MINGGU VII SETELAH TRINITAS TGL. 10 JULI 2016, EVANGELIUM: ULANGAN 30:9-14
ULANGAN
30:9 TUHAN, Allahmu, akan melimpahi engkau dengan kebaikan dalam
segala pekerjaanmu, dalam buah kandunganmu, dalam hasil ternakmu dan dalam
hasil bumimu, sebab TUHAN, Allahmu, akan bergirang kembali karena engkau dalam
keberuntunganmu, seperti Ia bergirang karena nenek moyangmu dahulu --
30:10 apabila engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dengan berpegang
pada perintah dan ketetapan-Nya, yang
tertulis dalam kitab Taurat ini dan apabila engkau berbalik kepada TUHAN,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu."
30:11 "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini,
tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh.
30:12 Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang
akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada
kita, supaya kita melakukannya?
30:13 Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata:
Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita
dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya?
30:14 Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan
di dalam hatimu, untuk dilakukan.
KALAU INGIN MENDAPAT BERKAT, ITU MUDAH
BANGAT
1. Kitab
Ulangan merupakan kitab kelima dalam gulungan Pentateuch (Lima Kitab Musa) atau
Lima Kitab Taurat (Thora). Nama Kitab kelima ini dalam Kitab Perjanjian Lama
berbahasa Ibrani disebut ’Elleh Hadebarim ( = Inilah
Perkataan-Perkataan). Maksudnya perkataan-perkataan yang Musa katakan kepada
seluruh Israel di seberang Yordan di Padang Gurun di Arabah di tentangan Sup,
antara Paran dan Tofel, Laban, dan Hazeroth dan Di-Zahab. (Ul.1:1). Para
penterjemah kitab ini memberi judul buku tersebut dengan “Deuteronomium” (Kitab
Hukum Yang Kedua); “Ulangan” (Kitab yang diduga mengulangi Kitab Hukum Yang
sudah ada); “5 Musa” (karena Lima Kitab Taurat itu dipandang sebagai berasal
dari Musa, dan Kitab ’Elleh Hadebarim Sebagai kitab kelima). Semua
Judul terjemahan itu hanya sekedar penamaan, bukan hendak menunjukkan bahwa
kitab ’Elleh Hadebarim ini seperti arti yang tersirat dalam
Judul-judul itu. Orang Israel sering menamai Kitab dengan kata yang pertama
sekali dalam permulaan kitab tersebut. Besar kemungkinan, bahwa kitab Keluaran
(Ibrani: We’elleh Å emot = Inilah nama-nama) masih berupa
catatan-catatan dan belum lengkap sebagai satu buku yang utuh, sewaktu umat
Israel di bawah pimpinan Musa di seberang sungai Yordan, dan belum memasuki
Tanah Perjanjian (Tanah Kanaan). Kalau pun kitab Keluaran itu sudah ada sewaktu
Musa di seberang Sungai Yordan, maka atas penilaian Musa sendiri bahwa isi
Kitab Keluaran itu (terutama tentang hukum-hukum keagamaan, tata
peribadahan yang telah diaturkan Musa
dan cerita lanjutan perjalanan umat Israel) belum mencukupi, sehingga selagi
masih ada waktu baginya sebelum
meninggal, Musa menyuruh para juru tulisnya menyalin apa yang akan dikatakannya
untuk diketahui umat Israel sepanjang masa. Tentu saja para jurutulis tersebut
melanjutkan perkataan-perkataan Musa itu dengan berita kematian Musa sebagai penutup kitab
’Elleh Hadebarim tersebut. Semua perkataan-perkataan Musa itu ada 34
pasal, dan kalau satu pasal selesai didiktekan Musa dalam dua minggu, maka
dibutuhkan waktu bagi Musa dan para pencatat selama 66 minggu ( = 1 tahun 18
bulan) terus menerus untuk menyelesaikan Kitab ’Elleh Hadebarim.
