MINGGU SATU SETELAH EPIPHANIAS 10 JANUARI 2016

02.29.00 0 Comments A+ a-

KEPADAMULAH AKU BERKENAN

EPISTEL: MAZMUR 29:1-11

29:1 Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!
29:2 Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!
29:3 Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar.
29:4 Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak.
29:5 Suara TUHAN mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.
29:6 Ia membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti anak banteng.
29:7 Suara TUHAN menyemburkan nyala api.
29:8 Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar.
29:9 Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di dalam bait-Nya setiap orang berseru: "Hormat!"
29:10 TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.
29:11 TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!

EVANGELIUM : LUKAS 3:15-17,21-22

3:15 Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias,
3:16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
3:17 Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
3:21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit
3:22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Pendahuluan

1.      Dalam  kalender gerejawi, tgl 6 Januari selalu disebut epiphanias. Hari itu ditetapkan untuk merayakan Hari Kedatangan TUHAN menampakkan wajah-Nya kepada umat manusia, sehingga Dia menjadi jelas dikenal. Epi (dengan) + phani (wajah). Epiphanias = Penampakan Allah: Allah menjadi manusia (Bahasa Batak Toba: Hapapatar). Bagi Kaum Protestan/Huria Reformasi, dipahami, bahwa setelah Yesus Lahir, kemudian Dia tampil di tengah umat manusia, sehingga umat manusia dapat melihat wajah Tuhan. Jadi dengan kedatangan Tuhan Yesus ke tengah umat-Nya, jelaslah umat-Nya melihat wajah Tuhan. Bagi gereja Ortodoks Timur (seperti di Rusia dan Timur Tengah), justru kelahiran Yesus ke dunia itulah yang membuat jelas kelihatan wajah Tuhan bagi umat Tuhan. Dengan pemahaman sedemikian, gereja-gereja Ortodoks Timur merayakan Natal Kelahiran Tuhan Yesus Kristus pada hari Epiphanias (tgl. 6 Januari) setiap tahunnya. Jadi lengkaplah sudah, masa perayaan Natal bagi huria-huria yang ada di dunia ini: 1) Ada yang dimulai pada hari Pertama Advent (Kedatangan) hingga Epiphanias, oleh huria-huria protestan termasuk yang lutheran di Indonesia; 2) tgl. 25 Desember (Hari Natal) oleh huria-huria mula-mula dan sangat ketat dipegang oleh Gereja Katolik yang berpusat di Roma; 3) Tgl. 6 Januari (Epiphanias) oleh huria-huria Ortodoks Timur (yang kebanyakan berada di Rusia, di Timur Tengah, Mesir). Masa perayaan Natal itu memang mulai Pertama Advent hingga tgl. 6 Januari (Epiphanias). Di Tgl 7 Januari semua asesoris perayaan Natal sudah disimpan. Karena setelah ephiphanias huria mempersiapkan diri merenungkan pelayanan Tuhan Yesus Kristus dan masa-masa pergumulan-Nya menuju Paskah hingga kenaikan-Nya ke sorga. Lalu setelah Hari Peringatan Pencurahan Roh Kudus, Huria memasuki Minggu-Minggu Trinitatis (masa bergiat mengembangkan Kerajaan TUHAN, dan pemberitaan Injil). Dalam minggu epiphanias itu biasanya dipilih perikop khotbah yang memberitahu bahwa Yesus tampil dan bekerja di tengah-tengah umat manusia. Secara khusus dalam minggu ini untuk epistel dipilih Mazmur 29, yang memberitahu bahwa TUHAN yang kita kenal dalam dan melalui Yesus Kristus dan Roh Kudus serta Firman-Nya itu jelas memperkenalkan diri-Nya melalui suara-Nya dan karya/perbuatan-Nya. Sedangkan untuk perikop evangelium (yang akan dikhotbahkan) dipilih perikop yang memberitahu bahwa Yesus tampil di Yordan dan dibaptis, serta deklarasi pemberitahuan tentang diri-Nya oleh pendahulu-Nya (Yohanes Pembaptis) dan oleh/dari Allah Bapa yang mengutus-Nya.

2.      Dengan menggunakan Mazmur 29 dan Lukas 3:15-17 + 21-22, umat TUHAN diharapkan dapat menangkap apa kehendak dan pesan TUHAN bagi diri mereka masing-masing atau bagi mereka semua di zaman yang semakin larut ini, di tengah hiruk pikuk kehidupan umat manusia. Pimpinan Huria mengarahkan agar khotbah di minggu ini berkisar dalam bahasan tentang “Kepada-Mu lah Aku berkenan”.  Diambil dari bagian akhir kalimat deklarasi TUHAN tentang diri Tuhan Yesus Kristus (Luk.3:22c). Perikop ini mempunyai perikop sejajar dalam kitab Matius dan kitab Markus, untuk memperjelasnya. Kalau Yahowa berkenan kepada Tuhan Yesus Kristus, tentu saja dengan mendengar berita ini, umat memerlukan berita yang menghidupkan kerohanian mereka, apakah mereka juga berkenan kepada TUHAN Yahowa dan bagaimana kalau mereka berkenan  bagi TUHAN Yahowa. Adakah khasiatnya bagi umat dan bagi dunia, kalau berkenan kepada/di hadapan Yahowa?

Memahami konteks, teks, isi dan pesan dalam Mazmur 29:1-11 (Epistel)

1.      Naskah Mazmur 29 terpelihara dengan baik dari zaman ke zaman. Hanya Septuaginta ((LXX) (Terjemahan PL ke dalam Bahasa Yunani) yang lebih menegaskan pemahaman kalimatnya dalam penterjemahan. Kemudian Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS) memberikan usul-usul perbaikan beberapa kata yang ada di sana, dengan maksud agar kalimat-kalimat itu lebih dimengerti. Untuk judul Mzamur ini Mizmor ledavid dalam LXX ditambahkan kata exodiou skenes, yang artinya: tenda pengungsian.  Kata ’elîm di ayat 1 dituliskan dalam banyak naskah salinan tangan ’êlîm, artinya sama, yaitu ‘ilahi, atau sorga, atau allah (dalam bentuk jamak), bene ’elîm = anak-anak Allah atau anak-anak ilahi, LAI: penghuni sorgawi; akka anak ni Debata. LXX menterjemahkan kalimat itu: enegkate tô kyriô  huious kriõn (bawalah kepada Tuhan, hai anak-anak Tuhan....(kemuliaan dan kekuatan);  kalimat pengulangan untuk enegkate tô kyriô  huioi theou = bawalah kepada Tuhan, hai anak-anak Allah... (kemuliaan dan kekuatan). Di ayat 2 Septuaginta menterjemahkan kata behadrat (di hadirat) dengan  en aulë (di kediaman), yang oleh BHS merupakan terjemahan dari behatsrat (= di tempat kediaman).  Lalu kata qodes (kudus) diusulkan BHS sebaiknya qodso (kudus-Nya).  Kata ’el-hakabod hir‘im (LAI: Allah yang mulia mengguntur), yang ada di ayat tiga (3) masih dapat dipahami dalam ayat itu seutuhnya, dan bukan merupakan tambahan belakangan (menolak usul BHS), demikian juga kalimat di ayat 7. BHS mengusulkan perbaikan penempatan kata yahil di ayat 8. Dan untuk kata-kata di ayat 9, BHS mengusulkan kata ’ayyalot (LAI: rusa betina mengandung; female deer /The AHaCL, p.12) adalah ’êlot bentuk feminin kata ’elîm (allah-allah) dan untuk kata ye‘arot (LAI: hutan-hutan) diusulkan ye‘alot (wild she-goat, female ibex, kambing-liar betina). Namun kata-kata asli yang ditulis dalam BHS dapat dipahami dalam konteks kalimat itu tanpa ada usul perubahan.

2.      Dari judulnya Mazmur 29 diketahui mazmur ini Mazmur Daud. Lalu LXX menambahkan kata tenda pengungsian, kemah eksodus.  Tetapi catatan tambahan LXX ini  dapat dimengerti juga dengan ‘kemah raja dan pasukannya sewaktu berperang’. LXX bermaksud hendak mendekatkan pembaca dengan pergumulan jiwa Daud sewaktu menuliskan syair-syair mazmur ini. Ada sedikitnya dua situasi hidup Daud yang menghantar dia beradda di kemah pengungsian, yakni sewaktu dia dikejar-kejar Saul, dan kedua sewaktu dia dikejar-kejar pasukan Absalom, ketika Absalom mengadakan kudeta terhadap ayahnya. Daud mengungsi ke Mahanaim. Dari sudut isinya, Daud tidak mengalami kesesakan, tetapi mazmur ini justru mengungkapkan imannya yang mengagumi karya-karya TUHAN yang diajarkan dan dia lihat dalam hidupnya. Kekagumannya itu mendorong dia mengajak orang lain, maupun anak-anak Allah (LAI: penghuni sorgawi) untuk memberi kemuliaan bagi nama TUHAN, dan memohon agar TUHAN memberkati umat-Nya dengan “Shalom” (LAI: dengan sejahtera, ay.11b). Jadi mazmur ini juga dapat dipahami di luar konteks “kemah pengungsian/kemah pasukan bertempur”, yang diberikan Septuaginta. Dalam Mazmur ini Daud menyebut “behaderat qodes” (LAI: dengan berhiaskan kekudusan), tetapi juga dapat dimengerti dengan “dalam hadirat kudus” atau “dengan ornament-ornamen kudus”, “dengan kesemarakan kudus”. Suasana hadirat TUHAN memang menuntut tempat, peralatan, hiasan, diri, kata-kata kudus, karena TUHAN itu kudus. Kata behaderat qodes (BHS: behaderat qodso = di hadirat kudus-Nya) bisa mengajak kita membayangkan tempat pemujaan bagi TUHAN, tetapi itu tidak selalu Bait Allah Yerusalem. Bait Allah Yerusalem belum didirikan pada waktu Mazmur ini dituliskan.

3.      “Suara TUHAN di atas air... suara TUHAN di atas air yang besar” membawa kita mengingat kepada berita penciptaan. Kalimat ini merupakan refleksi dari berita penciptaan: “Roh Allah melayang-layng di atas permukaan air” (Kej.1:2), atau kepada peristiwa air bah, yang dikuasai/dikendalikan TUHAN Kemudian kata ‘Allah yang mulia mengguntur’ merefleksikan bahwa di peristiwa penciptaan, dikatakan: “Berfirmanlah Allah:..” Di sana pasti ada suara TUHAN. Di peristiwa Air Bah, TUHAN mengingatkan Nuh...(Kej.8:1), sewaktu air besar masih menutupi permukaan bumi. TUHAN juga berfirman kepada Nuh, sewaktu air sudah surut  (Kej.8:15). Ini mengingatkan kepada suara Allah.  Daud percaya bahwa apabila TUHAN Allah berfirman: “Jadilah...!”, maka jadilah, sehingga dia dapat menuliskan: Suara TUHAN penuh kekuatan, penuh semarak. Dengan kekuatan angin yang dapat diperintah TUHAN, TUHAN bisa mematahkan pohon aras, bahkan pohon aras Libanon, pohon terkuat yang dikenal Daud. Gunung Libanon berada di Libanon, dan gunung Siryon adalah nama yang diberi orang Sidon untuk Gunung Hermon, dan orang Amori menyebutnya Senir (Ul.3:9). Bukit-bukit gunung-gunung ini seperti punggung-punggung lembu atau banteng yang melompat-lompat. Daud tahu tentang peristiwa Keluaran yang dialami Musa dan bangsa Israel. Api dipergunakan TUHAN juga sebagai alat menunjukkan kuasanya dan dari sana berfirman (bd, Kel. 3:2 ; 13:22; 24:17-25:1). “Sesungguhnya, TUHAN, Allah kita, telah memperlihatkan kepada kita kemuliaan dan kebesaran-Nya, dan suara-Nya telah kita dengar dari tengah-tengah api” (Ulangan  5:24). Suara TUHAN membuat gunung gemetar (Kel.19 :18). Bukan hanya gurun tetapi bumi juga gemetar dan goyang oleh karena firman TUHAN. Firman TUHAN juga yang membuat hewan-hewan ber-anak-pinak. Dan Api TUHAN yang menyala dapat membuat hutan habis terbakar. Di ayat 9 Daud menyebut behekalo (LAI: di dalam baitnya) atau di dalam istana-Nya. Kata Bait di sini belum menunjuk kepada Bait Allah di Yerusalem, tetapi paling-paling kepada tempat pemujaan kepada-Nya, di mana Tabut Perjanjian disimpan. Mazmur ini merupakan rangkaian ungkapan pengenalan imani tentang TUHAN, dan TUHAN bertindak karena Dia berkenan melakukan tindakan-Nya tersebut, sekaligus meminta agar TUHAN berkenan juga memberi berkat-Nya.

