MINGGU SATU SETELAH EPIPHANIAS 10 JANUARI 2016
KEPADAMULAH
AKU BERKENAN
EPISTEL: MAZMUR 29:1-11
29:1 Mazmur
Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan
kekuatan!
29:2 Berilah
kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan
kekudusan!
29:3 Suara TUHAN
di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar.
29:4 Suara TUHAN
penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak.
29:5 Suara TUHAN
mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.
29:6 Ia membuat
gunung Libanon melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti
anak banteng.
29:7 Suara TUHAN
menyemburkan nyala api.
29:8 Suara TUHAN
membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar.
29:9 Suara TUHAN
membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di
dalam bait-Nya setiap orang berseru: "Hormat!"
29:10 TUHAN
bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya.
29:11 TUHAN
kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya
dengan sejahtera!
EVANGELIUM : LUKAS 3:15-17,21-22
3:15 Tetapi karena orang banyak sedang menanti
dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau
ia adalah Mesias,
3:16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua
orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa
dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan
membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
3:17 Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk
membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam
lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak
terpadamkan."
3:21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis
dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit
3:22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung
merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Pendahuluan
1. Dalam kalender gerejawi, tgl 6 Januari selalu
disebut epiphanias. Hari itu ditetapkan untuk merayakan Hari Kedatangan TUHAN
menampakkan wajah-Nya kepada umat manusia, sehingga Dia menjadi jelas dikenal.
Epi (dengan) + phani (wajah). Epiphanias = Penampakan Allah: Allah menjadi
manusia (Bahasa Batak Toba: Hapapatar).
Bagi Kaum Protestan/Huria Reformasi, dipahami, bahwa setelah Yesus Lahir,
kemudian Dia tampil di tengah umat manusia, sehingga umat manusia dapat melihat
wajah Tuhan. Jadi dengan kedatangan Tuhan Yesus ke tengah umat-Nya, jelaslah
umat-Nya melihat wajah Tuhan. Bagi gereja Ortodoks Timur (seperti di Rusia dan
Timur Tengah), justru kelahiran Yesus ke dunia itulah yang membuat jelas
kelihatan wajah Tuhan bagi umat Tuhan. Dengan pemahaman sedemikian, gereja-gereja
Ortodoks Timur merayakan Natal Kelahiran Tuhan Yesus Kristus pada hari
Epiphanias (tgl. 6 Januari) setiap tahunnya. Jadi lengkaplah sudah, masa
perayaan Natal bagi huria-huria yang ada di dunia ini: 1) Ada yang dimulai pada
hari Pertama Advent (Kedatangan) hingga Epiphanias, oleh huria-huria protestan
termasuk yang lutheran di Indonesia; 2) tgl. 25 Desember (Hari Natal) oleh
huria-huria mula-mula dan sangat ketat dipegang oleh Gereja Katolik yang
berpusat di Roma; 3) Tgl. 6 Januari (Epiphanias) oleh huria-huria Ortodoks
Timur (yang kebanyakan berada di Rusia, di Timur Tengah, Mesir). Masa perayaan
Natal itu memang mulai Pertama Advent hingga tgl. 6 Januari (Epiphanias). Di
Tgl 7 Januari semua asesoris perayaan Natal sudah disimpan. Karena setelah
ephiphanias huria mempersiapkan diri merenungkan pelayanan Tuhan Yesus Kristus
dan masa-masa pergumulan-Nya menuju Paskah hingga kenaikan-Nya ke sorga. Lalu
setelah Hari Peringatan Pencurahan Roh Kudus, Huria memasuki Minggu-Minggu
Trinitatis (masa bergiat mengembangkan Kerajaan TUHAN, dan pemberitaan Injil). Dalam
minggu epiphanias itu biasanya dipilih perikop khotbah yang memberitahu bahwa
Yesus tampil dan bekerja di tengah-tengah umat manusia. Secara khusus dalam
minggu ini untuk epistel dipilih Mazmur 29, yang memberitahu bahwa TUHAN yang
kita kenal dalam dan melalui Yesus Kristus dan Roh Kudus serta Firman-Nya itu
jelas memperkenalkan diri-Nya melalui suara-Nya dan karya/perbuatan-Nya.
Sedangkan untuk perikop evangelium (yang akan dikhotbahkan) dipilih perikop
yang memberitahu bahwa Yesus tampil di Yordan dan dibaptis, serta deklarasi
pemberitahuan tentang diri-Nya oleh pendahulu-Nya (Yohanes Pembaptis) dan oleh/dari
Allah Bapa yang mengutus-Nya.
2. Dengan
menggunakan Mazmur 29 dan Lukas 3:15-17 + 21-22, umat TUHAN diharapkan dapat
menangkap apa kehendak dan pesan TUHAN bagi diri mereka masing-masing atau bagi
mereka semua di zaman yang semakin larut ini, di tengah hiruk pikuk kehidupan
umat manusia. Pimpinan Huria mengarahkan agar khotbah di minggu ini berkisar
dalam bahasan tentang “Kepada-Mu lah Aku berkenan”. Diambil dari bagian akhir kalimat deklarasi
TUHAN tentang diri Tuhan Yesus Kristus (Luk.3:22c). Perikop ini mempunyai
perikop sejajar dalam kitab Matius dan kitab Markus, untuk memperjelasnya. Kalau
Yahowa berkenan kepada Tuhan Yesus Kristus, tentu saja dengan mendengar berita
ini, umat memerlukan berita yang menghidupkan kerohanian mereka, apakah mereka
juga berkenan kepada TUHAN Yahowa dan bagaimana kalau mereka berkenan bagi TUHAN Yahowa. Adakah khasiatnya bagi
umat dan bagi dunia, kalau berkenan kepada/di hadapan Yahowa?
Memahami konteks, teks, isi
dan pesan dalam Mazmur 29:1-11 (Epistel)
1. Naskah
Mazmur 29 terpelihara dengan baik dari zaman ke zaman. Hanya Septuaginta ((LXX)
(Terjemahan PL ke dalam Bahasa Yunani) yang lebih menegaskan pemahaman
kalimatnya dalam penterjemahan. Kemudian Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS)
memberikan usul-usul perbaikan beberapa kata yang ada di sana, dengan maksud
agar kalimat-kalimat itu lebih dimengerti. Untuk judul Mzamur ini Mizmor ledavid dalam LXX
ditambahkan kata exodiou skenes, yang
artinya: tenda pengungsian. Kata ’elîm
di ayat 1 dituliskan dalam banyak naskah salinan tangan ’êlîm, artinya sama, yaitu ‘ilahi, atau sorga, atau allah (dalam
bentuk jamak), bene ’elîm
= anak-anak Allah atau anak-anak ilahi, LAI: penghuni
sorgawi; akka anak ni Debata. LXX
menterjemahkan kalimat itu: enegkate tô
kyriô huious kriõn
(bawalah kepada Tuhan, hai anak-anak
Tuhan....(kemuliaan dan kekuatan);
kalimat pengulangan untuk enegkate
tô kyriô huioi theou =
bawalah kepada Tuhan, hai anak-anak Allah... (kemuliaan dan kekuatan). Di ayat
2 Septuaginta menterjemahkan kata behadrat
(di hadirat) dengan en aulë (di
kediaman), yang oleh BHS merupakan terjemahan dari behatsrat (= di tempat
kediaman). Lalu kata qodes (kudus) diusulkan BHS sebaiknya qodso (kudus-Nya). Kata ’el-hakabod
hir‘im (LAI: Allah yang mulia mengguntur), yang ada di ayat tiga (3) masih
dapat dipahami dalam ayat itu seutuhnya, dan bukan merupakan tambahan belakangan
(menolak usul BHS), demikian juga kalimat di ayat 7. BHS mengusulkan perbaikan
penempatan kata yahil di ayat 8. Dan
untuk kata-kata di ayat 9, BHS mengusulkan kata ’ayyalot (LAI: rusa betina mengandung; female deer /The AHaCL, p.12) adalah ’êlot bentuk feminin kata ’elîm
(allah-allah) dan untuk kata ye‘arot
(LAI: hutan-hutan) diusulkan ye‘alot
(wild she-goat, female ibex, kambing-liar betina). Namun kata-kata asli yang
ditulis dalam BHS dapat dipahami dalam konteks kalimat itu tanpa ada usul
perubahan.
2. Dari
judulnya Mazmur 29 diketahui mazmur ini Mazmur Daud. Lalu LXX menambahkan kata tenda pengungsian, kemah eksodus. Tetapi
catatan tambahan LXX ini dapat
dimengerti juga dengan ‘kemah raja dan pasukannya sewaktu berperang’. LXX
bermaksud hendak mendekatkan pembaca dengan pergumulan jiwa Daud sewaktu
menuliskan syair-syair mazmur ini. Ada sedikitnya dua situasi hidup Daud yang
menghantar dia beradda di kemah pengungsian, yakni sewaktu dia dikejar-kejar
Saul, dan kedua sewaktu dia dikejar-kejar pasukan Absalom, ketika Absalom
mengadakan kudeta terhadap ayahnya. Daud mengungsi ke Mahanaim. Dari sudut
isinya, Daud tidak mengalami kesesakan, tetapi mazmur ini justru mengungkapkan
imannya yang mengagumi karya-karya TUHAN yang diajarkan dan dia lihat dalam
hidupnya. Kekagumannya itu mendorong dia mengajak orang lain, maupun anak-anak
Allah (LAI: penghuni sorgawi) untuk memberi kemuliaan bagi nama TUHAN, dan
memohon agar TUHAN memberkati umat-Nya dengan “Shalom” (LAI: dengan sejahtera,
ay.11b). Jadi mazmur ini juga dapat dipahami di luar konteks “kemah
pengungsian/kemah pasukan bertempur”, yang diberikan Septuaginta. Dalam Mazmur
ini Daud menyebut “behaderat
qodes” (LAI: dengan berhiaskan kekudusan), tetapi juga dapat dimengerti
dengan “dalam hadirat kudus” atau “dengan ornament-ornamen kudus”, “dengan kesemarakan kudus”. Suasana
hadirat TUHAN memang menuntut tempat, peralatan, hiasan, diri, kata-kata kudus,
karena TUHAN itu kudus. Kata behaderat
qodes (BHS: behaderat
qodso = di hadirat kudus-Nya) bisa mengajak kita membayangkan tempat
pemujaan bagi TUHAN, tetapi itu tidak selalu Bait Allah Yerusalem. Bait Allah
Yerusalem belum didirikan pada waktu Mazmur ini dituliskan.
3. “Suara
TUHAN di atas air... suara TUHAN di atas air yang besar” membawa kita mengingat
kepada berita penciptaan. Kalimat ini merupakan refleksi dari berita
penciptaan: “Roh Allah melayang-layng di atas permukaan air” (Kej.1:2), atau
kepada peristiwa air bah, yang dikuasai/dikendalikan TUHAN Kemudian kata ‘Allah
yang mulia mengguntur’ merefleksikan bahwa di peristiwa penciptaan, dikatakan:
“Berfirmanlah Allah:..” Di sana pasti ada suara TUHAN. Di peristiwa Air Bah,
TUHAN mengingatkan Nuh...(Kej.8:1), sewaktu air besar masih menutupi permukaan
bumi. TUHAN juga berfirman kepada Nuh, sewaktu air sudah surut (Kej.8:15). Ini mengingatkan kepada suara
Allah. Daud percaya bahwa apabila TUHAN
Allah berfirman: “Jadilah...!”, maka jadilah, sehingga dia dapat menuliskan:
Suara TUHAN penuh kekuatan, penuh semarak. Dengan kekuatan angin yang dapat
diperintah TUHAN, TUHAN bisa mematahkan pohon aras, bahkan pohon aras Libanon,
pohon terkuat yang dikenal Daud. Gunung Libanon berada di Libanon, dan gunung
Siryon adalah nama yang diberi orang Sidon untuk Gunung Hermon, dan orang Amori
menyebutnya Senir (Ul.3:9). Bukit-bukit gunung-gunung ini seperti
punggung-punggung lembu atau banteng yang melompat-lompat. Daud tahu tentang
peristiwa Keluaran yang dialami Musa dan bangsa Israel. Api dipergunakan TUHAN
juga sebagai alat menunjukkan kuasanya dan dari sana berfirman (bd, Kel. 3:2 ;
13:22; 24:17-25:1). “Sesungguhnya, TUHAN,
Allah kita, telah memperlihatkan kepada kita kemuliaan dan kebesaran-Nya, dan suara-Nya telah kita dengar dari
tengah-tengah api” (Ulangan 5:24). Suara
TUHAN membuat gunung gemetar (Kel.19 :18). Bukan hanya gurun tetapi bumi juga
gemetar dan goyang oleh karena firman TUHAN. Firman TUHAN juga yang membuat
hewan-hewan ber-anak-pinak. Dan Api TUHAN yang menyala dapat membuat hutan
habis terbakar. Di ayat 9 Daud menyebut behekalo
(LAI: di dalam baitnya) atau di dalam
istana-Nya. Kata Bait di sini belum menunjuk kepada Bait Allah di
Yerusalem, tetapi paling-paling kepada tempat pemujaan kepada-Nya, di mana Tabut
Perjanjian disimpan. Mazmur ini merupakan rangkaian ungkapan pengenalan imani
tentang TUHAN, dan TUHAN bertindak karena Dia berkenan melakukan tindakan-Nya
tersebut, sekaligus meminta agar TUHAN berkenan juga memberi berkat-Nya.
