MINGGU SEPTUAGESIMA 24 PEBRUARI 2016
EPISTEL: NEHEMIA 8:1-10
8:1 Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang
Israel telah menetap di kota-kotanya,
8:2 maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di
halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu,
supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN
kepada Israel.
8:3 Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam
Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun
perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.
8:4 Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu
di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan
laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian
seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
8:5 Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu
yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema,
Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael,
Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.
8:6 Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat,
karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka
kitab itu semua orang bangkit berdiri.
8:7 Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan
semua orang menyambut dengan: "Amin, amin!", sambil mengangkat
tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka
sampai ke tanah.
8:8 Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai,
Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang
Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu
berdiri di tempatnya.
8:9 Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat
Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga
pembacaan dimengerti.
8:10 Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam
Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu,
berkata kepada mereka semuanya: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu.
Jangan kamu berdukacita dan menangis!", karena semua orang itu menangis
ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
EVANGELIUM: LUKAS
4:14 – 21
4:14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan
tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.
4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat
di situ dan semua orang memuji Dia.
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan
menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri
hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan
setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali
kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju
kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya:
"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
MEWARTAKAN TAHUN
RAHMAT TUHAN
Pendahuluan
Dalam kalender gerejawi minggu ini sudah minggu
septuagesima, yakni tujuh-puluhan hari sebelum hari peringatan Paskah Yesus
Kristus (Penyaliban/Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus). Di hari-hari
seluruh umat Kristen diarahkan untuk mendapat pengajaran dan penguatan iman
melalui berita Injil yang memberitahu pekerjaan Yesus Kristus. Minggu awal 70
hari ke depan ditentukan Lukas 4:14-21 sebagai evangelium (Kabar Baik) yang
akan dikhotbahkan untuk “mewartakan tahun rahmat TUHAN”. Tuhan Yesus masuk di sinagoge (rumah ibadah)
yang ada di Nazareth (kampung tempat dia dibesarkan dan tempat belajar Firman
TUHAN. Dia membacakan teks Yesaya 61:1-2 lalu mengkenakan nubuat Yesaya itu kepada
diri-Nya sendiri. Juga ditegaskan bahwa atas kehadiran-Nya Tahun rahmat Tuhan
dimulai. Tetapi karena pengunjung rumah ibadat itu merasa tersinggung dengan
kata-kata Yesus, mereka hendak membunuh Yesus dengan hendak menjatuhkan Yesus
dari tebing gunung itu ke jurang. Tetapi Yesus lolos begitu saja dari kerumunan
orang itu. Rupanya kalau kedatangan tahun rahmat TUHAN tidak membahagiakan
teman sekampung atau teman sebangsa, maka kebencian kawan sekampung/sebangsa
menjadi tak terkendali.
Sebagai teks epistel, yang dipandang sebagai penopang
untuk pemberitaan tentang “mewartakan tahun rahmat TUHAN”, dipilih dari Nehemia
8:1-10. Dalam teks ini diberitahu bagaimana umat Israel menuntut agar Ezra
membacakan isi Kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan Yahowa
kepada Israel. Setelah isi kitab itu
dibacakan, umat Israel nangis-nangis, karena merasa banyaknya dosa mereka dan
dosa kakek moyang mereka. Barulah setelah mereka dihibur, mereka mau makan dan
bersukacita lalu merayakan Hari Raya Pondok Daun. Tahun Rahmat Tuhan harus
mengajak umat TUHAN merindukan pembacaan Firman/Hukum Tuhan, dan berisi
penyesalan dosa? Dua perikop ini (epistel dan evangelium) menuntun setiap
pengkhotbah di kebaktian minggu kali ini “mewartakan tahun rahmat Tuhan”. Mudah-mudahan
dengan menggunakan bahan/bekal untuk memahami teks-teks itu dan menemukan
kehendak TUHAN di zaman sekarang yang harus dipatuhi umat-Nya, setiap pemberita
Injil semakin luar biasa pemberitaannya, dan umat TUHAN benar-benar mendapat
pencerahan dan penguatan iman.
Memahami Teks Nehemia 8:1-10
Pengantar
a.
Kitab Nehemia diyakini oleh umat Kristen ditulis oleh
Nehemia sendiri, setelah umat Israel yang pulang dari Pembuangan Babel ke tanah
Yudea/Yerusalem. Edik raja Kores (tahun 538 seb.M.) memungkinkan bangsa-bangsa
yang pernah terbuang oleh raja Nebukadnezar atau oleh raja-raja Kerajaan
Babilonia kembali ke tanah air mereka (baca Kitab Ezra). Umat Israel pun pulang
ke Yehuda/Yerusalem. Mulai tahun 537
seb.M. mulai pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem, dan sempat berhenti,
lalu dilanjutkan lagi tahun 520 seb.M., dan Bait itu diresmikan tahun 515
seb.M. Pemimpin umat Israel waktu itu adalah tiga serangkai: Ezra (ahli
Taurat), Yesua bin Yosadak sebagai imam, dan Zerubabel bin Sealtiel sebagai
kepala pemerintahan (gubernur). Zerubabel (< dari kata Akkad: Zeru-Babili,
yang artinya: Keturunan dari Babel), masih dari keturunan Daud (dan namanya
tercantum dalam silsilah Yesus: Luk.3:27; Mat.1:13). Zerubabel juga bernama
Sesbazar (bd. Ezr.1:8.11.5:14.16; 3:2.6.8; Zak.4:9). Di zaman Zerubabel, zaman pembangunan Bait
Suci Yerusalem, tampil nabi Haggai dan nabi Zakaria di tengah umat Israel. Demi
menghempang semangat umat Israel menegakkan kembali Kerajaan Daud, pemerintah Persia mencopot
Zerubabel bin Sealtiel dan menggantikannya dengan Nehemia, tetapi Nehemia tidak lagi bertugas sebagai gubernur, melainkan
hanya sebagai bupati. Kemudian Yehuda dijadikan hanya sebagai salah satu
kabupaten di dalam propinsi Seberang Sungai dalam Kerajaan Persia. Nehemia ini
bukanlah Nehemia yang disebut dalam Ezra 2:2 dan Neh.7:7; dan bukan pula
Nehemia bin Azbuk yang disebut dalam Neh.3:16. Nehemia penulis kitab Nehemia
adalah Nehemia bin Hakhalya (Neh.1:1), penyedia anggur untuk raja di istana
(Neh.2:1), yang diangkat menjadi jurubicara Raja Persia Arthasasta (Artaxerxes
I. Longimanus/465-423 seb.M) ke Yerusalem tahun 445 seb.M., dan kemudian
ditetapkan oleh raja Persia tersebut menggantikan Zerubabel. Selain mengatur
ketenteraman rakyat, Nehemia ditugaskan untuk membangun tembok Yerusalem. Dalam
tempo 52 hari Nehemia berhasil memperbaiki
kembali tembok Yerusalem (Neh.6:15). Karena kepiawaian dan kejujurannya, dia
dipanggil kembali ke istana raja Persia (Arthasasta) sebagai kepala bagian
administrasi dan pelaporan di istana selama 12 tahun, dan tahun 433 seb. M. dia
disuruh lagi ke Yerusalem untuk membereskan pekerjaan di Yerusalem (baca:
Neh.13). Dia mendukung reformasi yang
dilakukan Ezra dan segala pengaturan peribadahan di Bait Suci (baca: Neh.9-10).
Nehemia meninggal tahun 410 se.M. Kemudian Bagohi diangkat menggantikannya
sebagai bupati di Yudea, dan waktu itu Yohanan menjadi imam besar di Yerusalem menggantikan
ayahnya Elyasib (Neh.12:23).
b.
Dalam kitabnya, Nehemia sering menggunakan kalimat
dengan orang pertama tunggal (Aku) sebagai subjek (pokok kalimat) (baca:
Neh.1:1-7:5; 12:27-43; Neh.13). itu merupakan pertanda bahwa kitab ini langsung
ditulis oleh Nehemia bin Hakhalya. Ke dalam bukunya dia masukkan Daftar-daftar
orang dan petunjuk-petunjuk (baca: Neh.7:6-73; 11:1 – 12:26); kemudian berita
Pembacaan Kitab Taurat, dan Pengikatan Perjanjian denga perayaan paskah
(Neh.8-10). Karena semua yang diberitakan bisa ditulis oleh Nehemia setelah
peristiwa-peristiwa itu terjadi, maka dapat dikatakan, bahwa kitab Nehemia
mulai ditulis oleh Nehemia tahun 430 dan rampung tahun 420 seb. M. Berita yang
terjadi sesudah Nehemia selesai tugas, seperti dikonotasikan catatan dalam
Neh.12:23, berasal dari editor kitab-kitab Tawarikh, Esra, Nehemia, yang
bekerja di zaman raja Darius, yang memerintah di Persia. Kitab-kitab itu diedit
dan dikumpulkan sebagai buku sejarah bagi umat Israel di Yerusalem setelah Bait
Suci dan kehidupan umat Israel di Yudea ditegakkan kembali, setelah mereka
kembali dari pembuangan Babel. Berita
dalam Neh. 8:1-10, yang menjadi epistel minggu ini, merupakan berita authentik
(asli) dari Nehemia bin Hakhalya, yang perlu diketahui, betapa indahnya hidup
keagamaan kalau selalu kembali kepada Taurat TUHAN. Kembali dengar-dengaran
kepada Taurat (Firman) TUHAN, adalah dasar dan penuntun dalam kebahagiaan dan kesejahteraan umat dalam hidup mewartakan dan menjalani tahun
rahmat TUHAN.
Isi dan Pesan Teks Nehemia 8:1-10
Ayat 1: Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel
telah menetap di kota-kotanya,
a.
Pencatatan waktu seperti di ayat ini dianggap penting
oleh para penulis di zaman Nehemia (bd. Hag.1:1; 2:1b.11.21; Zak.1.1.7; 7:1,
lihat juga di kitab Daniel). Memang di sini tidak jelas diberitahu, tahun
berapa itu, tanggal berapa. Itu bisa terjadi karena kerancuan penghitungan
tahun-tahun di zaman tersebut. Dengan adanya perhitungan tahun oleh Babilonia,
oleh Persia, bahkan oleh Israel sendiri. Tetapi bagi Nehemia, bukan tahun dan
tanggal itu yang penting, tetapi bulan peristiwa tersebut. Nama-nama bulan yang biasa digunakan di zaman Israel
sesudah pembuangan sbb.: bulan ke 1. Bulan Nisan (nama lama: Abib) // Maret-April
(pelaksanaan: a. pesta bulan/tahun baru; tgl 14. pesta paskah; tgl.15-21 pesta
Roti tidak Beragi; tgl. 16 pesta mulai panen); bulan ke 2. Bulan Iyar (nama
lama: Siv)// Aprill-Mei (pelaksanaan: perayaan paskah kecil tgl. 14); bulan ke 3.
Bulan Siwan (nama lama tidak diketahui) // Mei-Juni (Pelaksanaan Pesta
Pentakosta); bulan ke 4. Tamus (nama kuno tidak dikrtahui) // Juni-Juli 29 hari
(tgl 9 pelaksanaan puasa sehari demi mengingat penyerbuan perampokan Yerusalem
oleh Nebukadnezar); bulan ke 5. Ab (nama kuno tak diketahui) // Juli-Agustus (
tgl. 7 pelaksanaan puasa sehari mengenang penghancuran Baiot Suci Yerusalem
oleh Nebuzaradan; bulan ke 6. Elul (nama kunonya tak diketahui) //
Agustus-September (tiada hari khusus); bulan
ke 7. Tisyri (nama kunonya: Ethanim) // Sept/Oktober (tgl. 1 sebagai hari Drommeten (atau hari peniupan
terompet/serunai sebagai tanda bahwa sudah tiba bulan Tisyri, di bulan mana
umat Israel akan merayakan hari raya terpenting bagi mereka (bd. Im.23:24-25;
Bil.29:1); hari ini menjadi hari pertemuan kudus, dan merupakan hari libur
penuh; tgl. 3 puasa sehari mengenang
terbunuhnya Gedalya; tgl. 10 hari pendamaian/baik-baikan; tgl. 15-21 perayaan hari Raya Pondok Daun;
tgl 22 hari kudus untuk Perhimpunan Bangsa/Rapat Nasional); bulan ke 8.