Apabila dihitung waktu yang terhalang karena banyak tugas sehari-hari yang harus
dikerjakan Musa, maka dibutuhkan tiga setengah tahun untuk mengerjakan kitab
tersebut. Kalau demikian halnya, maka seluruh isi Kitab Ulangan berasal dari
Musa kecuali pasal 34 yakni berita kematian Musa. Begitu tuakah kitab ’Elleh Hadebarim? Mungkin
juga. Gulungan kitab ini yang paling sering dipakai di Bait Jahowa, dan
gulungan tua dari kitab ini pernah ditemukan di zaman Raja Uzia. Itu pertanda
bahwa kitab ini sangat terpelihara sejak Israel ada.
2. Bila
Kitab Ulangan dibaca keseluruhan, yang paling diminta dari umat Israel adalah
kepatuhan atau ketaatan kepada Jahowa. Taat kepada Jahowa berarti mendapat
berkat, dan tidak taat kepada Jahowa berarti tertimpa kutuk dan dihukum oleh
Jahowa. Sedikitnya dua kali Musa memperhadapkan berkat dan kutuk kepada Israel
Ul.11:8-32 dan Ul.28:1-46) sebagai imbalan ketaatan dan ketidak taatan kepada
Yahowa. Dalam Ul.11:8-32 ketaatan kepada Jahowa akan mendatangkan berkat dalam
pengolahan tanah yang menjadi milik pusaka umat Israel dan perluasan
wilayahnya. “Lihatlah, aku memperhadapkan
kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk: berkat, apabila kamu mendengarkan
perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; dan kutuk,
jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan
yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang
tidak kamu kenal” (Ul. 11:26-28). Sedangkan dalam Ul.28:1-46 disebutkan
jenis-jenis berkat yang akan dialami umat Israel apabila mereka taat, dan
jenis-jenis kutuk terhadap mereka apabila mereka menyimpang menjadi penyembah
allah lain, selain Yahowa. “Segala berkat
ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara
TUHAN, Allahmu:..” (Ul.28:2). "Tetapi
jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan
setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari
ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau:...”
(Ul..28:15). “Jika engkau tidak melakukan
dengan setia segala perkataan hukum Taurat yang tertulis dalam kitab ini, dan
engkau tidak takut akan Nama yang mulia dan dahsyat ini, yakni akan TUHAN,
Allahmu, maka TUHAN akan menimpakan pukulan-pukulan yang ajaib kepadamu, dan
kepada keturunanmu,...” (Ul.28:58-59). Kemudian diperhadapkan TUHAN melalui Musa
kepada umat Israel “kehidupan dan keberuntungan” sebagai berkat apabila umat
Israel taat kepada Yahowa dan “kematian dan kecelakaan” sebagai risiko yang
akan ditanggung umat Israel kalau tidak taat kepada perintah Yahowa (Ul.
30:15-20). Isi Ulangan 30:9-14 adalah penegasan terakhir dari Musa tentang
kebaikan dan keberuntungan yang akan dialami Israel apabila mereka taat kepada
Yahowa dan perintah – perintah-Nya (berpegang pada perintah dan ketetapan
Yahowa) atau apabila umat Israel berbalik (bertobat) kepada Yahowa dengan
segenap hati dan dengan segenap jiwa. Walaupun sudah begitu panjang
hukum-hukum, perintah dan ketetapan Yahowa yang telah disampaikan Musa kepada
umat Israel, Musa menegaskan bahwa semua perintah yang disampaikannya itu tidak
terlalu sukar bagi umat Israel untuk mentaatinya dan juga tidak terlalu jauh
bagi umat Israel untuk mendapatkannya. Benarkah bahwa mentaati “Hukum-Hukum
Musa” begitu mudah dan begitu praktis? Mengapa Yesus dan kemudian Paulus
mereformasi ketaatan kepada hukum-hukum itu kalau memang mentaati Hukum-hukum
itu begitu mudah dan praktis? Ataukah memang Yesus Kristus yang mengembalikan,
agar mentaati Hukum-hukum itu mudah dan praktis, dalam mentaati Yahowa, sumber
Hukum itu sendiri?
3. TUHAN, Allahmu, akan melimpahi
engkau dengan kebaikan dalam segala pekerjaanmu, dalam buah kandunganmu, dalam
hasil ternakmu dan dalam hasil bumimu, sebab TUHAN, Allahmu, akan bergirang kembali karena engkau dalam keberuntunganmu, seperti Ia bergirang
karena nenek moyangmu dahulu –(Ay.9).