4. Struktur
Mazmur 29
Dari isinya, Mazmur 29 dapat
dibagi sebagai berikut:
a. Ajakan
memuliakan TUHAN: Ayat 1 dan 2
b. Kesaksian
pemazmur tentang TUHAN yang dikenalnya: Ayat 3-9
c. Di
mana TUHAN berada dan siapa Dia selama-lamanya: Ayat 10.
d. Harapan
pemazmur dari TUHAN terhadap umat-Nya : Ayat 11.
5.
Isi
dan Pesan Teks
Ayat 1 dan 2: Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni
sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN
kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!
a)
Mazmur Daud.
Kolektor dan penyusun nyanyian dalam kitab Tehillim (Kitab Mazmur)
menyebut nyanyian ini “mazmur”, yakni
nyanyian yang dinyanyikan dengan diiringi alat-alat musik, terutama alat musik
petik (kecapi, gitar, harfa, keroncong). Melodi aslinya tidak diketahui lagi.
Penerbit Kitab Nyanyian Mazmur di
Indonesia pernah membuat melodi nyanyian mazmur ini. (Lihat di bukunya). Mazmur
ini dinyanyikan sewaktu pembacaan kitab
Taurat, terutama teks-teks yang memberitahu perbuatan-perbuatan TUHAN. Dengan
mencantumkan nama Daud di judul nyanyian ini, mazmur ini mendapat tempat yang
baik (atau wibawa) dalam koleksi nyanyian dalam kitab Tehillim (Kitab Mazmur)
dan dalam kebaktian-kebaktian umat Yahudi.
b)
Dalam Mzm.29
digunakan nama YHWH (Yahowa) sebanyak 18 kali, dan hanya satu kali nama ’El. Penggunaan
nama ini mengingatkan bahwa pemazmur (dan sekaligus mengajak yang
menyanyikannya) berpegang sangat kuat kepada kepercayaan yang dianut pemeluk
agama Yahowa (para Yahwist). Pemazmur mengenal Allah adalah Yahowa, yang bukan sekedar ’El.
Pengenalan ini sangat kuat. Empat kali dalam ayat 1 dan 2 ini dia katakan laYHWH (ליהוה) ‘kepada TUHAN’. Alamat kemuliaan dan pemilik kemuliaan jangan
sampai salah. Harus tepat, yakni Yahowa. Nama Yahowa menunjuk kepada Identitas
Tuhan Allah, dan sekaligus pembeda Allah yang satu ini dengan allah-allah
lainnya yang dikenal kelompok-kelompok manusia di kalangan masing-masing.
Yahowa artinya ‘DIA ADA’, ‘DIA HADIR’, (ingat Kel.3:14: ’ehyeh ’asyer ’ehyeh = Aku ada Yang Aku ada) dan nama ini
mengatakan dengan sendirinya bahwa Yahowa adalah Allah yang maha ada dan maha
hadir. Keberadaan-Nya dan cara berada-Nya pun menurut kehendak-Nya sendiri, dan
tidak cukup kalau itu dibanding-bandingkan
dengan teori-teori keberadaan dan cara berada yang ilahi (allah) menurut agama
–agama manusia dan menurut pikiran-pikiran atau filsafat manusia. Allah yang
selalu presentis menyertai ciptaan-Nya termasuk manusia. Cara-Nya tergantung
kepada Yahowa semata-mata. Tetapi nama itu juga berarti ‘DIA MEMBUAT ADA’, dan
dalam bahasa Indonesia disebut juga ‘DIA MENCIPTA’, ‘DIA MENJADIKAN’ segala
sesuatunya dari yang tidak ada menjadi ada dan atau dari yang ada kepada yang
ada lainnya. Dari nama ini Allah yang satu ini dikenal sebagai PENCIPTA. Kalau
YAHOWA adalah Pencipta, makaYahowa juga pemilik semua ciptaan-Nya. Dari itu nama YAHOWA diterjemahkan oleh LAI
dengan TUHAN, yang artinya: PEMILIK. Karena YAHOWA adalah Yang Menyelamatkan
segala ciptaan-Nya, maka DIA datang dan menjadi manusia yang DIA berikan
nama-Nya YESUS atau YOSUA, yang artinya YAHOWA MENYELAMATKAN. Bagaimana DIA
mencipta atau cara mencipta yang dilakukan-Nya, bagaimana dia memiliki, dan
bagaimana dia menyelamatkan segala ciptaannya, tidak terbandingkan dengan apa
yang diceritakan, diteorikan tentang tentang penciptaan, pemilikan dan
penyelamatan menurut dan oleh agama-agama, ilmu dan pikiran-pikiran yang
diketahui manusia. Bagaimana DIA mencipta atau cara mencipta yang dilakukan-Nya,
bagaimana DIA memiliki, dan bagaimana DIA menyelamatkan, selalu lebih unggul,
lebih komprehensif dari itu semua. Tidak ada teori penciptaan, pemilikan dan
penyelamatan menurut agama, teori, ilmu maupun menurut pikiran manapun yang
tidak dapat diterangkan dari penciptaan oleh Yahowa. Tetapi penciptaan,
pemilikan dan penyelamatan yang dilakukan YAHOWA pasti tidak bisa diterangkan
dari teori, ajaran agama, pikiran-pikiran yang lainnya. Nama Yahowa menunjuk
kepada diri Yahowa sebagai Allah yang MAHAPENCIPTA.
c)
Pemazmur
menginginkan agar “penghuni sorgawi” (LAI) atau “anak-anak Allah” dan “seluruh
umat manusia” (terutama “umat-Nya”) bahkan “segala ciptaan” memberi kemuliaan
Nama Yahowa. Bene ’Elim
(LAI: penghuni sorgawi) memaksudkan para
malaikat, bala tentara sorgawi, manusia yang sudah dimasukkan Yahowa ke sorga,
dan mungkin banyak lagi yang tidak diketahui sebagai penghuni sorga. Tetapi di
bumi pun ada yang disebut bene
’Elim (dalam arti ‘anak-anak Allah’, yakni orang-orang yang percaya kepada
YAHOWA dan sungguh mengikut serta mematuhi DIA, sehingga mereka semua adalah
calon-calon penghuni sorga. Dua kelompok bene
’Elim ini diajak oleh pemazmur memberi kemuliaan nama Yahowa.
Dalam mazmur ini
disebutkan berbagai ciptaan Yahowa, seperti: air, pohon, api, gunung, padang
gurun, rusa, hutan, semua orang (kullo;
LAI: setiap orang, ayat 9b)); air bah, umat-Nya. Semuanya ini mewakili segala
ciptaan. Pemazmur juga menginginkan agar segala ciptaan termasuk manusia (secara
khusus umat-Nya) memberikan kemuliaan kepada TUHAN Yahowa.
d)
Apabila pemazmur
mengatakan laYHWH kabod waoz (LAI:
kepada TUHAN kemuliaan dan kekuatan), itu dapat juga diterjemahkan dengan “bagi
TUHANlah kemuliaan dan kekuatan”, dalam arti bahwa TUHAN lah pemilik kemuliaan
dan kekuatan. Apa yang sudah dimiliki TUHAN Yahowa, itulah yang diberikan
kepada-Nya. Dan apa yang tidak menjadi milik TUHAN janganlah diberikan kepada
Yahowa. Karena kemuliaan adalah milik TUHAN, maka jangan diberikan kepada-Nya
kehinaan (kebalikan dari kemuliaan). Karena kekuatan adalah milik Yahowa,
jangan diberikan kepada-Nya kelemahan. Kalau huria itu milik TUHAN, jangan
diberikan kepada-Nya organisasi milik Iblis. Dalam mazmur ini disebutkan secara
khusus kemuliaan (כבוד/kabod) (termasuk kemuliaan nama-Nya/ כבוד שמו) dan kekuatan (×¢×–/‘oz) sebagai milik Yahowa itu. Dua kata ini dapat merangkum semua yang dimiliki Yahowa, misalnya: kekuasaan,
kecemburuan, kebaikan, ketegasan, segala macam kemahaan, kepandaian, kepintaran,
hikmat, dan lain-lain yang dapat disebut manusia. Kata Ibrani kabod (כבוד) mempunyai arti yang luas: hormat,
kehormatan, kemasyhuran, kemuliaan (Achenbach, h.112);I. honour, glory, II. splendour,
majesty, III. abundance, wealth,
IV. heart, mind, soul (The AHaCL,
p.368) [lebih jelas lagi baca: TWAT/TDOT untuk kabod (כבוד)]. Sering saya katakan, sesuatu
yang kabod adalah sesuatu yang berbobot. Kalau tidak ada bobotnya, berarti
tidak ada kemuliaan di dalamnya. Arti ‘oz
juga punya arti yang luas: mighty (berkuasa), powerful (berkekuatan), sebagai kata
sifat: I. strong (kuat), vehement (berapi-api), fierce (kejam); II. strong (kuat), fortified (kuat), III. harsh
(keras), cruel (bengis), hardened (keras) (The AHaCL, p.594) [lebih
jelas lagi baca: TWAT/TDOT untuk ‘azaz/
‘ez ( ×¢×–×–/ ×¢×–)]. Di dalam pengakuan itu dikatakan bahwa bagi TUHAN Yahowa lah ‘oz
(kekuatan). Dalam ‘oz terkandung
semua pengertian bahwa segala hal dapat diperbuat dan diatur dan dijadikan oleh
Yahowa. Kalau kekejaman dan kebengisan juga milik Yahowa, maka manusia tidak
perlu kejam atau bengis terhadap sesamanya manusia dan terhadap sesamanya
ciptaan. Berikan saja kekejaman dan kebengisan itu kepada Yahowa.
e)
Pemazmur
mengajak “memberikan kemuliaan nama” Yahowa. Pemazmur menyerukan habu laYHWH
(dua kali di ayat 1 dan 1 kali di ayat 2; habu
bentuk imperatif.pl.masc. dari kata yhb/ יהב = to give, to set, to place). Terjemahan LAI kurang hurufiah, karena
tidak diterjemahkan duali habu laYHWH
di ayat 1. Seharusnya: Ayat 1: Berikanlah (habu)
kepada YHWH, hai anak-anak Allah; berikanlah (habu) kepada YHWH kemuliaan dan kekuatan. Ayat 2: Berikanlah kepada
YHWH kemuliaan nama-Nya. Bersujudlah (histahawu,
bentuk hithpalel dari kata sahah/שחה= to bow down, to worship (The AHaCL, p.708; = bersujudlah; menyembahlah,
beribadahlah) kepada YHWH di hadirat kudus. Yahab
(יהב) (memberikan, mengaturkan, menempatkan) itu bukan hanya sekedar
memberi (Ibrani: × ×ª×Ÿ natan), tetapi
mengandung arti “memasrahkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan yang
diberikan itu (dalam ayat ini: kemuliaan dan kekuatan)” kepada alamat pemberian
(dalam hal ini YHWH). Dengan “memberikan” seperti itu, nanti sipenerima
pemberian akan ‘memberikan’ itu lagi kepada pemberi. Makanya yang memberi
kemuliaan kepada Yahowa akan menjadi orang yang mulia; dan yang memberi
kekuatan kepada Yahowa akan menjadi kuat, karena pemberian dan kekuatan yang
diberikan Yahowa kepadanya.
Ayat 3-9: Suara
TUHAN di atas air, Allah yang mulia
mengguntur,
(suara) TUHAN di atas air yang besar.
Suara TUHAN penuh kekuatan,
suara
TUHAN penuh semarak.
Suara TUHAN mematahkan pohon aras, bahkan,
(suara) TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.
(suara
TUHAN) Ia membuat gunung Libanon
melompat-lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti anak banteng.
Suara
TUHAN menyemburkan nyala api.
Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar,
(suara)TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar.
Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang
mengandung, bahkan, hutan digundulinya;
dan
di dalam bait-Nya setiap orang berseru: "Hormat!"
a.
Suara TUHAN (qol YHWH) digunakan tujuh kali dalam
mazmur ini. Kalau kata TUHAN di ayat 3, ayat 5 dan ayat 8 dilengkapi dengan
“suara” dan yang dimaksud dengan “Ia” dalam ayat 6 adalah suara TUHAN (seperti
dibuat di atas), maka seluruh ayat 3
sampai ayat 9a berbicara tentang “suara TUHAN” dengan karya-karya yang dapat
dilakukannya sesuai dengan “kemuliaan dan kekuatan” yang dimiliki TUHAN. Suara
TUHAN dan karya-Nya merupakan penampakan dari “kemuliaan dan kekuatan” TUHAN.
Suara TUHAN kedengaran kalau TUHAN berfirman. Pemazmur tidak menggunakan kata
“Firman” (dabar) di sini, karena dia
tidak memberitahu apa yang dikatakan TUHAN. Dengan menggunakan kata “suara” (qol), pemazmur tidak perlu memikirkan
dan memaparkan bagaimana bunyi suara itu (cukup saja mengatakan bahwa suara itu
“mengguntur”), dan apa yang dikerjakan suara itu. Yang ingin diberitahukan
pemazmur adalah : a) di mana suara itu, b) bagaimana sifat suara itu, dan c) apa
yang diakibatkan suara itu.
b.
Di mana suara
TUHAN itu disebutkan di atas air... di
atas air yang besar. Seperti disebutkan di atas, keterangan tempat ini
menunjuk kepada peristiwa penciptaan dan peristiwa air bah. TUHAN berkenan
menggunakan air sebagai hekal
(istana; LAI: Bait, ayat 9), tempat tahta-Nya yang kudus. Untuk apa? Menurut
Kej 1:1-2 air besar yang disebut Samudera Raya perlu dikendalikan. Roh Allah
melayang-layang di atasnya untuk mengendalikannya. Suara selalu berhubungan
dengan ruah (yang kadang
diterjemahkan dengan Roh atau “angin”). Tak ada suara tanpa angin yang
merupakan nafas. Kalau dikatakan suara Allah ada di atas air, di atas air
besar, itu berarti pemazmur ingin mengingatkan bahwa suara TUHAN mengendalikan
air besar, dan air besar menjadi alat di tangan TUHAN. Kalau air besar
(samudera raya) atau air bah tidak dikendalikan, dengan tiupan angin (bd.
Kej.8:1) atau Roh (angin) Allah yang
melayang-layang di atas air itu, maka tidak mungkin tampak daratan, dan lautan,
serta cakrawala yang memisahkan air di atas dan air di bawah langit. Dalam pengendalian
air (besar) itu (suara) Allah mengguntur. Dengan demikian bukan suara gemuruh
air besar itu yang kedengaran, melainkan suara TUHAN Allah. Untuk mengendalikan
sesuatu yang membahayakan, harus gunturnya suara Allah yang lebih kuat hingga
dapat didengar. Beradanya suara TUHAN atau TUHAN di atas air, itu berarti,
TUHAN berkenan melakukan kehendak-Nya di
bumi, di tengah-tengah ciptaan-Nya.
c. Pemazmur memberitahu sifat dari suara TUHAN, yakni penuh kekuatan (בכח bakoah) penuh semarak (בהדר behadar) (ayat
4). Dari kesaksian-kesaksian dalam
Alkitab dapat diketahui kekuatan suara TUHAN, yang terdengar kalau TUHAN
berfirman. Di Kejadian 1 diberitahu bahwa TUHAN Allah mencipta dengan
berfirman: ‘Berfirmanlah Allah: “Jadilah....” (Kej.1:3.6.14.); “Hendaklah...”
(Kej.1:9.11.20); “Baiklah Kita menjadikan....” (Kej. 1:26). Dalam Mazmur 33:9 dikatakan: “Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka
semuanya ada.” “TUHAN mengguntur dari
langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya”
(II Samuel 22:14). “Dengar, dengarlah
gegap gempita suara-Nya, guruh
yang keluar dari dalam mulut-Nya” (Ayub 37:2). “Kemudian suara-Nya
menderu, Ia mengguntur dengan suara-Nya
yang megah; Ia tidak menahan kilat petir, bila suara-Nya kedengaran”(Ayub 37:4). “Maka TUHAN mengguntur di langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya” (Mazmur 18:1). “Apabila Ia memperdengarkan suara-Nya, menderulah bunyi air di
langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan
hujan, dan mengeluarkan angin dari perbendaharaan-Nya” (Yeremia 10:13). “Allah mengguntur dengan suara-Nya yang mengagumkan; Ia
melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita” (Ayub
37:5). Ayat-ayat ini adalah kesaksian
iman tentang kekuatan suara TUHAN. Suara
TUHAN penuh kesemarakan (hadar,
haderat bd. kata Indonesia: hadir, hadirat) suara TUHAN.
Kesemarakan suara TUHAN bukan hanya tampak dari lembut, keras, kuat dan
pelannya suara itu, tetapi juga dari beraneka ragamnya apa yang terjadi karena
suara TUHAN tersebut, seperti terlihat dari kesaksian dalam ayat-ayat di atas.
d. Ada
beberapa yang terjadi akibat kekuatan suara TUHAN, yaitu: 1)
mematahkan/menumbangkan pohon; 2) membuat gunung melompat-lompat; 3)
menyemburkan api; 4) membuat padang gurun gemetar; 5) membuat rusa betina
beranak; 6) menggunduli hutan. Pendengar mazmur ini tidak mengetahui, mengapa pemazmur
sengaja memilih hal-hal yang “kurang luar biasa” ini sebagai dampak/karya suara
TUHAN, bila dibanding dengan karya-karya suara (firman) TUHAN yang diberitahu di bagian
lain dari kitab Suci. Namun pemazmur dengan sengaja mengkaitkan peristiwa-peristiwa biasa itu dengan kekuatan
suara TUHAN. Dia ingin menyaksikan bahwa bukan hanya hal-hal yang luar biasa saja
yang terjadi karena suara TUHAN, tetapi juga hal-hal yang biasa, bahkan yang
dinilai orang sebagai peristiwa alamiah (seperti: pohon aras patah/tumbang; api
tersembur; rusa betina beranak; hutan gundul. Gunung melompat-lompat adalah kata
lain dari pada gunung berbukit-bukit. Gunung gemetar adalah untuk mengatakan
bahwa pasir di gurun bergeser-geser oleh angin yang bertiup). Yang mengalami perbuatan/dampak suara
TUHAN di sini terdiri dari: a) tanaman;
b) hewan; c) tanah/bumi. Terhadap ciptaan-ciptaan ini TUHAN berkenan melakukan
sesuatu. Pemazmur ingin mengajak semuanya ini memberikan kemuliaan dan kekuatan
kepada TUHAN.
e. Pemazmur mengatakan: ‘dan di dalam bait-Nya setiap
orang berseru: "Hormat!" Di ayat 10 dikatakan bahwa TUHAN bersemayam
di atas air bah (bd. Ayat 3). Tempat TUHAN bersemayam adalah hekal-Nya
(istana-Nya; LAI: bait-Nya). Hekal TUHAN adalah langit. Kalau demikian halnya,
yang ada di dalam bait/hekal TUHAN adalah segala sesuatu yang diciptakan TUHAN,
yang ada di bawah langit. Semuanya itu - menurut pemazmur - menyerukan “Hormat!” (Ibrani: kabod/ כבוד = Mulia!). Benar yang dikatakan
di atas, karena kemuliaan adalah milik TUHAN, maka segala yang ada di bawah
kolong langit memberikan kemuliaan (LAI: menyerukan: Hormat!) kepada TUHAN. Cara memberikan kemuliaan (menyerukan :
Hormat!) kepada TUHAN, sesuai dengan “talenta” atau pemberian TUHAN kepada
masing-masing. Itulah pekenanan TUHAN
yang luar biasa terhadap setiap ciptaan.
Ayat 10 : TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam
sebagai Raja untuk selama-lamanya.
Kemuliaan yang diberikan
semua ciptaan kepada TUHAN adalah kemuliaan seorang RAJA, karena TUHAN
bersemayam sebagai RAJA untuk selama-lamanya (ayat 10b). Kemuliaan
TUHAN - pasti menurut Daud - jauh lebih tinggi dari kemuliaan dirinya sebagai
raja. Yahowa sebagai RAJA berarti hanya perintah-Nya yang harus didengar dan
dipatuhi. Segala sesuatu yang ada itu adalah bala tentara Yahowa. Mereka
diharapkan senantiasa membela dan mendahulukan kepentingan Yahowa. Dari itu
mereka akan mendapat kemuliaan, kekuatan dan berkat.
Ayat 11: TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada
umat-Nya, TUHAN kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!
a.
Di akhir mazmur
ini, Daud memohon kepada TUHAN agar TUHAN
memberikan kekuatan kepada umat-Nya dan memberkati umat-Nya dengan sejahtera (shalom). Diharapkan bahwa TUHAN berkenan memberikan kekuatan (‘oz) yang dimiliki-Nya kepada umat-Nya.
Apabila kekuatan TUHAN dimiliki oleh umat TUHAN, maka umat TUHAN akan dapat
melakukan hal-hal yang biasa dan hal-hal yang luar biasa; hal-hal yang
sederhana maupun yang super. Tujuan penganugerahan kekuatan TUHAN kepada
umat-Nya adalah: 1) agar umat TUHAN
dapat meneruskan “misi” TUHAN di dunia, di tengah ciptaan-Nya. Misalnya:
inovasi ciptaan TUHAN; pelestarian ciptaan TUHAN; pemeliharaan lingkungan;
penegakan hidup tanpa dosa di dunia; mempertahankan diri dan kepribadian
manusia tetap sebagai manusia, tidak menjadi binatang, dan tidak menjadi
“dewa/dewi”. 2) agar umat TUHAN menggunakan kekuatan yang diberikan TUHAN itu
untuk mengurus segala kepentingan TUHAN di dunia, di tengah ciptaan TUHAN. 3)
agar umat TUHAN menggunakan kekuatan yang diberikan TUHAN itu untuk menyembah,
memuji, memuja dan beribadah kepada TUHAN. Sewaktu Tuhan Yesus menyuruh
murid-murid-Nya melakukan “misi pemberitaan Injil”, Tuhan Yesus membekali
mereka dengan “kekuatan” dari Tuhan Yesus. “Tanda-tanda
ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan
demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum
racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya
atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh"
(Markus16:17-18). (Catatan: orang anti- Kristen sering mencobai orang Kristen
tentang iman kepercayaannya dengan
meminta orang Kristen itu menunjukkan kemampuan yang dijanjikan Yesus
ini, agar mereka katanya percaya bahwa Yesus ini benar, tidak pendusta dan
Tuhan. Orang Kristen itu disuguhi racun, dan meminta meminumnya, dan mengejek
orang Kristen itu: ‘Minumlah, karena Tuhanmu akan membuat engkau tidak celaka
dan tidak mati!’ Menjawab pencobaan seperti itu, orang Kristen harus berani
mengatakan, seperti Tuhan Yesus katakan kepada Iblis: “Jangan engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!” (Luk.4:12). Sebab dengan memaksa minum racun sedemikian, si Anti
Kristen tidak mencobai orang percaya tersebut, melainkan mencobai Tuhan Yesus).
Umat Kristen tidak perlu pamer kekuatan yang dianugerahkan TUHAN kepada mereka.
Kekuatan itu terutama adalah kekuatan untuk mengampuni dosa dan mengasihi
sesama seperti diri sendiri, dan
mengasihi TUHAN dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi. Paulus
menuliskan dalam Roma 1:16: “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya,...”
b.
Satu lagi tujuan
penganugerahan kekuatan itu kepada umat TUHAN adalah untuk “menciptakan,
menegakkan/memelihara serta melestarikan damai-sejahtera (shalom)” di tengah
dunia, di kalangan seluruh umat manusia. Ada tujuh arti shalom: I. sound (sehat, masuk akal, logis), well in health ( baik dalam kesehatan).
II. the whole (keseluruhan), wholly (menyeluruh). III. peaceably, friendly disposed (dengan
damai, dengan bersahabat diatur/ditentukan). IV. health (kesehatan), welfare
(kemakmuran), prosperity
(kesejahteraan), peace (kedamaian).