Markhesywan (nama kunonya: Bul) // Okt/Nop (tidak ada hari khusus); bulan ke 9.
Kislew (nama kunonya tidak diketahui) // Nop/Des (tgl 25 sebagai hari
peringatan peresmian (pangompoion)
Bait Suci); bulan ke 10. Tebet (nama kuno tak ada)// Des/Januari (tgl.10 puasa
sehari untuk mengenang pengepungan Yerusalem oleh Nebukadnezar); bulan ke 11.
Sebat (nama kuno tidak ada) //
Jan/Februari (tidak ada hari khusus); bulan ke 12. Adar (nama kuno tidak ada)//
Febr/Maret (tgl. 14-15 Hari Raya Purim); bulan ke 13. (hanya di tahun kabisat)
We-Adar. Jadi yang dimaksud dengan bulan
ke tujuh oleh Nahemia, adalah bulan Tisyri (atau bulan Ethanim).
b.
Nehemia mendengar situasi Yerusalem di bulan Kislew
(tahun sebelumnya, yakni 446 seb.M.) (bd. Neh.1:1). Nehemia diutus ke Yerusalem
di bulan Nisan tahun ke 20 Arthasasta memerintah (465-423 seb.M), yakni tahun
445 seb.M. Dia kerahkan semua umat Israel membangun kembali tembok Yerusalem
yang runtuh. Tahun ke-20 sampai tahun ke-32 pemerintahan Arthasasta, Nehemia
diangkat menjadi bupati Yehuda (Neh.5:14), yakni tahun 445 – 433 seb.M.). Nehemia
membaritahu bahwa tembok selesai dibangun tgl. 25 Elul 445 setelah semua kerja
keras 52 hari (Neh.6:15). Jadi mulai pembangunan itu limapuluhdua hari sebelum tgl 25 Elul, yakni
tgl. 2 bulan Ab tahun 445 seb.M. Setelah
umat Israel kembali dari pembuangan Babel di bawah pimpinan Ezra dan
kawan-kawannya (berangkat mulai 538 seb.M), dan berusaha mengkonsolidasi diri
di kota-kota mereka sesuai seperti pembagian daerah oleh Yosua bin Nun dahulu
kala, maka di bulan Elul 445 seb.M. umat Israel sudah menetap di kota-kota mereka (bd. Neh.7:73;
8:1). Setelah Bait Suci selesai dibangun dan ditahbiskan dan tembok Yerusalem
selesai dibangun dan ditahbiskan, itulah yang menegaskan bahwa umat Israel sudah
menetap di kota-kota mereka. Sewaktu Nehemia menulis tentang Pentahbisan Tembok
Yerusalem (Neh.12:27-43), tetapi yang diberitahu adalah tentang adanya dua
kelompok penyanyi dan betapa sukacitanya umat Israel karena prestasi mereka.
Jadi pentahbisan tembok Yerusalem mungkin diadakan tidak lama sesudah selesai,
yakni di bulan ke enam (bulan Elul). Setelah penahbisan diadakan hari Peniupan
Serunai (tgl 1 Tisyri), dan selanjutnya Hari Pendamaian (hari baik-baikan) (yom
hakippurim/yom kippur) umat Israel pada tanggal 10 bulan Tisyri. Tentu saja
rakyat berkumpul untuk perayaan-perayaan ini, karena mereka ingin memasuki
bulan perayaan terpenting di kalangan umat Israel. Mereka ingin memohon
pengampunan dosa kepada TUHAN, dan agar TUHAN membuat pendamaian bagi mereka
dan seluruh bangsa itu atau kembali
berbaik-baikan. Untuk ibadah ini rakyat berkumpul, dan biasanya ibadah ini
selalu diisi dengan tindakan Imam Besar masuk di ruangan mahakudus di mana
Tabut Perjanjian berada, untuk meminta pendamaian dari TUHAN. Di zaman Nehemia,
Tabut Perjanjian sudah tidak ada.
Ayat 2: maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman
di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya
ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada
Israel.
a)
Sekarang dapat dipahami bagaimana umat Israel di
Yerusalem dapat segera berkumpul di halaman di depan pintu gerbang Air, yaitu
gerbang di sebelah timur istana raja, jalan keluar ke Lembah Kidron, lembah di
sebelah timur Kota Yerusalem. Umat itu
memilih tanah luas di pintu gerbang Air, yang tidak merupakan bagian halaman
Bait Suci sebagai tempat mereka berkumpul, karena di sana boleh berkumpul orang
yang diizinkan dan tidak diizinkan masuk di Bait Suci. Mereka berada di
Yerusalem untuk Hari Peniupan Serunai, tgl. 1 Tisyri 445 seb.M. Mereka
berduyun-duyun ke Yerusalem karena ingin ikut Hari Pendamaian (tgl 10 Tisyri) dan
selanjutnya mengikuti Hari Raya Pondok Daun tanggal 15 – 21 Tisyri. Hari Peniupan
Serunai juga berkaitan dengan pembacaan Hukum Taurat yang akan dibacakan dari
loh batu yang ada di dalam Tabut Perjanjian. Tetapi karena Tabut itu dan loh
itu tidak ada lagi, maka umat itu meminta Ezra untuk membacakan Hukum Taurat,
sebab Ezra adalah seorang Ahli Taurat (ahli kitab, Neh.8:2). Orang yang
diizinkan dan yang tidak diizinkan memasuki Bait Suci sama-sama ingin mendengar
Hukum Taurat TUHAN. Di zaman sekarang pun perlu juga ada tempat, di mana umat
pengikut berbagai beragama, umat atheis, umat humanis, dan umat-umat lainnya,
dapat berkumpul untuk mendengar hukum yang berlaku untuk semua.
b)
Ezra diminta membawa kitab Taurat Musa, yaitu kitab
hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel. Mereka tidak meminta loh batu tempat
penulisan Hukum Taurat yang dibawa Musa dari Sinai, yakni duplikat loh batu
yang dipecahkan Musa. Kitab dimaksud belum lima kitab Musa yang dikenal
sekarang. Karena Kitab Imamat tersusun di zaman pelayanan di Bait Suci yang dibangun Ezra (zaman sesudah
umat Israel berada di Yehuda/Yerusalem). Kitab itu pastilah duplikat (salinan)
dari pada Kitab Ulangan yang ditemukan di zaman Yosia (2 Raj.22:8), dan isinya
menggerakkan Reformasi Yosia, dan bagian-bagian kuno dari kitab Kejadian,
Keluaran dan Bilangan. Ezra dan para iman di Yerusalem sangat berjasa dalam
merampungkan Kitab-kitab Musa (Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan dan
kemudian dilengkapi lagi dengan Kitab Imamat sesuai dengan tuntutan memajukan
keagamaan Israel/Yahudi yang sangat tauratis (atau sangat syariah). Dalam Kitab
itu pasti ada Sepuluh Hukum Taurat sebagai Hukum utama yang harus dibaca berulang-ulang (terutama
dalam Perayaan penting ini). Isi Kitab Taurat Musa itu diyakini sebagai Hukum yang
diperintahkan TUHAN kepada Israel (torath
moseh ’aser şiwwah YHWH ’eth-’Israel
= Taurat Musa yang (adalah) Hukum TUHAN pada Israel). LAI memberi kata “yang
diberikan” di sini. Bandingkan keyakinan ini dengan keyakinan Paulus yang
mengatakan kepada Timotius ada “tulisan
yang diilhamkan Allah” (2 Tim.3:16). Kitab Taurat Musa itu Hukum Yahowa, yang
perlu didengar, dipahami, agar umat TUHAN tahu dan sadar siapa diri mereka dan
bagaimana perilaku mereka.
Ayat
3-4 (BHK/BHS ayat 2-3): (3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam
Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun
perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. (4) Ia
membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu
gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan
semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat
mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
(a)
Hari pertama bulan Tisyri adalah hari Peniupan Serunai
tanda bulan Tisyri sudah tiba. Bunyi serunai (terompet) itu mengingatkan Israel,
agar mereka bersiap-siap merayakan Hari Pendamaian dan Hari Raya Pondok Daun.
Mereka akan kumpul untuk mendengar wejangan dari pemimpin mereka, dan terutama
Taurat TUHAN, sebagai pedoman bagi mereka untuk merayakannya. Di hari
Pendamaian mereka akan mempersembahkan berbagai kurban persembahan. Untuk itu
mereka perlu mendapat petunjuk dari imam-imam. Tetapi yang paling
menggembirakan mereka adalah keberhasilan mereka menyelesaikan pembangunan
tembok Yerusalem itu. Semua lapisan/marga umat Israel ikut bekerja untuk
membangunnya, dan mereka tidak gentar terhadap ancaman Sanbalat, Tobia dan Gesyem. Mereka merasakan
penyertaan TUHAN, dan mereka butuh tuntunan dari Firman/Taurat TUHAN.
(b)
Kitab itu berupa gulungan kulit yang punya sumbu di
masing-masing ujungnya, sehingga bila gulungan kitab yang sebelah kiri dibuka,
maka gulungan di sebelah kanan di gulung. Gulungan kitab ini disimpan dalam
kotak besi yang kuat dan rapi, sehingga ngengat tidak masuk ke dalam untuk
menggerogoti kitab tersebut. Kadang harus dua orang mengangkat satu gulungan.
Kitab itu harus diambil dari Bait Suci dan dibawa ke depan pintu gerbang Air,
tempat jemaah (qahal) itu sudah
berkumpul. Di sini digaris bawahi bahwa jemaat yang berkumpul itu “laki-laki maupun perempuan dan setiap orang
yang dapat mendengar dan mengerti”. Tentu saja orang-orang tuli percuma saja
walaupun berada di situ. (Di rumah ibadah pun, kalau telinga seseorang tuli
atau telingan hati sesorang tuli, percuma Firman TUHAN dibacakan kepadanya). Laki-laki
dan perempuan sama saja, yakni sama-sama butuh mendengar Taurat TUHAN. Tidak
perlu bias gender. Orang yang dapat mendengar adalah orang yang telinga hati
dan telinga fisiknya berfungsi baik, dan terbuka untuk mendengar dan mencamkan.
Orang yang dapat mengerti adalah orang yang mengetahui bahasa kitab taurat
tersebut. Sekarang ini, agar umat dapat mengerti Firman TUHAN yang dibacakan,
firman TUHAN itu diterjemahkan ke dalam bahasa yang digunakan pendengar, bukan
pendenar yang diajari berbahasa kitab suci itu. Hanya beberapa yang mahir
berbahasa Alkitab. Kitab Taurat Musa itu ditulis dalam bahasa Ibrani tua (hata Heber maninggoring). Umat Israel
waktu itu sudah berbahasa Ibrani muda (modern) bahkan berbahasa Aram. (Kalau
dibandingkan dengan bahasa yang ada sekarang: Kitab itu berbahasa Batak Toba,
pendengar mahir berbahasa Simalungun. Demikian bandingannya bahasa Ibrani tua
dengan bahasa Aram). Agar umat itu dapat mengerti, Ezra dibantu para pekerja
Bait Suci menjelaskan yang dibacakan itu kepada umat tersebut. Tentu saja umat
itu harus menggunakan daya pikir dan nalar mereka untuk memahami Taurat Musa
yang dibacakan.