4.      Struktur Mazmur 29
Dari isinya, Mazmur 29 dapat dibagi sebagai berikut:
a.       Ajakan memuliakan TUHAN: Ayat 1 dan 2
b.      Kesaksian pemazmur tentang TUHAN yang dikenalnya: Ayat 3-9
c.       Di mana TUHAN berada dan siapa Dia selama-lamanya: Ayat 10.
d.      Harapan pemazmur dari TUHAN terhadap umat-Nya : Ayat 11.
5.      Isi dan Pesan Teks
Ayat 1 dan 2:  Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!

a)      Mazmur Daud. Kolektor dan penyusun nyanyian dalam kitab Tehillim (Kitab Mazmur) menyebut  nyanyian ini “mazmur”, yakni nyanyian yang dinyanyikan dengan diiringi alat-alat musik, terutama alat musik petik (kecapi, gitar, harfa, keroncong). Melodi aslinya tidak diketahui lagi. Penerbit Kitab Nyanyian Mazmur  di Indonesia pernah membuat melodi nyanyian mazmur ini. (Lihat di bukunya). Mazmur ini dinyanyikan  sewaktu pembacaan kitab Taurat, terutama teks-teks yang memberitahu perbuatan-perbuatan TUHAN. Dengan mencantumkan nama Daud di judul nyanyian ini, mazmur ini mendapat tempat yang baik (atau wibawa) dalam koleksi nyanyian dalam kitab Tehillim (Kitab Mazmur) dan dalam kebaktian-kebaktian umat Yahudi.
b)      Dalam Mzm.29 digunakan nama YHWH (Yahowa) sebanyak 18 kali, dan hanya satu kali nama ’El. Penggunaan nama ini mengingatkan bahwa pemazmur (dan sekaligus mengajak yang menyanyikannya) berpegang sangat kuat kepada kepercayaan yang dianut pemeluk agama Yahowa (para Yahwist). Pemazmur mengenal  Allah adalah Yahowa, yang bukan sekedar ’El. Pengenalan ini sangat kuat. Empat kali dalam ayat 1 dan 2 ini dia katakan laYHWH (ליהוה) ‘kepada TUHAN’.  Alamat kemuliaan dan pemilik kemuliaan jangan sampai salah. Harus tepat, yakni Yahowa. Nama Yahowa menunjuk kepada Identitas Tuhan Allah, dan sekaligus pembeda Allah yang satu ini dengan allah-allah lainnya yang dikenal kelompok-kelompok manusia di kalangan masing-masing. Yahowa artinya ‘DIA ADA’, ‘DIA HADIR’, (ingat Kel.3:14: ’ehyeh ’asyer ’ehyeh = Aku ada Yang Aku ada) dan nama ini mengatakan dengan sendirinya bahwa Yahowa adalah Allah yang maha ada dan maha hadir. Keberadaan-Nya dan cara berada-Nya pun menurut kehendak-Nya sendiri, dan  tidak cukup kalau itu dibanding-bandingkan dengan teori-teori keberadaan dan cara berada yang ilahi (allah) menurut agama –agama manusia dan menurut pikiran-pikiran atau filsafat manusia. Allah yang selalu presentis menyertai ciptaan-Nya termasuk manusia. Cara-Nya tergantung kepada Yahowa semata-mata. Tetapi nama itu juga berarti ‘DIA MEMBUAT ADA’, dan dalam bahasa Indonesia disebut juga ‘DIA MENCIPTA’, ‘DIA MENJADIKAN’ segala sesuatunya dari yang tidak ada menjadi ada dan atau dari yang ada kepada yang ada lainnya. Dari nama ini Allah yang satu ini dikenal sebagai PENCIPTA. Kalau YAHOWA adalah Pencipta, makaYahowa juga pemilik semua ciptaan-Nya.  Dari itu nama YAHOWA diterjemahkan oleh LAI dengan TUHAN, yang artinya: PEMILIK. Karena YAHOWA adalah Yang Menyelamatkan segala ciptaan-Nya, maka DIA datang dan menjadi manusia yang DIA berikan nama-Nya YESUS atau YOSUA, yang artinya YAHOWA MENYELAMATKAN. Bagaimana DIA mencipta atau cara mencipta yang dilakukan-Nya, bagaimana dia memiliki, dan bagaimana dia menyelamatkan segala ciptaannya, tidak terbandingkan dengan apa yang diceritakan, diteorikan tentang tentang penciptaan, pemilikan dan penyelamatan menurut dan oleh agama-agama, ilmu dan pikiran-pikiran yang diketahui manusia. Bagaimana DIA mencipta atau cara mencipta yang dilakukan-Nya, bagaimana DIA memiliki, dan bagaimana DIA menyelamatkan, selalu lebih unggul, lebih komprehensif dari itu semua. Tidak ada teori penciptaan, pemilikan dan penyelamatan menurut agama, teori, ilmu maupun menurut pikiran manapun yang tidak dapat diterangkan dari penciptaan oleh Yahowa. Tetapi penciptaan, pemilikan dan penyelamatan yang dilakukan YAHOWA pasti tidak bisa diterangkan dari teori, ajaran agama, pikiran-pikiran yang lainnya. Nama Yahowa menunjuk kepada diri Yahowa sebagai Allah yang MAHAPENCIPTA.
c)      Pemazmur menginginkan agar “penghuni sorgawi” (LAI) atau “anak-anak Allah” dan “seluruh umat manusia” (terutama “umat-Nya”) bahkan “segala ciptaan” memberi kemuliaan Nama Yahowa. Bene ’Elim (LAI: penghuni sorgawi)  memaksudkan para malaikat, bala tentara sorgawi, manusia yang sudah dimasukkan Yahowa ke sorga, dan mungkin banyak lagi yang tidak diketahui sebagai penghuni sorga. Tetapi di bumi pun ada yang disebut bene ’Elim (dalam arti ‘anak-anak Allah’, yakni orang-orang yang percaya kepada YAHOWA dan sungguh mengikut serta mematuhi DIA, sehingga mereka semua adalah calon-calon penghuni sorga. Dua kelompok bene ’Elim ini diajak oleh pemazmur memberi kemuliaan nama Yahowa.
Dalam mazmur ini disebutkan berbagai ciptaan Yahowa, seperti: air, pohon, api, gunung, padang gurun, rusa, hutan, semua orang (kullo; LAI: setiap orang, ayat 9b)); air bah, umat-Nya. Semuanya ini mewakili segala ciptaan. Pemazmur juga menginginkan agar segala ciptaan termasuk manusia (secara khusus umat-Nya) memberikan kemuliaan kepada TUHAN Yahowa.
d)      Apabila pemazmur mengatakan laYHWH kabod waoz (LAI: kepada TUHAN kemuliaan dan kekuatan), itu dapat juga diterjemahkan dengan “bagi TUHANlah kemuliaan dan kekuatan”, dalam arti bahwa TUHAN lah pemilik kemuliaan dan kekuatan. Apa yang sudah dimiliki TUHAN Yahowa, itulah yang diberikan kepada-Nya. Dan apa yang tidak menjadi milik TUHAN janganlah diberikan kepada Yahowa. Karena kemuliaan adalah milik TUHAN, maka jangan diberikan kepada-Nya kehinaan (kebalikan dari kemuliaan). Karena kekuatan adalah milik Yahowa, jangan diberikan kepada-Nya kelemahan. Kalau huria itu milik TUHAN, jangan diberikan kepada-Nya organisasi milik Iblis. Dalam mazmur ini disebutkan secara khusus kemuliaan (כבוד/kabod) (termasuk kemuliaan nama-Nya/ כבוד שמו) dan kekuatan (×¢×–/‘oz) sebagai milik Yahowa itu.  Dua kata ini dapat merangkum semua  yang dimiliki Yahowa, misalnya: kekuasaan, kecemburuan, kebaikan, ketegasan, segala macam kemahaan, kepandaian, kepintaran, hikmat, dan lain-lain yang dapat disebut manusia. Kata Ibrani kabod (כבוד) mempunyai arti yang luas: hormat, kehormatan, kemasyhuran, kemuliaan (Achenbach, h.112);I. honour, glory, II. splendour, majesty, III. abundance, wealth, IV. heart, mind, soul (The AHaCL, p.368) [lebih jelas lagi baca: TWAT/TDOT untuk kabod (כבוד)]. Sering saya katakan, sesuatu yang kabod adalah sesuatu yang berbobot. Kalau tidak ada bobotnya, berarti tidak ada kemuliaan di dalamnya. Arti ‘oz juga punya arti yang luas: mighty (berkuasa), powerful (berkekuatan), sebagai kata sifat: I. strong (kuat), vehement (berapi-api), fierce (kejam); II. strong (kuat), fortified (kuat), III. harsh (keras), cruel (bengis), hardened (keras) (The AHaCL, p.594) [lebih jelas lagi baca: TWAT/TDOT untuk ‘azaz/ ‘ez ( ×¢×–×–/ ×¢×–)]. Di dalam pengakuan  itu dikatakan bahwa bagi TUHAN  Yahowa lah ‘oz (kekuatan). Dalam ‘oz terkandung semua pengertian bahwa segala hal dapat diperbuat dan diatur dan dijadikan oleh Yahowa. Kalau kekejaman dan kebengisan juga milik Yahowa, maka manusia tidak perlu kejam atau bengis terhadap sesamanya manusia dan terhadap sesamanya ciptaan. Berikan saja kekejaman dan kebengisan itu kepada Yahowa.
e)      Pemazmur mengajak “memberikan kemuliaan nama” Yahowa. Pemazmur menyerukan habu laYHWH (dua kali di ayat 1 dan 1 kali di ayat 2; habu bentuk imperatif.pl.masc. dari kata yhb/ יהב = to give, to set, to place). Terjemahan LAI kurang hurufiah, karena tidak diterjemahkan duali habu laYHWH di ayat 1. Seharusnya: Ayat 1: Berikanlah (habu) kepada YHWH, hai anak-anak Allah; berikanlah (habu) kepada YHWH kemuliaan dan kekuatan. Ayat 2: Berikanlah kepada YHWH kemuliaan nama-Nya. Bersujudlah (histahawu, bentuk hithpalel dari kata sahah/שחה= to bow down, to worship (The AHaCL, p.708; = bersujudlah; menyembahlah, beribadahlah) kepada YHWH di hadirat kudus. Yahab (יהב) (memberikan, mengaturkan, menempatkan) itu bukan hanya sekedar memberi (Ibrani: נתן natan), tetapi mengandung arti “memasrahkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan yang diberikan itu (dalam ayat ini: kemuliaan dan kekuatan)” kepada alamat pemberian (dalam hal ini YHWH). Dengan “memberikan” seperti itu, nanti sipenerima pemberian akan ‘memberikan’ itu lagi kepada pemberi. Makanya yang memberi kemuliaan kepada Yahowa akan menjadi orang yang mulia; dan yang memberi kekuatan kepada Yahowa akan menjadi kuat, karena pemberian dan kekuatan yang diberikan Yahowa kepadanya.