VI. peace (damai sebagai lawan kata
dari perang). VII. friendship
(persahabatan). (The AHaCL, p.720). Damai adalah suasana rukun (dalam arti:
tidak ada perselisihan, bisa saling tolong menolong) di kalangan khalayak
ramai, rukun di kalangan yang bertetangga, rukun dikalangan yang berkeluarga,
rukun di kalangan antar umat beragama, rukun di kalangan bangsa-bangsa, rukun lintas
ethnis; rukun di kalangan lintas budaya; rukun di antara hati, jiwa, pikiran,
rohani dan badani seseorang. Bila Paulus mengajak umat Kristen:
“bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu” (Gal.6:2), itu berarti Paulus
meminta membuktikan adanya damai di kalangan Kristen. Menurut Paulus ada tiga
yang tetap (Batak: na hot; LAI: yang
tinggal), yakni: iman, pengharapan dan kasih (1 Kor.13:13), tetapi tiga hal
yang tetap ini tidak akan pernah jalan/terjadi apabila tidak ada damai. Jadi damai perlu juga lestari. Paulus
menganjurkan: “Sebab itu marilah kita mengejar
apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun”
(Roma14:19). “Dan berusahalah memelihara
kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3). “Berusahalah hidup damai dengan semua orang
dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat
Tuhan” (Ibrani 12:14). Damai itu
sangat penting, “sebab Allah tidak
menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera” (I Korintus 14:33). Tuhan
Yesus Kristus mengajarkan: ““Berbahagialah
orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya
Kerajaan Sorga” (Matius 5:10). Itu sebabnya salah satu persyaratan bisa menjadi
penatua/penilik jemaat (dalam arti seluas-luasnya, yakni: pendeta, guru jemaat,
diaken, bishop, uskup, paus, ephorus), dia harus pendamai (bd.I Timotius 3:3:
bukan peminum, bukan pemarah melainkan
peramah, pendamai, bukan hamba uang).
Begitu pentingnya shalom itu bagi kehidupan umat manusia, sehingga pemazmur
memohon agar TUHAN memberkati umat-Nya
dengan sejahtera (Ibrani: shalom, damai, damai sejahtera). Perlu diketahui,
bahwa perang, perselisihan, saling membunuh, saling mencuri/menculik, saling
berzinah, saling berdusta, korupsi, pencucian uang, jual-beli narkoba, akan terjadi dan akan terus merajalela,
apabila tidak ada damai (shalom) di
diri, di rumah tangga, di serikat, di nagori, di negara, di kalangan
bangsa-bangsa seluruh dunia, di kalangan umat beragama, di kalangan umat lintas
agama. Kalau tidak ada damai di
kalangan yang disebutkan di atas, maka (1) pembangunan tidak jalan, dan
kalaupun ada yang dibangun, itu semua akan dirusak kembali; (2) peribadahan
kepada Tuhan Allah yang manapun tidak bisa terselenggara dengan baik, dan
kalaupun ada peribadahan, itu akan digunakan memprovokasi umat untuk mengganggu
ibadah pihak lain. (3) perekonomian akan semakin hancur, karena hasil-hasil
ekonomi akan dilarikan ke luar daerah/negara yang tidak damai tersebut. (4)
ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan lebih cepat berkembang adalah ilmu
untuk merusak kehidupan kemanusiaan; (5) Perusakan lingkungan akan semakin menjadi-jadi.
Kalau ada damai di kalangan yang disebutkan di atas, maka kebalikan dari lima
butir yang disebutkan itu akan segera terjadi dan penghuni negeri dan penghuni
sorga akan bisa bersama-sama memberikan kemuliaan kepada TUHAN. Damai sangat
ditopang oleh aman. Aman itu dari kata Ibrani “amen”, yang artinya “benar, sintong, sungguh.” Damai otomatis ada
kalau tiap-tiap pihak, termasuk individu-individu hidup benar, dan sungguh.
Lawan kata dari amen (correct) adalah
korup (corrupt). Bermazmur sambil
berdoalah kepada TUHAN: Berkati jugalah umat-Mu yang sekarang dengan shalom
(damai sejahtera). TUHAN berkenan mendengar doa dan mazmur/pujian umat-Nya
sekarang ini.
Ditulis oleh: Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).
Memahami Evengelium (perikop khotbah) dari LUKAS 3:15-17 + 21-22
Pengantar
a. Lukas
adalah seorang tabib (sebutan sekarang: dokter), yang banyak meneliti penyakit
dan obat-obatnya. Dari professinya, dapat dimaklumi bahwa dia sungguh-sungguh
seorang peneliti yang berusaha membuat hasil penelitiannya seobjektif mungkin.
Mendengar berita tentang Tuhan Yesus dari khotbah-khotbah Rasul Paulus, dia
tertarik kepada Tuhan Yesus yang sering kali menyembuhkan penyakit. Dia temukan
bahwa masih ada “dokter/tabib” yang lebih unggul dan lebih berkuasa terhadap
penyakit-penyakit, termasuk terhadap penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh
para dokter zaman itu (dan bahkan sampai sekarang). Dia bertobat, menjadi
pengikut Paulus, yang tentu saja berarti menjadi pengikut Yesus Kristus. Dia
merasa sangat berharga dan bernilai bagi kemanusiaan zaman itu dan selanjutnya,
apabila berita tentang Yesus Kristus dikumpulkan didokumentasikan, dan diteliti
sampai sejauh mana kebenaran kesaksian-kseaksian itu. Niatnya itu semakin
terdorong untuk diselesaikan dengan sebaik-baiknya, setelah dia berjumpa dengan
dan didorong oleh Teofilus untuk membukukan semua yang benar tentang Yesus
Kristus. Teofilus (arti hurufiah namanya: pecinta Allah) adalah seorang pejabat Negara Romawi, yang karena
pertobatannya dan karena jabatannya disapa oleh Lukas sebagai yang mulia.
Bacalah tujuan Lukas menulis kitab Injil Lukas dalam Lukas 1:1-4 dan tujuan
Lukas menulis Kisah Para Rasul (Kis.1:1). Dari
Luk.1:1-5 dapat diketahui “ 1) Banyak sudah yang menulis tentang Yesus
Kristus, maka harus dipilah, mana yang benar, mana yang tidak benar. 2) Di antara
mereka yang menulis itu ada saksi mata tentang Yesus dan tentang apa yang
diperbuat-Nya. 3) Lukas mengadakan penyelidikan tentang segala peristiwa itu
dengan seksama dari asal mulanya. Lukas tidak hanya mengadakan penelitian
tulisan-tulisan (literature research),
tetapi juga penyelidikan di lapangan. 4) Kitab Lukas adalah hasil penyelidikan
itu, sebagai pendokumentasiannya dengan teratur. 5) Kitab Lukas sebagai bukti
bahwa ajaran yang diterima Teofilus itu sungguh benar. Inilah kejujuran yang
luar biasa dari Lukas dalam memperkenalkan karya tulisnya. Dia menerima ajaran
dan berita tentang Yesus Kristus dari gurunya Rasul Paulus, lalu dia
mengimaninya dan berusaha membuktikan kebenarannya. Dia berusaha seobjektif
mungkin dalam memaparkan berita tentang Yesus dan dan ucapan-ucapan Yesus
Kristus. Lukas membiarkan Teofilus menangkap sendiri makna dari yang didokumentasikan
Lukas tersebut setelah Teofilus membacanya, sekaligus menguji atau menguatkan
iman yang telah dianut Teofilus. Maksud Lukas itu berlaku sampai sekarang bagi
pembaca Kitab Injil Lukas. Pendapat Lukas tentang semua yang ditulisnya adalah:
Bahwa semua peristiwa yang diberitakannya tentang Yesus Kristus, ucapan-ucapan
Yesus, dan pendapat-pendapat tentang Yesus Kristus, yang Lukas bukukan, itulah yang paling benar. Dengan membaca
kitab Lukas, para pembaca dihantar bukan hanya untuk mengetahui iman Lukas
tentang Yesus Kristus, tetapi pembaca dihantar sampai bertemu dengan Yesus
Kristus, yang hidup dalam sejarah dan hidup di sorga selamanya. Yang menemukan
maknanya, akan mengaku Yesus Kristus Tuhan, Juruselamat, Anak Allah Yang Maha
Tinggi, Yang mengampuni Dosa, dan Yang menyediakan hidup kekal bagi pengikut
Yesus yang setia. Harus semakin banyak orang yang menjadi pengikut Yesus,
pengikut-Nya yang setia, laki-laki maupun perempuan.
b. Keteraturan
penyusunan hasil penyelidikan Lukas tentang segala peristiwa yang kena-mengena
dengan Yesus Kristus, sbb.: Yesus Kristus, Anak Allah Yang Mahatinggi (1:32)
(silsilah-Nya pun tidak hanya menyebut anak Adam, tetapi sampai kepada Anak
Allah, 3:38) , datang ke bumi melalui pengandungannya dari Roh Kudus di rahim
Maria dan kelahiran-Nya di Betelehem, bekerja di Galilea, Yudea (ada yang
menolak Yesus, dan ada yang menyambut Yesus). Yesus mengajarkan jalan kehidupan
dan hal beragama yang paling benar (memenuhi tuntutan PL dan menyelesaikannya,
lalu memulai yang sama sekali baru, tanpa menghapus yang lama), menyembuhkan
manusia, membebaskan manusia dari segala macam atau bentuk belenggu manusia; Dia
mati, dikuburkan, bangkit, mengutus murid-murid-Nya. Dia kembali ke sorga, memerintah dari sorga, menyertai para
pengikut-Nya dengan RohNya yang kudus. Dalam bingkai alur penyampaian berita
tentang Yesus yang dibuat Lukas ini sebaiknya penafsir memahami perikop khotbah dalam minggu
ini. `Kelahiran-Nya adalah saat Malaikat sorgawi mendeklarasikan bahwa Yesus yang lahir itu adalah Juruselamat, Kristus, Tuhan.
Berita pembaptisan-Nya juga dimaksudkan agar orang tahu, bahwa TUHAN (Yahowa)
mendeklarasikan Yesus adalah Anak-TUHAN
yang dikasihi-Nya, kepada-Nya TUHAN berkenan (bd. Luk.3:22). Lukas menulis
deklarasi itu sebagai ucapan yang langsung dari TUHAN: “Engkaulah Anak-Ku yang
Ku-kasihi, kepada-Mulah Aku berkenan!” (Luk.3:22). Pekerjaan-Nya mengusir
setan-setan, juga untuk menunjukkan bahwa para setan yang diusir itu pun
meneriakkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (baca: Luk.4:41). Pekerjaan-pekerjaan
Yesus sampai sebelum DIA ditangkap, bermuara kepada jawaban pertanyaan: Kata
orang banyak, siapakah Aku ini?
Menurut kamu, siapakah Aku ini?
Jawaban untuk pertanyaan ini beranega ragam; Yohanes Pembaptis (yang hidup
kembali); Elia atau salah seorang dari nabi-nabi yang telah bangkit; dan murid
mengatakan Yesus adalah “Mesias dari Allah”.(Luk.9:18-21). Penangkapan,
penderitaan, penyaliban dan kematian Yesus bertujuan untuk memberitahu dunia
bahwa Yesus adalah orang benar (Kepala
pasukan itu berkata: Sungguh orang ini adalah orang benar! (Luk.23:47). Lukas
tidak mengikuti Markus dan Matius tentang ucapan kepala pasukan ini. (Di Markus
dan Matius, kepala pasukan itu berkata: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah!”
(Mrk.15:39; Mat.27:54). Kebangkitan-Nya menghantar para murid-Nya mengaku,
bahwa Yesus yang bangkit itu Tuhan (bd. Luk.24:34). Yesus tidak pernah
mengatakan diri-Nya: Tuhan (dalam arti Adonay atau Kyrios), tetapi tidak
melarang murid-murid-Nya atau siapapun memanggil DIA dengan sapaan Tuhan
(Kyrios atau Adonay). Yesus dan juga para murid-Nya maupun para pengagum-Nya tidak
pernah mengatakan diri Yesus itu TUHAN (dalam arti Yahowa). Apakah dengan
demikian umat Kristen salah memanggil Yesus Kristus (Isa al-Masih) Tuhan
(kyrios/Adonay), seperti dituduhkan oleh kaum Islam sampai sekarang? Tidak!
