MINGGU II SETELAH TRINITAS TGL. 5 JUNI 2016, EVANGELIUM : WAHYU 22:1-5

05.26.00 0 Comments A+ a-

WAHYU 

22:1 Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
22:2 Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
22:3 Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya,
22:4 dan mereka akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
22:5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
JALAN KE POHON KEHIDUPAN TELAH DIBUKAKAN,
MANUSIA BERIMAN TERPANGGIL MEMELIHARA KEHIDUPAN SEMUA CIPTAAN
1.   Sewaktu Jahowa mencipta langit dan bumi, DIA membuat ada dua tanaman yang karakternya sama-sama menjanjikan kehidupan. Satu bernama Pohon Pengetahuan tentang Yang Baik dan Yang Jahat, dan Pohon Kehidupan. Dua pohon ini sama-sama menghasilkan buah. Manusia dilarang memakan buah Pohon Pengetahuan tentang Yang Baik dan Yang Jahat, tetapi tidak dengan pengawalan yang ketat. Makan buah pohon ini membuat manusia menjadi pelanggar perintah TUHAN Jahowa, yang berarti “mati” (yang bukan berarti “menghembuskan nafas terakhir”). Manusia terhukum karena mereka makan buah Pohon Pengetahuan tentang Yang Baik dan Yang Jahat sewaktu dilarang oleh TUHAN. Manusia tidak sabar hingga TUHAN mengizinkannya. Manusia lebih mematuhi perintah ular, daripada mematuhi perintah Jahowa. Itulah dosa manusia. Setelah memakan buah pohon ini, TUHAN Jahowa mengatur penjagaan ketat terhadap Pohon Kehidupan, agar tangan manusia yang ternyata “usil”  tidak mengambil buah Pohon Kehidupan. Akses masuk ke tempat Pohon Kehidupan ditutup rapat, dan manusia diusir dari kompleks tempat Pohon Kehidupan (yang dikenal sebagai taman Eden). Mengapa? Kalau manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa itu memakan buah Pohon Kehidupan, maka manusia akan hidup kekal sebagai manusia pedosa, sebagai manusia terkutuk, terlaknat. Perlu dicegah agar manusia tidak demikian.  Manusia harus dituntun menjadi manusia yang “selamat”, yang “diampuni dosa-dosanya”, manusia yang dipulihkan sebagai manusia Adam sebelum jatuh ke dalam dosa, lalu diperkenankan menemukan buah Pohon Kehidupan, demi masa depan mereka yang mulia.
2.    TUHAN Jahowa menunjukkan Jalan Pertobatan kepada manusia, melalui Nuh dan keluarganya, melalui pemanggilan dan pemilihan Abraham, melalui pengutusan para nabi, tetapi kehidupan manusia semakin menjauh dari jalan TUHAN. Bahkan umat pilihanNya, Israel, justru semakin membelakangi TUHAN. Tetapi TUHAN juga mengubah paradigma-Nya. Jalan kekerasan untuk memaksa manusia ke jalan kebenaran TUHAN tidak lagi jalan yang efektif mentobatkan manusia. TUHAN tidak lagi melakukan “penghukuman mematikan”  terhadap manusia berdosa, melainkan membuka jalan keselamatan di dalam diri, karya dan kehidupan Yesus Kristus (Kelahiran, Pengajaran, Mujizat, Penderitaan, Ketersaliban, Kematian dan PenguburanNya, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Sorga) . TUHAN menyediakan Jalan Kasih (Yoh.3:16) sebagai akses menuju buah Pohon Kehidupan, yang dulunya tertutup ketat. TUHAN menciptakan “Eden yang Baru” berupa Langit dan Bumi Yang Baru yang berpusat di kota “Yerusalem Baru”. Di sana yang mengalir bukan lagi sungai Eden yang bercabang empat: Pison, Gihon, Tigris dan Efrat, melainkan Sungai Air Kehidupan, yang airnya seperti kristal saking bening dan jernihnya, dan iar itu sehat langsung diminum, dan air itu bukan  hanya merupakan air penyembuh dahaga, tetapi juga pembasmi segala macam yang bisa mengancam kehidupan; air yang menyembuhkan bangsa-bangsa. Di Eden Baru (yang berupa Langit dan Bumi Yang baru dengan pusat Yerusalem Baru) itu tidak lagi hanya satu Pohon Kehidupan, melainkan sungguh sangat banyak, tumbuh berjejer di tebing sungai itu kiri kanan. Buahnya tidak lagi buah yang langka, melainkan buah yang sangat lebat, sehingga mudah di dapat oleh setiap orang yang merindukannya untuk mendapatkannya. Seberapa banyak pun orang sampai di sana, pasti mendapat buah dari Pohon Kehidupan tersebut. Sungguh sangatlah keliru apabila ada orang yang tidak merindukan mendapat buah Pohon Kehidupan seperti itu.