Ayat 3-9: Suara TUHAN  di atas air, Allah yang mulia mengguntur,
  (suara) TUHAN di atas air yang besar.
                Suara TUHAN  penuh kekuatan,
                suara TUHAN   penuh semarak.
                Suara TUHAN  mematahkan pohon aras, bahkan,
                (suara) TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.
                (suara TUHAN) Ia membuat gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung   Siryon seperti anak banteng.
                Suara TUHAN menyemburkan nyala api.
                Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar,
                (suara)TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar.
                Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya;
                dan di dalam bait-Nya setiap orang berseru: "Hormat!"

a.       Suara TUHAN (qol YHWH) digunakan tujuh kali dalam mazmur ini. Kalau kata TUHAN di ayat 3, ayat 5 dan ayat 8 dilengkapi dengan “suara” dan yang dimaksud dengan “Ia” dalam ayat 6 adalah suara TUHAN (seperti dibuat di atas),  maka seluruh ayat 3 sampai ayat 9a berbicara tentang “suara TUHAN” dengan karya-karya yang dapat dilakukannya sesuai dengan “kemuliaan dan kekuatan” yang dimiliki TUHAN. Suara TUHAN dan karya-Nya merupakan penampakan dari “kemuliaan dan kekuatan” TUHAN. Suara TUHAN kedengaran kalau TUHAN berfirman. Pemazmur tidak menggunakan kata “Firman” (dabar) di sini, karena dia tidak memberitahu apa yang dikatakan TUHAN. Dengan menggunakan kata “suara” (qol), pemazmur tidak perlu memikirkan dan memaparkan bagaimana bunyi suara itu (cukup saja mengatakan bahwa suara itu “mengguntur”), dan apa yang dikerjakan suara itu. Yang ingin diberitahukan pemazmur adalah : a) di mana suara itu, b) bagaimana sifat suara itu, dan c) apa yang diakibatkan suara itu.
b.      Di mana suara TUHAN itu disebutkan di atas air... di atas air yang besar. Seperti disebutkan di atas, keterangan tempat ini menunjuk kepada peristiwa penciptaan dan peristiwa air bah. TUHAN berkenan menggunakan air sebagai hekal (istana; LAI: Bait, ayat 9), tempat tahta-Nya yang kudus. Untuk apa? Menurut Kej 1:1-2 air besar yang disebut Samudera Raya perlu dikendalikan. Roh Allah melayang-layang di atasnya untuk mengendalikannya. Suara selalu berhubungan dengan ruah (yang kadang diterjemahkan dengan Roh atau “angin”). Tak ada suara tanpa angin yang merupakan nafas. Kalau dikatakan suara Allah ada di atas air, di atas air besar, itu berarti pemazmur ingin mengingatkan bahwa suara TUHAN mengendalikan air besar, dan air besar menjadi alat di tangan TUHAN. Kalau air besar (samudera raya) atau air bah tidak dikendalikan, dengan tiupan angin (bd. Kej.8:1)  atau Roh (angin) Allah yang melayang-layang di atas air itu, maka tidak mungkin tampak daratan, dan lautan, serta cakrawala yang memisahkan air di atas dan air di bawah langit. Dalam pengendalian air (besar) itu (suara) Allah mengguntur. Dengan demikian bukan suara gemuruh air besar itu yang kedengaran, melainkan suara TUHAN Allah. Untuk mengendalikan sesuatu yang membahayakan, harus gunturnya suara Allah yang lebih kuat hingga dapat didengar. Beradanya suara TUHAN atau TUHAN di atas air, itu berarti, TUHAN berkenan  melakukan kehendak-Nya di bumi, di tengah-tengah ciptaan-Nya.
c.       Pemazmur memberitahu sifat dari suara TUHAN, yakni penuh kekuatan  (בכח  bakoah) penuh semarak (בהדר behadar) (ayat 4).  Dari kesaksian-kesaksian dalam Alkitab dapat diketahui kekuatan suara TUHAN, yang terdengar kalau TUHAN berfirman. Di Kejadian 1 diberitahu bahwa TUHAN Allah mencipta dengan berfirman: ‘Berfirmanlah Allah: “Jadilah....” (Kej.1:3.6.14.); “Hendaklah...” (Kej.1:9.11.20); “Baiklah Kita menjadikan....” (Kej. 1:26). Dalam Mazmur  33:9 dikatakan: “Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.” “TUHAN mengguntur dari langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya” (II Samuel 22:14). “Dengar, dengarlah gegap gempita suara-Nya, guruh yang keluar dari dalam mulut-Nya” (Ayub 37:2). “Kemudian suara-Nya menderu, Ia mengguntur dengan suara-Nya yang megah; Ia tidak menahan kilat petir, bila suara-Nya kedengaran”(Ayub 37:4). “Maka TUHAN mengguntur di langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya” (Mazmur 18:1).  “Apabila Ia memperdengarkan suara-Nya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan angin dari perbendaharaan-Nya” (Yeremia 10:13). “Allah mengguntur dengan suara-Nya yang mengagumkan; Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita” (Ayub 37:5). Ayat-ayat ini adalah kesaksian iman tentang kekuatan suara TUHAN.  Suara TUHAN penuh kesemarakan  (hadar, haderat bd. kata Indonesia: hadir, hadirat) suara TUHAN. Kesemarakan suara TUHAN bukan hanya tampak dari lembut, keras, kuat dan pelannya suara itu, tetapi juga dari beraneka ragamnya apa yang terjadi karena suara TUHAN tersebut, seperti terlihat dari kesaksian dalam ayat-ayat di atas.
d.      Ada beberapa yang terjadi akibat kekuatan suara TUHAN, yaitu: 1) mematahkan/menumbangkan pohon; 2) membuat gunung melompat-lompat; 3) menyemburkan api; 4) membuat padang gurun gemetar; 5) membuat rusa betina beranak; 6) menggunduli hutan. Pendengar mazmur ini tidak mengetahui, mengapa pemazmur sengaja memilih hal-hal yang “kurang luar biasa” ini sebagai dampak/karya suara TUHAN, bila dibanding dengan karya-karya  suara (firman) TUHAN yang diberitahu di bagian lain dari kitab Suci. Namun pemazmur dengan sengaja mengkaitkan  peristiwa-peristiwa biasa itu dengan kekuatan suara TUHAN. Dia ingin menyaksikan bahwa bukan hanya hal-hal yang luar biasa saja yang terjadi karena suara TUHAN, tetapi juga hal-hal yang biasa, bahkan yang dinilai orang sebagai peristiwa alamiah (seperti: pohon aras patah/tumbang; api tersembur; rusa betina beranak; hutan gundul. Gunung melompat-lompat adalah kata lain dari pada gunung berbukit-bukit. Gunung gemetar adalah untuk mengatakan bahwa pasir di gurun bergeser-geser oleh angin yang bertiup).  Yang mengalami perbuatan/dampak suara TUHAN  di sini terdiri dari: a) tanaman; b) hewan; c) tanah/bumi. Terhadap ciptaan-ciptaan ini TUHAN berkenan melakukan sesuatu. Pemazmur ingin mengajak semuanya ini memberikan kemuliaan dan kekuatan kepada TUHAN.
e.       Pemazmur mengatakan: ‘dan di dalam bait-Nya setiap orang berseru: "Hormat!" Di ayat 10 dikatakan bahwa TUHAN bersemayam di atas air bah (bd. Ayat 3). Tempat TUHAN bersemayam adalah  hekal-Nya (istana-Nya; LAI: bait-Nya). Hekal TUHAN adalah langit. Kalau demikian halnya, yang ada di dalam bait/hekal TUHAN adalah segala sesuatu yang diciptakan TUHAN, yang ada di bawah langit. Semuanya itu - menurut pemazmur -  menyerukan “Hormat!” (Ibrani: kabod/ כבוד = Mulia!). Benar yang dikatakan di atas, karena kemuliaan adalah milik TUHAN, maka segala yang ada di bawah kolong langit memberikan kemuliaan (LAI: menyerukan: Hormat!) kepada TUHAN.  Cara memberikan kemuliaan (menyerukan : Hormat!) kepada TUHAN, sesuai dengan “talenta” atau pemberian TUHAN kepada masing-masing.  Itulah pekenanan TUHAN yang luar biasa terhadap setiap ciptaan.
Ayat 10 : TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.
Kemuliaan yang diberikan semua ciptaan kepada TUHAN adalah kemuliaan seorang RAJA, karena TUHAN  bersemayam sebagai RAJA untuk selama-lamanya (ayat 10b). Kemuliaan TUHAN - pasti menurut Daud - jauh lebih tinggi dari kemuliaan dirinya sebagai raja. Yahowa sebagai RAJA berarti hanya perintah-Nya yang harus didengar dan dipatuhi. Segala sesuatu yang ada itu adalah bala tentara Yahowa. Mereka diharapkan senantiasa membela dan mendahulukan kepentingan Yahowa. Dari itu mereka akan mendapat kemuliaan, kekuatan dan berkat.

