, mengajar di synagoge-synagoge. Dia telah mendapat otoritas karena kepandaian-Nya untuk kegiatan mengajar tersebut. Dia ingin memperjelas arti dan makna Firman TUHAN yang tertulis dalam Kitab Suci, dan mempertegas penggenapan nubuatan-nubuatan para nabi yang diberitahu dalam Perjanjian Lama. Mengingat tekanan-tekanan hidup, keagamaan dan pemerintahan yang datang dari pemerintah Romawi, pengharapan messianis semakin kuat di tengah umat Israel waktu itu, dan kitab-kitab yang berisi pengharapan mesias menjadi sering dibacakan. Kedatangan Mesias semakin dirindukan oleh umat TUHAN.
c.         Injil Lukas tidak memberitahu secara mendetail tentang apa yang diajarkan Yesus di rumah-rumah ibadat itu. “Mengajar” bukan hanya sekedar membacakan teks kitab suci, melainkan juga menjelaskannya. Kepiawaian, kecerdasan dan kepandaian Yesus mengajar membuat “semua orang memuji Dia” atau seperti dikatakan Matius dan Markus: “jemaat yang besar takjub” (Mat.13:54; Mrk.6:2: “maka takjublah mereka...”); “dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya” (Luk.4:22). Memuji berarti membenarkan apa yang diajarkan, mengakui kehebatan dalam menerangkan, dan pengenaan kepada hidup umat TUHAN. Tetapi karena Yesus dipandang hanya sebagai anak Yusuf, anak tukang kayu, bukan yang menggenapi nubuatan nabi-nabi PL, mereka hendak membunuh Dia. Dari dulu sampai sekarang, berlaku dalil: Bila seseorang salah dikenali, maka seseorang itu akan dibencii luar biasa. Dikenal maka disayang, tak dikenal tangan melayang.
Ayat 16 : Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan (en tethrammenos; LAI. TL: tempat Ia dididik), dan menurut kebiasaan-Nya (hurufiah: menurut yang menjadi kebiasaan bagi Dia)  pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat (hurufiah: ke Synagoge), lalu berdiri (aneste) hendak membaca dari Alkitab (anagnonai: hurufiah: untuk membacakan dengan nyaring).
a)        Yesus adalah seorang yang menghargai kampung halaman-Nya. Walau Dia sudah tahu, bahwa nabi ditolak di kampung halamannya, Dia ingin mengetahui apakah demikian halnya terjadi pada-Nya. Ia datang ke Nazaret. Dia bertemu dengan kawan-kawan-Nya dari kecil, bertemu dengan keluarga-Nya, dengan ayah dan ibu-Nya, dengan saudara-saudari-Nya. Dia berbaur dengan masyarakat kampung-Nya. Dia tidak mengisolasi diri. Dia ikut ibunya ke kota Kana, dekat Nazaret, mengikuti pesta pernikahan (Yoh.2). Lukas tidak memberitahu, bahwa “murid-murid-Nya mengikuti Dia” (Mrk.6:1), sebab menurut Lukas, bahwa Yesus memanggil murid-murid-Nya sesudah peristiwa ini (bd. Luk.5:1-11; 6:12-16).
b)        Sebagaimana Yesus telah lakukan dari sejak kecil sampai berumur tigapuluh tahun, Yesus pergi ke synagoge pada hari Sabat untuk beribadah, mempelajari Firman dan hukum-hukum TUHAN. Pergi ke rumah ibadat pada hari Sabat sudah menjadi kebiasaan bagi Yesus. Semua penduduk kota itu, yang jumlahnya kira-kira 500 orang mengenal Yesus, terutama yang sering datang di Synanoge (yang reruntuhannya di Nazaret masih dipelihara sampai sekarang sebagai objek wisata). Menurut ukurannya yang sepuluh kali limabelas meter, di Synagoge itu muat lebih seratus orang. Dapat dikatakan, bahwaYesus telah biasa mengajar di Synagoge ini atau membacakan Kitab Suci bagi semua yang hadir.  Itu terkesan dari sikap pelayan synagoge yang dengan segera memberikan Kitab Suci (Yunani: biblion; Ibrani: megillat seper/gulungan kitab) kepada Yesus sewaktu Dia berdiri hendak membaca dengan jelas (anagnonai) (LAI: membaca dari Alkitab). Kunjungan Sabbat yang dilakukan Yesus kali ini Dia rencanakan merupakan kunjungan istimewa. Karena baginya sudah genap waktu-Nya untuk memberitahu missi-Nya kepada umum.