Sekarang ini manusia selalu diajurkan memakan obat herbal, obat yang terdiri dari ramuan daun-daun tanaman. Pohon Kehidupan di Yerusalem Baru menghasilkan daun-daun yang berupa obat herbal paling mujarab. Jauh lebih mujarab dari daun tanaman “Penyambung Nyawa” yang sudah mulai dibuat menjadi tanaman pagar pekarangan sekarang ini; lebih mujarab dari daun “Pirdot” yang rebusannya bisa menghilangkan penyakit kanker; lebih mujarab dari daun “Min” yang ampuh menurunkan darah tinggi; lebih mujarab dari daun “Kumis Kucing” yang rebusannya bisa mencuci ginjal itu.  Daun “Pohon Kehidupan” digunakan untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Segala penyakit bisa disembuhkan daun Pohon Kehidupan apabila seseorang mendapat satu helai daun, dikunyah dan ditelan. Di tepi Sungai Air Kehidupan banyak sekali tumbuh subur  Pohon Kehidupan, daunnya rindang, sehingga sebanyak apapun manusia dari berbagai bangsa-bangsa membutuhkannya, persediaan tetap tercukupi.
3.      Bagian akhir kitab Wahyu Yohanes sengaja diakhiri dengan berita  tentang “Yerusalem Baru yang dialiri oleh Sungai Air Kehidupan dan tanahnya ditumbuhi Pohon Kehidupan, yang buah dan daunnya sangat berkhasiat. Di sana tidak dicari lagi sembako, tetapi semua manusia yang di sana cukup dihidupi dengan buah Pohon Kehidupan sebagai makanan, air dari Sungai Air Kehidupan sebagai air minum, dan daun Pohon Kehidupan sebagai “sayuran” penghilang segala macam penyakit, atau sebagai penyembuh bangsa-bangsa.  Kepada Yohanes  penglihatan  (yang merupakan bagian dari isi langit dan bumi yang baru) ini diungkapkan sebagai contoh untuk manusia di bumi, agar manusia di bumi merindukan adanya hal-hal sedemikian di tengah kehidupan, bumi maupun lingkungan hidup mereka. Biarlah dari sekian banyak kota yang dibangun oleh setiap bangsa-bangsa bagi mereka, ada sedikitnya satu kota yang dibangun persis sama dengan Yerusalem Baru yang di dalamnya ada Sungai yang airnya luar biasa jernih dan selalu siap untuk diminum tanpa diolah terlebih dahulu, ada pohon-pohon yang buahnya dan daunnya sangat berkhasiat bagi kehidupan manusia. Tanaman monokultur ini dikhususkan di pinggir kiri kanan sungai yang hulunya dimulai dari kota tersebut hingga ke hilir, tanpa merusak tanaman-tanaman yang ada di seluruh bumi. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk suatu negeri (suatu bangsa) yang jumlahnya satu setengah miliar (seperti di Cina), harus ada tanaman Pohon Kehidupan “dikebunkan” sebanyak 15.000.000. (limabelas juta pohon), dengan perhitungan setiap pohon menghasilkan seratus daun setiap bulan, dan seratus buah setiap bulan, agar setiap orang dari rakyat negeri mendapat satu buahnya dan satu helai daunnya dalam satu bulan. Tanah yang dipakai untuk menanam sebegitu banyak pohon diperlukan  seluas seratus lima puluh juta meter kuadrat (sepuluh meter kuadrat tempat satu pohon) atau sama dengan limabelas ribu hektar. Dengan demikian tanaman monokultur sedemikian tidak dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman-tanaman lain seperti dilakukan oleh para pemilik perkebunan kelapa sawit dan perusahaan hutan tanaman industri. (Sebenarnya setiap pemilik kebun kelapa sawit harus menanam pohon lain sedikitnya satu baris di pinggir kiri kanan semua jalan yang ada di kebun kelapa sawit itu sebagai tanggunjawab mereka melestarikan pohon-pohon yang sudah dibasmi dari arealnya). Demi kelestarian tanaman multikulktur, bisa saja pada akhirnya setiap keluarga menanam satu pohon “Pohon Kehidupan” di pekarangan masing-masing, berdampingan dengan pohon-pohon pekarangan lainnya. Bila Pohon Kehidupan itu ditanam di sepanjang pinggiran sungai, maka dengan sendirinya semua pinggiran sungai itu menjadi “taman kehidupan”, tidak lagi sebagai pembuangan sampah, atau tempat belukar tak berguna. Manusia di bumi harus berusaha membudidayakan tanaman “Pohon Kehidupan” tersebut. Benihnya sudah disediakan TUHAN dan akses ke sana sudah terbuka. Budidayakan tanaman buah, yang khasiatnya luar biasa untuk kehidupan. Budidayakan tanaman obat, yang khasiatnya menyembuhkan segala macam penyakit. Usahakan sungai-sungai tidak tercemar oleh apapun. Hutan-hutan multikultural (yang alami dan yang buatan manusia) harus terus dilestarikan, karena hutan-hutan itu menjadi sumber mata air bening, jernih dan tak tercemar.