Justru, umat Kristen sangat benar dalam hal ini sebagai cara mereka memuliakan dan
menghormati Yesus Kristus. Yesus Kristus itu tidak sekedar tuan (kyrios/adonay)
bagi umat Kristen, tetapi benar-benar Tuhan (kyrios/adonay), yang melebihi
kyrios/adonay yang ada di dunia ini. Kelebihan-Nya adalah karena Yesus Kristus
itu Anak Allah (Yang Mahatinggi), Juruselamat, Kristus (Mesias). Nama dan
diri-Nya adalah Yesus (Yesua), di dalam mana tersirat bahwa Yahowa
Menyelamatkan. Ini bukan akal-akalan dan memang tidak masuk akal. Itu bisa
dipahami kalau dipercayai. Iman yang mengaku Yesus Kristus itu Tuhan adalah
iman yang naik kelas, bukan yang turun kelas. Orang yang hanya mampu memahami
dan mengerti Yesus hanya sebagai nabi, al-Masih, orang itulah orang yang
imannya tidak naik bahkan turun kelas. Memanggil Yesus Kristus itu Tuhan,
berarti mengaku bahwa Yesus (Diri Yahowa yang datang menyelamatkan) adalah
penampakan diri YAHOWA sebagai manusia, sebagai Anak Allah. Di masa Yesus
bekerja di tanah Galilea dan Yudea, sudah terjadi perbedaan-perbedaan pendapat
dan pengenalan yang sangat kotroversial tentang diri Yesus. Dan itu berlangsung
terus sampai akhir zaman. Perbedaan pengenalan itu sudah didokumentasikan di
Perjanjian Baru, dan juga di al-Qur’an. Perbedaan itu tidak hendak melegitimasi
siapa yang benar, siapa yang salah, bukan
untuk saling salah-menyalahkan, tetapi itu semua memberitahu, sejauh mana
manusia dapat mengenal Yesus Kristus. Perbedaan pendapat itu tidak menjadi
alasan untuk saling mengkafirkan, atau saling menyalahkan. Yesus sendiri tidak
menyalahkan orang yang mengenal DIA kurang tepat, tetapi mengampuni mereka,
termasuk mengampuni orang yang menyalibkan DIA (bd. Luk.23:34). Penyaliban
Yesus adalah puncak dari hati manusia yang tidak mengenal Yesus dengan benar. Siapa yang mau mengimani pemberitaan Alkitab
Perjanjian Baru tentang Firman (yang menjadi manusia), dialah yang berbahagia
(bd. Luk.11:28). Karena berbahagialah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan
memeliharanya. Siapa yang hanya mampu menerima Yesus hanya sebagai nabi, dan
al-Masih, dilakukanlah ajaran nabi/Rabbi Yesus Kristus/nabi Isa al-Masih, yaitu
ajaran KASIH. Siapa yang mengenal Yesus itu Tuhan, perhambakanlah dirimu
kepada-Nya. Siapa yang mengenal Yesus itu Anak Allah, ikutilah DIA menjadi
anak-anak Allah. Kalau umat Kristen memberitakan dan menyebarluaskan kesaksian
bahwa Yesus itu nabi, imam, Raja, Juruselamat, Tuhan dan Mesias, itu bukan
menyebarluaskan ajaran sesat, melainkan ajaran yang ingin menunjukkan arti dan
makna Yesus Kristus bagi setiap individu, setiap kelompok, dan seluruh umat
manusia. Dan siapapun yang menerima dan mempercayai kesaksian itu, upahnya besar
di sorga, lebih besar dari segala pahala yang diupayakan manusia selama
hidupnya di bumi.
Memahami
isi dan pesan teks
a) Ayat
15: Tetapi
karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam
hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias,
Penduduk Yahudi di Yudea dan Galilea sedang sangat
tertekan secara politik, karena mereka sedang dijajah oleh Kerajaan Romawi.
Setelah Herodes Agung meninggal (sewaktu mendengar berita pembunuhan anak-anak
di Betlehem, tahun 4 seb.M), tanah Israel dibagibagi oleh Kerajaan Romawi untuk
diperintah keturunan Herodes Agung. (Archelaus memerintah Yudea dan Samaria (4
Seb.M – 6 ses.M); Herodes Antipas memerintah daerah Galilea (4 seb.M – 39
ses.M). Akhir pemerintahan mereka karena dipecat pemerintah Romawi. Mereka semua, sama seperti Herodes Agung,
adalah boneka pemerintah yang berkuasa di Roma. Gubernur Romawi yang menguasai
Yudea, Samaria dan Idumea, berkedudukan di Yerusalem, pada waktu Yesus dibaptis
adalah Pontius Pilatus (berkuasa thn 26 ses.M – 36 ses.M). Yesus tampil ke muka
umum setelah berumur 30 tahun, yakni tahun 26 ses.M dan disalibkan tahun 29
ses.M). (catatan: Kalender Internasional
yang sering disebut juga kalender Masehi
sekarang tidak persis dihitung mulai dari tahun kelahiran Yesus Kristus). Orang Yahudi ingin membebaskan diri dari
cengkeraman penguasa Romawi. Muncul
gerakan kemerdekaan oleh kaum Zelotes. Karena tekanan itu, pengharapan akan
datangnya seorang Mesias, yang membebaskan mereka dari penjajahan politik
semakin kuat. Di masa pemerintahan Herodes Agung orang Yahudi mengalami kebebasan
melaksanakan ibadah di Yerusalem. Bahkan Herodes Agung membangun Bait Allah yang
lebih besar dan lebih cantik menggantikan Bait Allah yang dibangun oleh Ezra,
Zerubabel bin Sealtiel dan Yesua bin Yosadak. Anak-anak Herodes meneruskan
pemberian kebebasan beragama dan beribadah bagi orang Yahudi. Tetapi penumpasan
untuk segala bentuk gerakan kemerdekaan sungguh sangat kejam. Hidup keagamaan
diatur oleh para pejabat agama di sekitar Bait Allah di Yerusalem. Mereka
sangat terorganiser berhierarkhi. Ada Imam Besar, ada para Sanhedrin (Hakim
Agama), para imam, dan kaum Lewi. Karena kebebasan bernafas dalam keagamaan
itu, muncul aliran kaum Farisi, aliran kaum Saduki, ahli Taurat. Situasi
politik membuat mereka berkolaborasi dengan pemerintah penjajah Romawi dan
Herodes. Pihak-pihak yang tidak setuju dengan kelompok Imam Besar ini
menyingkir dari masyarakat, dan mencari tempat aman untuk melakukan ajaran
agama mereka dan beribadah. Seperti misalnya, kaum Essene, penghuni gua Qumran,
dekat pantai Laut Mati. Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nazareth tidak
termasuk ke kelompok Imam Besar, dan juga tidak masuk ke dalam kelompok Essene, penghuni Gua-gua di
Qumran. Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus dari Nazareth adalah orang yang
dibesarkan di luar kota Yerusalem, dan belajar firman TUHAN di Synagoge yang ada
di tempat mereka dibesarkan, dan punya kebebasan pergi beribadah ke Yerusalem. Dua
tokoh Yahudi ini melihat perlunya orang Yahudi di zaman mereka bertobat. Untuk
itu mereka tampil menyerukan pertobatan kepada orang Yahudi. Mereka tidak pergi
ke Yerusalem untuk menyerukan pertobatan itu, tetapi pergi ke jalan di padang
gurun yang dilalui oleh para peziarah ke dan dari Yerusalem. Sebenarnya mereka
tidak mau mengganggu otoritas agama di Yerusalem. Waktu itu Sunat digunakan
sebagai pertanda bahwa orang yang disunat ini orang Yahudi atau sudah di-Yahudi-kan
(proselit). Sudah dimulai bahwa pertanda pertobatan harus dibaptis, agar
dosanya dihapus dan dapat memulai hidup yang baru. Karena sungai Yordan
satu-satunya sungai yang tidak kering di musim kemarau, sungai ini dipilih
Yohanes sebagai tempatnya membaptis. Kuatnya pengharapan Mesias di kalangan
orang Yahudi, membuat mereka selalu ingin kepastian apakah orang yang tampil
menyerukan pertobatan itu adalah Mesias yang dinantikan mereka. Dari itu dapat dipahami, mengapa datang orang
berduyun-duyun ari kota dan dari
mana-mana menemui Yohanes Pembaptis di padang Gurun, di tepi sungai
Yordan, dan minta untuk dibaptis, sekaligus ingin memastikan, apakah dia Mesias
yang dinantikan bangsa Israel. Sebab dalam Kitab Maleaki dikatakan:
“Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari
TUHAN yang besar dan dahsyat itu” (Mal. 4:5). (Pengharapan Mesias juga dipicu
oleh nubuat dalam Yes.4:2-6; 40:1f.; 52:8-9; Zef.3:14-20; Zak.9:9ff.). Mesias yang diharapkan umat itu (atau oleh
umat yang datang kepada Yohanes Pembaptis) adalah Mesias rajani dan sekaligus Mesias
imami. Yaitu Mesias yang akan menegakkan kembali tahta Daud (David) di
Yerusalem, dan sekaligus membersihkan Bait Allah dari imam-imam kolaborator itu
seperti diperbuat Elia menyingkirkan nabi-nabi Baal di gunung Karmel (1
Raj.18:20-46) demi menegakkan kembali agama Yahowa. Yohanes tahu kerinduan umat
Yahudi, tetapi dia tidak mengatakan dirinya lah pemenuhan nubuat itu.
Jawabannya sangat tegas, menunjuk kepada Yesus Kristus yang dari Nazareth.
b) Ayat
2: Yohanes menjawab dan berkata kepada
semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih
berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak
layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
Yohanes memberikan jawabannya kepada semua orang itu,
bukan hanya kepada murid-muridnya. Digarisbawahi kata “semua orang”. Jawaban
Yohanes harus diketahui “semua orang”. Mereka (semua) juga perlu saling
memberitahu tentang apa yang disaksikan Yohanes tentang dirinya dan tentang
Yesus. Itu penting, agar semua orang dapat mengkoreksi pengharapan mesias yang
dipegangnya, dan mengarahkan pengharapan mesiasnya itu kepada yang benar. Injil
Yohanes mendokumenkan lebih jelas
jawaban Yohanes Pembaptis yang menegaskan bahwa dia bukan Mesias, bukan Elia,
tetapi dia (Yohanes Pembaptis ) adalah Yang berseru-seru di padang gurun:
“Luruskanlah jalan Tuhan seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya”
(Yoh.1:19-28).
Yohanes Pembaptis membedakan pembaptisan yang
dilakukannya dengan yang akan dilakukan Yesus Kristus. Menurut Injil Yohanes
pasal 3:26; 4:1-2, Ia (Yesus) memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari
pada Yohanes Pembaptis, - meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan
murid-murid-Nya,.... Yohanes Pembaptis
menegaskan bahwa dia membaptis dengan air (sebagai tanda pertobatan, Mat.3:11)
(sambil mengaku dosanya mereka dibaptis, Mrk.1:5b), dan yang dibaptis akan
diampuni dosa-dosanya (bd. Mrk.1:4). Pembaptisan menurut Yohanes Pembaptis
adalah materai pertobatan orang yang dibaptis dan pengampunan dosa orang
terbaptis oleh Yahowa. Di sini tidak diberitahu tentang metode Yohanes
Pembaptis membaptiskan orang yang bertobat/mengaku dosanya. Tetapi dapat
dibayangkan, bahwa orang yang akan dibaptis disuruh turun ke dalam Sungai
Yordan (karena kata-kata Yohanes : Aku
membaptis kamu dengan air dapat
diartikan dengan Aku membaptis kamu dalam air), lalu Yohanes Pembaptis
memintanya mengaku dosa sebagai tanda pertobatannya, kemudian Yohanes Pembaptis
memandikan atau membenamkan (arti kata Yunani: baptizo) sambil mengatakan berita pengampunan dosa bagi si
terbaptis. Dengan demikian dosa orang terbaptis diampuni, dan dia menerima
hidup sebagai orang yang telah diampuni dosa-dosanya, yang tentu saja
diharapkan tidak melakukan dosa lagi. Si Terbaptis kembali menjadi orang Yahudi
yang beragama yang benar (agama Yahowa). Yohanes Pembaptis menjelaskan beberapa
hal yang perlu dilakukan orang yang sudah terbaptis (baca: Lukas 3:8-14).