Ayat 17: Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
(a)      Siapa memberikan kitab (biblion/megillat seper) kepada Yesus, tidak diberitahu. yang pasti ada sesorang yang bertugas di dalam Synagoge tersebut. Gulungan Kitab Yesaya (yang contohnya tersimpan oleh kaum Essene dengan baik sejak zaman Yesus di gua Qumran sampai ditemukan di abad 20 ses.M.), diberikan kepada Yesus. Bahwa gulungan Kitab ini mudah didapat, itu menandakan bahwa gulungan kitab ini sering dibaca, karena bagian akhirnya (yang kemudian disebut para ahli sebagai Trito Yesaya atau bagian kedua dari Deutero Yesaya) terdapat nubuat-nubuat tentang Mesias. Pekerja Synagoge ingin tahu, bagaimana pandangan Yesus tentang pengharapan Mesias yang sedang aktual di tengah umat Yahudi, setelah Yesus pergi melanglang-buana meninggalkan kampung halaman dan waktu itu kembali ke kampung halaman-Nya. Yesus menerima gulungan kitab itu dengan baik, menciumnya (seperti biasanya Yahudi pembaca Kitab Suci melakukannya), dan kemudian membukanya.
(b)     Menemukan suatu nas dari antara “lautan” nas kitab Yesaya bukan mudah, kalau  yang mencarinya tidak hafal di mana dan di bagian mana dari kitab itu nas tersebut terdapat. Gulungan kitab itu dulu masih belum di beri nomor pasal dan nomor ayat untuk memudahkan menemukan nas yang dicari. Tidak  secara kebetulan Yesus menemukan nas Yesaya 61:1-2 sewaktu membuka buku itu. Mungkin juga nas itu sering dibacakan di Synagoge itu, sehingga halaman itu juga yang paling mudah ditemukan sewaktu Yesus membuka kitab suci tersebut. Tetapi yang jelas, Yesus telah bertekad untuk membacakan nas Yesus tersebut. Semuanya itu dapat dipercayai sebagai pekerjaan Roh Kudus yang kuasa-Nya menuntun Yesus ke Galilea hingga ke Nazaret. Nas Yesaya yang ditemukan dan dibacakan  Yesus adalah Yesaya 61:1-2. Diyakini bahwa Yesus membaca kitab Masora (MSS) yang bahasa Ibrani, dan bukan Septuaginta (PL yang berbahasa Yunani) (LXX). Namun kalau dibanding Masora (BHK/BHS), maupun  dengan Septuaginta dan dengan Lukas Luk.4:18-19 (yang berbahasa Yunani dan bila diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani) – akan ternyata bahwa ada beda teks uk.4:18-19 dengan yang tertulis dalam Yes.61:1-2. Septuaginta menterjemahkan semua teks Masora. Tetapi teks Yunani Lukas 4:18-19  tidak menyalin lengkap teks LXX. Nama YHWH yang ada duakali dalam Yes.61:1 (MSS) tidak ditulis dalam Lukas, sama seperti LXX. Di teks Lukas tidak ada : iasasthai tous suntetrimmenous te kardia (terjemahan dari kalimat di Masora: lahabos lenisbere-leb = untuk merawat  orang yang remuk hati). Bagian kalimat dalam Lukas 4:18, yakni: apostelai tethrausmenous en aphesei, yang bahasa Ibraninya: lesallaha resusyim hapesyim = Dia mengutus aku kepada orang-orang tertindas demi pembebasan) tidak ada dalam LXX dan Masora. Selain dari perbedaan itu, ayat 19 hanya kalimat liqro senat rason laYHWH / Lukas: keruxai eniauton kyriou dekton; LXX : kalesai eniauton kyriou dekton (LAI: untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN) dari Yes.61:2 yang dikutip (dibacakan), dan kalimat selanjutnya tidak dikutip/dibacakan (weyom naqam leelohenu lenahem kal abelyim = dan hari pembalasan Allah kita; untuk menghibur semua orang berkabung; LXX: hemeran antapodoseos (hari pembalasan) parakalesai pantas tous pentountas (menghibur semua yang berkabung). Melihat kenyataan ini, mungkin orang bisa berkata, bahwa Masora yang diberikan kepada Yesus waktu itu adalah versi seperti yang disalin Lukas. Tetapi lebih tepat mengatakan, bahwa Yesus sendiri mengganti kalimat “iasasthai tous suntetrimmenous te kardia (LXX)/ lahabos lenisbere-leb (MSS)  dengan kalimat: apostelai tethrausmenous en aphesei, yang bahasa Ibraninya: lesallaha resusyim hapesyim = Dia mengutus aku kepada orang-orang tertindas demi pembebasan. Dengan demikian Yesus mengaktualisasi Yes.61:1-2 kepada pendengarnya.
Ayat 18: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab (dengan demikian) Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas.
a.         Roh  yang diklaim (dikatakan) oleh nabi dan kemudian oleh Yesus ada pada-Nya adalah Roh Tuhan Yahowa. Dia itu yang bekerja juga pada waktu penciptaan, yakni yang melayang-layang di atas samudera raya. Roh Yahowa adalah salah satu cara Yahowa berada pada diri manusia. Roh ini juga yang bekerja sewaktu Samuel mengurapi Saul menjadi raja, dan kemudian pindah kepada Daud setelah Daud diurapi menjadi raja. Roh inilah yang memungkinkan Maria mengandung Yesus di dalam rahimnya. Roh inilah yang tampak datang kepada Yesus sewaktu Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Roh ini juga yang durahkan kepada para murid Yesus di Yerusalem. Roh Tuhan Yahowa dinyatakan oleh Yesus  menyatu dalam diri-Nya.
b.        Dengan adanya Roh Tuhan Yahowa dalam diri Yesus, maka TUHAN mengurapi (Yun.: ekhrisen; Ibr.: mašaḥ) Yesus. Di sini Yesus belum dideklarasikan sebagai Kristus atau Masiaḥ/Mesias (yang diurapi). Dengan peristiwa ini sebutan Mesias belum menjadi panggilan atau gelar yang tersandang pada Yesus. Pengakuan Petrus, atas tuntunan TUHAN, menyandangkan gelar “Mesias” (“Kristus”) kepada Yesus, sewaktu Yesus menanyakan: Siapa Dia di sebut orang dan disebut para murid-Nya (bd. Mat.16:16). Dari berita-berita pengurapan yang diberitahu dalam Kitab Suci, bukan hanya untuk jabatan raja seseorang itu diurapi, tetapi untuk imam. Ada juga benda-benada yang diurapi. Tugu diurapi sebagai pertanda (Kej.31:13); Musa mengurapi Harun dan anak-anaknya menjadi imam (Kel.28:41; 30:30); Musa mengurapi Kemah Pertemuan/Kemah Suci dan tabut hukum (Kel.30:26; 40:9); Musa mengurapi mezbah korban bakaran dan peralatannya (Kel.40:10); pohon-pohon berkumpul untuk mengurapi salah satu dari mereka menjadi raja (Hak.9); Samuel mengurapi Saul menjadi raja 1 Sam.10:1;15:1)); Samuel mengurapi Daud menjadi raja (1 Sam.16:13); Imam Zadok dan nabi Natan mengurapi Salomo menjadi raja (1 Raj.1:45); Elia mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram (1 Raj.19:15); Elisa mengurapi Yehu raja atas Israel dan mengurapi Elisa menjadi pengganti-nya (1 Raj.19:16); Rakyat mengurapi Yoahas, anak Yosia, menjadi raja Yehuda ( 2 Raj.23:30); Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus (Kis.10:38). Hanya Yesus yang diurapi dengan Roh Kudus, Yang lain-lainnya diurapi dengan minyak urapan.  