(c)
Ezra membacakan
beberapa bagian dari pada kitab itu. Bagian mana yang dibacakan itu tidak
diberitahu. Tetapi karena umat itu merindukan Taurat TUHAN, dan pembacaan itu
dari pagi sampai siang. maka dapat dikatakan Ezra membacakan sedikitnya
setengah dari isi Kitab Ulangan. Dengan demikian umat Israel mendengar: perintah
memelihara hukum TUHAN (Ul.4:1-40), Sepuluh Hukum Taurat (Ul.5:1-22), kasih
kepada Allah (Ul.6:1-25), janji berkat (Ul.7:12), larangan membanggakan jasa
(Ul.9:1-6), perintah agar taat dan bersyukur (Ul.10:12), ketaatan mendatangkan
berkat, dan ketidak taatan mendatangkan kutuk (Ul.11:8-32), peringatan terhadap
penyembahan berhala dan ibadah yang sesat (Ul.12:29 – 13:18); binatang haram
dan tidak haram (Ul.14:3-21), persembahan persepuluhan (Ul.14:22-29),
penghapusan hutang (Ul.15:1-13); memerdekakan budak Ibrani (Ul.15:12-18), tiga
hari raya utama (Ul.16:1-17: Hari Raya Pondok Daun 16:13-15). Isi dari
bagian-bagian dari Kitab Taurat TUHAN ini sangat menyentuh hati para pendengar
untuk menilai diri mereka masing-masing, apakah mereka sepanjang hidup mereka
mematuhi perintah TUHAN atau tidak; apakah mereka berjalan di jalan TUHAN atau
hidup mereka sesuai dengan perintah TUHAN? Umat TUHAN yang ada sekarang pun,
kalau mendengar dan mengerti isi dari kitab Ulangan yang disebutkan di atas,
pasti akan tergerak hatinya untuk menyesali dirinya yang kurang mematuhi Taurat
TUHAN dan akan berusaha memperbaiki perilakunya. Nehemia mencatat bahwa dengan
penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. Memang,
umat yang merindukan kehidupan yang lebih baik, pasti selalu mendengarkan
pembacaan Firman TUHAN dengan penuh
perhatian mendengarkan, artinya tidak main-main, tetapi berusaha
mengkonsentrasikan diri, hati dan pikirannya untuk mendengar dan mengerti serta
memasukkan ke dalam ingatan, apa yang dibacakan/didengarkan itu. Tidak seperti
perilaku manusia sekarang, yang sering membuka-buka handphonenya dan
membaca-baca berita di dalamnya, sewaktu Firman TUHAN dibacakan atau
dikhotbahkan, dan setelah ibadah selesai, dia tidak dapat mengatakan apa yang
didengarnya dari ibadah itu. Umat yang berkumpul di tanah lapang di depan
gerbang Air itu tidak mensia-siakan waktu mereka setengah hari itu dalam
mendengarkan Taurat TUHAN. Mereka mendapat harta yang paling berharga.
Ayat
5 (BHK/BHS ayat 4): Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang
dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica (Ibrani: Matitya),
Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya,
Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.
a.
Ezra adalah seorang ahli kitab. Dia belajar dan
menghafal isi Kitab Suci umat Israel (bahan-bahan yang sudah ada untuk Kitab
Kejadian, Keluaran, Bilangan, Ulangan dan
mengumpulkan bahan-bahan untuk kitab Imamat). Dia melebihi Musa, Elia,
dan para nabi dalam hal mengetahui apa yang tertulis dari Hukum-hukum TUHAN,
tetapi dia tidak menjadi “sumber” (penerima dan penyampai) firman TUHAN seperti
Musa dan para nabi. Dia sangat rajin dan
sangat cermat. Dia berusaha luar biasa agar tuntutan Taurat TUHAN benar-benar
diterapkan dalam kehidupan umat TUHAN. Termasuk misalnya, agar umat Israel
tidak menikahi perempuan atau laki-laki dari bangsa asing. Dia didukung oleh
kepala pemerintahan (Zerubabel bin Sealtiel dan kemudian Nehemia bin Hakhalya).
Perlu dicamkan juga di zaman sekarang, betapa pentingnya ada pemerintahan yang
mendukung penegakan pemberlakukan tuntutan Firman TUHAN. Ezra mengajar kaum
Lewi dan orang yang ingin menjadi ahli taurat seperti dirinya. Ezra didampingi
oleh para muridnya mengajar umat itu dan juga sewaktu pembacaan Taurat TUHAN di
hadapan jemaah itu. Catatan: Untuk menghargai ketekunan dan keahliannya
sebenarnya umat Kristen pun perlu mendirikan Sekolah Tinggi Teologia yang
mengikuti semangat belajar-mengajar yang dilakukan Ezra, si ahli Kitab. STT itu
bisa diberi nama STT Ezra, dan agar perhatian tidak hanya mengikut Ezra, tetapi
juga mengikut semangat belajar dan mengajar yang dilakukan Paulus (ahli
Perjanjian Baru yang karyanya banyak menjadi isi Perjanjian Baru), nama itu
bisa dilengkapi dengan nama Rasul Paulus, sehingga bernama STT Ezra – Paulus.
b.
Untuk pembacaan Taurat TUHAN waktu itu dibuatkan
“mimbar kayu” sebagai tempat Ezra berdiri. Kebutuhan ini menjadi diikuti oleh
semua rumah ibadah, terutama di rumah ibadah Kristen. Mungkin bukan karena Ezra
seorang yang pendek, sehingga dibutuhkan mimbar. Tujuan utama adalah agar semua orang yang
hadir di situ (yang mungkin mencapai ribuan orang) dapat melihat Ezra, dan
dapat mendengar suara Ezra sewaktu membacakan Taurat TUHAN. Waktu itu belum ada
pembesar suara. Dapat dibayangkan, betapa tenteram dan heningnya keadaan waktu
itu, sehingga orang yang paling jauh di barisan belakang himpunan jemaah itu,
dapat mendengar suara Ezra dengan jelas.
c.
Mimbar kayu itu dapat ditukangi karena kayu masih ada.
Di daerah tandus seperti Yerusalem, kayu masih dapat diperoleh untuk membuat mimbar?
Mungkin disisihkan dari bahan-bahan kayu yang digunakan untuk membangun rumah-rumah
dan gerbang-gerbang kota Yerusalem. Kayu-kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Suci,
untuk tembok kota dan untuk rumah yang
akan didiami dipesan oleh Nehemia dari Asaf, kepala taman raja Arthasasta,
dan permohonan itu dikabulkan, sebagai tanda bahwa tangan Allah yang disembah
Nehemia bermurah hati melindunginya (bd. Neh.2:8). Itu terjadi karena tidak ada
di (sekitar) Yerusalem pohon-pohon yang
dapat digunakan untuk pembangunan di Yerusalem. Belajar dari sini, sebenarnya
umat TUHAN harus mengusahakan agar kebutuhan kayu untuk rumah ibadah dan
mobilernya dapat diperoleh dari pohon-pohon yang ditanam oleh umat TUHAN itu
sendiri. Meminta-minta boleh, tetapi lebih baik apabila segala kebutuhan umat
dan peribadahan mereka dapat disediakan sendiri.
d.
Nehemia mencatat nana-nama orang yang berdiri di kiri
dan kanan Ezra sewaktu dia berdiri di mimbar membacakan Taurat TUHAN. Enam di
sebelah kanan, dan tujuh di sebelah kiri Ezra. Dengan demikian ada empat belas
orang berdiri di hadapan jemaah yang berkumpul itu. Mereka tidak dari kaum
Lewi. Jadi dapat dikatakan, bahwa mereka adalah murid-murid Ezra. Mereka
berdiri di situ untuk menunjukkan bahwa mereka adalah saksi kebenaran Taurat
yang dibacakan itu, dan mereka siap untuk membantu Ezra dalam pembacaan dan
juga dalam penjelasan. Empat belas orang adalah tim yang sempurna. Seorang guru
dan tigabelas murid sangat kompak mewartakan Taurat TUHAN yang akan membawa
berkat dan rahmat TUHAN bagi umat itu. Kebersamaan dan kekompakan pimpinan
(guru) dan para yang dipimpin sangat dibutuhkan juga di zaman sekarang. Sangat
indah apabila para pendeta pun bisa kompak menyampaikan berkat kepada umat
TUHAN, termasuk berkat kepada pengantin baru, pemberkatan nikah mapun
pengukuhan keluarga.
Ayat 6 (BHK/BHS ayat 5) : Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri
lebih tinggi dari semua orang itu. Ketika ia membukanya (LAI: Pada waktu ia membuka kitab itu) semua umat itu (LAI: orang) bangkit berdiri.
(a)
Mimbar itu membuat Ezra berdiri lebih tinggi dari
semua umat itu. Mereka semua dapat melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana
Ezra membuka gulungan kitab itu. Inilah peristiwa, bahwa Firman TUHAN
mendatangi umat TUHAN ke tempat umat TUHAN berkumpul. Bukan umat TUHAN
mendatangi Firman TUHAN yang disimpan dalam buku di Bait Suci dan dibacakan di
Bait Suci. Sebenarnya kesediaan TUHAN mendatangi umat-Nya dengan Firman-Nya,
selalu diekspresikan dan dipertunjukkan dalam setiap peribadahan di
jemaat-jemaat lutheran. Dengan diletakkannya podium/mimbar tempat berkhotbah di
luar daerah altar, atau menjorok mendekati umat/pendengar, itu memberi arti
bahwa TUHAN mendatangi umat-Nya dengan Firman-Nya. Itu sekaligus juga menggambarkan bahwa TUHAN mengutus
Anak-Nya Yang Tunggal, yakni Firman-Nya yang menjadi manusia, mendatangi
umat-Nya untuk menyodorkan berkat dan rahmat TUHAN. Karena Firman itu selalu di
sebelah kanan Bapa, maka podium/mimbar itu juga ditempatkan di tempat di sebelah
kanan altar. Altar berada di tempat maha kudus, yang diyakini sebagai tempat kehadiran TUHAN
Allah.
(b)
Umat itu bangkit berdiri untuk mendengar Taurat TUHAN
yang dibacakan. Sikap bangkit berdiri itu adalah sikap menghormati Kitab Suci
yang dibuka, sekaligus menghormati Firman TUHAN yang akan dibacakan. Firman
TUHAN juga menunjukkan kehadiran TUHAN.
Umat itu berdiri bukan hanya untuk menghormati Ezra, tetapi terutama
menghormati kehadiran TUHAN melalui Firman TUHAN yang terkandung dalam kitab
Taurat itu. Sikap berdiri (yang sopan, yakni dengan melipat jari kedua tangan
menjadi satu) juga bagi umat Kristen bukan sikap menantang, tetapi bagian dari
sikap menghormati. Berdiri dengan sikap sedemikian di hadapan TUHAN, adalah (1)
sikap menyatakan: “Saya siap mendengarkanmu yang TUHAN!”; (2) sikap menyatakan:
“Saya siap untuk Engkau suruh, ya TUHAN!”; (3) sikap menyatakan: “Saya siap
untuk mengerjakan perintah-Mu, ya TUHAN!”; (4) sikap menyatakan: “Saya berdiri
teguh di dalam pengajaran-MU, ya TUHAN!”
Ayat
7 (BHK/BHS ayat 6): Lalu Ezra memuji
TUHAN, Allah yang maha besar (YHWH, ha’Elohim, hagadol), dan semua orang
menyambut dengan: "Amin, amin!", sambil mengangkat tangan. Kemudian
mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah
(a) Apa
yang diucapkan dan bagaimana gaya Ezra memuji TUHAN, yang Mahabesar, tidak
diberitahukan oleh Nehemia. Doxologi (puji-pujian) yang digunakan Daud
dalam Mazmurnya, mengatakan: “Dan terpujilah
kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi
seluruh bumi. Amin, ya amin.” (Mazmur
72:19). YHWH ha’Elohim hagadol diterjemahkan ke dalam bahasa Arab: Allah Hu Akbar!. Kata yang diterjemahkan LAI dengan “memuji” adalah
kata Ibrani: yebarek (יברך) (betuk Pi‘el orang ketiga tunggal
maskulin dari kata barak (ברך), yang sering ditambah dengan
kata penghubung we/wa ( ו ) yang berarti “memberkati,
memuji”. Kalau bentuk Hithpael, kata ini berarti: “saling memberkati”. Kalau
umat TUHAN “memuji” TUHAN itu berarti umat itu menyatakan berkat kepada semua
yang diberikan TUHAN kepada umat itu. Umat itu mendapat berkat dari TUHAN, dan
umat itu mengharapkan bahwa pemberian (berupa berkat) itu akan menjadi berkat
bagi semua ciptaan. Ada lagi beberapa kata Ibrani yang artinya sejajar dengan
“memuji”, misalnya: halal II pi >haleluya = memuji dengan
berhaleluya; yadah II hi =
memuji/mengucap syukur; syir
= bernyanyi memuji; šabaḥ I pi =
memuji/ memegahkan. Tetapi bukan
salah satu dari kata ini yang digunakan Ezra. Dalam pemujian seperti dilakukan
Ezra dikumandangkan bahwa relasi
(hubungan) TUHAN dan umat-Nya adalah
hubungan “saling memberkati”. TUHAN memberkati Israel, dan Israel memberkati
TUHAN (dalam arti: semua karya pemberian TUHAN kepada umat-Nya dibuat oleh
umat-Nya menjadi berkat. Kalau umat Kristen diharapkan sebagai “pembawa damai”,
mereka memuji TUHAN, yang berarti mereka menyatakan diri bertekad menjadi
berkat bagi semua ciptaan TUHAN.