Ayat 11:  TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!
a.       Di akhir mazmur ini, Daud memohon kepada TUHAN agar TUHAN memberikan kekuatan kepada umat-Nya dan memberkati umat-Nya dengan sejahtera (shalom). Diharapkan bahwa TUHAN berkenan memberikan kekuatan (‘oz) yang dimiliki-Nya kepada umat-Nya. Apabila kekuatan TUHAN dimiliki oleh umat TUHAN, maka umat TUHAN akan dapat melakukan hal-hal yang biasa dan hal-hal yang luar biasa; hal-hal yang sederhana maupun yang super. Tujuan penganugerahan kekuatan TUHAN kepada umat-Nya adalah: 1)  agar umat TUHAN dapat meneruskan “misi” TUHAN di dunia, di tengah ciptaan-Nya. Misalnya: inovasi ciptaan TUHAN; pelestarian ciptaan TUHAN; pemeliharaan lingkungan; penegakan hidup tanpa dosa di dunia; mempertahankan diri dan kepribadian manusia tetap sebagai manusia, tidak menjadi binatang, dan tidak menjadi “dewa/dewi”. 2) agar umat TUHAN menggunakan kekuatan yang diberikan TUHAN itu untuk mengurus segala kepentingan TUHAN di dunia, di tengah ciptaan TUHAN. 3) agar umat TUHAN menggunakan kekuatan yang diberikan TUHAN itu untuk menyembah, memuji, memuja dan beribadah kepada TUHAN. Sewaktu Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya melakukan “misi pemberitaan Injil”, Tuhan Yesus membekali mereka dengan “kekuatan” dari Tuhan Yesus. “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh" (Markus16:17-18). (Catatan: orang anti- Kristen sering mencobai orang Kristen tentang iman kepercayaannya dengan  meminta orang Kristen itu menunjukkan kemampuan yang dijanjikan Yesus ini, agar mereka katanya percaya bahwa Yesus ini benar, tidak pendusta dan Tuhan. Orang Kristen itu disuguhi racun, dan meminta meminumnya, dan mengejek orang Kristen itu: ‘Minumlah, karena Tuhanmu akan membuat engkau tidak celaka dan tidak mati!’ Menjawab pencobaan seperti itu, orang Kristen harus berani mengatakan, seperti Tuhan Yesus katakan kepada Iblis: “Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Luk.4:12). Sebab dengan memaksa minum racun sedemikian, si Anti Kristen tidak mencobai orang percaya tersebut, melainkan mencobai Tuhan Yesus). Umat Kristen tidak perlu pamer kekuatan yang dianugerahkan TUHAN kepada mereka. Kekuatan itu terutama adalah kekuatan untuk mengampuni dosa dan mengasihi sesama  seperti diri sendiri, dan mengasihi TUHAN dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi. Paulus menuliskan dalam Roma 1:16: “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,...”
b.      Satu lagi tujuan penganugerahan kekuatan itu kepada umat TUHAN adalah untuk “menciptakan, menegakkan/memelihara serta melestarikan damai-sejahtera (shalom)” di tengah dunia, di kalangan seluruh umat manusia. Ada tujuh arti shalom: I. sound (sehat, masuk akal, logis), well in health ( baik dalam kesehatan). II. the whole (keseluruhan), wholly (menyeluruh). III. peaceably, friendly disposed (dengan damai, dengan bersahabat diatur/ditentukan). IV. health (kesehatan), welfare (kemakmuran), prosperity (kesejahteraan), peace (kedamaian). VI. peace (damai sebagai lawan kata dari perang). VII. friendship (persahabatan). (The AHaCL, p.720). Damai adalah suasana rukun (dalam arti: tidak ada perselisihan, bisa saling tolong menolong) di kalangan khalayak ramai, rukun di kalangan yang bertetangga, rukun dikalangan yang berkeluarga, rukun di kalangan antar umat beragama, rukun di kalangan bangsa-bangsa, rukun lintas ethnis; rukun di kalangan lintas budaya; rukun di antara hati, jiwa, pikiran, rohani dan badani seseorang. Bila Paulus mengajak umat Kristen: “bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu” (Gal.6:2), itu berarti Paulus meminta membuktikan adanya damai di kalangan Kristen. Menurut Paulus ada tiga yang tetap (Batak: na hot; LAI: yang tinggal), yakni: iman, pengharapan dan kasih (1 Kor.13:13), tetapi tiga hal yang tetap ini tidak akan pernah jalan/terjadi apabila tidak ada damai.  Jadi damai perlu juga lestari. Paulus menganjurkan:  Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun” (Roma14:19). “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3). “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan” (Ibrani 12:14).  Damai itu sangat penting, “sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera” (I Korintus 14:33). Tuhan Yesus Kristus mengajarkan: ““Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Matius 5:10). Itu sebabnya salah satu persyaratan bisa menjadi penatua/penilik jemaat (dalam arti seluas-luasnya, yakni: pendeta, guru jemaat, diaken, bishop, uskup, paus, ephorus), dia harus pendamai (bd.I Timotius  3:3:  bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang). Begitu pentingnya shalom itu bagi kehidupan umat manusia, sehingga pemazmur memohon agar TUHAN  memberkati umat-Nya dengan sejahtera (Ibrani: shalom, damai, damai sejahtera). Perlu diketahui, bahwa perang, perselisihan, saling membunuh, saling mencuri/menculik, saling berzinah, saling berdusta, korupsi, pencucian uang, jual-beli narkoba, akan terjadi dan akan terus merajalela, apabila tidak ada damai (shalom)  di diri, di rumah tangga, di serikat, di nagori, di negara, di kalangan bangsa-bangsa seluruh dunia, di kalangan umat beragama, di kalangan umat lintas agama. Kalau tidak ada damai di kalangan yang disebutkan di atas, maka (1) pembangunan tidak jalan, dan kalaupun ada yang dibangun, itu semua akan dirusak kembali; (2) peribadahan kepada Tuhan Allah yang manapun tidak bisa terselenggara dengan baik, dan kalaupun ada peribadahan, itu akan digunakan memprovokasi umat untuk mengganggu ibadah pihak lain. (3) perekonomian akan semakin hancur, karena hasil-hasil ekonomi akan dilarikan ke luar daerah/negara yang tidak damai tersebut. (4) ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan lebih cepat berkembang adalah ilmu untuk merusak kehidupan kemanusiaan; (5) Perusakan lingkungan akan semakin menjadi-jadi. Kalau ada damai di kalangan yang disebutkan di atas, maka kebalikan dari lima butir yang disebutkan itu akan segera terjadi dan penghuni negeri dan penghuni sorga akan bisa bersama-sama memberikan kemuliaan kepada TUHAN. Damai sangat ditopang oleh aman. Aman itu dari kata Ibrani “amen”, yang artinya “benar, sintong, sungguh.” Damai otomatis ada kalau tiap-tiap pihak, termasuk individu-individu hidup benar, dan sungguh. Lawan kata dari amen (correct) adalah korup (corrupt). Bermazmur sambil berdoalah kepada TUHAN: Berkati jugalah umat-Mu yang sekarang dengan shalom (damai sejahtera). TUHAN berkenan mendengar doa dan mazmur/pujian umat-Nya sekarang ini.
Ditulis oleh: Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).