Dalam PL, kalau manusia yang diurapi, dia selalu disebut hammasiah (Mesias). Dengan dikatakannya, bahwa Roh Tuhan Yahowa mengurapi Yesus, sebenarnya Dia mau mengatakan bahwa Dia sejak saat itu adalah Yang Diurapi (Hammasiah) (Mesias/Kristus), tetapi Dia sendiri melarang untuk menyebut-nyebut itu (bd. Mat.16:20) . Di sini Yesus tidak mengatakan: “Saya adalah Mesias/Kristus!”.  Yang penting bagi-Nya adalah apa yang akan dikerjakan-Nya sebagai Yang TUHAN urapi. Bagi Yesus penggenapan nubuat Yesaya  bukan untuk menyatakan pentingnya Dia memperoleh suatu gelar. Tetapi pengurapan itu adalah untuk pemastian tentang tugas-tugas yang akan dilakukan oleh Yesus, Yang TUHAN urapi tersebut.
c.         Salah satu dari tugas Yesus, yang TUHAN urapi, adalah: untuk menyampaikan kabar baik (euanggelisasthai) kepada orang-orang miskin (ptokhois). Dari dulu sampai sekarang, “menginjili” orang-orang miskin tetap sangat dibutuhkan dan disambut dengan baik. Kepada mereka harus diberitakan dan dibuat menjadi kehidupan mereka, bahwa Yesus telah rela menjadi miskin, agar semua orang miskin menjadi kaya. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (II Korintus  8:9). Inilah kabar baik itu:  "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3).Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yakobus  2:5). Walaupun Yesus mengatakan bahwa orang miskin selalu ada di tengah umat Kristen (di dunia ini) (bd. Mat.26:11), tetapi pekerjaan untuk mengurangi jumlah orang miskin dan menghapus kemiskinan tetap menjadi salah satu dari tugas utama umat Kristen (pengikut Yesus). Bagaimana jemaat mula-mula mengatasi kemiskinan yang ada di kalangan mereka dapat dibaca dari Kis. 2:41-47; 4:32-36. Cara hidup ini telah terbukti membawa kemakmuran setelah dimodernisasi dengan cara hidup dengan ekonomi pasar sosial, dengan ekonomi “kibbutz”, dengan ekonomi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Ber-evanggelisasi” sekarang berarti memberitakan kabar baik (injil) melalui karya-karya yang membebaskan kaum miskin dari kemiskinan mereka, termasuk melakukan revolusi apabila ada struktur-struktur masyarakat atau kenegaraan yang memperbanyak kaum miskin dan memperparah kemiskinan. Banyak macamnya revolusi: revolusi mental, revolusi pertanian, revolusi perekonomian, revolusi keuangan, revolusi penggantian pemerintah yang jahat).
d.        Keruxein (LAI: memberitakan) bukan hanya dengan kata-kata, melainkan lebih menunjuk kepada perjuangan, agar orang-orang tawanan  bebas. Perjuangan itu meliputi: perjuangan pers, perjuangan politik, perjuangan bersenjata, perjuangan dengan gerakan/aksi damai, perjuangan melalui advokasi, perjuangan melalui pembelaan, perjuangan melalui minta grasi, dan lain-lain. Tawanan yang dimaksud bukan hanya tawanan politik, tawanan perang, tawanan teroris, tawanan terpenjara, tetapi juga tawanan Iblis, tawanan kemiskinan, tawanan kebodohan, tawanan kesombongan, tawanan ideologi, tawanan budaya, tawanan semangat radikalisme, dan lain-lain, yang membuat manusia terbelenggu.