(b) Jemaat itu menyambut pujian Ezra dengan mengucapkan
dua kali “Amin!” sambil mengangkat tangan. “Amin” berarti “sungguh”, “benar”,
“sudah pasti, tidak bisa dipungkiri” (LAI:AES. h.744) (jawaban umat TUHAN dalam
Ul.27:14-26); “ya, itu benar” (bd. Why.5:14). Qahal Isarel yang kumpul di langan luas dekat gerbang Air itu
mengatakan amin dua kali. Itu menunjukkan tekad hati mereka membenarkan dan “mangauhon” Firman dan pujian yang
dibacakan Ezra. Cukupkah dua kali? Waktu itu saja yang dua
kali. Di kesempatan lain, umat TUHAN selalu mengamini kalimat kebenaran Firman
TUHAN (baca: Ul.27:14-26). Bisa juga sampai puluhan kali, bahkan setiap kita
merenungkan kebenaran TUHAN.
Umat itu spontan mengangkat tangan ke atas sewaktu
menyerukan Amin, Amin. Sikap itu menyatakan bahwa mereka menujukan amin mereka
kepada TUHAN yang di atas. Sikap seperti ini bukan sikap yang salah kalau
dilakukan umat TUHAN yang sekarang. Hanya di beberapa gereja, sikap seperti itu
tidak diaturkan sebagai sikap yang wajib dilakukan dalam setiap ibadah. Tak
usah ada yang saling menyalahkan kalau ada yang angkat tangan dan ada yang
tidak angkat tangan. Yang tangannya lumpuh tidak salah kalau tidak angkat
tangan. Yang merasa hatinya saja yang perlu “diangkat” memuliakan TUHAN, dan
tidak mengangkat tangan, itu juga tidak perlu disalahkan. Ekspresi umat Kristen
dalam ibadah adalah ekspresi kebebasan tapi menghormati, dan memuliakan TUHAN,
bukan kebebasan yang menjatuhkan diri ke dalam dosa atau membuat orang lain
jatuh ke dalam dosa. Gerak dan sikap
apapun yang ditunjukkan umat Kristen dalam mendenar Firman TUHAN, harus gerak
dan sikap menghormati dan memuliakan TUHAN.
Kalau Tuhan Yesus berkata: “Amen, amen lego humin” = “sesungguh-sungguhnya Aku berkata” ,
artinya: “sungguh sangat benar yang Saya katakan”: Dari itu, semua pengikut Yesus Kristus hanya
mengakui perkataan dan ajaran Yesus sebagai kebenaran mutlak. Orang Kristen
tidak perlu mencari-cari siapa saksi berderet-deret tentang perkataan Yesus
itu, sehingga dapat diterima sebagai kebenaran. Cukup empat Injil itu sebagai
saksi. Isi kitab-kitab lainnya yang ada dalam Perjanjian Baru, merupakan
“penjelasan” untuk kebenaran yang diajarkan Yesus Kristus. Umat Kristen
(sedikitnya umat HKI) meng-aminkan tiga kali segala kebenaran yang dipaparkan
dalam setiap kebaktian dalam mengakhiri
kebaktian itu. Dengan demikian umat Kristen berjanji bahwa mereka tidak akan
mengkhianati kebenaran Injili tersebut dalam hidupnya di tengah masyarakat.
Perlu diketahui juga, bahwa Yesus Kristus yang mengajarkan kebenaran yang
paling benar itu, juga diberi nama Amin (bd. Why.3:14). Kalau Yesus itu bernama
“Amin”, Dia lah satu-satunya kebenaran, yang pasti, yang tidak bisa dipungkiri.
(c) Setelah mendengar Taurat TUHAN, jemaat itu berlutut
dan bersujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah. Sikap ini
menunjukkan sikap hormat dan kepasrahan diri kepada yang disembah, dan juga
menunjukkan penyataan diri sebagai diri yang sangat rendah dan hina di hadapan
TUHAN. Sikap ini dilakukan umat Israel waktu itu sebagai sikap spontan. Kaum
Kedar melakukan sikap ini dalam ibadah-ibadah mereka. Rumah ibadah mereka tidak
memiliki bangku. Paus melakukan sikap
ini kalau beliau menginjakkan kaki pertama sekali di suatu negeri. Umat Kristen
bisa melakukan sikap seperti ini secara spontan apabila berkunjung ke rumah
TUHAN dan berlutut/bersujud sampai muka
kena ke lantai di hadapan altar TUHAN. Di rumah ibadah Katolik ada tempat
meletakkan lutut untuk berlutut dan tangan berada di bangku. Di rrumah ibadah
Kristen, hanya ada bangku tempat duduk, dan sikap berlutut diganti dengan sikap
duduk dan menyembah TUHAN dengan melipat tangan di bangku atau menaruh tangan
terlipat di atas sandaran bangku yang ada di depannya. Semua sikap ini benar di
hadapan TUHAN. Yang paling penting bagi TUHAN adalah sikap merendahkan hati dan
merendahkan diri di hadapan TUHAN, jauh dari kesombongan rohani. Yang utama hati,
jiwa dan roh sujud dan menyembah TUHAN. Duduk di bangku dan tunduk melipat
tangan dan dengan sikap menyembah adalah juga sikap tubuh berlutut, sujud
menyembah. Kemurahan TUHAN yang mengizinkan umat-Nya duduk di bangku dengan
sikap menyembah, walau muka tidak sampai ke tanah, sebagai pengganti berlutut,
sujud menyembah dan wajah sampai kena ke tanah.
Ayat 8: Juga
Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya,
Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu
kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.
(a)
Setelah selesai bersujud, umat itu berdiri, menunggu
penjelasan agar mereka semakin mengerti Taurat TUHAN yang dibacakan. Walaupun
mereka dianggap sebagai orang-orang yang dapat mendengar dan mengerti, mereka
masih membutuhkan bimbingan teologis dan bimbingan pastoral tentang isi Firman
yang dibacakan itu. Nehemia mencatat nama-nama orang dari kaum Lewi sebanyak 13
orang, yang bertugas mengajarkan Taurat itu kepada orang banyak tersebut. Dengan
demikian ada 26 orang membantu Ezra pada saat itu untuk membuat umat itu
memahami Kitab Taurat yang dibacakan. Dengan demikian murid Ahli Kitab dan kaum
Lewi dapat saling membantu dalam mengadakan bimbingan teologis dan bimbingan
pastoral itu. Satu dari murid ahli kitab dan satu dari kaum Lewi dapat saling
membantu. Ada ada tigabelas pasangan pembimbing pada waktu itu. Kalau umat itu
dibagi berkelompok dan duapuluh orang satu kelompok, maka sudah ada 260 orang
sekali membimbing. Umat itu dibimbing dalam keadaan berdiri, sehingga para
pembimbing ini dapat segera berpindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain.
Membimbing lebih seribu orang selesai dalam empat ronde.
(b)
Berkumpulnya umat Israel di lapangan pintu Gerbang Air
itu dapat dikatakan sebagai semacam “Kebaktian Kebangkitan Iman”. Berbeda
dengan acara-acara Kebaktian Kebangunan Rohani yang sering diadakan di zaman
sekarang, yang setelah khotbah, ada acara penyembuhan, dan bimbingan iman dan
bimbingan pastoral tentang penyembuhan penyakit. Acara penyembuhan memang tidak
dilakukan di lapangan pintu gerbang Air waktu itu, tetapi yang paling utama
hendak dicapai waktu itu adalah: pemulihan dan penyembuhan iman umat Israel. Memahami
teologi hukum Taurat dan bagaimana itu diterapkan dalam ibadah-ibadah, sangat
diperlukan umat TUHAN, baik dulu maupun sekarang. Teolog dan kaum imam sangat
perlu kerjasama memberikan pemahaman itu kepada umat. Sebenarnya adalah sangat
baik apabila sehabis kebaktian minggu di rumah ibadah Kristen, ada bimbingan
teologis dan bimbingan pastoral, bimbingan hidup dan dapat ditambah lagi dengan
acara doa penyembuhan penyakit, di dala rumah ibadah atau di ruang konsistori. Umat
sangat membutuhkan itu, dan mereka akan datang, kalau para pelayan huria
membuka kesempatan untuk itu.
Ayat
9: Bagian-bagian dari pada kitab itu,
yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan,
sehingga pembacaan dimengerti.
Karena
umat itu mendengar Taurat TUHAN dibacakan dalam bahasa Ibrani tua (yang
digunakan sekira seratus tahun sebelum peristiwa ini), dan umat itu sudah
berbahasa Aram dalam pergaulan sehari-hari, pasti ada dari bagian-bagian yang
dibacakan itu kurang dipahami arti kata, arti teologis dan artinya dalam
kehidupan sehari-hari selaku umat pengikut Yahowa. Oleh karena itu
bagian-bagian Taurat yang dibacakan itu oleh 26 orang yang membantu Ezra diberi
keterangan-keterangan. Mereka bubas berdiskusi, dan mereka mendapat
penjelasan-penjelasan yang diambil juga dari kitab suci itu. Isi Kitab Suci cukup
mampu menafsirkan (memberi penjelasan untuk) isinya. Isi Kitab Suci cukup memberikan
lengkap tuntunan-tuntunan beribadah. Isi Kitab Suci cukup memberi jalan terang
untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Memperhatikan tiga dimensi Kitab Suci
ini dalam memberikan penjelasan-penjelasan tentang apa yang tertulis di
dalamnya, membuat setiap pembacaan Firman TUHAN menjadi sangat jelas dapat
dimengerti.
Ayat
10: Lalu Nehemia, yakni kepala daerah
itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar
orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: "Hari ini adalah kudus
bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!", karena semua
orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
a)
Orang beriman yang normal akan menangis apabila
mendengar dan mengerti Firman TUHAN yang menyentuh kehidupannya. Terutama
apabila Firman yang didengar itu “menusuk hati dan batinnya yang kedapatan
berdosa”. Atau apabila Firman TUHAN yang didengar itu membuat dia terharu atas
kemaha-kasihan TUHAN dan besarnya anugerah TUHAN yang dikenakan kepadanya tanpa
disadarinya dalam hidupnya yang sudah berlalu. Nehemia mencatat, bahwa semua orang itu menangis ketika mendengar
kalimat-kalimat Taurat itu. Manusia zaman sekarang pun akan menangis
apabila mendengar dan mengerti/memahami Firman TUHAN yang tertulis dalam
Ul.26:16-19; Ul.27:11-26; Ul.28:1-46. Menangis sebagai tanda pertobatan, atau
tanda keterharuan.
b)
Nehemia (kepala daerah/bupati/kepala pemerintahan),
Ezra (kohen, ahli kitab), kaum Lewi (para pekerja di bait Suci), mungkin juga
para teolog (murid-murid Ezra) yang ada di situ, bahu-membahu menghibur umat
itu agar berhenti menangis, agar jangan sampai ada dari umat itu yang putus asa
atau bunuh diri atau melihat dirinya sebagai manusia yang tidak berguna lagi,
manusia terkutuk. Mereka membangkitkan semangat umat itu. Berita penghiburan
untuk membangkitkan semangat umat itu, mereka sampaikan kepada umat itu, apa
makna dari pada Hari Peniupan Serunai
dan Bulan Tisyri bagi umat Israel: "Hari
ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan
menangis!" Kaum Lewi mengatakan
kepada umat itu: “Tenanglah! Hari ini adalah
kudus. Jangan kamu bersusah hati!” (Neh.8:12). Kata-kata ini sama artinya
dengan: “Hari ini adalah hari rahmat
TUHAN, maka bersukacitalah!” Kata penghiburan ini menegaskan, bahwa apabila
suatu hari “Kudus” (apalagi bagi TUHAN), umat harus bersukacita,
bergembira-ria. Sebagai tanda sukacita umat itu, mereka disuruh memakan
sedap-sedapan dan meminum minuman manis. Dan segala hal, yang menghambat umat
TUHAN bersukacita, harus disingkirkan dan diatasi agar penghambat itu hilang. Pada kesempatan ini, penghambat sukacita bagi
sebagian umat itu adalah “kemiskinan”. Di antara mereka tidak mampu menyediakan
sedap-sedapan dan minuman manis untuk mereka sendiri karena kemiskinan yang
melilit mereka. Pemimpin bangsa, pemimpin kerohanian umat itu sama-sama
memerintahkan agar orang yang berada menolong orang miskin. Orang kaya
diwajibkan memberi sedap-sedapan dan minuman manis kepada keluarga-keluarga
miskin, agar mereka yang miskin itu turut bersukacita besar hari itu, di hari
yang kudus itu bagi TUHAN dan bagi umat itu. Masihkah orang Kristen melakukan hal seperti
ini di hari perayaan natal, perayaan tahun baru, perayaan paskah, atau di
setiap hari Minggu, yang menjadi hari-hari
kudus bagi TUHAN dan bagi umat Kristen?