Memahami  Evengelium (perikop khotbah) dari LUKAS 3:15-17 + 21-22

Pengantar
a.       Lukas adalah seorang tabib (sebutan sekarang: dokter), yang banyak meneliti penyakit dan obat-obatnya. Dari professinya, dapat dimaklumi bahwa dia sungguh-sungguh seorang peneliti yang berusaha membuat hasil penelitiannya seobjektif mungkin. Mendengar berita tentang Tuhan Yesus dari khotbah-khotbah Rasul Paulus, dia tertarik kepada Tuhan Yesus yang sering kali menyembuhkan penyakit. Dia temukan bahwa masih ada “dokter/tabib” yang lebih unggul dan lebih berkuasa terhadap penyakit-penyakit, termasuk terhadap penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter zaman itu (dan bahkan sampai sekarang). Dia bertobat, menjadi pengikut Paulus, yang tentu saja berarti menjadi pengikut Yesus Kristus. Dia merasa sangat berharga dan bernilai bagi kemanusiaan zaman itu dan selanjutnya, apabila berita tentang Yesus Kristus dikumpulkan didokumentasikan, dan diteliti sampai sejauh mana kebenaran kesaksian-kseaksian itu. Niatnya itu semakin terdorong untuk diselesaikan dengan sebaik-baiknya, setelah dia berjumpa dengan dan didorong oleh Teofilus untuk membukukan semua yang benar tentang Yesus Kristus. Teofilus (arti hurufiah namanya: pecinta Allah) adalah  seorang pejabat Negara Romawi, yang karena pertobatannya dan karena jabatannya disapa oleh Lukas sebagai yang mulia. Bacalah tujuan Lukas menulis kitab Injil Lukas dalam Lukas 1:1-4 dan tujuan Lukas menulis Kisah Para Rasul (Kis.1:1).  Dari  Luk.1:1-5 dapat diketahui “ 1) Banyak sudah yang menulis tentang Yesus Kristus, maka harus dipilah, mana yang benar, mana yang tidak benar. 2) Di antara mereka yang menulis itu ada saksi mata tentang Yesus dan tentang apa yang diperbuat-Nya. 3) Lukas mengadakan penyelidikan tentang segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya. Lukas tidak hanya mengadakan penelitian tulisan-tulisan (literature research), tetapi juga penyelidikan di lapangan. 4) Kitab Lukas adalah hasil penyelidikan itu, sebagai pendokumentasiannya dengan teratur. 5) Kitab Lukas sebagai bukti bahwa ajaran yang diterima Teofilus itu sungguh benar. Inilah kejujuran yang luar biasa dari Lukas dalam memperkenalkan karya tulisnya. Dia menerima ajaran dan berita tentang Yesus Kristus dari gurunya Rasul Paulus, lalu dia mengimaninya dan berusaha membuktikan kebenarannya. Dia berusaha seobjektif mungkin dalam memaparkan berita tentang Yesus dan dan ucapan-ucapan Yesus Kristus. Lukas membiarkan Teofilus menangkap sendiri makna dari yang didokumentasikan Lukas tersebut setelah Teofilus membacanya, sekaligus menguji atau menguatkan iman yang telah dianut Teofilus. Maksud Lukas itu berlaku sampai sekarang bagi pembaca Kitab Injil Lukas. Pendapat Lukas tentang semua yang ditulisnya adalah: Bahwa semua peristiwa yang diberitakannya tentang Yesus Kristus, ucapan-ucapan Yesus, dan pendapat-pendapat tentang Yesus Kristus, yang Lukas bukukan,  itulah yang paling benar. Dengan membaca kitab Lukas, para pembaca dihantar bukan hanya untuk mengetahui iman Lukas tentang Yesus Kristus, tetapi pembaca dihantar sampai bertemu dengan Yesus Kristus, yang hidup dalam sejarah dan hidup di sorga selamanya. Yang menemukan maknanya, akan mengaku Yesus Kristus Tuhan, Juruselamat, Anak Allah Yang Maha Tinggi, Yang mengampuni Dosa, dan Yang menyediakan hidup kekal bagi pengikut Yesus yang setia. Harus semakin banyak orang yang menjadi pengikut Yesus, pengikut-Nya yang setia, laki-laki maupun perempuan.
b.      Keteraturan penyusunan hasil penyelidikan Lukas tentang segala peristiwa yang kena-mengena dengan Yesus Kristus, sbb.: Yesus Kristus, Anak Allah Yang Mahatinggi (1:32) (silsilah-Nya pun tidak hanya menyebut anak Adam, tetapi sampai kepada Anak Allah, 3:38) , datang ke bumi melalui pengandungannya dari Roh Kudus di rahim Maria dan kelahiran-Nya di Betelehem, bekerja di Galilea, Yudea (ada yang menolak Yesus, dan ada yang menyambut Yesus). Yesus mengajarkan jalan kehidupan dan hal beragama yang paling benar (memenuhi tuntutan PL dan menyelesaikannya, lalu memulai yang sama sekali baru, tanpa menghapus yang lama), menyembuhkan manusia, membebaskan manusia dari segala macam atau bentuk belenggu manusia; Dia mati, dikuburkan, bangkit, mengutus murid-murid-Nya. Dia kembali ke sorga,  memerintah dari sorga, menyertai para pengikut-Nya dengan RohNya yang kudus. Dalam bingkai alur penyampaian berita tentang Yesus yang dibuat Lukas ini sebaiknya  penafsir memahami perikop khotbah dalam minggu ini. `Kelahiran-Nya adalah saat Malaikat sorgawi mendeklarasikan   bahwa Yesus yang lahir  itu adalah Juruselamat, Kristus, Tuhan. Berita pembaptisan-Nya juga dimaksudkan agar orang tahu, bahwa TUHAN (Yahowa) mendeklarasikan  Yesus adalah Anak-TUHAN yang dikasihi-Nya, kepada-Nya TUHAN berkenan (bd. Luk.3:22). Lukas menulis deklarasi itu sebagai ucapan yang langsung dari TUHAN: “Engkaulah Anak-Ku yang Ku-kasihi, kepada-Mulah Aku berkenan!” (Luk.3:22). Pekerjaan-Nya mengusir setan-setan, juga untuk menunjukkan bahwa para setan yang diusir itu pun meneriakkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (baca: Luk.4:41). Pekerjaan-pekerjaan Yesus sampai sebelum DIA ditangkap, bermuara kepada jawaban pertanyaan: Kata orang banyak, siapakah Aku ini?   Menurut  kamu, siapakah Aku ini? Jawaban untuk pertanyaan ini beranega ragam; Yohanes Pembaptis (yang hidup kembali); Elia atau salah seorang dari nabi-nabi yang telah bangkit; dan murid mengatakan Yesus adalah “Mesias dari Allah”.(Luk.9:18-21). Penangkapan, penderitaan, penyaliban dan kematian Yesus bertujuan untuk memberitahu dunia bahwa Yesus adalah  orang benar (Kepala pasukan itu berkata: Sungguh orang ini adalah orang benar! (Luk.23:47). Lukas tidak mengikuti Markus dan Matius tentang ucapan kepala pasukan ini. (Di Markus dan Matius, kepala pasukan itu berkata: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah!” (Mrk.15:39; Mat.27:54). Kebangkitan-Nya menghantar para murid-Nya mengaku, bahwa Yesus yang bangkit itu Tuhan (bd. Luk.24:34). Yesus tidak pernah mengatakan diri-Nya: Tuhan (dalam arti Adonay atau Kyrios), tetapi tidak melarang murid-murid-Nya atau siapapun memanggil DIA dengan sapaan Tuhan (Kyrios atau Adonay). Yesus dan juga para murid-Nya maupun para pengagum-Nya tidak pernah mengatakan diri Yesus itu TUHAN (dalam arti Yahowa). Apakah dengan demikian umat Kristen salah memanggil Yesus Kristus (Isa al-Masih) Tuhan (kyrios/Adonay), seperti dituduhkan oleh kaum Islam sampai sekarang? Tidak! Justru, umat Kristen sangat benar dalam hal ini sebagai cara mereka memuliakan dan menghormati Yesus Kristus. Yesus Kristus itu tidak sekedar tuan (kyrios/adonay) bagi umat Kristen, tetapi benar-benar Tuhan (kyrios/adonay), yang melebihi kyrios/adonay yang ada di dunia ini. Kelebihan-Nya adalah karena Yesus Kristus itu Anak Allah (Yang Mahatinggi), Juruselamat, Kristus (Mesias). Nama dan diri-Nya adalah Yesus (Yesua), di dalam mana tersirat bahwa Yahowa Menyelamatkan. Ini bukan akal-akalan dan memang tidak masuk akal. Itu bisa dipahami kalau dipercayai. Iman yang mengaku Yesus Kristus itu Tuhan adalah iman yang naik kelas, bukan yang turun kelas. Orang yang hanya mampu memahami dan mengerti Yesus hanya sebagai nabi, al-Masih, orang itulah orang yang imannya tidak naik bahkan turun kelas. Memanggil Yesus Kristus itu Tuhan, berarti mengaku bahwa Yesus (Diri Yahowa yang datang menyelamatkan) adalah penampakan diri YAHOWA sebagai manusia, sebagai Anak Allah. Di masa Yesus bekerja di tanah Galilea dan Yudea, sudah terjadi perbedaan-perbedaan pendapat dan pengenalan yang sangat kotroversial tentang diri Yesus. Dan itu berlangsung terus sampai akhir zaman. Perbedaan pengenalan itu sudah didokumentasikan di Perjanjian Baru, dan juga di al-Qur’an. Perbedaan itu tidak hendak melegitimasi siapa yang benar, siapa yang salah,  bukan untuk saling salah-menyalahkan, tetapi itu semua memberitahu, sejauh mana manusia dapat mengenal Yesus Kristus. Perbedaan pendapat itu tidak menjadi alasan untuk saling mengkafirkan, atau saling menyalahkan. Yesus sendiri tidak menyalahkan orang yang mengenal DIA kurang tepat, tetapi mengampuni mereka, termasuk mengampuni orang yang menyalibkan DIA (bd. Luk.23:34). Penyaliban Yesus adalah puncak dari hati manusia yang tidak mengenal Yesus dengan benar.  Siapa yang mau mengimani pemberitaan Alkitab Perjanjian Baru tentang Firman (yang menjadi manusia), dialah yang berbahagia (bd. Luk.11:28). Karena berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan memeliharanya. Siapa yang hanya mampu menerima Yesus hanya sebagai nabi, dan al-Masih, dilakukanlah ajaran nabi/Rabbi Yesus Kristus/nabi Isa al-Masih, yaitu ajaran KASIH. Siapa yang mengenal Yesus itu Tuhan, perhambakanlah dirimu kepada-Nya. Siapa yang mengenal Yesus itu Anak Allah, ikutilah DIA menjadi anak-anak Allah. Kalau umat Kristen memberitakan dan menyebarluaskan kesaksian bahwa Yesus itu nabi, imam, Raja, Juruselamat, Tuhan dan Mesias, itu bukan menyebarluaskan ajaran sesat, melainkan ajaran yang ingin menunjukkan arti dan makna Yesus Kristus bagi setiap individu, setiap kelompok, dan seluruh umat manusia. Dan siapapun yang menerima dan mempercayai kesaksian itu, upahnya besar di sorga, lebih besar dari segala pahala yang diupayakan manusia selama hidupnya di bumi.
Memahami isi dan pesan teks
a)      Ayat 15:  Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias,
Penduduk Yahudi di Yudea dan Galilea sedang sangat tertekan secara politik, karena mereka sedang dijajah oleh Kerajaan Romawi. Setelah Herodes Agung meninggal (sewaktu mendengar berita pembunuhan anak-anak di Betlehem, tahun 4 seb.M), tanah Israel dibagibagi oleh Kerajaan Romawi untuk diperintah keturunan Herodes Agung. (Archelaus memerintah Yudea dan Samaria (4 Seb.M – 6 ses.M); Herodes Antipas memerintah daerah Galilea (4 seb.M – 39 ses.M). Akhir pemerintahan mereka karena dipecat pemerintah Romawi.  Mereka semua, sama seperti Herodes Agung, adalah boneka pemerintah yang berkuasa di Roma. Gubernur Romawi yang menguasai Yudea, Samaria dan Idumea, berkedudukan di Yerusalem, pada waktu Yesus dibaptis adalah Pontius Pilatus (berkuasa thn 26 ses.M – 36 ses.M). Yesus tampil ke muka umum setelah berumur 30 tahun, yakni tahun 26 ses.M dan disalibkan tahun 29 ses.M). (catatan: Kalender  Internasional yang sering disebut juga  kalender Masehi sekarang tidak persis dihitung mulai dari tahun kelahiran Yesus Kristus).  Orang Yahudi ingin membebaskan diri dari cengkeraman  penguasa Romawi. Muncul gerakan kemerdekaan oleh kaum Zelotes. Karena tekanan itu, pengharapan akan datangnya seorang Mesias, yang membebaskan mereka dari penjajahan politik semakin kuat. Di masa pemerintahan Herodes Agung orang Yahudi mengalami kebebasan melaksanakan ibadah di Yerusalem. Bahkan Herodes Agung membangun Bait Allah yang lebih besar dan lebih cantik menggantikan Bait Allah yang dibangun oleh Ezra, Zerubabel bin Sealtiel dan Yesua bin Yosadak. Anak-anak Herodes meneruskan pemberian kebebasan beragama dan beribadah bagi orang Yahudi. Tetapi penumpasan untuk segala bentuk gerakan kemerdekaan sungguh sangat kejam. Hidup keagamaan diatur oleh para pejabat agama di sekitar Bait Allah di Yerusalem. Mereka sangat terorganiser berhierarkhi. Ada Imam Besar, ada para Sanhedrin (Hakim Agama), para imam, dan kaum Lewi. Karena kebebasan bernafas dalam keagamaan itu, muncul aliran kaum Farisi, aliran kaum Saduki, ahli Taurat. Situasi politik membuat mereka berkolaborasi dengan pemerintah penjajah Romawi dan Herodes. Pihak-pihak yang tidak setuju dengan kelompok Imam Besar ini menyingkir dari masyarakat, dan mencari tempat aman untuk melakukan ajaran agama mereka dan beribadah. Seperti misalnya, kaum Essene, penghuni gua Qumran, dekat pantai Laut Mati. Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nazareth tidak termasuk ke kelompok Imam Besar, dan juga tidak masuk  ke dalam kelompok Essene, penghuni Gua-gua di Qumran. Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus dari Nazareth adalah orang yang dibesarkan di luar kota Yerusalem, dan belajar firman TUHAN di Synagoge yang ada di tempat mereka dibesarkan, dan punya kebebasan pergi beribadah ke Yerusalem. Dua tokoh Yahudi ini melihat perlunya orang Yahudi di zaman mereka bertobat. Untuk itu mereka tampil menyerukan pertobatan kepada orang Yahudi. Mereka tidak pergi ke Yerusalem untuk menyerukan pertobatan itu, tetapi pergi ke jalan di padang gurun yang dilalui oleh para peziarah ke dan dari Yerusalem. Sebenarnya mereka tidak mau mengganggu otoritas agama di Yerusalem. Waktu itu Sunat digunakan sebagai pertanda bahwa orang yang disunat ini orang Yahudi atau sudah di-Yahudi-kan (proselit). Sudah dimulai bahwa pertanda pertobatan harus dibaptis, agar dosanya dihapus dan dapat memulai hidup yang baru. Karena sungai Yordan satu-satunya sungai yang tidak kering di musim kemarau, sungai ini dipilih Yohanes sebagai tempatnya membaptis. Kuatnya pengharapan Mesias di kalangan orang Yahudi, membuat mereka selalu ingin kepastian apakah orang yang tampil menyerukan pertobatan itu adalah Mesias yang dinantikan mereka.  Dari itu dapat dipahami, mengapa datang orang berduyun-duyun ari kota dan dari  mana-mana menemui Yohanes Pembaptis di padang Gurun, di tepi sungai Yordan, dan minta untuk dibaptis, sekaligus ingin memastikan, apakah dia Mesias yang dinantikan bangsa Israel. Sebab dalam Kitab Maleaki dikatakan: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu” (Mal. 4:5). (Pengharapan Mesias juga dipicu oleh nubuat dalam Yes.4:2-6; 40:1f.; 52:8-9; Zef.3:14-20; Zak.9:9ff.).  Mesias yang diharapkan umat itu (atau oleh umat yang datang kepada Yohanes Pembaptis) adalah Mesias rajani dan sekaligus Mesias imami. Yaitu Mesias yang akan menegakkan kembali tahta Daud (David) di Yerusalem, dan sekaligus membersihkan Bait Allah dari imam-imam kolaborator itu seperti diperbuat Elia menyingkirkan nabi-nabi Baal di gunung Karmel (1 Raj.18:20-46) demi menegakkan kembali agama Yahowa. Yohanes tahu kerinduan umat Yahudi, tetapi dia tidak mengatakan dirinya lah pemenuhan nubuat itu. Jawabannya sangat tegas, menunjuk kepada Yesus Kristus yang dari Nazareth.
b)      Ayat 2: Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Yohanes memberikan jawabannya kepada semua orang itu, bukan hanya kepada murid-muridnya. Digarisbawahi kata “semua orang”. Jawaban Yohanes harus diketahui “semua orang”. Mereka (semua) juga perlu saling memberitahu tentang apa yang disaksikan Yohanes tentang dirinya dan tentang Yesus. Itu penting, agar semua orang dapat mengkoreksi pengharapan mesias yang dipegangnya, dan mengarahkan pengharapan mesiasnya itu kepada yang benar. Injil Yohanes mendokumenkan  lebih jelas jawaban Yohanes Pembaptis yang menegaskan bahwa dia bukan Mesias, bukan Elia, tetapi dia (Yohanes Pembaptis ) adalah Yang berseru-seru di padang gurun: “Luruskanlah jalan Tuhan seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya” (Yoh.1:19-28).
Yohanes Pembaptis membedakan pembaptisan yang dilakukannya dengan yang akan dilakukan Yesus Kristus. Menurut Injil Yohanes pasal 3:26; 4:1-2, Ia (Yesus) memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes Pembaptis, - meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya,....  Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa dia membaptis dengan air (sebagai tanda pertobatan, Mat.3:11) (sambil mengaku dosanya mereka dibaptis, Mrk.1:5b), dan yang dibaptis akan diampuni dosa-dosanya (bd. Mrk.1:4). Pembaptisan menurut Yohanes Pembaptis adalah materai pertobatan orang yang dibaptis dan pengampunan dosa orang terbaptis oleh Yahowa. Di sini tidak diberitahu tentang metode Yohanes Pembaptis membaptiskan orang yang bertobat/mengaku dosanya. Tetapi dapat dibayangkan, bahwa orang yang akan dibaptis disuruh turun ke dalam Sungai Yordan (karena kata-kata Yohanes : Aku membaptis kamu dengan air dapat diartikan dengan Aku membaptis kamu dalam air), lalu Yohanes Pembaptis memintanya mengaku dosa sebagai tanda pertobatannya, kemudian Yohanes Pembaptis memandikan atau membenamkan (arti kata Yunani: baptizo) sambil mengatakan berita pengampunan dosa bagi si terbaptis. Dengan demikian dosa orang terbaptis diampuni, dan dia menerima hidup sebagai orang yang telah diampuni dosa-dosanya, yang tentu saja diharapkan tidak melakukan dosa lagi. Si Terbaptis kembali menjadi orang Yahudi yang beragama yang benar (agama Yahowa). Yohanes Pembaptis menjelaskan beberapa hal yang perlu dilakukan orang yang sudah terbaptis (baca: Lukas 3:8-14).
Baptisan dengan (dalam) air merupakan perkembangan baru dalam agama Yahudi (pengikut Yahowa) di masa menjelang kelahiran Yohanes Pembaptis dan Yesus hingga ke abad pertama Masehi. Praktek keagamaan ini merupakan pengembangan dari ritus dalam agama Yahudi yang dikenal sebagai ritus “Pentahiran” dan ritus “Pembasuhan” (baca: Imamat 14:8; 15:5; 17:16), yang di masa kenabian dipahami sebagai pembersihan dari dosa (bd. Yes.1:16; 4:4; Yeh.36:25; Zak.13:1). Di masa Yohanes Pembaptis pembaptisan itu sudah dibuat sebagai bagian dari ritus peresmian orang asing menjadi penganut agama Yahudi (ritus proselitisasi), yang dikenal dengan baptisan proselit. Selain disunat, seorang proselit dibaptis. Terutama bagi perempuan yang proselit, baptisan itu menjadi tanda utama bahwa dia sudah masuk menjadi penganut agama Yahowa. Di masa Yohanes Pembaptis, kaum Yahudi Qumran sudah melakukan baptisan untuk penerimaan anggota baru. Tetapi baptisan Yohanes Pembaptis bukan duplikasi dari baptisan-baptisan seperti itu, melainkan ada sesuatu yang baru dalam baptisan Yohanes Pembaptis, sehingga dia terkenal sebagai “Pembaptis”.  Yang baru dalam baptisan Yohanes Pembaptis ialah, bahwa baptisan yang dilakukannya itu bukan pelengkap untuk sunat, tetapi menandai orang bersunat sudah bertobat, dan bukan sebagai ritus penerimaan pengikut yang baru, sebab dia tidak membentuk kelompok agama yang baru seperti dilakukan kaum Essene di Qumran.
Lukas tidak mengikuti cerita Matius atau Markus tentang ucapan Yohanes Pembaptis dalam  mengatakan siapa Yesus. Lukas tidak mengutip ucapan Yohanes Pembaptis yang mengatakan Yesus sebagai: “yang datang kemudian dari padaku” (Mat.3:11; Mrk.1:7; Yoh.1:29), sebab Lukas tahu, bahwa Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus hidup di masa yang sama, dan seperti dikatakan dalam Yoh.1:29-30 Yesus itu mendahului Yohanes dan sudah ada sebelum Yohanes Pembaptis (bd. Yoh.1:30). Empat Injil, termasuk Injil Lukas, memberitahu bahwa Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa Yesus lebih berkuasa dari pada dirinya. Kesaksian itu benar.
Yang menjadi kekuasaan Yohanes Pembaptis waktu itu adalah (1) kuasa memanggil orang untuk bertobat; (2) kuasa menghardik orang berdosa; (3) kuasa menyampaikan pengampunan dosa kepada si Terbaptis atas nama Yahowa; (4) kuasa meluruskan jalan bagi TUHAN. (5) kuasa membaptis Yesus atas seizin Yahowa seperti dimintakan Yesus (bd. Mat.3:15). Kuasa Yesus yang lebih besar dari itu adalah: (1) kuasa memasukkan orang bertobat ke dalam kerajaan sorga; (2) kuasa menghukum orang berdosa yang tidak mau bertobat; (3) kuasa langsung mengampuni dosa orang berdosa; (4) kuasa sebagai jalan kehidupan, karena DIA sendirilah jalan itu; (5) kuasa membaptis orang bukan hanya dengan air, tetapi terutama dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan (dalam) api. Dalam membandingkan dirinya dengan Yesus, Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa membuka tali kasut  Yesus pun dia tidak layak, walaupun perbuatan seperti itu – menurut adat Yahudi - sudah menandakan bahwa status seseorang yang sangat rendah. Biasanya budak yang datang segera menghampiri tuannya yang baru tiba di pintu rumahnya untuk membuka sepatu tuannya. Seorang budak, yang diperkenankan tuannya untuk membuka sepatu tuannya, apabila tuannya tiba di rumah, masih dipandang oleh tuannya sebagai budak yang dikasihi tuannya atau dihormati tuannya sebagai budaknya. Apabila seorang budak tidak diperkenankan tuannya membuka tali sepatu tuannya, itu berarti budak tersebut sudah dianggap sama sekali tidak berharga di rumah tuannya. Apabila Yohanes Pembaptis mengatakan dirinya tidak layak membuka tali sepatu Yesus, dia sudah sangat merendahkan diri, dan sangat meninggikan Yesus Kristus yang sudah diberitahu soal kedatangan-Nya.
Salah satu kelebih-berkuasaan Yesus - menurut Yohanes Pembaptis – adalah bahwa Yesus membaptis dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan (dalam) api (autos humas baptisei en pneumati hagiô kai puri). Baptisan ini tidak menghilangkan baptisan dengan (dalam) air. Makanya murid-murid Yesus melaksanakan baptisan dengan (dalam) air (baca: Yoh.3:26; 4:1-2). Tetapi baptisan air itu masih perlu dilengkapi dengan baptisan dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan (dalam) api. Lukas dalam bukunya Kisah Para rasul memberitahu satu peristiwa yang menunjukkan bahwa baptisan dengan Roh Kudus dan api itu dan segala dampaknya  tampak dilihat oleh mata (baca: Kis.2:1-13). Di kesempatan lain, tidak tampak api dan dampak kehadiran Roh Kudus pada diri orang yang dibaptis dengan Roh Kudus dan api. Misalnya: sewaktu Yesus mengembusi para murid-Nya dan berkata: “Terimalah Roh Kudus!” (Yoh.20:22), tidak tampak apa-apa pada diri murid-murid Yesus. Sewaktu pengikut Yesus di Efesus   diminta agar jangan hanya menerima baptisan Yohanes Pembaptis, lalu mereka diminta agar dibaptis lagi dengan baptisan Roh Kudus. Kepada mereka Paulus menumpangkan tangan, lalu Roh Kudus turun atas mereka, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat (baca: Kis. 19:3-8).  Tanda yang nyata dalam diri seseorang yang telah dibaptis dengan (dalam) Roh Kudus dan api adalah: (1) imannya naik kelas, dari iman kepada  keselamatan Tauratis (syariah) atau keselamatan karena menjalankan hukum-hukum agama, menjadi iman kepada keselamatan yang dianugerahkan TUHAN dalam Yesus Kristus, dan karenanya dia membuat hidupnya sebagai ucapan syukur kepada TUHAN yang menyelamatkannya. (2) menjadi saksi atau bersaksi atas pengampunan dosanya. (3)  mampu mengampuni dosa orang lain. (4) bersaksi atas karya Tuhan Yesus Kristus yang  utusan Yahowa menyediakan keselamatan bagi seluruh manusia. (5) meninggalkan keagamaan-lamanya, yang membelenggunya dengan berbagai ajaran yang membokong kebebasan intelektualnya. Sebenarnya baptisan dengan Roh Kudus dan api ini selalu diperbaharui kepada setiap orang percaya yang sudah dibaptis dalam nama Allah Bapa, dan nama Yesus Kristus dan nama Roh Kudus, apabila berkat menurut Bilangan 6:24-26 atau berkat menurut 2 Korintus 13:13 disampaikan kepada orang percaya tersebut.
Dengan datangnya Roh Kudus kepada seseorang, api imannya akan menyala-nyala menjadi saksi tentang Kristus. Pada saat pencurahan Roh Kudus di hari Pentakosta itu, api tampak menyala di bagian kepala dari setiap murid tersebut. Di kesempatan lain, hal seperti itu (api Roh Kudus) tidak selalu tampak dilihat oleh mata telanjang. Kuasa Yesus membaptis dengan (dalam) api bukan hanya menunjuk kepada api Roh Kudus yang membakar iman seseorang menjadi saksi Kristus, tetapi juga menunjuk kepada kuasa Yesus membakar diri orang berdosa, sehingga dosanya terlepas dari diri orang tersebut. Itulah api pemurnian. Api-purgatory menyala atas kuasa Yesus, bukan karena persembahan famili orang tersebut menebus dosanya. Api Roh Kudus itu ibarat api penempa perak/emas yang memurnikan perak atau menguji emasnya sehingga semua unsur yang bukan emas tertanggal, dan muncullah perak/emas murni (bd. Zak.13:9; Mal.3:3). Kuasa Yesus menggunakan api juga menyatakan bahwa penghakiman dan penghukuman hanya di dalam tangan Yesus Kristus dan DIA berkuasa menggunakan api kekal untuk menyengsarakan orang-orang yang tidak mau bertobat, walaupun Roh Kudus telah menyapanya agar dia percaya kepada Yesus.
c)      Ayat 17: Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