Pembebasan (aphesin) yang diharapkan  bukan sekedar liberation movement (gerakan pembebasan), tetapi  pembebasan yang membuat orang-orang tawanan itu benar-benar  terpenuhi Hak azasinya dan dapat menjalankan hak-hak azasinya, dan juga kewajiban-kewajiban azasinya; dan yang membuat orang-orang tawanan dapat memperoleh dan menjalankan hak-hak sipilnya tanpa ada tekanan atau penghambatan dari pihak lain. Diperjuangkan agar tawanan  tidak  mengalami siksaan dan kekerasan, apabila dia dipenjarakan. Tugas pendampingan juga termasuk kepada usaha memberitakan pembebasan bagi orang tawanan.
e.         Keruxein (liqro) (memberitakan) penglihatan bagi orang-orang buta, lebih menunjuk kepada pekerjaan berjuang agar orang buta (dalam segala jenis kebutaannya) dapat melek dan melihat dengan jelas apa yang ada di depan, samping, belakang atau sekelilingnya. Banyak jenis-jenis “buta”/kebutaan. yang paling biasa adalah buta penglihatan (tidak dapat melihat dengan mata kepala sendiri yang ada di sekitarnya). Tetapi  ada juga jenis kebutaan lain: buta aksara (tidak tahu membaca), buta teknik (tidak tahu menggunakan teknik), buta hati (tidak berperasaan sedikitpun), buta warna (asal bersisik ikan), buta agama (tak tahu ajaran agamanya), dan lain-lain kebutaan. Yesus datang untuk mebuat orang-orang buta sedemikian dapat melihat. Dan itu dilaksanakan Tuhan Yesus dalamkurun waktu tiga tahun pelayanannya. Yesus menyembuhkan orang yang buta matanya, sehingga menjadi bisa melihat, seperti Bartimeus. Melalui ajaran-ajaran-Nya Yesus memelekkan semua orang buta lainnya yang  jenis-jenisnya  disebutkan di atas. Yang buta agama disembuhkan melalui ajaran keagamaan yang dia berikan, (misalnya dengan jarannya agar manusia mengasihi TUHAN dan mengasihi sesamanya manusia.
f.         Apostelai (TUHAN menyuruh menjadi apostel/TUHAN mengutus, TUHAN menyuruh pergi/Ibrani: sallaha) untuk membebaskan orang-orang yang tertindas agar mereka bebas dari penindasan yang dialaminya,  lebih menunjuk kepada perjuangan agar terjadi keadilan sosial, kebebasan pers, kebebasan bersuara, kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan mencari nafkah, kebebasan menganut agama dan beribadah menurut agama yang dianut itu, kebebasan mendapat pekerjaan, kebebasan mendapat tempat tinggal, kebebasan berpindah  tempat tinggal, kebebasan memilih kewaganegaraan, kebebasan menentukan pasangan hidup (jodoh), kebebasan berpolitik. Yang disuruh itu harus berusaha sedaya mampunya agar segala macam penindasan terhapus. Terhapus Kekerasan Dalam Rumah Tangga; terhapus Kejahatan Politik; terhapus kejahatan ekonomi; terhapus penindasan kaum minoritas oleh mayoritas, dan segala macam bentuk penindasan lainnya. Caranya: memperjuangkan adanya hukum yang tidak menindas pihak tertentu; memperjuangkan agar jangan ada adat/budaya yang menindas adat/budaya pihak lain. memperjuangkan agar agama yang dianut tidak menjadi alasan untuk menindas pihak beragama lain, dan usaha-usaha lainnya.