4.   Sungai Air Kehidupan itu mengalir keluar dari takhta Allah cq tahta Anak Domba (kata kai diterjemahkan dengan cq. Karena di sana hanya ada satu tahta, bukan dua, ek tou thronou tou theou kai tou arniou). Tahta Allah berada di sorga (di atas langit ke tujuh). Dari langit turun dirus air yang biasanya paling jernih, sejernih kristal. Kalau air itu menjadi sungai di bumi, yang airnya jernih bagaikan kristal, berarti tidak ada terjadi polusi udara yang mengotori air yang datang dari tahta Allah tersebut. Air itu bisa jatuh ke hutan-hutan lebat di gunung-gunung sekitar Yerusalem Baru, dan menjadi mata air untuk Sungai Air Kehidupan, lalu air itu membentuk sungai yang airnya jernih bagaikan kristal. Itu berarti bahwa di gunung-gunung tidak terjadi penggundulan hutan, dan pencemaran lingkungan. Udara dan hutan itu sehat bukan karena tidak ada industri, bukan tidak ada penggunaan kayu oleh manusia, tetapi manusia dalam membangun industri mematuhi perintah TUHAN, sehingga industri-industri  yang bagaimanapun besarnya tidak mencemari udara sedikitpun; dan penggunaan kayu tidak membuat ekosistem menjadi berubah dan tidak membuat hutan-hutan gundul dan tercemar. Manusia-manusia beriman kepada TUHAN Yahowa sanggup dan berbuat luar biasa agar semua industri yang dikelolanya, dan kayu yang dibutuhkannya tidak merusak lingkungan, tidak merusak mutu udara, dan semuanya benar-benar sehat. Mereka sadar betul, bahwa apabila air Sungai Air Kehidupan tercemar sedikitpun, maka Pohon-Pohon Kehidupan akan menjadi layu, dan air itu akan menjadi racun bagi hidup manusia, lalu masa depan umat manusia terancam musnah. Oleh karena itu semua umat beriman kepada TUHAN sungguh-sungguh menjaga agar jangan sampai ada pasukan Iblis atau suruhan Iblis menyusup masuk untuk membuat air, hutan, sungai yang bersangkut paut dengan Sungai Air Kehidupan  menjadi cemar dan bernoda. Masa depan umat manusia sangat tergantung kepada kesungguhan umat beriman manjalankan tugasnya mengamankan air, hutan dan Sungai Air Kehidupan tersebut.  Hal seperti itu pun harus terjadi dan dilakukan oleh semua umat beriman kepada Yahowa dalam Kristus Yesus terhadap sumber-sumber vital yang menopang hidup manusia di zaman sekarang.