c)
Bahasa Indonesia kudus
berarti “suci, murni”. Tetapi arti kata Ibrani qadōš (akar kata Indonesia kudus) berarti “kudus, suci, heilig (kudus, terhormat), geheilig, geweihet werden (dikuduskan,
dihormat). Pada dasarnya sesuatu itu dikatakan kudus bagi TUHAN karena sesuatu
itu dikhususkan atau dipisahkan dari yang lain-lainnya (misalnya dari hal-hal
yang biasa, atau dari hal-hal duniawi) dan diistimewakan bagi TUHAN. Misalnya:
(1) ada banyak manusia, tetapi seorang atau beberapa dari manusia itu dipilih
dan dikhususkan (dipisahkan dari antara manusia lainnya) untuk TUHAN
(melaksanakan/mengurus kepentingan TUHAN). (2) ada banyak kambing, tetapi satu
ekor dikhususkan, dipisahkan dari kawanan kambing itu sebagai persembahan bagi
TUHAN. (3) ada banyak hari, tetapi satu hari dari hari yang banyak itu dikhususkan
(dipisahkan) untuk kepentingan TUHAN. Kudus bukan hanya persoalan suci, murni,
tahir dan sifat-sifat lainnya, tetapi soal kesediaan TUHAN memilih,
mengkhususkan dan memisahkan sesuatu itu baginya, entah bagaimana pun itu
sesuatu tersebut. Karena TUHAN itu kudus, maka setiap yang dikhususkan untuk
TUHAN disesuaikan dengan kehendak/kekudusan TUHAN. Kalau TUHAN memerintahkan:
“Buku sepatumu, karena tanah yang kau akan injak adalah tanah kudus!”, maka
yang diperintah itu harus buka sepatu. Kalau TUHAN mengatakan: “Sepatumu
termasuk yang saya kuduskan untuk saya, pake senantiasa di manapun!”, maka yang
diperintah itu tidak perlu buka-buka sepatu entah ke mana dia masuk. Tidak ada
kekudusan kalau TUHAN tidak hadir, dan kalau perintah TUHAN tidak dijalankan. Perintah
yang disampaikan melalui Musa ada banyak yang diperbaharui atau dibatalkan dan
diganti dengan perintah yang baru mengenai suatu perbuatan. Di zaman Musa,
banyak yang masuk ke mulut membuat orang percaya menjadi najis (tidak kudus),
tetapi di zaman Yesus, bukan yang masuk ke mulut yang bikin orang percaya najis
(tidak kudus) tetapi yang keluar dari mulut orang percayalah yang membuat orang
percaya itu tidak kudus.
d)
Hari perkumpulan di lapangan dekat pintu gerbang Air (Tgal
1 Tisyri – Hari Peniupan Serunai), dipilih sebagai hari bagi TUHAN, hari
mendengar dan memahami Firman TUHAN. Dan TUHAN hadir di sana, terutama tampak
melalui Firman-Nya. Kehendak TUHAN diberlakukan dan akan terus diberlakukan
untuk umat itu. Kehendak TUHAN bahwa umat-Nya tahu dan memahami Firman TUHAN,
dan umat TUHAN diselamatkan. Dan oleh karena itu umat TUHAN harus bersukacita. Catatan:
Hari TUHAN yang merupakan hari kedatangan TUHAN untuk menghukum/mengadili umat
manusia, adalah juga hari yang kudus bagi TUHAN. Tetapi di sana akan terjadi
ratap angis dan kertakan giri, sebab hari kudus seperti itu adalah hari
menghukum orang berdosa, yang tidak mau bertobat. Hari TUHAN tidak merupakan
hari keselamatan bagi orang berdosa. Tetapi hari tgl 1 Tisyri bagi umat Israel
adalah hari memasuki bulan mengenang dan menikmati keselamatan yang dari TUHAN.
Sebab mereka akan mengenang 40 tahun
TUHAN menuntun umat Israel di padang gurun, sewaktu keluar dari Mesir dan
hendak menuju tanah perjanjian. Selain itu mereka akan berpesta karena musim
panen telah berhasil. Berdasarkan sukacita yang dikehendaki TUHAN itu, Nehemia,
Ezra dan kaum Lewi mengjak umat Israel waktu itu berkenti menangis, melainkan
harus memakan sedap-sedapan dan minum minuman yang manis. Sebab mereka akan
merayakan bulan Rahmat TUHAN, yang selalu datang setiap tahun. Dukacita harus
ditinggalkan, sukacita harus dinikmati. Bagot
na madungdung, do pilo-pilo marajar. Tading nalungun, ai nunga ro najagar
(Daun anak enau panjang menjangkau tanah,
itulah enau yang tumbuh belajar.
Tertinggallah duka dan sedih, karena telah tiba hal-hal dan sukacita yang
wajar), kata orang Batak Toba.
Kesimpulan
Umat
TUHAN berkumpul untuk mendengarkan Firman TUHAN, dan Firman TUHAN selalu mau
mendatangi umat TUHAN. Umat TUHAN, dengan dibantu oleh para tenaga pelayan
rohani, harus berusaha mendengar dan
mengerti/memahami Firman TUHAN, karena di dalam Firman itu terdengar jalan keselamatan, dan hari berkumpul itu
menjadi hari kudus bagi TUHAN dan bagi umat-Nya, serta mengandung janji akan
rahmat TUHAN yang berlimpah, dan merupakan kesempatan menghapus duka
(kemiskinan) serta kesempatan bersukacita penuh.
Pematangsiantar,
tgl. 16 Nopember 2015.
Pdt.
Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).
Memahami
Evangelium: Lukas 4:14 – 21 Yang
Menjadi Teks Khotbah
Pengantar
a.
Lukas (Latin:
Lucius atau Lucianus), seorang “tabib/dokter yang kekasih” (Kol.4:14). Dia,
yang bukan keturunan Yahudi asli, melainkan keturunan penduduk dari Antiokhia
di Syria. Dia menjadi pengikut Yesus
Kristus karena khotbah-khotbah Paulus tentang Yesus, Sang Mahatabib, Penyembuh
banyak orang dari berbagai penyakit. Kemudian bergabung dengan Paulus di Troas (awal
tahun 51 ses.M.) di waktu Perjalanan Paulus yang kedua memberitakan Injil
(tahun 49-52 ses.M.). Lalu Lukas mendampingi Paulus dalam perjalanannya itu
sampai di Filipi, ke Yerusalem, dan juga dalam perjalanan Paulus menuju Roma
setelah Paulus ditangkap di Yerusalem. Paulus menyebut-nyebut nama Lukas
beberapa kali dalam suratnya (baca: Kol.4:14: Filemon 24; 2 Tim.4:11). Lukas
seorang yang melekat dengan Paulus (tampak dari corak pemberitaannya yang
berkata “kami” dalam Kis.16:10-17; 20:5-21:18; 27:1-28:16). Kerajinan Paulus
menulisi surat, mendorong Lukas juga menulis Kitab Injil dan Kisah Para Rasul,
dan lebih didorong lagi oleh perkenalan Lukas dengan Teofilus, pejabat
publik,yang juga bukan Yahudi, yang bertobat karena pemberitaan Injil Yesus
oleh Paulus. Pejabat negara ini menginginkan agar ada buku yang dapat dibaca
tentang Yesus Kristus dan kemudian tentang tersebarnya berita itu dan
dimulainya kumpulan-kumpulan orang yang menamakan diri mereka Kristen. Lalu
Lukas menulis kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Dua buku ini dialamatkan oleh Lukas kepada
Teofilus Yang Mulia (Teofilus = Sahabat Allah) (Lukas 1:3 – Teofilus Yang Mulia;
Kis.1:1 – Teofilus). Seorang dokter/tabib biasanya selalu cermat dalam
pendiagnosaan penyakit. Dapat diyakini benar, bahwa Lukas bekerja sangat lebih cermat
dan lebih teliti dibanding orang-orang lain, dalam usahanya “menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh
mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.” (Luk.1:12).
Ketelitian itu ditegaskan Lukas, dengan menulis: “Karena itu, setelah aku
menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku
mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, Teofilus Yang
Mulia (kratiste Theofile)” (Luk.1:3).
Jadi Lukas menggunakan segala sumber yang meyakinkan dan benar dalam menyusun
kitab Lukas. Dia dengar cerita lisan dari para saksi mata. Dia baca catatan-catatan
yang dapat ditemukan yang berisi berita tentang Yesus (yang biasa disebut para
ahli sebagai sumber Q(uelle)). Dia baca bahan-bahan kitab-kitab yang ditulis
oleh murid Yesus seperti Mateus dan Yohanes, kitab Injil Markus (murid Petrus).
Lukas dan Markus sama-sama di Roma, sewaktu para guru mereka (Paulus dan
Petrus) dipenjarakan di Roma. Mereka kerja sama. Lukas sudah memulai penulisan
kitab Injil Lukas tidak lama sesudah dia menjadi pengikut Kristus dan
mendampingi Paulus. Karyanya (Injil Lukas) selesai dan rampung menjadi buku di
tahun 60-an sesudah Masehi. Kemudian dilanjutkan dengan menulis Kitab Para
Rasul. Hasil pekerjaan Lukas: selain
yang dicatat dalam Kitab Injil Matius dan Markus, banyak berita dalam kitab
Injil Lukas yang tidak dicatat dalam tiga kitab Injil lainnya, atau dalam
kitab-kitab Injil yang tidak diterima menjadi kanon kepercayaan umat Kristen
oleh para rasul. Berita khusus itu, a.l.: Kelahiran Yohanes Pembaptis
(Luk.1-2); Pertemuan Yesus dengan wanita pedosa (Luk.7:36-50); Perumpamaan
tentang Orang Samaria yang baik hati (Luk.10:29-37); Perumpamaan tentang Anak,
Mina, dan Domba yang hilang (Luk.15); Kaum Farisi dan Pemungut Cukai
(Luk.18:9-14); Berita penyambutan Zakeus terhadap Yesus (Luk.19:1-10);
Percakapan Yesus dan Penjahat Yang tersalib (Luk.23:39-43); Percakapan Yesus
yang bangkit dengan Muridnya dalam perjalanan ke Emmaus (Luk.24:13-35). Dengan
demikian, Kitab Injil Lukas menjadi kitab yang lebih kaya isi/beritanya
dibanding kitab-kitab Injil Matius dan Injil Markus. Perikop Lukas 4:14-21
dicatat juga dalam Injil Matius dan Injil Markus.
b.
Kalau dibandingkan sinopsis perikop Lukas 4:14-21
dengan yang ada di Matius (4:12-17; 13:53-58) dan Markus (1:14-15; 6:1-6 ) akan
tampak tujuan Lukas mencatat berita ini. (1) Urutan perjalanan Yesus setelah Dia dibaptis
berbeda dicatat Lukas dari Matius dan Markus. Menurut Lukas: dibaptis di Sungai
Yordan – Dicobai di Padang Gurun (dekat Yeriko, yang bukan di Galilea, tetapi daerah
sekitar Laut Mati, tepatnya dekat ke pantai utara Laut Mati) – kembali ke
Galilea (a. (ke Kapernaum dan telah membuat mujizat-mujizat di sana, Luk.4:23)
– b. ke Nazaret > ditolak di Nazaret, Luk.4:28-29, – c. ke Kapernaum) – ke
kota-kota lain, dst.. Menurut
Markus: Dibaptis di Yordan – Dicobai di padang Gurun – ke Galilea (ke
Nazaret (tempat asal) dan ditolak di sana, Mrk.6:3 – b. menyusur danau Galilea
– c. tiba di Kapernaum) – ke kota-kota lain, dst. Menurut Matius: Dibaptis di Sungai Yordan –
Dicobai di Padang Gurun - ke Galilea, [a.