Ayat 19: untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang
TUHAN menyuruh yang diurapi dengan Roh-Nya untuk memberitakan Tahun Rahmat TUHAN (Yunani: eniauton kyriou dekton/ Ibrani: senat raşon laYHWH) telah datang. Dekton < dektos berarti “acceptable”, berkenan, terterima, günstig (yang menguntungkan) (= günstige Gelegenheit = kesempatan baik). Raşon berarti “berkenan; kesukaan”.  Eniauton dekton = masa (LAI: Tahun) berkenan; masa yang menguntungkan; masa yang baik; tikki parasinirohaon. Yang dimaksud dengan Tahun Rahmat TUHAN adalah masa di mana kehidupan manusia benar-benar bekenan bagi TUHAN, disukai oleh TUHAN, dan  sebagai masa bagi TUHAN untuk memberikan  kesukaan, keberuntungan bagi umat manusia. Di masa perkenanan TUHAN tersebut terjadi (1) kehidupan manusia dalam segala lika-likunya benar-benar sesuai dengan kehendak TUHAN, sehingga TUHAN sangat senang melihatnya; (2) TUHAN mencurahkan berkat-Nya yang melimpah bagi umat manusia, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan manusia (yang sesuai kehendak TUHAN itu) selalu memberi keberuntungan dan kesukaan bagi umat manusia. Jadi Keberhasilan segala usaha menyampaikan kabar baik  kepada orang-orang miskin, usaha pembebasan orang-orang tawanan, usaha membuat orang-orang buta dapat melihat, dan pembebasan orang-orang tertindas, sudah merupakan pertanda sudah datangnya Tahun Rahmat TUHAN. Dalam masa seperti inilah setiap agama (termasuk Kristen) menjadi rahmat bagi segala isi alam semesta.
Ayat 20: Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
(a)      Yesus menutup gulungan kitab Yesaya yang sebagian isinya telah dibacakan oleh Yesus kepada hadirin di Synagoge itu, lalu mengembalikannya kepada petugas Synanoge (huperete). Perbuatan ini memberitahu bahwa Yesus mematuhi semua aturan di Synagoge tersebut. Tetapi yang paling utama, adalah bahwa Yesus menunjukkan kepada khalayan ramai itu, bahwa Dia taat kepada yang mengurapi dan mengutus Dia. Bahwa Yesus kembali duduk ke tempat duduknya semula setelah selesai membaca bagian kitab Yesaya tersebut, menunjukkan bahwa Dia sebenarnya hendak membiarkan umat itu sendiri menafsirkan dan menemukan arti nas tersebut. Tetapi bagaimanalah umat itu menemukan arti nas itu, kalau tidak ada yang menerangkan.
(b)     Mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada Yesus, karena mereka mendengar bahwa yang dibacakan Yesus tidak sangat persis seperti yang biasa mereka dengar. Ada bagian dari nas itu yang diaktualisasi oleh Dia. Kemudian orang banyak itu menginginkan agar Yesus menjelaskan apa yang sudah dibacakan tersebut. Mereka sudah sering mendengarnya, tetapi mereka tidak tahu maknanya. Dan mereka ingin tahu, siapakah yang dimaksudkan dalam nas tersebut. Sorotan mata orang banyak itu mendorong Yesus untuk berdiri lagi dan pergi ke depan, untuk menerangkan apa yang telah dibacakan-Nya itu.