5.      Pohon-pohon Kehidupan itu tumbuh di tengah-tengah jalan kota, yaitu di seberang –menyeberang sungai itu. Di sini ada kombinasi pembangunan jalan, pemeliharaan Pohon Kehidupan dan penjagaan kebersihan air Sungai Air Kehidupan. Baik di jalan, di pohon maupun di sungai itu terpelihara kehidupan. Tidak ada yang saling mematikan, tidak ada yang saling merusak. Jalan itu  bukan hanya untuk manusia saja tetapi untuk semua makhluk yang merindukan kehidupan. Buah dan daun Pohon Kehidupan itu bukan hanya untuk manusia yang ingin hidup, melainkan juga untuk semua makhluk hidup yang ingin mendapat hidup yang sebenarnya. Air Sungai itu juga bukan hanya untuk manusia yang ingin hidup, melainkan untuk semua makhluk yang ingin mendapat hidup yang sebenarnya. Walau mereka semua berjejal-jejal di jalan itu untuk mendapatkan buah dan air yang dibutuhkan untuk kehidupan itu, mereka tidak ada yang saling sikut atau saling melukai atau saling menyakiti. Mereka bahkan saling membantu, agar semua mendapat, dan tidak ada yang pergi dengan tangan hampa. Mereka tidak seperti bangsa-bangsa yang negerinya dialiri air Sungai Efrat, yang di zaman-zaman terakhir ini saling berperang untuk memperebutkan tetesan air sungai Efrat yang semakin kering. Di Yerusalem Baru, para makhluk dan bangsa-bangsa yang beraneka ragam itu menciptakan suasana yang sangat damai, dan tidak ada permusuhan satu sama lain; tidak ada di antara mereka yang saling mengganggu, tetapi sebaliknya saling mengasihi, dan saling tolong menolong. Yang satu berlomba-lomba melakukan yang terbaik bagi yang lainnya, tanpa membedakan dari bangsa, suku bangsa yang mana, dan makhluk apa. Sekali dalam sebulan mereka melakukan perhelatan itu, sejalan dengan matangnya buah Pohon Kehidupan yang berbuah setiap bulan dan duabelas kali dalam setahun.
Daun-daun Pohon Kehidupan itu sangat berkhasiat menyembuhkan. Tetapi bangsa-bangsa yang membutuhkan kesembuhan tidak menggunduli setiap pohon agar mereka mendapat lebih banyak. Mereka semua memetik daun yang mereka butuhkan dengan penuh “kasih sayang” terhadap pohon-pohon itu, dengan disertai pengharapan bahwa setiap pohon itu akan semakin subur tumbuhnya dan daun-daunnya semakin segar dan rimbun. Walaupun pohon itu dianggap mendapat cukup hara dari air Sungai Air Kehidupan dan dari tanah tempat pohon itu tumbuh, namun manusia merawat pohon-pohon itu sebaik-baiknya, agar tidak ada dahan-dahannya yang patah, dan tidak ada akar-akarnya yang kekeringan dan tampak tak bertanah. Pohon adalah ciptaan yang hidup yang tidak dapat bergerak, dan membutuhkan perwatan dan pemeliharaan dari manusia. Pohon Kehidupan ditumbuhkan TUHAN di tepi Sungai Air Kehidupan (sebagai tanaman monokultur), tetapi kehadirannya tidak mengurangi betapa pentingnya pohon-pohon lainnya yang beraneka ragam (yang multikultur/heterogen) tumbuh di sekitar Yerusalem Baru di planet Langit dan Bumi yang Baru. Justru buah dan daun Pohon Kehidupan dibuat sangat berkhasiat bagi manusia, agar manusia berdaya dan berguna untuk mengurus, memelihara seluruh isi bumi (termasuk mengurus dan memelihara hutan-hutan dan penghuninya) dengan sebaik-baiknya agar semuanya bisa lestari, dan menikmati kebahagiaan yang dianugerahkan TUHAN Yahowa. Tersedianya makanan yang cukup dan kesehatan yang luar biasa bagi manusia, karena Pohon Kehidupan berbuah setiap bulannya dan daunnya senantaisa siap dipetik sepanjang tahun, tidak membuat manusia menjadi bermalas-malas dan menjadi tidak perduli pada lingkungannya. Justru sebaliknya, manusia yang makmur, sejahtera karena perbekalan makanan (berupa buah Pohon Kehidupan) dan air berlimpah dan kesehatan terjamin, menjadi semakin giat meneliti dan bekerja serta menghasilkan karya yang sangat dibutuhkan manusia dalam kemaslahatannya, tanpa merusaki lingkungan.