Nazaret (ada juga berita tentang penolakan terhadap Yesus di Nazaret, Mat.13:57),
b. ke Kapernaum setelah meninggalkan
Nazaret] – menyusur danau Galilea – bekeliling di seluruh Galilea – berkhotbah
di bukit – dst. (2) Menurut
Matius dan Markus, Yesus pergi (Matius: menyingkir) ke Galilea atas dorongan
hati sendiri, setelah mendengar Yohanes
ditangkap Herodes. Menurut Lukas Yesus kembali ke Galilea menuju Nazaret “dalam
kuasa Roh” (Luk.4:14). Bila dibanding dengan Matius dan Markus, Lukas
memperjelas peranan Roh Kudus dalam hidup Yesus: Yesus ada di rahim Maria atas
kuasa Roh Kudus; Yesus datang ke Bait Suci oleh Roh Kudus. Yesus dideklarasikan
sebagai Anak Allah bersamaan dengan penampakan Roh Kudus ke dalam diri Yesus. Roh
Kudus membawa Yesus ke Padang Gurun. Yesus ke Galilea atas kuasa Roh (Kudus). Yesus
bergembira dalam Roh Kudus. Yesus memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus. Yesus membaptis
dengan/mencurahkan Roh Kudus. Roh yang ada dalam diri Yesus, yang tampak
sewaktu peristiwa pembaptisan-Nya, menuntun Yesus ke Nazaret. Mempercayai
berita tentang Yesus termasuk mempercayai pekerjaan Roh Kudus. Tidak
mempercayai berita tentang Yesus, berarti juga dosa terhadap Roh Kudus (3) Perikop Lukas 4:14-21
secara khusus memaparkan peristiwa di Rumah Ibadat (synagoge) di Nazaret (yang
ada di negeri Zebulon), sewaktu Yesus membuka kitab Suci (Yes.61:1-2) dan
pemberitahuan penggenapannya dalam diri Yesus; sedangkan Matius memberitahu
peristiwa di Kapernaum (yang berada di negeri Naftali), tentang pemenuhan
nubuat Perjanjian Lama (Yes.8:23-9:1) tentang Tanah Zebulon dan tanah Naftali
telah melihat terang. Markus tidak
mengkaitkan kedatangan Yesus di Galilea (atau di Nazaret) dengan pemenuhan nubuatan di Perjanjian Lama (PL). Lukas
melanjutkan berita kemenangan Yesus atas godaan Iblis (di gunung dekat kota
Yeriko), dengan deklarasi penggenapan nubuat PL dalam diri Yesus di Nazaret
(bukan di Kapernaum seperti dibuat Matius). Dari isi kitab Lukas dapat disimak,
bahwa kalau Betlehem, sebagai tempat tunas Daud lahir, maka Nazaret (kota
“tunas” (nezer = tunas), tempat tunas Daud dibesarkan) menjadi tempat awal
penegakan Kerajaan Surga, yang memanggil umat manusia bertobat. Bukan hanya
Yerusalem (yang ada di Yudea/Kerajaan Yehuda/Israel Selatan), tempat Bait Suci,
sebagai pusat penggenapan nubuat PL, tetapi juga Nazaret (yang ada di
Galilea/Kerajaan Samaria/Israel Utara) (bukan Betel atau Sikhem atau Gerizim). Dari
berita Injil Lukas dapat diketahui bahwa Yesus meninggalkan “perselisihan”
antara Yerusalem dan Betel sehubungan dengan pengharapan kedatangan Mesias.
Karena Yesus bukan hanya Mesias untuk Kerajaan Yudea dan bukan pula hanya untuk
Kerajaan Efraim, melainkan Mesias untuk seluruh bangsa-bangsa (seluruh umat
manusia). Lukas memilih Yerusalem sebagai tempat penggenapan dari segala
sesuatu yang ditulis oleh para nabi mengenai Anak Manusia, terutama yang
ditulis tentang korban bagi keselamatan seluruh umat manusia (bd. Luk.18:31-34)
dan sebagai titik berangkat murid-murid Yesus memberitakan Injil kepada segala
bangsa (Luk.24:47). (4)
Kehadiran Yesus dan kepiawaian-Nya mengajar serta kebenaran pengajaran-Nya,
membuat ada dua macam sikap manusia yang ada di Nazaret terhadap Yesus yakni: 1) ada yang memuji dan takjub; 2)
ada yang menjadi benci kepada Yesus dan hendak membunuh Yesus. Dua macam sikap
manusia ini terhadap Yesus sudah ditunjukkan Lukas dalam berita tentang Yesus
dari sejak awal pekerjaan-Nya sampai kepada kebangkitan-Nya. Tetapi, berita
sukacita, Injil keselamatan dan pewartaan tentang Tahun rahmat TUHAN kepada
segala bangsa tidak akan terhalang oleh sikap-sikap orang yang menolak Yesus.
Isi dan pesan Lukas 4:14-21 kepada umat manusia dulu
dan sekarang
Ayat
14: Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke
Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.
a)
Peranan Roh Kudus dalam pribadi dan pekerjaan Yesus
sangat ditekankan oleh Lukas (lihat sudah disebutkan di atas). Lukas yakin,
bahwa Yesus bekerja bukan hanya atas inisiatif sendiri, tetapi karena selalu
disertai dan dituntun oleh Roh Kudus dari Bapa-Nya yang di sorga. Roh yang ada
pada Yesus tidak hanya seperti Roh yang diberikan TUHAN kepad Saul dan Daud
sewaktu pengurapan mereka. Di sinilah letak kemesiasan Yesus bukan hanya
seperti kemesiasan yang digambarkan oleh umat Yahudi dan kaum beragama yang
lain.
b)
Walaupun waktu itu belum ada radio/pemancar radio,
belum ada televisi/pemancar televisi, belum ada telepon/handphone, kabar
tentang kedatangan Yesus di Galilea tersiar ke seluruh pelosok Galilea. Penyiaran
itu terjadi dari mulut ke mulut. Inilah metode penyiaran yang paling kuno,
tetapi masih tetap sangat efektif. Tetapi penyiaran dengan mulut ke mulut bisa
terjadi apabila seseorang itu menjadi “buah bibir” karena prestasi yang
dilakukannya, atau karena kejelekan perbuatannya. Pasti kedatangan Yesus cepat
tersiar di Galilea, karena kebaikan dan hal-hal
yang luar biasa yang telah dilakukannya, baik sewaktu dia dibesarkan di
Nazaret sampai berumur tigapuluh tahun. Sungguh baik apabila tokoh-tokoh pemberita
Injil zaman sekarang juga mengikut apa yang dialami Yesus ini. Dengan peralatan
komunikasi canggih yang ada sekarang ini, kehadiran Yesus di seantero dunia
semakin dapat tersiar dengan cepat. Tambahan usaha yang sudah ada untuk itu
harus dibuat oleh umat Kristen.
Ayat
15: Sementara itu Ia mengajar di
rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
a.
Dengan umur tigapuluh tahun, Yesus sudah menjadi
guru/rabbi yang bertanggungjawab atas kebenaran pengajaran-Nya. Tidak satu pun
penulis Injil (termasuk Lukas) memberitahu siapa guru (yang mengajar) Yesus
menjadi orang yang sangat mahir tentang isi Kitab Suci (Perjanjian Lama),
ajaran agama Yahudi dan hal-hal lain. Dia terkenal sebagai anak tukang kayu.
Tetapi dalam umur duabelas tahun para alim ulama di Bait Suci Yerusalem telah
heran atas kecerdasan Yesus dan atas jawaban-jawaban yang diberikannya kepada
alim-ulama di sana (bd. Luk.2:47). Lukas mencatat: Yesus berada di bawah asuhan orangtuanya. “Dan Yesus makin bertambah besar dan
bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”
(Luk.2:52). Tetapi Yusuf dan Maria serta saudara-saudari-Nya juga heran mengapa
Yesus begitu pandai dan mampu mengajar. Tentu saja Yesus bisa begitu, karena
Yesus dikasihi oleh Allah. Yesus bukan hanya auto didak, tetapi peran Allah Bapa melalui Roh Kudus sungguh
sangat besar dalam diri dan kapasitas Yesus sebagai pengajar.
b.
Yesus mengajar di rumah-rumah ibadat, yakni di
synagoge-synagoge yang ada di daerah
Galilea. Tidak tahu entah di kota mana. Mungkin juga sanmpai di Kapernaum dan
membuat mujizat di sana (bd. Luk.4:23). Dia, yang telah menjadi murid synagoge,
mengajar di synagoge-synagoge. Dia telah mendapat otoritas karena
kepandaian-Nya untuk kegiatan mengajar tersebut. Dia ingin memperjelas arti dan
makna Firman TUHAN yang tertulis dalam Kitab Suci, dan mempertegas penggenapan
nubuatan-nubuatan para nabi yang diberitahu dalam Perjanjian Lama. Mengingat
tekanan-tekanan hidup, keagamaan dan pemerintahan yang datang dari pemerintah
Romawi, pengharapan messianis semakin kuat di tengah umat Israel waktu itu, dan
kitab-kitab yang berisi pengharapan mesias menjadi sering dibacakan. Kedatangan
Mesias semakin dirindukan oleh umat TUHAN.
c.
Injil Lukas tidak memberitahu secara mendetail tentang
apa yang diajarkan Yesus di rumah-rumah ibadat itu. “Mengajar” bukan hanya
sekedar membacakan teks kitab suci, melainkan juga menjelaskannya. Kepiawaian,
kecerdasan dan kepandaian Yesus mengajar membuat “semua orang memuji Dia” atau
seperti dikatakan Matius dan Markus: “jemaat yang besar takjub” (Mat.13:54;
Mrk.6:2: “maka takjublah mereka...”); “dan semua orang itu membenarkan Dia dan
mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya” (Luk.4:22). Memuji
berarti membenarkan apa yang diajarkan, mengakui kehebatan dalam menerangkan,
dan pengenaan kepada hidup umat TUHAN. Tetapi karena Yesus dipandang hanya
sebagai anak Yusuf, anak tukang kayu, bukan yang menggenapi nubuatan nabi-nabi
PL, mereka hendak membunuh Dia. Dari dulu sampai sekarang, berlaku dalil: Bila
seseorang salah dikenali, maka seseorang itu akan dibencii luar biasa. Dikenal
maka disayang, tak dikenal tangan melayang.
Ayat
16 : Ia datang ke Nazaret tempat Ia
dibesarkan (en tethrammenos; LAI.
TL: tempat Ia dididik), dan menurut
kebiasaan-Nya (hurufiah: menurut yang menjadi kebiasaan bagi Dia) pada
hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat (hurufiah: ke Synagoge), lalu berdiri (aneste) hendak membaca dari
Alkitab (anagnonai: hurufiah:
untuk membacakan dengan nyaring).
a)
Yesus adalah seorang yang menghargai kampung
halaman-Nya. Walau Dia sudah tahu, bahwa nabi ditolak di kampung halamannya,
Dia ingin mengetahui apakah demikian halnya terjadi pada-Nya. Ia datang ke
Nazaret. Dia bertemu dengan kawan-kawan-Nya dari kecil, bertemu dengan
keluarga-Nya, dengan ayah dan ibu-Nya, dengan saudara-saudari-Nya. Dia berbaur
dengan masyarakat kampung-Nya. Dia tidak mengisolasi diri. Dia ikut ibunya ke
kota Kana, dekat Nazaret, mengikuti pesta pernikahan (Yoh.2). Lukas tidak
memberitahu, bahwa “murid-murid-Nya mengikuti Dia” (Mrk.6:1), sebab menurut
Lukas, bahwa Yesus memanggil murid-murid-Nya sesudah peristiwa ini (bd.