Di sini Yohanes Pembaptis menegaskan kuasa Yesus menghakimi dan menghukum orang yang tidak mendengar seruan bertobat, dan tidak mau masuk di dalam Kerajaan Sorga atas undangan Yesus Kristus. Tidak ada kuasa seperti itu di tangan Yohanes Pembaptis dan di tangan nabi manapun selama bumi ini masih ada. Gambaran yang diberikan Yohanes Pembaptis itu sangat sederhana, dan sangat biasa diketahui oleh umat Yahudi. Bagi Yesus tidak sulit memilah mana/siapa yang berguna bagi-Nya dan siapa yang harus disingkirkan/dilenyapkan. Itu semudah menampi (Batak Toba: mamurpur) padi atau gandum agar jerami dan lapung (bulir yang tidak bernas/bulir kosong) tersisih dari bulir-bulir bernas (berisi). Angin yang berembus untuk menampi ada dalam kuasa Yesus, dan penampi juga ada di  tangan-Nya. Walau seluruh dunia ini menyangkal bahwa Yesus yang punya kuasa “menghakimi”, “menghukum”, bukan penyangkalan itu yang berlaku. Penyangkalan atas kuasa Yesus itu akan membuat semakin banyak orang menjadi jerami atau/dan lapung. Yesus pasti datang dari sorga untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati (bd.PIR orang Kristen).  Kemudahan memilah orang beriman dan penyangkal Yesus, pernah dibandingkan dengan mudahnya magnit melekatkan besi kepada dirinya dan yang bukan besi akan dengan sendirinya tidak ikut ter-magnit. Tetapi pembandingan ini kurang cocok, karena pembandingan itu bisa menjadi alasan bahwa ada pihak tertentu sudah dari kodratnya tidak akan termagnit. Bagi Yesus tidak ada manusia yang terpredestinasi  harus menjadi jerami atau lapung. Hanya penolakan kepada Yesus membuat orang menjadi jerami atau lapung, yang akan dibakar dengan api-TUHAN. Di zaman sekarang penampi itu sudah bisa berbentuk mesin kipas-penampi bulir padi sewaktu panen, yang sederhana dan yang super modern.
Di negeri agraris sungguh sangat diketahui, bahwa petani harus menampi hasil panennya untuk membersihkan tempat pengirikannya, sehingga segala yang tidak berguna tidak ikut terbawa sewaktu hendak membawa hasil panen ke rumah dan memprosesnya untuk dimasukkan ke lumbung. Semua jerami dan sampah panen itu harus dibakar, sehingga itu tidak mengganggu pengolahan sawah/ladang kembali untuk musim penanaman berikut. Debu jerami terbakar masih berguna untuk menyuburkan kembali tanah yang akan diolah. Tetapi kalau debu itu akan terbawa air hujan deras yang melanda, maka semakin tidak berguna, dan akan hilang begitu saja. Kalau nasib seorang manusia seperti nasib jerami dan sampah panen itu, itulah kehidupan yang paling ngeri. Tiada yang lebih ngeri dari hidup dan akhir hidup yang tidak berguna, di bumi atau di mana saja. Makanya, setiap manusia harus berusaha agar dia tidak menjadi sampah masyarakat.
Bulir gandum atau bulir padi yang bernas akan disimpan di lumbung. Tujuannya bukan untuk membuat bulir-bulir itu lapuk sendiri dalam lumbung. Buli-bulir padi/gandum yang ada di lumbung adalah harta yang sangat berguna untuk mencegah adanya orang yang kelaparan, harta yang sangat bermanfaat dalam rangka mensejahterakan orang banyak.  Dengan adanya padi/gandum di lumbung, semua orang harus kenyang, semua menjadi sejahtera. Padi/gandum yang menjadi lapuk di lumbung akan menjadi sama seperti jerami atau sampah panen yang harus dibakar agar tidak mengganggu proses pensejahteraan manusia di tahap berikutnya. Tuhan berkenan untuk mensejahterakan manusia tanpa pandang bulu. Manusia harus memelihara dirinya agar tetap menjadi manusia yang tetap utuh dan segar, baik dalam kualitas iman, badani, rohani, psikhis, dll.
Ada orang mengatakan, bahwa api yang membakar jerami, sangat mudah dipadamkan, apalagi dengan alat-alat pemadam api yang sangat canggih sekarang ini. Tetapi nats ayat 17 mengatakan bahwa yang tidak terpadamkan bukan api yang menyala karena jeraminya itu dibakar, tetapi api yang dipakai membakar jerami itu adalah jenis api yang tidak terpadamkan. Di dunia ini masih banyak jenis api yang tidak terpadamkan oleh manusia. Salah satu contohnya adalah api vukanik yang berada di gunung berapi yang ada di bawah permukaan laut; atau contoh lain: api yang mampu membakar meteor yang hendak jatuh ke bumi. Api TUHAN pasti lebih berkualitas dari jenis-jenis api sedemikian. Tetapi ada satu alat pelindung bagi manusia agar api TUHAN itu tidak mempan mambakar seseorang, yaitu iman kepada Yesus Kristus, Tuhan, Anak Allah, Juruselamat, Rasul, Rabbi, Penyataan Terkhusus Yahowa yang datang Menyelamatkan umat manusia, sesuai pemberitaan Kitab Suci. Iman itu lebih handal dari pada pakaian anti api tercanggih yang dikenakan tenaga pemadam kebakaran di zaman sekarang.
d)      Ayat 21-22: Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Lukas tidak menceritakan dialog Yesus dan Yohanes Pembaptis sewaktu Yesus mendatangi Yohanes Pembaptis  lalu turun ke Sungai Yordan untuk dibaptis. Dialog itu dicatat oleh Penulis Injil Matius  (baca Mat.3:13-17). Ditinjau dari sudut penceritaan, sebenarnya  Lukas harus menaruh apa yang diberitakan dalam Lukas 3:18-20 sesudah apa yang diberitakan dalam Lukas 3:21-22. Dalam ayat 21-22 Lukas menekankan bahwa terbukanya langit  dan turunnya Roh Kudus kepada Yesus, “ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis” dan “ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa”. Itu berarti – menurut Lukas – kumpulan orang banyak itu sudah merupakan kumpulan orang-orang bertobat dan berita pengampunan dosa-dosa mereka sudah sampai kepada mereka. Tidak ada di antara yang hadir di situ yang tidak terbaptis. Dengan demikian mereka semua – tanpa kecuali – telah dikuduskan. Orang banyak itu  dikuduskan oleh TUHAN untuk melihat peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas (= menghinggapi) Yesus dalam rupa burung merpati; dan mendengar suara dari langit yang menyaksikan : “Engkaulah Anak-Ku yang Ku-kasihi, kepada-Mulah Aku berkenan!” Dari itu dapat dikatakan, bahwa tanpa pertobatan, pengampunan dosa dan pengudusan, mereka tidak akan melihat peristiwa itu atau mereka tidak akan mengalami pergaulan dengan TUHAN yang Mahakudus itu. Pergaulan umat TUHAN dengan TUHAN di Bait Suci juga memprasyaratkan tindakan TUHAN seperti itu: Ada pengudusan tempat suci itu, ada pertobatan (pengakuan dosa), dan ada pengampunan dosa, dan pengudusan umat yang datang di Bait Suci itu, lalu diperdengarkanlah Firman TUHAN. Secara khusus Lukas memberitahu bahwa Yesus berdoa ketika Roh Kudus turun atas-Nya. DIA yang Anak Allah Yang Mahatinggi butuh berdoa kepada Bapa-Nya yang di sorga. Tentu saja pengikut Yesus harus mengikut apa yang sudah dicontohkan Yesus dalam peristiwa pembaptisan-Nya ini. Misalnya sewaktu para orang tua membawa anak-anak mereka atau diri mereka sendiri untuk dibaptis dan ingin menerima Roh Kudus sekaligus api Roh Kudus. Berdoa (proseukhomai) merupakan pekerjaan yang sangat penting bagi Yesus Kristus dan bagi murid-murid-Nya. Yesus berdoa dengan teratur. Yesus mengajarkan doa yang paling sempurna untuk didoakan murid dan pengikut-Nya, yaitu Doa “Bapa kami”.  Doa adalah kesediaan diri, hati, roh dan jiwa sepenuhnya berkomunikasi dengan TUHAN dengan kata-kata yang terdengar diucapkan  atau dengan kata-kata yang diucapkan dalam hati. Doa selalu bersifat permohonan, sebagaimana seorang anak memohon kepada ayah atau ibu yang dipandangnya dapat memenuhi permintaannya karena kasihnya.  Yesus mengajar para pengikut-Nya berdoa kepada TUHAN dalam nama-Nya, sehingga permohonan mereka dalam doa itu terjamin untuk dikabulkan (bd. Mat.18:19-20). Banyak orang sekarang ini memprotes: Mengapa harus berdoa kepada TUHAN dengan perantaraan (dalam nama) Yesus Kristus, lebih baik langsung saja seperti dilakukan Yesus Kristus sendiri sewaktu berdoa kepada TUHAN. Kalau ada jaminan doa itu dikabulkan, tidak ada larangan untuk berdoa memohon langsung kepada TUHAN. Pengikut Yesus  berdoa dalam nama Yesus,  karena Yesus yang mengajar mereka berbuat begitu. Itu bukan hanya menandakan bahwa Yesus adalah satu dengan Bapa-Nya yang di sorga, tetapi juga sekaligus kesaksian bahwa penjamin dikabulkannya doa seseorang adalah doa permohonan yang disampaikan dalam nama Yesus. Berdoa dalam nama Yesus adalah kesaksian bahwa TUHAN itu adalah rahman dan rahim, penuh pengasihan/berkat dan penuh rahmat.
Apa yang didoakan Yesus setelah DIA dibaptis, tidak diberitahu oleh Lukas. Orang hanya dapat menduga: (1) DIA memohon agar kedatangan Roh Kudus kepada-Nya ditunjukkan  sebagai penglihatan nyata. (2) DIA memohon kekuatan dari TUHAN karena DIA akan memulai misi-Nya di tengah umat manusia. (3) DIA memohon agar TUHAN memberi buah-buah keselamatan bagi semua yang telah terbaptis waktu itu dan di kemudian hari. Banyak lagi yang mungkin dapat diduga. Setiap orang dapat mengambil makna yang baik dari doa Yesus. Itu lebih penting daripada bertengkar dan bersoal-soal tentang “Mengapa Yesus berdoa, Dia kan Anak Allah?” Yesus memperagakan apa yang dimiliki-Nya untuk menjadi teladan bagi orang yang mau mengikut DIA.
Diberitahu langit terbuka untuk menyatakan bahwa Roh Kudus itu datang dari atas, bukan dari bawah bumi. Roh yang datang itu bukan seperti roh yang dilihat oleh pemanggil arwal/roh peramal sebagaimana  diberitahukan dalam 1 Sam.28:1-20, walaupun di sana bahwa yang muncul kepada perempuan pemanggil arwah itu “sesuatu yang ilahi muncul dari dalam bumi” (1 Sam.28:13b). Roh yang datang kepada Yesus bukan sesuatu yang ilahi dari dalam bumi, bukan salah satu roh yang gentayangan di bumi, bukan roh Abraham, Ishak, Yakub, Daud, atau roh salah seorang dari kakek moyang Yesus menurut silsilahnya. Roh yang datang kepada Yesus adalah Roh yang turun dari langit (Yunani: ouranos; Ibrani: haššamayim) yang terbuka. Roh itu pasti adalah Roh dari TUHAN Yahowa, Bapa Yesus Kristus.  Dari itu Yesus Kristus berhak mengkenakan pada diri-Nya apa yang dinubuatkan nabi, sewaktu Yesus membaca Yesaya 61:1 “Roh TUHAN ada pada-Ku, oleh karena TUHAN telah mengurapi Aku”, di rumah ibadat  di Nazareth.  Roh dari langit itu juga yang dihinggapkan kepada murid-murid Yesus sewaktu pencurahan Roh Kudus, dan setiap kali orang dibaptis dengan Roh Kudus.
Oleh Lukas diberitahu, bahwa Roh Kudus itu turun dan hinggap pada Yesus dalam rupa burung merpati. Sampai sekarang rupa merpati ini digunakan oleh huria Kristen menjadi simbol Roh Kudus. Mengapa harus merpati, bukan burung “leang-leang mandi” seperti dalam dongeng Batak Toba, atau burung gagak  yang menghantar kebutuhan makan Elia di tepi sungai Kerit (baca: 1 Raj.17:4). Tuhan sendiri yang tahu, mengapa DIA memilih jenis burung ini sebagai penampakan Roh Kudus. Itu bukan berarti bahwa setiap burung merpati penampakan Roh Kudus, dan bukan berarti bahwa orang Kristen harus menyembah dan menghormati merpati untuk menghormati Roh Kudus, sebagai wujud dari TUHAN Tritunggal. Umat kristen tidak seperti umat beragama lain, yang menghormati lembu dan tidak memakan daging lembu, karena dalam kitab sucinya diceritakan bahwa lembu pernah sebagai penampakan perbuatan dewa mereka menyelamatkan/menolong umat manusia (kakek moyang) mereka. Umat Kristen tidak seperti orang Batak Toba yang berpantang menyebut nama “babiat” (harimau) dan diganti dengan sebutan “nagogoi” di tengah hutan, karena adanya cerita turun temurun bahwa “babiat sitelpang” pernah menolong kakek moyang mereka, dan agar harimau tidak datang  mengganggu mereka. Daging merpati tidak dipantangkan oleh umat Kristen, walaupun mereka tahu bahwa merpati adalah salah satu dari jenis persembahan yang disampaikan kepada TUHAN. Walaupun gambar atau patung merpati sering ditemukan di rumah ibadah Kristen, itu bukan berarti bahwa umat Kristen mendewakan merpati. Itu hanya sekedar mengingatkan bahwa TUHAN pernah menggunakan rupa burung merpati sewaktu Roh Kudus hinggap kepada Yesus.  Merpati memang merupakan yang kedua dari makhluk ciptaan TUHAN yang digunakan TUHAN sebagai penampakan-Nya. Yang pertama adalah “manusia” Yesus, yakni Firman yang menjadi manusia; dan dan yang kedua adalah rupa merpati, yakni penampakan Roh Kudus yang turun atas Yesus. Inilah makhluk  ciptaan yang mewakili penghuni darat, dan yang mewakili penghuni langit. Itu semua digunakan TUHAN sebagai alat penampakan-Nya karena manusia tidak mampu melihat wujud TUHAN dengan berhadap-hadapan muka. Umat Kristen terhibur, bahwa mereka nanti di sorga akan melihat wujud TUHAN sebagaimana adanya. Merpati “putih” penampakan Roh Kudus  itu hendak menceritakan kepada orang yang melihatnya, bahwa TUHAN: (1) suci, kudus (sekudus yang disimbolkannya); (2) tulus, setia (bd.Mat.10:16); (3) mudah ditemui, sulit didapat (bd. jinak-jinak merpati); (4) berada di seluruh dunia; (5) kecil tapi sangat bermanfaat (bd. Im.12:8); (6) sanggup melaksanakan yang direncanakan-Nya (bd. merpati surat).