6.     Di seluruh isi langit dan bumi yang baru, yang berpusat di Yerusalem Baru tidak ada lagi laknat, kutuk dan hukuman karena dosa. Karena di sana tidak ada lagi manusia yang jatuh ke dalam dosa karena godaan Iblis dan karena pikiran-pikirannya yang melawan perintah TUHAN. Walaupun manusia penghuni Langit Dan Bumi Yang Baru, bukan seperti robot-robot, tetapi benar-benar sebagai manusia yang merdeka di hadapan TUHAN, tidak ada  manusia itu jatuh ke dalam dosa dalam meneliti, bekerja, berkarya dan dalam menikmati. Mereka sangat berbahagia bersama dengan TUHAN yang telah membuat mereka menjadi penghuni Langit dan Bumi yang Baru yang berpusat di Yerusalem yang Baru. TUHAN Yahowa tidak meninggalkan mereka dan mereka tidak meninggalkan TUHAN Yahowa. Kehadiran takhta Allah cq takhta Anak Domba di Yerusalem Baru dan TUHAN (Yesus Kristus) yang duduk di takhta itu merupakan pengayom dan pemberkati kehidupan semua penghuni Langit dan Bumi yang Baru. Takhta dan Yang Duduk di Takhta itu sama sekali tidak seperti Takhta dan yang duduk di takhta kekaisaran di Roma waktu itu, yang menjadi penindas dan penghancur bagi umat TUHAN. Dari Takhta Allah cq Takhta Anak Domba mengalir kehidupan, jaminan kehidupan, kebergunaan kehidupan dan kekekalan kehidupan yang disalurkan melalui air dari Air Sungai Kehidupan. Di kalangan Allah cq Anak Domba dan rakyat (penghuni/warga)  Langit dan Bumi yang Baru ada kebersamaan dalam segala hal, ada kasih (agave), ada hormat, ada kepedulian, ada suasana se-kebahagiaan, ada penjunjungan harkat masing-masing setinggi-tingginya dan sebaik-baiknya. Tidak ada pihak-pihak maupun individu yang menimbulkan penderitaan bagi pihak atau individu yang lainnya, walaupun pihak-pihak atau individu-individu yang ada di Langit dan Bumi yang Baru atau di Yerusalem Baru itu punya kebutuhan-kebutuhan dan di antara kebutuhan-kebutuhan itu ada yang sama, dan diperoleh dengan jumlah terbatas. Mereka hidup dalam damai dan sejahtera. Teratur tanpa diatur. Patuh tanpa diperintah.
Salah satu dari tanda kepatuhan dan keteraturan mereka adalah ibadah mereka kepada/bagi  TUHAN Yahowa. Memang hidup, kerja, karya dan nikmat mereka sudah diperbuat oleh mereka sebagai ibadah mereka. Tetapi selain itu mereka mengadakan ibadah bersama, ibadah raya kepada TUHAN dan bagi TUHAN. Mereka mengadakan perhelatan bersama yang mengagungjan TUHAN. Itu penting untuk menunjukkan kebersamaan seluruh warga Kerajaan Langit dan Bumi Yang Baru atau Yerusalem Baru, dan juga untuk menunjukkan kebersamaan mereka dengan TUHAN Yahowa yang mereka sembah. Dalam ibadah itu, di mana kebersamaan mereka dan kebersamaan mereka dengan  TUHAN dialami dengan sangat nyata, semua warga Kerajaan Yerusalem Baru di Langit dan Bumi Yang baru melihat wajah TUHAN Yahowa, dan mereka hidup. (Biasanya di Langit dan Bumi Yang Lama, barangsiapa melihat wajah TUHAN, dia akan mati). Kerinduan melihat wajah TUHAN Yahowa adalah kerinduan semua orang percaya kepada Yahowa. Makanya kepada semua orang percaya selama di bumi dan langit yang lama selalu dijanjikan: TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepada kamu.... (Bilangan 6:26). Wajah TUHAN Yahowa bukan wajah yang bengis dan mengancam, tetapi wajah yang sangat lembut, bersahabat dan berwibawa melindungi dan mengasihi. Wajah itulah yang tampak dalam wajah Tuhan Yesus Kristus, yang dilukis sedemikian rupa begitu indah dan lembut, penuh kasih. Anak yang baik dan mengasihi Bapanya pasti merindukan melihat wajah Bapanya yang demikian. Hanya anak durhaka yang tidak merindukan melihat wajah Bapanya yang sangat mengasihinya. Umat Kristen adalah anak-anak TUHAN yang sangat dikasihi, dan sangat merindukan melihat wajah Bapa sorgawi mereka yang tampak dalam wajah Tuhan Yesus Kristus yang sudah di sorga. Wajah TUHAN (Yesus Kristus) wajah yang memberkati, melindungi, menyinari, memancarkan kasih karunia, dan damai sejahtera.