Luk.5:1-11; 6:12-16).
b)
Sebagaimana Yesus telah lakukan dari sejak kecil
sampai berumur tigapuluh tahun, Yesus pergi ke synagoge pada hari Sabat untuk
beribadah, mempelajari Firman dan hukum-hukum TUHAN. Pergi ke rumah ibadat pada
hari Sabat sudah menjadi kebiasaan bagi Yesus. Semua penduduk kota itu, yang
jumlahnya kira-kira 500 orang mengenal Yesus, terutama yang sering datang di Synanoge
(yang reruntuhannya di Nazaret masih dipelihara sampai sekarang sebagai objek
wisata). Menurut ukurannya yang sepuluh kali limabelas meter, di Synagoge itu
muat lebih seratus orang. Dapat dikatakan, bahwaYesus telah biasa mengajar di
Synagoge ini atau membacakan Kitab Suci bagi semua yang hadir. Itu terkesan dari sikap pelayan synagoge yang
dengan segera memberikan Kitab Suci (Yunani: biblion; Ibrani: megillat
seper/gulungan kitab) kepada Yesus sewaktu Dia berdiri hendak membaca
dengan jelas (anagnonai) (LAI: membaca
dari Alkitab). Kunjungan Sabbat yang dilakukan Yesus kali ini Dia rencanakan
merupakan kunjungan istimewa. Karena baginya sudah genap waktu-Nya untuk
memberitahu missi-Nya kepada umum.
Ayat
17: Kepada-Nya diberikan kitab nabi
Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
(a)
Siapa memberikan kitab (biblion/megillat seper)
kepada Yesus, tidak diberitahu. yang pasti ada sesorang yang bertugas di dalam
Synagoge tersebut. Gulungan Kitab Yesaya (yang contohnya tersimpan oleh kaum
Essene dengan baik sejak zaman Yesus di gua Qumran sampai ditemukan di abad 20
ses.M.), diberikan kepada Yesus. Bahwa gulungan Kitab ini mudah didapat, itu
menandakan bahwa gulungan kitab ini sering dibaca, karena bagian akhirnya (yang
kemudian disebut para ahli sebagai Trito Yesaya atau bagian kedua dari Deutero
Yesaya) terdapat nubuat-nubuat tentang Mesias. Pekerja Synagoge ingin tahu,
bagaimana pandangan Yesus tentang pengharapan Mesias yang sedang aktual di
tengah umat Yahudi, setelah Yesus pergi melanglang-buana meninggalkan kampung
halaman dan waktu itu kembali ke kampung halaman-Nya. Yesus menerima gulungan
kitab itu dengan baik, menciumnya (seperti biasanya Yahudi pembaca Kitab Suci
melakukannya), dan kemudian membukanya.
(b) Menemukan
suatu nas dari antara “lautan” nas kitab Yesaya bukan mudah, kalau yang mencarinya tidak hafal di mana dan di
bagian mana dari kitab itu nas tersebut terdapat. Gulungan kitab itu dulu masih
belum di beri nomor pasal dan nomor ayat untuk memudahkan menemukan nas yang dicari.
Tidak secara kebetulan Yesus menemukan
nas Yesaya 61:1-2 sewaktu membuka buku itu. Mungkin juga nas itu sering
dibacakan di Synagoge itu, sehingga halaman itu juga yang paling mudah
ditemukan sewaktu Yesus membuka kitab suci tersebut. Tetapi yang jelas, Yesus
telah bertekad untuk membacakan nas Yesus tersebut. Semuanya itu dapat
dipercayai sebagai pekerjaan Roh Kudus yang kuasa-Nya menuntun Yesus ke Galilea
hingga ke Nazaret. Nas Yesaya yang ditemukan dan dibacakan Yesus adalah Yesaya 61:1-2. Diyakini bahwa
Yesus membaca kitab Masora (MSS) yang bahasa Ibrani, dan bukan Septuaginta (PL yang
berbahasa Yunani) (LXX). Namun kalau dibanding Masora (BHK/BHS), maupun dengan Septuaginta dan dengan Lukas Luk.4:18-19
(yang berbahasa Yunani dan bila diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani) – akan
ternyata bahwa ada beda teks uk.4:18-19 dengan yang tertulis dalam Yes.61:1-2. Septuaginta
menterjemahkan semua teks Masora. Tetapi teks Yunani Lukas 4:18-19 tidak menyalin lengkap teks LXX. Nama YHWH
yang ada duakali dalam Yes.61:1 (MSS) tidak ditulis dalam Lukas, sama seperti
LXX. Di teks Lukas tidak ada : iasasthai
tous suntetrimmenous te kardia (terjemahan dari kalimat di Masora: lahabos lenisbere-leb = untuk merawat orang yang remuk hati). Bagian kalimat dalam
Lukas 4:18, yakni: apostelai
tethrausmenous en aphesei, yang bahasa Ibraninya: lesallaha resusyim hapesyim = Dia mengutus aku kepada orang-orang
tertindas demi pembebasan) tidak ada dalam LXX dan Masora. Selain dari
perbedaan itu, ayat 19 hanya kalimat liqro
senat rason laYHWH / Lukas: keruxai
eniauton kyriou dekton; LXX : kalesai
eniauton kyriou dekton (LAI: untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN) dari
Yes.61:2 yang dikutip (dibacakan), dan kalimat selanjutnya tidak
dikutip/dibacakan (weyom naqam leelohenu
lenahem kal abelyim = dan hari pembalasan Allah kita; untuk menghibur semua
orang berkabung; LXX: hemeran
antapodoseos (hari pembalasan) parakalesai
pantas tous pentountas (menghibur semua yang berkabung). Melihat kenyataan
ini, mungkin orang bisa berkata, bahwa Masora yang diberikan kepada Yesus waktu
itu adalah versi seperti yang disalin Lukas. Tetapi lebih tepat mengatakan,
bahwa Yesus sendiri mengganti kalimat “iasasthai
tous suntetrimmenous te kardia (LXX)/ lahabos
lenisbere-leb (MSS) dengan kalimat: apostelai tethrausmenous en aphesei, yang bahasa Ibraninya: lesallaha resusyim hapesyim = Dia
mengutus aku kepada orang-orang tertindas demi pembebasan. Dengan demikian
Yesus mengaktualisasi Yes.61:1-2 kepada pendengarnya.
Ayat
18: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab (dengan demikian) Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas.
a.
Roh yang
diklaim (dikatakan) oleh nabi dan kemudian oleh Yesus ada pada-Nya adalah Roh
Tuhan Yahowa. Dia itu yang bekerja juga pada waktu penciptaan, yakni yang
melayang-layang di atas samudera raya. Roh Yahowa adalah salah satu cara Yahowa
berada pada diri manusia. Roh ini juga yang bekerja sewaktu Samuel mengurapi
Saul menjadi raja, dan kemudian pindah kepada Daud setelah Daud diurapi menjadi
raja. Roh inilah yang memungkinkan Maria mengandung Yesus di dalam rahimnya.
Roh inilah yang tampak datang kepada Yesus sewaktu Yesus dibaptis di Sungai
Yordan. Roh ini juga yang durahkan kepada para murid Yesus di Yerusalem. Roh
Tuhan Yahowa dinyatakan oleh Yesus
menyatu dalam diri-Nya.
b.
Dengan adanya Roh Tuhan Yahowa dalam diri Yesus, maka
TUHAN mengurapi (Yun.: ekhrisen; Ibr.: mašaḥ) Yesus. Di sini Yesus belum dideklarasikan
sebagai Kristus atau Masiaḥ/Mesias (yang diurapi). Dengan peristiwa ini sebutan
Mesias belum menjadi panggilan atau gelar yang tersandang pada Yesus. Pengakuan
Petrus, atas tuntunan TUHAN, menyandangkan gelar “Mesias” (“Kristus”) kepada
Yesus, sewaktu Yesus menanyakan: Siapa Dia di sebut orang dan disebut para
murid-Nya (bd. Mat.16:16). Dari berita-berita pengurapan yang diberitahu dalam
Kitab Suci, bukan hanya untuk jabatan raja seseorang itu diurapi, tetapi untuk
imam. Ada juga benda-benada yang diurapi. Tugu diurapi sebagai pertanda (Kej.31:13);
Musa mengurapi Harun dan anak-anaknya menjadi imam (Kel.28:41; 30:30); Musa
mengurapi Kemah Pertemuan/Kemah Suci dan tabut hukum (Kel.30:26; 40:9); Musa
mengurapi mezbah korban bakaran dan peralatannya (Kel.40:10); pohon-pohon
berkumpul untuk mengurapi salah satu dari mereka menjadi raja (Hak.9); Samuel
mengurapi Saul menjadi raja 1 Sam.10:1;15:1)); Samuel mengurapi Daud menjadi
raja (1 Sam.16:13); Imam Zadok dan nabi Natan mengurapi Salomo menjadi raja (1
Raj.1:45); Elia mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram (1 Raj.19:15); Elisa
mengurapi Yehu raja atas Israel dan mengurapi Elisa menjadi pengganti-nya (1
Raj.19:16); Rakyat mengurapi Yoahas, anak Yosia, menjadi raja Yehuda ( 2
Raj.23:30); Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus (Kis.10:38). Hanya Yesus
yang diurapi dengan Roh Kudus, Yang lain-lainnya diurapi dengan minyak urapan. Dalam PL, kalau manusia yang diurapi, dia
selalu disebut hammasiah (Mesias).
Dengan dikatakannya, bahwa Roh Tuhan Yahowa mengurapi Yesus, sebenarnya Dia mau
mengatakan bahwa Dia sejak saat itu adalah Yang Diurapi (Hammasiah)
(Mesias/Kristus), tetapi Dia sendiri melarang untuk menyebut-nyebut itu (bd.
Mat.16:20) . Di sini Yesus tidak mengatakan: “Saya adalah
Mesias/Kristus!”. Yang penting bagi-Nya
adalah apa yang akan dikerjakan-Nya sebagai Yang TUHAN urapi. Bagi Yesus penggenapan
nubuat Yesaya bukan untuk menyatakan
pentingnya Dia memperoleh suatu gelar. Tetapi pengurapan itu adalah untuk
pemastian tentang tugas-tugas yang akan dilakukan oleh Yesus, Yang TUHAN urapi
tersebut.
c.
Salah satu dari tugas Yesus, yang TUHAN urapi, adalah:
untuk menyampaikan kabar baik (euanggelisasthai)
kepada orang-orang miskin (ptokhois). Dari dulu sampai sekarang,
“menginjili” orang-orang miskin tetap sangat dibutuhkan dan disambut dengan
baik. Kepada mereka harus diberitakan dan dibuat menjadi kehidupan mereka,
bahwa Yesus
telah rela menjadi miskin, agar semua orang miskin menjadi kaya. “Karena kamu telah mengenal kasih karunia
Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin,
sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”
(II Korintus 8:9). Inilah kabar baik
itu: "Berbahagialah orang yang
miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
(Matius 5:3). “Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh
dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang
telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yakobus 2:5).
Walaupun Yesus mengatakan bahwa orang miskin selalu ada di tengah umat Kristen
(di dunia ini) (bd. Mat.26:11), tetapi pekerjaan untuk mengurangi jumlah orang
miskin dan menghapus kemiskinan tetap menjadi salah satu dari tugas utama umat
Kristen (pengikut Yesus). Bagaimana jemaat mula-mula mengatasi kemiskinan yang
ada di kalangan mereka dapat dibaca dari Kis. 2:41-47; 4:32-36. Cara hidup ini
telah terbukti membawa kemakmuran setelah dimodernisasi dengan cara hidup
dengan ekonomi pasar sosial, dengan ekonomi “kibbutz”, dengan ekonomi “keadilan
sosial bagi seluruh rakyat”. Ber-evanggelisasi” sekarang berarti memberitakan
kabar baik (injil) melalui karya-karya yang membebaskan kaum miskin dari
kemiskinan mereka, termasuk melakukan revolusi apabila ada struktur-struktur
masyarakat atau kenegaraan yang memperbanyak kaum miskin dan memperparah
kemiskinan. Banyak macamnya revolusi: revolusi mental, revolusi pertanian,
revolusi perekonomian, revolusi keuangan, revolusi penggantian pemerintah yang
jahat).
d.