Baptisan dengan (dalam) air merupakan perkembangan
baru dalam agama Yahudi (pengikut Yahowa) di masa menjelang kelahiran Yohanes
Pembaptis dan Yesus hingga ke abad pertama Masehi. Praktek keagamaan ini
merupakan pengembangan dari ritus dalam agama Yahudi yang dikenal sebagai ritus
“Pentahiran” dan ritus “Pembasuhan” (baca: Imamat 14:8; 15:5; 17:16), yang di
masa kenabian dipahami sebagai pembersihan dari dosa (bd. Yes.1:16; 4:4;
Yeh.36:25; Zak.13:1). Di masa Yohanes Pembaptis pembaptisan itu sudah dibuat
sebagai bagian dari ritus peresmian orang asing menjadi penganut agama Yahudi
(ritus proselitisasi), yang dikenal dengan baptisan proselit. Selain disunat,
seorang proselit dibaptis. Terutama bagi perempuan yang proselit, baptisan itu
menjadi tanda utama bahwa dia sudah masuk menjadi penganut agama Yahowa. Di
masa Yohanes Pembaptis, kaum Yahudi Qumran sudah melakukan baptisan untuk
penerimaan anggota baru. Tetapi baptisan Yohanes Pembaptis bukan duplikasi dari
baptisan-baptisan seperti itu, melainkan ada sesuatu yang baru dalam baptisan
Yohanes Pembaptis, sehingga dia terkenal sebagai “Pembaptis”. Yang baru dalam baptisan Yohanes Pembaptis
ialah, bahwa baptisan yang dilakukannya itu bukan pelengkap untuk sunat, tetapi
menandai orang bersunat sudah bertobat, dan bukan sebagai ritus penerimaan
pengikut yang baru, sebab dia tidak membentuk kelompok agama yang baru seperti
dilakukan kaum Essene di Qumran.
Lukas tidak mengikuti cerita Matius atau Markus
tentang ucapan Yohanes Pembaptis dalam
mengatakan siapa Yesus. Lukas tidak mengutip ucapan Yohanes Pembaptis
yang mengatakan Yesus sebagai: “yang datang kemudian dari padaku” (Mat.3:11;
Mrk.1:7; Yoh.1:29), sebab Lukas tahu, bahwa Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus
hidup di masa yang sama, dan seperti dikatakan dalam Yoh.1:29-30 Yesus itu
mendahului Yohanes dan sudah ada sebelum Yohanes Pembaptis (bd. Yoh.1:30).
Empat Injil, termasuk Injil Lukas, memberitahu bahwa Yohanes Pembaptis bersaksi
bahwa Yesus lebih berkuasa dari pada dirinya. Kesaksian itu benar.
Yang menjadi kekuasaan Yohanes Pembaptis waktu itu
adalah (1) kuasa memanggil orang untuk bertobat; (2) kuasa menghardik orang
berdosa; (3) kuasa menyampaikan pengampunan dosa kepada si Terbaptis atas nama
Yahowa; (4) kuasa meluruskan jalan bagi TUHAN. (5) kuasa membaptis Yesus atas
seizin Yahowa seperti dimintakan Yesus (bd. Mat.3:15). Kuasa Yesus yang lebih
besar dari itu adalah: (1) kuasa memasukkan orang bertobat ke dalam kerajaan
sorga; (2) kuasa menghukum orang berdosa yang tidak mau bertobat; (3) kuasa
langsung mengampuni dosa orang berdosa; (4) kuasa sebagai jalan kehidupan,
karena DIA sendirilah jalan itu; (5) kuasa membaptis orang bukan hanya dengan
air, tetapi terutama dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan (dalam) api. Dalam
membandingkan dirinya dengan Yesus, Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa membuka
tali kasut Yesus pun dia tidak layak,
walaupun perbuatan seperti itu – menurut adat Yahudi - sudah menandakan bahwa
status seseorang yang sangat rendah. Biasanya budak yang datang segera
menghampiri tuannya yang baru tiba di pintu rumahnya untuk membuka sepatu
tuannya. Seorang budak, yang diperkenankan tuannya untuk membuka sepatu
tuannya, apabila tuannya tiba di rumah, masih dipandang oleh tuannya sebagai
budak yang dikasihi tuannya atau dihormati tuannya sebagai budaknya. Apabila
seorang budak tidak diperkenankan tuannya membuka tali sepatu tuannya, itu
berarti budak tersebut sudah dianggap sama sekali tidak berharga di rumah
tuannya. Apabila Yohanes Pembaptis mengatakan dirinya tidak layak membuka tali
sepatu Yesus, dia sudah sangat merendahkan diri, dan sangat meninggikan Yesus
Kristus yang sudah diberitahu soal kedatangan-Nya.
Salah satu kelebih-berkuasaan Yesus - menurut Yohanes
Pembaptis – adalah bahwa Yesus membaptis dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan
(dalam) api (autos humas baptisei en
pneumati hagiô kai puri). Baptisan ini tidak menghilangkan baptisan dengan
(dalam) air. Makanya murid-murid Yesus melaksanakan baptisan dengan (dalam) air
(baca: Yoh.3:26; 4:1-2). Tetapi baptisan air itu masih perlu dilengkapi dengan
baptisan dengan (dalam) Roh Kudus dan dengan (dalam) api. Lukas dalam bukunya
Kisah Para rasul memberitahu satu peristiwa yang menunjukkan bahwa baptisan
dengan Roh Kudus dan api itu dan segala dampaknya tampak dilihat oleh mata (baca: Kis.2:1-13).
Di kesempatan lain, tidak tampak api dan dampak kehadiran Roh Kudus pada diri
orang yang dibaptis dengan Roh Kudus dan api. Misalnya: sewaktu Yesus
mengembusi para murid-Nya dan berkata: “Terimalah Roh Kudus!” (Yoh.20:22),
tidak tampak apa-apa pada diri murid-murid Yesus. Sewaktu pengikut Yesus di
Efesus diminta agar jangan hanya
menerima baptisan Yohanes Pembaptis, lalu mereka diminta agar dibaptis lagi
dengan baptisan Roh Kudus. Kepada mereka Paulus menumpangkan tangan, lalu Roh
Kudus turun atas mereka, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan
bernubuat (baca: Kis. 19:3-8). Tanda
yang nyata dalam diri seseorang yang telah dibaptis dengan (dalam) Roh Kudus
dan api adalah: (1) imannya naik kelas, dari iman kepada keselamatan Tauratis (syariah) atau
keselamatan karena menjalankan hukum-hukum agama, menjadi iman kepada
keselamatan yang dianugerahkan TUHAN dalam Yesus Kristus, dan karenanya dia
membuat hidupnya sebagai ucapan syukur kepada TUHAN yang menyelamatkannya. (2)
menjadi saksi atau bersaksi atas pengampunan dosanya. (3) mampu mengampuni dosa orang lain. (4) bersaksi
atas karya Tuhan Yesus Kristus yang utusan Yahowa menyediakan keselamatan bagi
seluruh manusia. (5) meninggalkan keagamaan-lamanya, yang membelenggunya dengan
berbagai ajaran yang membokong kebebasan intelektualnya. Sebenarnya baptisan
dengan Roh Kudus dan api ini selalu diperbaharui kepada setiap orang percaya
yang sudah dibaptis dalam nama Allah Bapa, dan nama Yesus Kristus dan nama Roh
Kudus, apabila berkat menurut Bilangan 6:24-26 atau berkat menurut 2 Korintus
13:13 disampaikan kepada orang percaya tersebut.
Dengan datangnya Roh Kudus kepada seseorang, api
imannya akan menyala-nyala menjadi saksi tentang Kristus. Pada saat pencurahan
Roh Kudus di hari Pentakosta itu, api tampak menyala di bagian kepala dari
setiap murid tersebut. Di kesempatan lain, hal seperti itu (api Roh Kudus) tidak
selalu tampak dilihat oleh mata telanjang. Kuasa Yesus membaptis dengan (dalam)
api bukan hanya menunjuk kepada api Roh Kudus yang membakar iman seseorang
menjadi saksi Kristus, tetapi juga menunjuk kepada kuasa Yesus membakar diri
orang berdosa, sehingga dosanya terlepas dari diri orang tersebut. Itulah api
pemurnian. Api-purgatory menyala atas kuasa Yesus, bukan karena persembahan
famili orang tersebut menebus dosanya. Api Roh Kudus itu ibarat api penempa perak/emas
yang memurnikan perak atau menguji emasnya sehingga semua unsur yang bukan emas
tertanggal, dan muncullah perak/emas murni (bd. Zak.13:9; Mal.3:3). Kuasa Yesus
menggunakan api juga menyatakan bahwa penghakiman dan penghukuman hanya di
dalam tangan Yesus Kristus dan DIA berkuasa menggunakan api kekal untuk
menyengsarakan orang-orang yang tidak mau bertobat, walaupun Roh Kudus telah
menyapanya agar dia percaya kepada Yesus.
c)
Ayat 17: Alat
penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk
mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan
dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."
Di sini Yohanes Pembaptis menegaskan kuasa Yesus menghakimi
dan menghukum orang yang tidak mendengar seruan bertobat, dan tidak mau masuk
di dalam Kerajaan Sorga atas undangan Yesus Kristus. Tidak ada kuasa seperti
itu di tangan Yohanes Pembaptis dan di tangan nabi manapun selama bumi ini
masih ada. Gambaran yang diberikan Yohanes Pembaptis itu sangat sederhana, dan
sangat biasa diketahui oleh umat Yahudi. Bagi Yesus tidak sulit memilah
mana/siapa yang berguna bagi-Nya dan siapa yang harus disingkirkan/dilenyapkan.
Itu semudah menampi (Batak Toba: mamurpur)
padi atau gandum agar jerami dan lapung
(bulir yang tidak bernas/bulir kosong) tersisih dari bulir-bulir bernas
(berisi). Angin yang berembus untuk menampi ada dalam kuasa Yesus, dan penampi
juga ada di tangan-Nya. Walau seluruh
dunia ini menyangkal bahwa Yesus yang punya kuasa “menghakimi”, “menghukum”,
bukan penyangkalan itu yang berlaku. Penyangkalan atas kuasa Yesus itu akan
membuat semakin banyak orang menjadi jerami atau/dan lapung. Yesus pasti datang dari sorga untuk menghakimi orang yang
hidup dan yang mati (bd.PIR orang Kristen). Kemudahan memilah orang beriman dan penyangkal
Yesus, pernah dibandingkan dengan mudahnya magnit melekatkan besi kepada
dirinya dan yang bukan besi akan dengan sendirinya tidak ikut ter-magnit. Tetapi
pembandingan ini kurang cocok, karena pembandingan itu bisa menjadi alasan
bahwa ada pihak tertentu sudah dari kodratnya tidak akan termagnit. Bagi Yesus
tidak ada manusia yang terpredestinasi
harus menjadi jerami atau lapung.
Hanya penolakan kepada Yesus membuat orang menjadi jerami atau lapung, yang akan dibakar dengan
api-TUHAN. Di zaman sekarang penampi itu sudah bisa berbentuk mesin kipas-penampi
bulir padi sewaktu panen, yang sederhana dan yang super modern.
Di negeri agraris sungguh sangat diketahui, bahwa
petani harus menampi hasil panennya untuk membersihkan tempat pengirikannya,
sehingga segala yang tidak berguna tidak ikut terbawa sewaktu hendak membawa
hasil panen ke rumah dan memprosesnya untuk dimasukkan ke lumbung. Semua jerami
dan sampah panen itu harus dibakar, sehingga itu tidak mengganggu pengolahan
sawah/ladang kembali untuk musim penanaman berikut. Debu jerami terbakar masih
berguna untuk menyuburkan kembali tanah yang akan diolah. Tetapi kalau debu itu
akan terbawa air hujan deras yang melanda, maka semakin tidak berguna, dan akan
hilang begitu saja. Kalau nasib seorang manusia seperti nasib jerami dan sampah
panen itu, itulah kehidupan yang paling ngeri. Tiada yang lebih ngeri dari
hidup dan akhir hidup yang tidak berguna, di bumi atau di mana saja. Makanya,
setiap manusia harus berusaha agar dia tidak menjadi sampah masyarakat.
Bulir gandum atau bulir padi yang bernas akan disimpan
di lumbung. Tujuannya bukan untuk membuat bulir-bulir itu lapuk sendiri dalam
lumbung. Buli-bulir padi/gandum yang ada di lumbung adalah harta yang sangat
berguna untuk mencegah adanya orang yang kelaparan, harta yang sangat
bermanfaat dalam rangka mensejahterakan orang banyak. Dengan adanya padi/gandum di lumbung, semua
orang harus kenyang, semua menjadi sejahtera. Padi/gandum yang menjadi lapuk di
lumbung akan menjadi sama seperti jerami atau sampah panen yang harus dibakar
agar tidak mengganggu proses pensejahteraan manusia di tahap berikutnya. Tuhan
berkenan untuk mensejahterakan manusia tanpa pandang bulu. Manusia harus
memelihara dirinya agar tetap menjadi manusia yang tetap utuh dan segar, baik
dalam kualitas iman, badani, rohani, psikhis, dll.