Di sini janji berkat dikatakan bahwa
Yahowa Allah akan hôtyirka (bentuk
hif‘il orang ketiga dengan suffix orang kedua tunggal, dari kata kerja yatar = to cause to abound = menyebabkan berlimpah-limpah dalam hal ...).
Yahowa Allah menjadi penyebab adanya kelimpahan dalam semua pekerjaan tangan,
dalam semua buah kandungan, dan semua buah peternakan dan dalam semua buah
pertanian umat Israel, demi kebaikan/kemakmuran (letôbah < tôb
= baik > demi/untuk kebaikan/kemakmran/kesejahteraan; atau “berdampak yang
baik”). Kelimpahan dalam empat bidang utama kehidupan manusia itu harus “demi
kebaikan/kesejahteraan/kemakmuran). Kelimpahan-kelimpahan dalam empat hal itu
sudah merupakan kebaikan-kebaikan, tetapi semua kebaikan itu harus ditujukan
dan digunakan untuk kebaikan/kemakmuran/kesejahteraan/ letôbah. Itu sangat perlu dicatat menurut Musa, sebab
banyak hal-hal yang baik bisa saja tidak digunakan letôbah
untuk kebaikan, untuk yang baik, melainkan untuk yang jelek, untuk kejahatan,
termasuk dibuat sebagai tanda ketidak-taatan
kepada Yahowa Allah. (Dalam Alkitab Terjemahan Baru, tidak jelas di mana
terjemahan letôbah, dan
mungkin sudah dianggap terserap dalam kata kebaikan
yang ada dalam terjemahan itu. Tetapi teks Ibrani mengandung arti yang lebih
dalam lagi dari terjemahan Indonesia tsb. Dalam terjemahan Batak Toba sangat jelas
dan sangat tepat untuk letôbah
yakni “manumpak tu nadenggan”,
“berdampak yang baik”). Menurut Yahowa
cq Musa, umat Israel sangat perlu cermat dan tetap hati-hati dalam menggunakan
segala kelimpahan yang terjadi. Jangan sampai ada dari hasil-hasil yang melimpah
itu membuat pemiliknya jatuh ke dalam dosa atau “gabe bonsir ni hamamago, bonsir ni jea”. Misalnya, jangan karena
banyak uang (karena uang melimpah) maka uang itu digunakan untuk membeli
narkoba, berjudi, melacur/berzinah (membeli laki-laki atau membeli perempuan
untuk zinah), menyogok, berfoya-foya, membayar pembunuh bayaran. Jangan begitu!
Tetapi uang yang melimpah digunakanlah untuk menambah industri, yang memberi
lapangan kerja, diinvestasi, membangun fasilitas-fasilitas yang mensejahterakan
masyarakat sekitar juga.
Di sini disebut empat bidang
kehidupan yang oleh Yahowa Allah hasilnya akan melimpah (marlobilobi). Melimpah dalam semua pekerjaan tangan (ma‘aÅ›eh yad) (artinya: dalam semua
pekerjaan yang dikerjakan dengan tangan, yang merupakan karya manusia
semata-mata). Ke dalam pekerjaan ini termasuk juga pekerjaan membuat mobil,
membuat komputer, membuat segala macam handphone, membuat pesawat terbang, pesawat
angkasa luar, membuat kapal-kapal laut segala jenis, membuat senjata segala
jenis; membuat hasil-hasil perkebunan, pertambangan, rekayasa kimia, membuat
pengembangan ilmu dan teknologi segala macam; industri pariwisata, industri
komunikasi dan semua cakupannya, dan
lain-lain. Semua itu tercakup dalam “pekerjaan tangan”. Jadi pekerjaan tangan
yang dimaksud bukan hanya membuat lukisan, membuat keranjang, membuat
ukir-ukiran, asesoris perhiasan, dan kerajinan tangan lainnya. Semua pekerjaan
tangan itu harus dibuat “manumpak tu na
denggan”, untuk kebaikan, untuk tujuan-tujuan baik, letôbah. Agar demikian, semua harus dikerjakan sesuai
perintah dan ketetapan Yahowa, yang juga terjabar dalam setiap undang-undang
dan peraturan yang berlaku di setiap negara, dan di seluruh dunia.