7.    Nama TUHAN Allah yang disembah umat Kristen adalah YAHOWA (YHWH), dan YESHUA. Nama ini bisa diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang ada di dunia. Misalnya: Terjemahan YAHOWA: TUHAN, Theos, Allah, dan sebagainya. YESHUA : Yesus, Iesus, Isa, dan sebagainya. Nama itu menunjuk kepada diri TUHAN itu sendiri. Nama itu berdiam di rumah TUHAN. Sehingga di Bait TUHAN di Yerusalem, di pembatas Tempat Maha Kudus dan Tempat Kudus tertera tulisan : Y H W H (dalam tulisan Ibrani: Yoth, He, Waw, He). Dalam setiap rumah Ibadah Kristen dituliskan : A X P O (dalam tulisan Yunani: Alpha, Chi, Rho, Omega). Arti YHWH sudah diterangkan kepada umat Kristiani dalam tulisan-tulisan sebelum ini. Arti AXRO, adalah singkatan dari Alpha (Yang Awal, Yang Pertama dan Utama), Chi adalah singkatan dari Christus, yang berarti Mesias, Yang Diurapi; P adalah huruf R (dibaca Rho)  adalah singkatan dari Rema (Firman) (dalam bahasa Latin juga diperpanjang dengan Rex (=Raja), dan huruf O (Omega) berarti yang Akhir, yang menunjuk kepada kuasanya sebagai Hakim di Akhirat. Nama ini sering juga disingkat lagi dengan tanda “Salib”. Ada bangsa di dunia ini yang selalu bikin pertanda di dahi perempuan (berupa plek (titik) hitam atau plek (titik) merah, sebagai pertanda bahwa si perempuan sudah ada yang punya. Ada penganut agama di dunia ini yang menunduk sampai dahinya tersentuh ke tanah dalam menyembah sesembahan mereka. Tetapi umat warga Kerajaan Yerusalem Baru di Langit dan Bumi yang Baru (yang cikal bakalnya tak lain tak bukan adalah Umat Kristen) menuliskan Nama TUHAN di dahinya sebagai tanda bahwa baik berdiri maupun tunduk, Yahowa (Yesus Kristus) yang disembah, dijunjung tinggi, yang menguasai otak dan pikiran dan yang tertinggi dalam diri orang yang menuliskan nama itu di dahinya. Yahowa (Yesus Kristus) adalah Kepala bagi orang itu, dan pemilik (tuan dan Tuhan) diri (tubuh dan roh) orang itu senantiasa. Sering umat Kristen sekarang tidak men-“tato”-kan nama ini di dahi mereka, tetapi menggantikannya dengan kalung dan anting berlambang salib. Di Mesir ada orang Kristen meyakinkan orang lain bahwa dia pengikut Kristus dengan menunjukkan tanda salib yang di-tato-kan  di pergelangan tangannya sebelah dalam. Orang Yahudi zaman sekarang tidak menuliskan nama YHWH di dahi mereka, karena alasan keamanan dan pergaulan. Demikian juga umat Kristen, dan menggantikannya  dengan membuat tanda salib di dahinya dengan jari telunjuknya, sebelum dia pergi bekerja keluar dari rumahnya. Itu juga sangat berkhasiat melawan segala niat jahat para pembenci umat Kristen. Tanda itu membuat orang Kristen yang melakukannya selalu siaga secara rohani dan jasmani sepanjang hari.