Ada orang mengatakan, bahwa api yang membakar jerami,
sangat mudah dipadamkan, apalagi dengan alat-alat pemadam api yang sangat
canggih sekarang ini. Tetapi nats ayat 17 mengatakan bahwa yang tidak
terpadamkan bukan api yang menyala karena jeraminya itu dibakar, tetapi api
yang dipakai membakar jerami itu adalah jenis api yang tidak terpadamkan. Di
dunia ini masih banyak jenis api yang tidak terpadamkan oleh manusia. Salah
satu contohnya adalah api vukanik yang berada di gunung berapi yang ada di bawah
permukaan laut; atau contoh lain: api yang mampu membakar meteor yang hendak
jatuh ke bumi. Api TUHAN pasti lebih berkualitas dari jenis-jenis api
sedemikian. Tetapi ada satu alat pelindung bagi manusia agar api TUHAN itu
tidak mempan mambakar seseorang, yaitu iman kepada Yesus Kristus, Tuhan, Anak
Allah, Juruselamat, Rasul, Rabbi, Penyataan Terkhusus Yahowa yang datang
Menyelamatkan umat manusia, sesuai pemberitaan Kitab Suci. Iman itu lebih
handal dari pada pakaian anti api tercanggih yang dikenakan tenaga pemadam
kebakaran di zaman sekarang.
d)
Ayat 21-22: Ketika
seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan
sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah
Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari
langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Lukas tidak menceritakan dialog Yesus dan Yohanes
Pembaptis sewaktu Yesus mendatangi Yohanes Pembaptis lalu turun ke Sungai Yordan untuk dibaptis.
Dialog itu dicatat oleh Penulis Injil Matius (baca Mat.3:13-17). Ditinjau dari sudut
penceritaan, sebenarnya Lukas harus
menaruh apa yang diberitakan dalam Lukas 3:18-20 sesudah apa yang diberitakan
dalam Lukas 3:21-22. Dalam ayat 21-22 Lukas menekankan bahwa terbukanya
langit dan turunnya Roh Kudus kepada
Yesus, “ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis” dan “ketika Yesus juga
dibaptis dan sedang berdoa”. Itu berarti – menurut Lukas – kumpulan orang banyak
itu sudah merupakan kumpulan orang-orang bertobat dan berita pengampunan
dosa-dosa mereka sudah sampai kepada mereka. Tidak ada di antara yang hadir di
situ yang tidak terbaptis. Dengan demikian mereka semua – tanpa kecuali – telah
dikuduskan. Orang banyak itu dikuduskan
oleh TUHAN untuk melihat peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas (= menghinggapi)
Yesus dalam rupa burung merpati; dan mendengar suara dari langit yang
menyaksikan : “Engkaulah Anak-Ku yang Ku-kasihi, kepada-Mulah Aku berkenan!” Dari
itu dapat dikatakan, bahwa tanpa pertobatan, pengampunan dosa dan pengudusan,
mereka tidak akan melihat peristiwa itu atau mereka tidak akan mengalami
pergaulan dengan TUHAN yang Mahakudus itu. Pergaulan umat TUHAN dengan TUHAN di
Bait Suci juga memprasyaratkan tindakan TUHAN seperti itu: Ada pengudusan
tempat suci itu, ada pertobatan (pengakuan dosa), dan ada pengampunan dosa, dan
pengudusan umat yang datang di Bait Suci itu, lalu diperdengarkanlah Firman
TUHAN. Secara khusus Lukas memberitahu bahwa Yesus berdoa ketika Roh Kudus
turun atas-Nya. DIA yang Anak Allah Yang Mahatinggi butuh berdoa kepada
Bapa-Nya yang di sorga. Tentu saja pengikut Yesus harus mengikut apa yang sudah
dicontohkan Yesus dalam peristiwa pembaptisan-Nya ini. Misalnya sewaktu para
orang tua membawa anak-anak mereka atau diri mereka sendiri untuk dibaptis dan
ingin menerima Roh Kudus sekaligus api Roh Kudus. Berdoa (proseukhomai) merupakan pekerjaan yang sangat penting bagi Yesus
Kristus dan bagi murid-murid-Nya. Yesus berdoa dengan teratur. Yesus
mengajarkan doa yang paling sempurna untuk didoakan murid dan pengikut-Nya,
yaitu Doa “Bapa kami”. Doa adalah
kesediaan diri, hati, roh dan jiwa sepenuhnya berkomunikasi dengan TUHAN dengan
kata-kata yang terdengar diucapkan atau
dengan kata-kata yang diucapkan dalam hati. Doa selalu bersifat permohonan,
sebagaimana seorang anak memohon kepada ayah atau ibu yang dipandangnya dapat
memenuhi permintaannya karena kasihnya. Yesus
mengajar para pengikut-Nya berdoa kepada TUHAN dalam nama-Nya, sehingga
permohonan mereka dalam doa itu terjamin untuk dikabulkan (bd. Mat.18:19-20). Banyak
orang sekarang ini memprotes: Mengapa harus berdoa kepada TUHAN dengan
perantaraan (dalam nama) Yesus Kristus, lebih baik langsung saja seperti
dilakukan Yesus Kristus sendiri sewaktu berdoa kepada TUHAN. Kalau ada jaminan
doa itu dikabulkan, tidak ada larangan untuk berdoa memohon langsung kepada
TUHAN. Pengikut Yesus berdoa dalam nama
Yesus, karena Yesus yang mengajar mereka
berbuat begitu. Itu bukan hanya menandakan bahwa Yesus adalah satu dengan
Bapa-Nya yang di sorga, tetapi juga sekaligus kesaksian bahwa penjamin
dikabulkannya doa seseorang adalah doa permohonan yang disampaikan dalam nama
Yesus. Berdoa dalam nama Yesus adalah kesaksian bahwa TUHAN itu adalah rahman
dan rahim, penuh pengasihan/berkat dan penuh rahmat.
Apa yang didoakan Yesus setelah DIA dibaptis, tidak
diberitahu oleh Lukas. Orang hanya dapat menduga: (1) DIA memohon agar
kedatangan Roh Kudus kepada-Nya ditunjukkan
sebagai penglihatan nyata. (2) DIA memohon kekuatan dari TUHAN karena
DIA akan memulai misi-Nya di tengah umat manusia. (3) DIA memohon agar TUHAN memberi
buah-buah keselamatan bagi semua yang telah terbaptis waktu itu dan di kemudian
hari. Banyak lagi yang mungkin dapat diduga. Setiap orang dapat mengambil makna
yang baik dari doa Yesus. Itu lebih penting daripada bertengkar dan
bersoal-soal tentang “Mengapa Yesus berdoa, Dia kan Anak Allah?” Yesus
memperagakan apa yang dimiliki-Nya untuk menjadi teladan bagi orang yang mau
mengikut DIA.
Diberitahu langit terbuka untuk menyatakan bahwa Roh
Kudus itu datang dari atas, bukan dari bawah bumi. Roh yang datang itu bukan
seperti roh yang dilihat oleh pemanggil arwal/roh peramal sebagaimana diberitahukan dalam 1 Sam.28:1-20, walaupun
di sana bahwa yang muncul kepada perempuan pemanggil arwah itu “sesuatu yang
ilahi muncul dari dalam bumi” (1 Sam.28:13b). Roh yang datang kepada Yesus
bukan sesuatu yang ilahi dari dalam bumi, bukan salah satu roh yang gentayangan
di bumi, bukan roh Abraham, Ishak, Yakub, Daud, atau roh salah seorang dari
kakek moyang Yesus menurut silsilahnya. Roh yang datang kepada Yesus adalah Roh
yang turun dari langit (Yunani: ouranos;
Ibrani: haššamayim) yang terbuka. Roh
itu pasti adalah Roh dari TUHAN Yahowa, Bapa Yesus Kristus. Dari itu Yesus Kristus berhak mengkenakan pada
diri-Nya apa yang dinubuatkan nabi, sewaktu Yesus membaca Yesaya 61:1 “Roh
TUHAN ada pada-Ku, oleh karena TUHAN telah mengurapi Aku”, di rumah ibadat di Nazareth. Roh dari langit itu juga yang dihinggapkan
kepada murid-murid Yesus sewaktu pencurahan Roh Kudus, dan setiap kali orang
dibaptis dengan Roh Kudus.
Oleh Lukas diberitahu, bahwa Roh Kudus itu turun dan
hinggap pada Yesus dalam rupa burung merpati. Sampai sekarang rupa merpati ini
digunakan oleh huria Kristen menjadi simbol Roh Kudus. Mengapa harus merpati,
bukan burung “leang-leang mandi”
seperti dalam dongeng Batak Toba, atau burung gagak yang menghantar kebutuhan makan Elia di tepi
sungai Kerit (baca: 1 Raj.17:4). Tuhan sendiri yang tahu, mengapa DIA memilih
jenis burung ini sebagai penampakan Roh Kudus. Itu bukan berarti bahwa setiap
burung merpati penampakan Roh Kudus, dan bukan berarti bahwa orang Kristen
harus menyembah dan menghormati merpati untuk menghormati Roh Kudus, sebagai
wujud dari TUHAN Tritunggal. Umat kristen tidak seperti umat beragama lain,
yang menghormati lembu dan tidak memakan daging lembu, karena dalam kitab
sucinya diceritakan bahwa lembu pernah sebagai penampakan perbuatan dewa mereka
menyelamatkan/menolong umat manusia (kakek moyang) mereka. Umat Kristen tidak
seperti orang Batak Toba yang berpantang menyebut nama “babiat” (harimau) dan diganti dengan sebutan “nagogoi” di tengah hutan, karena adanya cerita turun temurun bahwa
“babiat sitelpang” pernah menolong
kakek moyang mereka, dan agar harimau tidak datang mengganggu mereka. Daging merpati tidak
dipantangkan oleh umat Kristen, walaupun mereka tahu bahwa merpati adalah salah
satu dari jenis persembahan yang disampaikan kepada TUHAN. Walaupun gambar atau
patung merpati sering ditemukan di rumah ibadah Kristen, itu bukan berarti
bahwa umat Kristen mendewakan merpati. Itu hanya sekedar mengingatkan bahwa
TUHAN pernah menggunakan rupa burung merpati sewaktu Roh Kudus hinggap kepada
Yesus. Merpati memang merupakan yang kedua
dari makhluk ciptaan TUHAN yang digunakan TUHAN sebagai penampakan-Nya. Yang
pertama adalah “manusia” Yesus, yakni Firman yang menjadi manusia; dan dan yang
kedua adalah rupa merpati, yakni penampakan Roh Kudus yang turun atas Yesus. Inilah
makhluk ciptaan yang mewakili penghuni
darat, dan yang mewakili penghuni langit. Itu semua digunakan TUHAN sebagai
alat penampakan-Nya karena manusia tidak mampu melihat wujud TUHAN dengan
berhadap-hadapan muka. Umat Kristen terhibur, bahwa mereka nanti di sorga akan
melihat wujud TUHAN sebagaimana adanya. Merpati “putih” penampakan Roh
Kudus itu hendak menceritakan kepada
orang yang melihatnya, bahwa TUHAN: (1) suci, kudus (sekudus yang
disimbolkannya); (2) tulus, setia (bd.Mat.10:16); (3) mudah ditemui, sulit didapat
(bd. jinak-jinak merpati); (4) berada di seluruh dunia; (5) kecil tapi sangat
bermanfaat (bd. Im.12:8); (6) sanggup melaksanakan yang direncanakan-Nya (bd.
merpati surat).
e)
Suara yang mendeklarasikan siapa Yesus datang dari
langit, dari tempat mana Roh Kudus itu datang. Suara itu bisa saja sangat lembut
tetapi sangat jelas di dengar semua orang yang sudah dibaptis itu. Tidak diketahui sampai di mana suara itu
terdengar atau bergema. Bisa saja dibayangkan, bahwa suara itu kedengaran
sampai ke telinga hingga ke lubuk hati manusia di Asia, Amerika, Afrika,
Australia, Eropah, atau seluruh dunia. Kalau tidak terdengar di sana waktu itu,
maka melalui pencatatan suara itu dalam kitab Lukas dan penterjemahannya ke seluruh bahasa yang
digunakan manusia, membuat suara ini terdengar di seluruh dunia dan dalam
bahasa yang dipahami dan digunakan setiap orang. Tugas manusia – tanpa kecuali
– adalah mendengar apa yang dikatakan suara itu: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
(Yunani: su ei ho huios mou ho
agapetos, en soi eudokesa = Engaku adalah Anak-Ku Yang Kekasih-Ku, di dalam
(dengan) Engkau Aku berkenan). (Ibrani: ’attah
beni ’ahubi, beka hapatsti = Engkau Anakku, yang Aku
kasihi, di dalam Engkau Aku berkenan).