Ayat 21: Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya
a)        Di depan orang banyak di Synagoge itu, Yesus mengatakan kalimat di ayat 21 ini sebagai permulaan (erxato; Ibrani: heḥal) dari apa yang hendak diterangkan-Nya. Dia mengatakan (LAI: mengajar) (legein) apa yang menjadi inti dari pada nas tersebut. Kalimat Yesus di ayat 21 ini merupakan awal dari apa yang Dia terangkan di sana. Kelanjutannya dapat dibaca diLukas 4  ayat 21 sampai 30, yang membuat penduduk Nazaret terbelah dua menyikapi apa yang dikatakan Yesus.
b)        Dengan tegas Yesus mengatakan: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."  (“semeron peplerotai he grafe haute en tois ōsin humōn” / “hayyom nitmalle’ hakatub hazzeh be’oznekem!”). Di sini ada dua keterangan waktu, yakni semeron/hayyom/ hari ini/saat ini; dan sewaktu kalian mendengarnya (be’oznekem). Penggenapan nubuat itu tidak perlu lagi di tunggu-tunggu esok, lusa, tahun depan atau kapan kedatangannya. Yang digenapi pada hari/saat mereka dengar Yesus membaca nas itu, adalah: (1) bahwa yang diurapi, yang mereka nantikan sejak dinubuatkan Yesaya, telah ada di hadapan mereka; (2) bahwa pelaksanaan tugas-tugas kemanusiaan yang harus dikerjakan Yang Diurapi itu telah dimulai dalam pekerjaan Yesus; (3) bahwa Tahun Rahmat TUHAN telah datang di tengah-tengah mereka. Konsekwensi dari penggenapan tersebut adalah: a. Penggenapan no (1) tidak menutup adanya nabi atau rasul yang datang di kemudian hari, tetapi mereka menjadi nabi/rasul yang benar apabila mereka merupakan nabi/rasul yang diutus oleh Yang Diurapi ini, dan bekerja untuk memperjelas ajaran-ajaran daripada Yang Diurapi yang satu ini. Nabi dan rasul itu harus orang-orang yang memberitakan Injil Yesus Kristus. b. Penggenapan no (2) membuka kesempatan agar siapapun yang sakit datanglah dan dibawalah kepada Yesus Kristus. Penyakit yang jenis apapun (penyakit jasmani, penyakit rohani, penyakit masyarakat, penyakit politik, dll.) disembuhkanlah dengan menggunakan analisa, diagnosa dari Yesus Kristus dan dengan menggunakan obat yang diberikan Yesus Kristus. c. Penggenapan no (3) mewajibkan seluruh umat manusia – tanpa kecuali – harus bertobat, dan menyesuaikan semua lika-liku kehidupan masing-masing kepada kehendak TUHAN Yahowa dalam ajaran Yesus Kristus, sehingga menjadi kehidupan umat manusia yang disenangi dan yang berkenan kepada TUHAN. (Kunci utama kehendak Yahowa dalam Yesus Kristus adalah: Hidup dalam damai, dan saling mengasihi, saling mengampuni, hidup bebas (dalam kemerdekaan) yang tidak menjatuhkan diri masing-masing ke dalam dosa). Dan setiap manusia harus berjuang dengan baik dan luar biasa, agar dalam dirinya dan dalam hidupnya ada tempat Rahmat/Berkat TUHAN yang saatnya dilimpahkan oleh TUHAN.
Kesimpulan
Nas Epistel dan nas Evangelium minggu ini memberitakan kabar baik bagi seluruh umat manusia, bahwa masa sekarang adalah masa yang kudus, masa Rahmat TUHAN telah datang. Masa sekarang adalah masa/kesempatan untuk tidak lagi menangis, melainkan bersukacita, masa membangun kehidupan yang lebih baik, masa berusaha lebih sungguh-sungguh lagi agar tidak ada lagi yang buta, yang tetawan, yang tertindas, dan masa menyediakan tempat berkat dan rahmat TUHAN dalam setiap hidup pribadi lepas pribadi, dan kelompok-kelompok masyarakat. Inilah masa bagi umat TUHAN menjadi rahmat bagi semua ciptaan. TUHAN bersama umat-Nya.
                                    Pematangsiantar, 19 Nopember 2015.
                                    Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).