8.   Di Kerajaan Yerusalem Baru di Langit dan Bumi yang Baru warganya juga butuh terang yang benderang. Malam (yang berarti kegelapan atau suasana gelap) tidak ada lagi di sana. Tidak ada pemisahan terang dan gelap, tetapi sepanjang waktu ada terang yang benderang. Untuk mengadai terang yang benderang, tidak perlu dibangun pembangkit listrik dari tenaga apapun (air, angin, sinar matahari, ombak, panas bumi, diesel, nuklir, dan lain sebagainya). Semua itu tidak perlu dibuat. Matahari dan bulan dan bintang sudah tidak berfungsi lagi untuk memberi terang. Sumber cahaya terang yang benderang satu-satunya adalah TUHAN Yahowa (Allah) cq Tuhan Yesus Kristus. Kalau planet Langit dan Bumi Yang Baru lebih besar dari bumi, manusia sekarang dapat membayangkan berapa besar tenaga dan energi yang dibutuhkan untuk menerangi planet Bumi dan Langit Yang baru sekaligus dari semua penjuru. Karena baik belahan timur, barat, utara, selatan dari planet Langit dan Bumi Yang Baru dalam waktu yang bersamaan sepanjang tahun terang benderang. Inilah keajaiban terang TUHAN (lebih ajaib lagi dari terang yang ada di awal penciptaan langit dan bumi yang lama yang diceritakan dalam Kejadian 1:1-2). Terang ini sangat beda dengan terang matahari, yang kalau terang matahari itu menyinari sebagian belahan bumi, maka belahan bumi lainnya mengalami kegelapan. Terang yang dari TUHAN menerangi Langit dan Bumi Yang baru keseluruhan sekaligus dalam waktu yang bersamaan sepanjang waktu. Kekuatan terang yang dari TUHAN itu bukan hanya seperti kekuatan lampu, tetapi memiliki kekuatan yang dapat membuat segala macam tumbuhan (terutama Pohon Kehidupan) dapat tumbun subur, sehat dan rindang. Jadi terang dari TUHAN itu tidak hanya sekedar terang, tidak hanya sekedar cahaya, tetapi terang dan cahaya yang punya energi yang menghidupkan, menyehatkan dan memungkinkan semua makhluk dapat berkegiatan. Kiranya masing-masing manusia membuka dirinya disinari oleh terang sedemikian.
9.    Dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. (Terjemahan hurufiahnya: dan mereka merajai selama-lamanya). (basileusousin = regnabunt = mereka merajai). Para manusia yang menjadi warga Kerajaan Yerusalem Baru di Langit dan Bumi Yang Baru turut merajai (memerintah/mengatur kerajaan) bersama dengan Raja Agung (TUHAN Allah cq Tuhan Yesus Kristus). Itu berarti setiap warga Kerajaan Yerusalem Baru merajai sedikitnya apa yang berada dalam kekuasaannya, yakni penelitiannya, pekerjaannya, karyanya, dan penikmatannya selama dia berada sebagai warga Kerajaan Yerusalem Baru di Langit dan Bumi yang Baru tersebut. Dalam melaksanakan tugas “merajai” tersebut, setiap warga Kerajaan itu membuat hal-hal yang menghidupkan, mensejahterakan, mendamaikan bagi dirinya dan bagi warga Kerajaan lainnya, sesuai dengan perintah dan pengaturan dari Raja Agung mereka (TUHAN Yahowa/Yesus Kristus). Kelakuan dan perangai mereka pun semuanya “rajá”, tidak ada yang berperilaku atau berperangai “musang” atau “hosuk”. Dengan demikian dalam Kerajaan itu tercipta kehidupan yang saling menopang, saling bahu-mambahu, tolong menolong, saling peduli, dan saling membantu, penuh kasih agave. Di sana tidak ada hosom, teal, elat, late, tetapi  melimpah dengan  buah-buah Roh (Galatia 5:22: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri)
10.  Kepada Yohanes telah diungkapkan suatu contoh kehidupan sorgawi kekal, yang dapat diterapkan di bumi sebagai pendahuluan dari Kerajaan Yerusalem Baru di Langit dan Bumi Yang Baru. Contoh itu merupakan contoh kehidupan yang ideal untuk manusia di planet bumi yang ada sekarang. Semua bangsa-bangsa dan semua penganut agama yang ada di planet bumi yang ada sekarang terpanggil untuk mewujudkan di bumi ini  keadaan, kehidupan dan kenikmatan yang ada di Kerajaan Yerusalem Baru tersebut dalam kehidupan nyata di millenium ketiga ini. Untuk itu, adalah tanggungjawab setiap bangsa dan setiap kelompok agama untuk menghilangkan segala “barrier” atau penghambat kerjasama dan kebersamaan mereka untuk mewujudkan suasana Yerusalem Baru - Langit dan Bumi Yang Baru itu di Langit dan Bumi yang sudah semakin tua ini. Hal ini sangat perlu direnungkan dan ditindak lanjuti dalam rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup yang diadakan kapan dan di manapun. Amin.
Pematangsiantar tgl. 13 Mei 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).