Melimpah dalam semua buah
kandungan (biperyi beten).
Umat Israel percaya bahwa Yahowa yang
membuka kandungan seorang perempuan
sehingga bisa hamil, dan juga yang menutupnya sehingga seorang permpuan
itu mandul. Dalam konteks kepercayaan tersebut, bisa saja Yahowa membuat semua
rahim perempuan dari umat Israel gagal mengandung, sehingga umat itu hilang
dari muka bumi begitu saja. Tetapi Yahowa menghendaki, bahwa Israel harus eksis
sepanjang masa, sehingga Yahowa membuka kandungan perempuan-perempuan yang
menjadi isteri-isteri di tengah-tengah bangsa Israel, sehingga generasi bangsa
itu berkelanjutan. Setiap ayah dan ibu di tengah bangsa Israel wajib membuat setiap anak yang lahir
di rumahnya menjadi anak yang manumpak tu
na denggan, anak yang membawa, menciptakan kebaikan-kebaikan, letôbah. Dampak kehadiran
seorang anak di keluarga (masyarakat) harus yang baik. Buah kandungan bisa saja
laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu apabila TUHAN melimpahi buah
kandungan setiap isteri di keluarga-keluarga Israel, laki-laki dan perempuan
yang lahir itu harus diperlakukan sama, dipelihara dengan baik tanpa pilih
kasih, sama-sama dibuat berpendidikan tinggi, sampai bisa berprestasi,
berdedikasi, dan menghasilkan yang baik, yang mensejahterakan bangsa Israel
bahkan menjadi berkat bagi seluruh bangsa-bangsa di bumi; menjadi pengemban
amanah berkat yang diterima Abraham, kakek moyang mereka. Berkat ini berlaku
juga untuk semua buah kandungan di setiap keluarga di Huria Kristen. Bahkan
Yahowa merencanakan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu
setiap buah kandungan para isteri di Huria Kristen diharapkan menjadi SDM yang
tangguh menjadi pemberita Injil kepada segala makhluk, yang dapat menjadikan
semua bangsa menjadi murid Yesus dan menjadi pelaku firman Tuhan Yesus Kristus.
Setiap anak-anak Kristen harus “manumpak
tu na denggan, letôbah”,
tidak menjadi pembawa malapetaka, tetapi menjadi pembawa berkat bagi keluarga,
huria dan bangsa. Untuk tujuan letôbah
itulah kerja keras dari semua orang tua yang Kristen. Agar Generasi Muda Kristen itu menjadi kepala, tidak menjadi
ekor, akan tetap naik (panaekkon, panakkokhon), dan tidak menjadi turun (ndang paturunhon,manang patuathon derajat ni bangso ni Jahowa). Kalau
ada yang mengatakan, bahwa laki-laki dan perempuan, LGBT, yang religious maupun
yang atheis adalah buah kandungan yang diridhoi Yahowa, dan hak-hak azasi
mereka adalah sama, kepada mereka harus ditegaskan, bahwa hak-hak azasi bisa
sama, tetapi kewajiban menjadi letôbah (untuk mewujudkan tujuan-tujuan baik) juga
sama. Setiap yang tidak letôbah,
terkutuk lah dia, dan Yahowa menginginkannya untuk dimusnahkan. Memang
pemusnahannya pun harus letôbah,
sekali lagi harus letôbah.
Semua itu harus diatur dalam Undang-undang, yang dipastikan sebagai penjabaran
perintah dan ketetapan Yahowa Allah.
Melimpah dalam semua buah
peternakan (biperyi behemah).
Peternakan yang dimaksud bukan hanya
yang ada di kandang di rumah atau di ladang penggembalaan, melainkan juga
hewan-hewan yang masih liar di hutan-hutan dan padang gurun/steppe, yang
semuanya itu terhitung sebagai ternak umat manusia. Hewan jinak dan hewan liar
(yaitu segala jenis hewan di darat maupun segala jenis hewan di laut) adalah
sama-sama ternak umat Yahowa, dan hanya cara pemeliharaan dua golongan hewan
ini yang berbeda. Margasatwa liar yang dilindungi adalah juga ternak umat
Yahowa di manapun hewan itu berada.