Ada dua orang tokoh berdiri di sungai Yordan itu:
Yohanes Pembaptis dan Yesus dari Nazareth. Suara dari langit mengatakan:
Engkaulah...? Siapakah yang dimaksud. Bisa saja masing-masing dari mereka
berdua mengatakan dirinyalah yang dimaksud dengan “engkau”. Tetapi penanda
kepada siapa kata-kata itu ditujukan adalah hinggapnya Roh Kudus kepada Yesus,
dan bersamaan dengan itu suara itu dikatakan. Jadi yang dimaksud dengan
“Engkau” adalah Yesus dari Nazareth, yang dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Lukas
mengikuti pemberitaan Markus. Untuk lebih jelas bahwa Yesus yang dimaksud Anak
Allah, Matius membuat kalimat itu sebagai berita dengan kalimat dalam bentuk
orang ketiga: Inilah Anak-Ku... (Mat.3:17), dan dalam Injil Yohanes
pemberitahuan itu berupa penjelasan panjang dari Yohanes Pembaptis sendiri
(baca: Yoh.1:29-34; 3:22-36).
“Engkau” (Yunani: su),
bentuk orang kedua tunggal, menunjuk kepada ketegasan bahwa tidak ada yang lain
sebagai Yang Kekasih bagi TUHAN. Engkau itu adalah Yesus yang telah dihinggapi
Roh Kudus. Dia yang berada dalam kandungan Maria dari pada Roh Kudus, sekarang
ditegaskan sebagai Anak Yang Kekasih TUHAN, yang satu-satunya, Yang dimasuki
Roh Kudus. Dulu keberadaannya dalam kandungan dari pada Roh Kudus hanya
diketahui Maria, sekarang keberadaan-Nya yang dihinggapi Roh Kudus sebagai Anak
Allah diberitahukan kepada publik. Peristiwa pencurahan Roh Kudus (setelah
kenaikan Yesus ke sorga) merupakan pemberitahuan kepada seluruh umat manusia. Tujuan
penulisan Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah memberitakan tentang Yesus, mulai
dari hanya diketahui satu orang, kemudian oleh dua orang, satu famili, satu
kampung, satu wilayah, satu negeri, satu negara, kemudian oleh seluruh bangsa,
dan selanjutnya berita itu harus sampai
ke ujung bumi oleh para pecinta Yesus.
Suara dari sorga itu yang mengatakan Yesus adalah Anak
Allah. Itu bukan tukang-tukangan umat Kristen. Sewaktu Yesus hendak ada dalam
kandungan Maria, suara malaikat itu yang memberitahu bahwa yang dikandungan itu,
yang akan bernama Yesus, akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Malaikat
sorgawi itu yang memberitahu bahwa bayi yang lahir dari rahim Maria di Betlehem
adalah Kristus, Tuhan, Juruselamat. Menurut Yesus bahwa Petrus mengenal Yesus
sebagai Mesias dari Allah karena Bapa-Nya Yesus yang disorga menyatakannya kepada
Petrus (bd. Mat.16:17). Para murid Yesus hanya mengikuti pemberitaan itu dalam
mengenal Yesus. Injil yang memberitahukan Yesus sedemikian bukan Injil palsu.
Pemberitahuan dan penyangkalan tentang hal itu, yang ditulis orang jauh (bahkan
ratusan tahun berikutnya) merupakan berita rekayasa iman dan palsu walaupun itu
diatur sedemikian agar logis dan masuk akal manusia. Yesus tidak pernah
mengatakan diri-Nya Tuhan (kyrios/adonay), tetapi tidak melarang
murid-murid-Nya memanggil DIA Tuhan. Alasannya, karena panggilan sedemikian
bisa saja tidak menyinggung para penganut agama abrahamistis yang ada waktu
itu. Manusia pun waktu itu bisa dipanggil kyrios/adonay, dan Yahowa pun bisa
dipanggil kyrios/adonay. Mengherankan kalau ada orang di zaman sekarang
menyalahkan umat Kristen kalau umat Kristen mamanggil Yesus itu kyrios/adonay
(tuan/Tuhan). Tetapi pemberitaan bahwa
Yesus Anak Allah atau Mesias dari Allah bisa saja sangat menyinggung perasaan
dan keyakinan Yahudi, sebab mereka beranggapan bahwa Mesias tak mungkin muncul
dari Nazareth. Mereka tidak tahu Yesus adalah keturunan Daud, dan lahir di
Betlehem. Yesus melarang murid-Nya
menggembar-gemborkan Yesus adalah Mesias dari Allah, karena bisa berkonotasi
lain kepada umat Yahudi, dan para pejuang kemerdekaan Yahudi.
Yesus membiarkan orang memanggil DIA sesuai dengan
sejauh mana orang itu mengenal Yesus, dan Yesus tidak keberatan, apabila orang
itu menghormati Yesus sesuai dengan pengenalan orang tersebut, yang memang
selalu merupakan pengenalan yang tidak sempurna dan tidak pernah akan menjadi
berlebihan. Yesus tahu bahwa DIA pasti tidak bisa dikenal oleh manusia dengan
pengenalan yang sempurna. Yang penting, orang itu jujur menghormati Yesus
sejauh pengenalannya terhadap Yesus. Kalau orang itu mengenal Yesus sebagai
al-Masih (Mesias/Kristus), jujurlah orang itu menghormati Yesus sebagai
al-Masih (Mesias/Kristus). Kalau orang itu mengenal Yesus sebagai Yesus dari
Nazareth saja, bahkan hanya sebagai manusia biasa saja, jujurlah orang itu
menghormati Yesus dengan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya yang Dia sampaikan sewaktu
DIA mengambil rupa seorang hamba (Yesus yang kenosis). Kalau orang itu mengenal
Yesus sebagai Tuhan, jujurlah orang itu menghormati Yesus sebagai Tuhan/tuan/kyrios/adonay
bagi orang itu. Kalau orang itu mengenal
Yesus sebagai Anak Allah, jujurlah orang itu menghormati Yesus sebagai Anak
Allah. Kalau orang mengenal Yesus sebagai “Yahowa menyelamatkan”, jujurlah
orang itu menghormati Yesus sebagai Juruselamat. Semua orang tidak perlu bertengkar oleh karena
masing-masing dari orang itu mengenal Yesus sampai kepada pengenalan masing-masing yang
demikian. Semua orang itu tidak perlu saling tuduh menuduh sebagai sesat, atau
saling mengkafirkan. Sebab tidak ada dasar bagi seseorang mengkafirkan orang
lain karena berbeda pengenalannya terhadap Yesus. Yang persoalan adalah, kalau
sampai ada orang yang sama sekali tidak mengenal Yesus. Dan lebih susah lagi,
kalau ada orang yang menyangkal pengenalan tentang Yesus. Misalnya karena orang
itu mengenal Yesus hanya sebagai nabi, orang itu menyangkal pengenalan orang
lain bahwa Yesus itu sebagai Tuhan. Yang menyangkal itu adalah orang yang sok
lebih tahu dari Yesus sendiri. Yesus
membiarkan diri-Nya dikenal dengan lebih dari berjuta pengenalan. Satu pun
pengenalan itu tidak ada pengenalan yang sempurna. Hanya Yesus yang berkuasa
menyempurnakannya atau memperbaiki pengenalan yang kurang sempurna itu, kalau
orang yang menyatakan pengenalannya itu mau diperbaiki. Dengan pengenalan yang beraneka ragam itu
tentang Yesus, umat manusia dapat hidup dalam damai dan sejahtera serta rukun,
kalau manusia itu setia menjalankan ajaran Yesus sesuai dengan pengenalan
masing-masing. Adalah orang yang terhitung gila dan tak waras, kalau ada orang
yang mengenal Yesus itu pendusta, pembunuh, pezinah, atheis, pencuri, perampok
atau perusak hidup kemanusiaan. Kalau seseorang masih waras, dan mendengar
tentang Yesus atau bermimpi tentang Yesus, pasti seseorang itu akan mengenal
Yesus sebagai oknum yang positif dan yang baik. Maka berhentilah bertengkar
atau mempertengkarkan pengenalanmu dengan pengenalan orang lain tentang Yesus.
Bersama Yesus, carilah yang baik supaya kamu
hidup. Bersama Yesus, carilah TUHAN (Yahowa) maka kamu akan hidup (bd.
Amos 5:4.6.14). Kalau suara dari sorga mengatakan Yesus adalah Anak Allah yang
dikasihi Allah, lalu seseorang mengenalnya demikian, maka seseorang harus
direstui kalau dia menghormati Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi kalau seseorang
itu sewaktu mendengar suara dari langit
itu mengatakan: Tidak, Yesus itu adalah anak manusia!, itu tidak apa-apa,
tetapi seseorang itu diharapkan menghormati Yesus itu sebagai Anak Manusia, dan
melakukan ajaran-ajaran-Nya. Kalau demikian halnya, pasti Allah yang mengasihi
Yesus akan bertemu dalam kasih dengan manusia yang mengasihi Yesus dalam
pengenalan sedemikian. Indah semuanya kalau manusia yang punya berbagai
pengenalan tentang Yesus bertemu dalam kasih, dengan sesamanya dan dengan
TUHAN.
f. Suara
dari sorga itu menegaskan: “kepada-Mulah Aku berkenan” (en soi eudokesa = di dalam Engkau lah Aku berkenan). Kepada Yesus
yang terbaptis dan dihinggapi Roh Kudus itu pemilik suara itu berkenan. Preposisi
en dapat diterjemahkan dengan kepada (LAI), dan juga di dalam. Harus dipertimbangkan apa
maksud uacapan itu: Kepada Engkau?
atau Di dalam Engkau? Kalau en berarti kepada, berarti ada oknum yang jauh membuat tindakan terhadap
“Engkau”. Tetapi kalau en berarti di dalam, itu menunjuk bahwa ada oknum
yang berada dalam diri si “Engkau”. Dua
pengertian ini dapat digunakan untuk memahami ucapan itu. Yesus itu adalah
Firman Yang Menjadi Manusia. Melihat Yesus berarti melihat Allah Bapa. Kasih agapetos lah yang menghantar sampai
kesimpulan: Dirimu adalah diriku, dan Diriku adalah Dirimu. Kata eudokesa adalah orang pertama tunggal
aorist aktiv indikativ dari kata eudokeo
(21 x digunakan dalam PB), yang arti dasarnya: berkenan, senang, setuju, merasa
senang, menyukai (PBIK II, h.325). Eudokeo
terdiri dari eu (baik) + dokeo (berpendapat, berpikir). Kalau si
A itu eudokeo kepada si B, itu
berarti si A itu bisa senang kepada lalu berada atau bersama si B. Eudokesa
berarti saya telah berkenan. TUHAN berkenan berada di dalam Yesus. Kalau Roh
Kudus itu sebagai pertanda kehadiran TUHAN di diri Yesus, itu berarti dalam
peristiwa setelah Yesus dibaptis di sungai Yordan, dinyatakan bahwa yang berada
di sana: Anak Allah, Roh Kudus dan Firman. Itulah penampakan Yahowa yang bisa
menyatakan diri-Nya dalam Tritunggal. Allah Bapa bukan hanya menyukai Yesus
seperti anak kecil menyukai boneka, tetapi Allah Bapa menampakkan diri-Nya
dalam diri Yesus Kristus yang lahir dari Roh Kudus dan dipenuhi Roh Kudus dan ditunjuk Firman-Nya.
Yahowa berkenan kepada Yesus. Itu juga berarti Yahowa
berkenan kepada huria-Yesus, yang dipahami juga sebagai milik Tuhan (kyryake) atau tubuh Kristus. Yesus telah
menunjukkan hidup-Nya yang berkenan kepada Yahowa, Bapa Yesus Kristus. Tentu
saja, huria sebagai milik TUHAN atau sebagai tubuh Kristus harus menunjukkan
hidup yang berkenan kepada TUHAN.
Yang berkenan kepada Yahowa adalah karya Yesus dalam
hidup para pengikut Yesus, misalnya: (1) hidup sebagai manusia yang sudah
ditentukan sebagai warga Kerajaan Sorga. (2) Senantiasa hidup dalam pertobatan.
(3) Hidup sebagai orang yang sudah diampuni untuk mengampuni. (4) Hidup di
jalan TUHAN. (5) Hidup yang membawa/memenangkan orang lain kepada Yesus
Kristus.
Pematangsiantar,
5 Nopember 2015.
Pdt.
Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt LaMBaS).