e)      Suara yang mendeklarasikan siapa Yesus datang dari langit, dari tempat mana Roh Kudus itu datang. Suara itu bisa saja sangat lembut tetapi sangat jelas di dengar semua orang yang sudah dibaptis itu.  Tidak diketahui sampai di mana suara itu terdengar atau bergema. Bisa saja dibayangkan, bahwa suara itu kedengaran sampai ke telinga hingga ke lubuk hati manusia di Asia, Amerika, Afrika, Australia, Eropah, atau seluruh dunia. Kalau tidak terdengar di sana waktu itu, maka melalui pencatatan suara itu dalam kitab Lukas  dan penterjemahannya ke seluruh bahasa yang digunakan manusia, membuat suara ini terdengar di seluruh dunia dan dalam bahasa yang dipahami dan digunakan setiap orang. Tugas manusia – tanpa kecuali – adalah mendengar apa yang dikatakan suara itu: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Yunani: su ei ho huios mou ho agapetos, en soi eudokesa = Engaku adalah Anak-Ku Yang Kekasih-Ku, di dalam (dengan) Engkau Aku berkenan). (Ibrani: ’attah beni ’ahubi, beka hapatsti = Engkau Anakku, yang Aku kasihi, di dalam Engkau Aku berkenan).
Ada dua orang tokoh berdiri di sungai Yordan itu: Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nazareth. Suara dari langit mengatakan: Engkaulah...? Siapakah yang dimaksud. Bisa saja masing-masing dari mereka berdua mengatakan dirinyalah yang dimaksud dengan “engkau”. Tetapi penanda kepada siapa kata-kata itu ditujukan adalah hinggapnya Roh Kudus kepada Yesus, dan bersamaan dengan itu suara itu dikatakan. Jadi yang dimaksud dengan “Engkau” adalah Yesus dari Nazareth, yang dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Lukas mengikuti pemberitaan Markus. Untuk lebih jelas bahwa Yesus yang dimaksud Anak Allah, Matius membuat kalimat itu sebagai berita dengan kalimat dalam bentuk orang ketiga: Inilah Anak-Ku... (Mat.3:17), dan dalam Injil Yohanes pemberitahuan itu berupa penjelasan panjang dari Yohanes Pembaptis sendiri (baca: Yoh.1:29-34; 3:22-36).
“Engkau” (Yunani: su), bentuk orang kedua tunggal, menunjuk kepada ketegasan bahwa tidak ada yang lain sebagai Yang Kekasih bagi TUHAN. Engkau itu adalah Yesus yang telah dihinggapi Roh Kudus. Dia yang berada dalam kandungan Maria dari pada Roh Kudus, sekarang ditegaskan sebagai Anak Yang Kekasih TUHAN, yang satu-satunya, Yang dimasuki Roh Kudus. Dulu keberadaannya dalam kandungan dari pada Roh Kudus hanya diketahui Maria, sekarang keberadaan-Nya yang dihinggapi Roh Kudus sebagai Anak Allah diberitahukan kepada publik. Peristiwa pencurahan Roh Kudus (setelah kenaikan Yesus ke sorga) merupakan pemberitahuan kepada seluruh umat manusia. Tujuan penulisan Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah memberitakan tentang Yesus, mulai dari hanya diketahui satu orang, kemudian oleh dua orang, satu famili, satu kampung, satu wilayah, satu negeri, satu negara, kemudian oleh seluruh bangsa, dan  selanjutnya berita itu harus sampai ke ujung bumi oleh para pecinta Yesus.
Suara dari sorga itu yang mengatakan Yesus adalah Anak Allah. Itu bukan tukang-tukangan umat Kristen. Sewaktu Yesus hendak ada dalam kandungan Maria, suara malaikat itu yang memberitahu bahwa yang dikandungan itu, yang akan bernama Yesus, akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Malaikat sorgawi itu yang memberitahu bahwa bayi yang lahir dari rahim Maria di Betlehem adalah Kristus, Tuhan, Juruselamat. Menurut Yesus bahwa Petrus mengenal Yesus sebagai Mesias dari Allah karena Bapa-Nya Yesus yang disorga menyatakannya kepada Petrus (bd. Mat.16:17). Para murid Yesus hanya mengikuti pemberitaan itu dalam mengenal Yesus. Injil yang memberitahukan Yesus sedemikian bukan Injil palsu. Pemberitahuan dan penyangkalan tentang hal itu, yang ditulis orang jauh (bahkan ratusan tahun berikutnya) merupakan berita rekayasa iman dan palsu walaupun itu diatur sedemikian agar logis dan masuk akal manusia. Yesus tidak pernah mengatakan diri-Nya Tuhan (kyrios/adonay), tetapi tidak melarang murid-murid-Nya memanggil DIA Tuhan. Alasannya, karena panggilan sedemikian bisa saja tidak menyinggung para penganut agama abrahamistis yang ada waktu itu. Manusia pun waktu itu bisa dipanggil kyrios/adonay, dan Yahowa pun bisa dipanggil kyrios/adonay. Mengherankan kalau ada orang di zaman sekarang menyalahkan umat Kristen kalau umat Kristen mamanggil Yesus itu kyrios/adonay (tuan/Tuhan).  Tetapi pemberitaan bahwa Yesus Anak Allah atau Mesias dari Allah bisa saja sangat menyinggung perasaan dan keyakinan Yahudi, sebab mereka beranggapan bahwa Mesias tak mungkin muncul dari Nazareth. Mereka tidak tahu Yesus adalah keturunan Daud, dan lahir di Betlehem.  Yesus melarang murid-Nya menggembar-gemborkan Yesus adalah Mesias dari Allah, karena bisa berkonotasi lain kepada umat Yahudi, dan para pejuang kemerdekaan Yahudi.
Yesus membiarkan orang memanggil DIA sesuai dengan sejauh mana orang itu mengenal Yesus, dan Yesus tidak keberatan, apabila orang itu menghormati Yesus sesuai dengan pengenalan orang tersebut, yang memang selalu merupakan pengenalan yang tidak sempurna dan tidak pernah akan menjadi berlebihan. Yesus tahu bahwa DIA pasti tidak bisa dikenal oleh manusia dengan pengenalan yang sempurna. Yang penting, orang itu jujur menghormati Yesus sejauh pengenalannya terhadap Yesus. Kalau orang itu mengenal Yesus sebagai al-Masih (Mesias/Kristus), jujurlah orang itu menghormati Yesus sebagai al-Masih (Mesias/Kristus). Kalau orang itu mengenal Yesus sebagai Yesus dari Nazareth saja, bahkan hanya sebagai manusia biasa saja, jujurlah orang itu menghormati Yesus dengan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya yang Dia sampaikan sewaktu DIA mengambil rupa seorang hamba (Yesus yang kenosis). Kalau orang itu mengenal Yesus sebagai Tuhan, jujurlah orang itu menghormati Yesus sebagai Tuhan/tuan/kyrios/adonay bagi orang itu.  Kalau orang itu mengenal Yesus sebagai Anak Allah, jujurlah orang itu menghormati Yesus sebagai Anak Allah. Kalau orang mengenal Yesus sebagai “Yahowa menyelamatkan”, jujurlah orang itu menghormati Yesus sebagai Juruselamat. Semua orang  tidak perlu bertengkar oleh karena masing-masing dari orang itu mengenal Yesus sampai  kepada pengenalan masing-masing yang demikian. Semua orang itu tidak perlu saling tuduh menuduh sebagai sesat, atau saling mengkafirkan. Sebab tidak ada dasar bagi seseorang mengkafirkan orang lain karena berbeda pengenalannya terhadap Yesus. Yang persoalan adalah, kalau sampai ada orang yang sama sekali tidak mengenal Yesus. Dan lebih susah lagi, kalau ada orang yang menyangkal pengenalan tentang Yesus. Misalnya karena orang itu mengenal Yesus hanya sebagai nabi, orang itu menyangkal pengenalan orang lain bahwa Yesus itu sebagai Tuhan. Yang menyangkal itu adalah orang yang sok lebih tahu dari Yesus sendiri.  Yesus membiarkan diri-Nya dikenal dengan lebih dari berjuta pengenalan. Satu pun pengenalan itu tidak ada pengenalan yang sempurna. Hanya Yesus yang berkuasa menyempurnakannya atau memperbaiki pengenalan yang kurang sempurna itu, kalau orang yang menyatakan pengenalannya itu mau diperbaiki.  Dengan pengenalan yang beraneka ragam itu tentang Yesus, umat manusia dapat hidup dalam damai dan sejahtera serta rukun, kalau manusia itu setia menjalankan ajaran Yesus sesuai dengan pengenalan masing-masing. Adalah orang yang terhitung gila dan tak waras, kalau ada orang yang mengenal Yesus itu pendusta, pembunuh, pezinah, atheis, pencuri, perampok atau perusak hidup kemanusiaan. Kalau seseorang masih waras, dan mendengar tentang Yesus atau bermimpi tentang Yesus, pasti seseorang itu akan mengenal Yesus sebagai oknum yang positif dan yang baik. Maka berhentilah bertengkar atau mempertengkarkan pengenalanmu dengan pengenalan orang lain tentang Yesus. Bersama Yesus, carilah yang baik supaya kamu  hidup. Bersama Yesus, carilah TUHAN (Yahowa) maka kamu akan hidup (bd. Amos 5:4.6.14). Kalau suara dari sorga mengatakan Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi Allah, lalu seseorang mengenalnya demikian, maka seseorang harus direstui kalau dia menghormati Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi kalau seseorang itu  sewaktu mendengar suara dari langit itu mengatakan: Tidak, Yesus itu adalah anak manusia!, itu tidak apa-apa, tetapi seseorang itu diharapkan menghormati Yesus itu sebagai Anak Manusia, dan melakukan ajaran-ajaran-Nya. Kalau demikian halnya, pasti Allah yang mengasihi Yesus akan bertemu dalam kasih dengan manusia yang mengasihi Yesus dalam pengenalan sedemikian. Indah semuanya kalau manusia yang punya berbagai pengenalan tentang Yesus bertemu dalam kasih, dengan sesamanya dan dengan TUHAN.
f.       Suara dari sorga itu menegaskan: “kepada-Mulah Aku berkenan” (en soi eudokesa = di dalam Engkau lah Aku berkenan). Kepada Yesus yang terbaptis dan dihinggapi Roh Kudus itu pemilik suara itu berkenan. Preposisi en dapat diterjemahkan dengan kepada (LAI), dan juga di dalam. Harus dipertimbangkan apa maksud uacapan itu: Kepada Engkau? atau Di dalam Engkau? Kalau en berarti kepada, berarti ada oknum yang jauh membuat tindakan terhadap “Engkau”. Tetapi kalau en berarti di dalam, itu menunjuk bahwa ada oknum yang berada dalam diri si “Engkau”.  Dua pengertian ini dapat digunakan untuk memahami ucapan itu. Yesus itu adalah Firman Yang Menjadi Manusia. Melihat Yesus berarti melihat Allah Bapa. Kasih agapetos lah yang menghantar sampai kesimpulan: Dirimu adalah diriku, dan Diriku adalah Dirimu. Kata eudokesa adalah orang pertama tunggal aorist aktiv indikativ dari kata eudokeo (21 x digunakan dalam PB), yang arti dasarnya: berkenan, senang, setuju, merasa senang, menyukai (PBIK II, h.325). Eudokeo terdiri dari eu (baik) + dokeo (berpendapat, berpikir). Kalau si A itu eudokeo kepada si B, itu berarti si A itu bisa senang kepada lalu berada atau bersama si B.  Eudokesa berarti saya telah berkenan. TUHAN berkenan berada di dalam Yesus. Kalau Roh Kudus itu sebagai pertanda kehadiran TUHAN di diri Yesus, itu berarti dalam peristiwa setelah Yesus dibaptis di sungai Yordan, dinyatakan bahwa yang berada di sana: Anak Allah, Roh Kudus dan Firman. Itulah penampakan Yahowa yang bisa menyatakan diri-Nya dalam Tritunggal. Allah Bapa bukan hanya menyukai Yesus seperti anak kecil menyukai boneka, tetapi Allah Bapa menampakkan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus yang lahir dari Roh Kudus dan dipenuhi Roh Kudus  dan ditunjuk Firman-Nya.
Yahowa berkenan kepada Yesus. Itu juga berarti Yahowa berkenan kepada huria-Yesus, yang dipahami juga sebagai milik Tuhan (kyryake) atau tubuh Kristus. Yesus telah menunjukkan hidup-Nya yang berkenan kepada Yahowa, Bapa Yesus Kristus. Tentu saja, huria sebagai milik TUHAN atau sebagai tubuh Kristus harus menunjukkan hidup yang berkenan kepada TUHAN.
Yang berkenan kepada Yahowa adalah karya Yesus dalam hidup para pengikut Yesus, misalnya: (1) hidup sebagai manusia yang sudah ditentukan sebagai warga Kerajaan Sorga. (2) Senantiasa hidup dalam pertobatan. (3) Hidup sebagai orang yang sudah diampuni untuk mengampuni. (4) Hidup di jalan TUHAN. (5) Hidup yang membawa/memenangkan orang lain kepada Yesus Kristus.

                                                                        Pematangsiantar, 5 Nopember 2015.

                                                                        Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt LaMBaS).