Keruxein (LAI: memberitakan) bukan hanya dengan
kata-kata, melainkan lebih menunjuk kepada perjuangan, agar orang-orang
tawanan bebas. Perjuangan itu meliputi:
perjuangan pers, perjuangan politik, perjuangan bersenjata, perjuangan dengan
gerakan/aksi damai, perjuangan melalui advokasi, perjuangan melalui pembelaan,
perjuangan melalui minta grasi, dan lain-lain. Tawanan yang dimaksud bukan
hanya tawanan politik, tawanan perang, tawanan teroris, tawanan terpenjara,
tetapi juga tawanan Iblis, tawanan kemiskinan, tawanan kebodohan, tawanan
kesombongan, tawanan ideologi, tawanan budaya, tawanan semangat radikalisme,
dan lain-lain, yang membuat manusia terbelenggu.
Pembebasan
(aphesin) yang diharapkan bukan sekedar
liberation movement (gerakan pembebasan), tetapi pembebasan yang membuat orang-orang tawanan
itu benar-benar terpenuhi Hak azasinya
dan dapat menjalankan hak-hak azasinya, dan juga kewajiban-kewajiban azasinya;
dan yang membuat orang-orang tawanan dapat memperoleh dan menjalankan hak-hak
sipilnya tanpa ada tekanan atau penghambatan dari pihak lain. Diperjuangkan
agar tawanan tidak mengalami siksaan dan kekerasan, apabila dia
dipenjarakan. Tugas pendampingan juga termasuk kepada usaha memberitakan pembebasan
bagi orang tawanan.
e.
Keruxein (liqro) (memberitakan) penglihatan bagi
orang-orang buta, lebih menunjuk kepada pekerjaan berjuang agar orang buta
(dalam segala jenis kebutaannya) dapat melek dan melihat dengan jelas apa yang
ada di depan, samping, belakang atau sekelilingnya. Banyak jenis-jenis “buta”/kebutaan.
yang paling biasa adalah buta penglihatan (tidak dapat melihat dengan mata
kepala sendiri yang ada di sekitarnya). Tetapi
ada juga jenis kebutaan lain: buta aksara (tidak tahu membaca), buta
teknik (tidak tahu menggunakan teknik), buta hati (tidak berperasaan
sedikitpun), buta warna (asal bersisik ikan), buta agama (tak tahu ajaran
agamanya), dan lain-lain kebutaan. Yesus datang untuk mebuat orang-orang buta
sedemikian dapat melihat. Dan itu dilaksanakan Tuhan Yesus dalamkurun waktu
tiga tahun pelayanannya. Yesus menyembuhkan orang yang buta matanya, sehingga
menjadi bisa melihat, seperti Bartimeus. Melalui ajaran-ajaran-Nya Yesus
memelekkan semua orang buta lainnya yang jenis-jenisnya
disebutkan di atas. Yang buta agama disembuhkan melalui ajaran keagamaan
yang dia berikan, (misalnya dengan jarannya agar manusia mengasihi TUHAN dan
mengasihi sesamanya manusia.
f.
Apostelai (TUHAN menyuruh menjadi apostel/TUHAN mengutus,
TUHAN menyuruh pergi/Ibrani: sallaha) untuk membebaskan orang-orang yang tertindas
agar mereka bebas dari penindasan yang dialaminya, lebih menunjuk kepada perjuangan agar terjadi
keadilan sosial, kebebasan pers, kebebasan bersuara, kebebasan menyampaikan
pendapat, kebebasan mencari nafkah, kebebasan menganut agama dan beribadah menurut
agama yang dianut itu, kebebasan mendapat pekerjaan, kebebasan mendapat tempat
tinggal, kebebasan berpindah tempat
tinggal, kebebasan memilih kewaganegaraan, kebebasan menentukan pasangan hidup
(jodoh), kebebasan berpolitik. Yang disuruh itu harus berusaha sedaya mampunya
agar segala macam penindasan terhapus. Terhapus Kekerasan Dalam Rumah Tangga;
terhapus Kejahatan Politik; terhapus kejahatan ekonomi; terhapus penindasan
kaum minoritas oleh mayoritas, dan segala macam bentuk penindasan lainnya. Caranya:
memperjuangkan adanya hukum yang tidak menindas pihak tertentu; memperjuangkan
agar jangan ada adat/budaya yang menindas adat/budaya pihak lain.
memperjuangkan agar agama yang dianut tidak menjadi alasan untuk menindas pihak
beragama lain, dan usaha-usaha lainnya.
Ayat
19: untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
telah datang
TUHAN
menyuruh yang diurapi dengan Roh-Nya untuk memberitakan Tahun Rahmat TUHAN (Yunani:
eniauton kyriou dekton/ Ibrani: senat raşon laYHWH) telah
datang. Dekton < dektos berarti “acceptable”,
berkenan, terterima, günstig (yang
menguntungkan) (= günstige Gelegenheit
= kesempatan baik). Raşon berarti
“berkenan; kesukaan”. Eniauton dekton = masa (LAI: Tahun) berkenan; masa yang menguntungkan; masa
yang baik; tikki parasinirohaon. Yang
dimaksud dengan Tahun Rahmat TUHAN adalah masa di mana kehidupan manusia
benar-benar bekenan bagi TUHAN, disukai oleh TUHAN, dan sebagai masa bagi TUHAN untuk memberikan kesukaan, keberuntungan bagi umat manusia. Di
masa perkenanan TUHAN tersebut terjadi (1) kehidupan manusia dalam segala
lika-likunya benar-benar sesuai dengan kehendak TUHAN, sehingga TUHAN sangat
senang melihatnya; (2) TUHAN mencurahkan berkat-Nya yang melimpah bagi umat
manusia, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan manusia (yang sesuai
kehendak TUHAN itu) selalu memberi keberuntungan dan kesukaan bagi umat
manusia. Jadi Keberhasilan segala usaha menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, usaha pembebasan
orang-orang tawanan, usaha membuat orang-orang buta dapat melihat, dan
pembebasan orang-orang tertindas, sudah merupakan pertanda sudah datangnya
Tahun Rahmat TUHAN. Dalam masa seperti inilah setiap agama (termasuk Kristen) menjadi
rahmat bagi segala isi alam semesta.
Ayat
20: Kemudian Ia menutup kitab itu,
memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam
rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
(a)
Yesus menutup gulungan kitab Yesaya yang sebagian
isinya telah dibacakan oleh Yesus kepada hadirin di Synagoge itu, lalu mengembalikannya
kepada petugas Synanoge (huperete).
Perbuatan ini memberitahu bahwa Yesus mematuhi semua aturan di Synagoge
tersebut. Tetapi yang paling utama, adalah bahwa Yesus menunjukkan kepada
khalayan ramai itu, bahwa Dia taat kepada yang mengurapi dan mengutus Dia. Bahwa
Yesus kembali duduk ke tempat duduknya semula setelah selesai membaca bagian
kitab Yesaya tersebut, menunjukkan bahwa Dia sebenarnya hendak membiarkan umat
itu sendiri menafsirkan dan menemukan arti nas tersebut. Tetapi bagaimanalah
umat itu menemukan arti nas itu, kalau tidak ada yang menerangkan.
(b)
Mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada
Yesus, karena mereka mendengar bahwa yang dibacakan Yesus tidak sangat persis
seperti yang biasa mereka dengar. Ada bagian dari nas itu yang diaktualisasi
oleh Dia. Kemudian orang banyak itu menginginkan agar Yesus menjelaskan apa
yang sudah dibacakan tersebut. Mereka sudah sering mendengarnya, tetapi mereka
tidak tahu maknanya. Dan mereka ingin tahu, siapakah yang dimaksudkan dalam nas
tersebut. Sorotan mata orang banyak itu mendorong Yesus untuk berdiri lagi dan
pergi ke depan, untuk menerangkan apa yang telah dibacakan-Nya itu.
Ayat
21: Lalu Ia memulai mengajar mereka,
kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya
a)
Di depan orang banyak di Synagoge itu, Yesus
mengatakan kalimat di ayat 21 ini sebagai permulaan (erxato; Ibrani: heḥal)
dari apa yang hendak diterangkan-Nya. Dia mengatakan (LAI: mengajar) (legein) apa yang menjadi inti dari pada
nas tersebut. Kalimat Yesus di ayat 21 ini merupakan awal dari apa yang Dia
terangkan di sana. Kelanjutannya dapat dibaca diLukas 4 ayat 21 sampai 30, yang membuat penduduk
Nazaret terbelah dua menyikapi apa yang dikatakan Yesus.
b)
Dengan tegas Yesus mengatakan: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (“semeron
peplerotai he grafe haute en tois ōsin humōn” / “hayyom nitmalle’ hakatub hazzeh be’oznekem!”). Di sini
ada dua keterangan waktu, yakni semeron/hayyom/ hari ini/saat ini; dan sewaktu
kalian mendengarnya (be’oznekem).
Penggenapan nubuat itu tidak perlu lagi di tunggu-tunggu esok, lusa, tahun
depan atau kapan kedatangannya. Yang digenapi pada hari/saat mereka dengar
Yesus membaca nas itu, adalah: (1) bahwa yang diurapi, yang mereka nantikan
sejak dinubuatkan Yesaya, telah ada di hadapan mereka; (2) bahwa pelaksanaan
tugas-tugas kemanusiaan yang harus dikerjakan Yang Diurapi itu telah dimulai
dalam pekerjaan Yesus; (3) bahwa Tahun Rahmat TUHAN telah datang di
tengah-tengah mereka. Konsekwensi dari penggenapan tersebut adalah: a. Penggenapan
no (1) tidak menutup adanya nabi atau rasul yang datang di kemudian hari,
tetapi mereka menjadi nabi/rasul yang benar apabila mereka merupakan nabi/rasul
yang diutus oleh Yang Diurapi ini, dan bekerja untuk memperjelas ajaran-ajaran
daripada Yang Diurapi yang satu ini. Nabi dan rasul itu harus orang-orang yang
memberitakan Injil Yesus Kristus. b. Penggenapan no (2) membuka kesempatan agar
siapapun yang sakit datanglah dan dibawalah kepada Yesus Kristus. Penyakit yang
jenis apapun (penyakit jasmani, penyakit rohani, penyakit masyarakat, penyakit
politik, dll.) disembuhkanlah dengan menggunakan analisa, diagnosa dari Yesus
Kristus dan dengan menggunakan obat yang diberikan Yesus Kristus. c. Penggenapan
no (3) mewajibkan seluruh umat manusia – tanpa kecuali – harus bertobat, dan
menyesuaikan semua lika-liku kehidupan masing-masing kepada kehendak TUHAN
Yahowa dalam ajaran Yesus Kristus, sehingga menjadi kehidupan umat manusia yang
disenangi dan yang berkenan kepada TUHAN. (Kunci utama kehendak Yahowa dalam
Yesus Kristus adalah: Hidup dalam damai, dan saling mengasihi, saling
mengampuni, hidup bebas (dalam kemerdekaan) yang tidak menjatuhkan diri
masing-masing ke dalam dosa). Dan setiap manusia harus berjuang dengan baik dan
luar biasa, agar dalam dirinya dan dalam hidupnya ada tempat Rahmat/Berkat
TUHAN yang saatnya dilimpahkan oleh TUHAN.
Kesimpulan
Nas
Epistel dan nas Evangelium minggu ini memberitakan kabar baik bagi seluruh umat
manusia, bahwa masa sekarang adalah masa yang kudus, masa Rahmat TUHAN telah
datang. Masa sekarang adalah masa/kesempatan untuk tidak lagi menangis,
melainkan bersukacita, masa membangun kehidupan yang lebih baik, masa berusaha
lebih sungguh-sungguh lagi agar tidak ada lagi yang buta, yang tetawan, yang
tertindas, dan masa menyediakan tempat berkat dan rahmat TUHAN dalam setiap
hidup pribadi lepas pribadi, dan kelompok-kelompok masyarakat. Inilah masa bagi
umat TUHAN menjadi rahmat bagi semua ciptaan. TUHAN bersama umat-Nya.
Pematangsiantar,
19 Nopember 2015.
Pdt.
Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).