Yahowa (dalam Kristus) ingin melimpahi semua jenis ternak ini (yang jinak dan
yang liar), sehingga mereka bertambah banyak, dan melebihi semua kebutuhan
seluruh umat manusia. Walaupun di antara ternak itu ada yang diizinkan Yahowa
untuk dimakan manusia, digunakan untuk keagamaan, atau kebutuhan lainnya,
Yahowa (Yesus Kristus) ingin agar tidak satupun dari hewan itu menjadi musnah tak
berketurunan, tetapi setiap jenisnya harus selalu semakin banyak jumlahnya. Itu bisa terjadi apabila umat
Yahowa (Israel lama dan Israel Baru) mematuhi perintah yang tertulis dalam
Kitab Suci.
Melimpah dalam semua hasil bumi (biperyi ’adamah), yakni hasil-hasil
yang diperoleh dari tanah/bumi. Yang dimaksud bukan hanya padi, jagung, gandum,
sorgum, ubi, sayur-sayuran, aau palawija lainnya hasilnya melimpah. Hasil bumi
meliputi semua hasil pertambangan (seperti minyak mentah, gas alam, emas,
intan, perak, batu permata, batu akik, pasir, dan lain-lain yang digali dari
tanah). Dan hasil semua yang dikenal manusia sebagai perkebunan (seperti:
kelapa, kelapa sawit, kurma, cengkeh, kulit manis, delima, pisang, mangga,
durian, jeruk, dan semua buah-buahan tanaman keras lainnya). Semua hasil-hasil
tersebut harus dibuat letôbah,
tidak boleh menjadi merusak kemanusiaan dan alam semesta segala isinya. Kalau
ada yang membuat perkebunan ganja, bisa saja hasilnya melimpah, tetapi
pengelolanya harus mengelola hasilnya sesuai dengan perintah dan ketetapan
Yahowa (Yesus Kristus). Tidak boleh hasil perkebunan ganja dibuat menjadi
perusak manusia seperti yang terjadi sekarang ini. Ganja dapat dikelola hanya
untuk tujuan-tujuan medis. Siapa membuat ganja menjadi narkoba yang merusak
manusia, pembuatnya itu harus dihukum mati dan ganjanya harus dimusnahkan. Semua
hasil bumi itu harus letôbah
(untuk tujuan-tujuan baik), tidak boleh untuk tujuan-tujuan jahat. Agar semua
hasil bumi untuk tujuan-tujuan baik, semua harus dikerjakan, diproses, dikembangkan,
dalam membuatnya menjadi barang jadi, mempedomani perintah dan ketetapan Yahowa
yang sudah dibukukan yang harus diperhatikan semua pihak. Hukum-hukum Taurat
untuk itu semua harus dibuat menjadi undang-undang negara yang harus dipatuhi
semua pihak (produsen, distributor dan konsumen). Memang harus ditegaskan bahwa
ber-Hukum Taurat, ber-Undang-undang negara, berperaturan (perpres, PPPU, permen,
pergub, perbup, perda, perdes, perormas, dan peraturan-peraturan lainnya) harus
letôbah, harus untuk
tujuan-tujuan baik bagi semua kemanusiaan.
4. Hasil-hasil
yang berkelimpahan itu, yang dibuat letôbah,
membuat hati Yahowa bergirang kembali, seperti Yahowa bergirang karena nenek/kakek
moyang Israel (umat Yahowa). (Dalam ayat 9b itu istilah letob (untuk kebaikan) kembali digunakan). (terjemahan
hurufiahnya: karena Yahowa akan kembali
bergirang atas kamu, yang untuk kebaikan
(Batak Toba: mida ho manumpak tu na
denggan), sebagaimana Dia telah
bergirang atas kakek moyangmu). Yahowa
memberkati Abraham, Ishak, Yakub karena Yahowa bergirang karena kesetiaan
mereka kepada Yahowa. Kalau di antara kakek-moyang Israel ini pernah “jatuh
tersandung”, dia segera kembali kepada Yahowa, dan kembali mentaati Yahowa
dengan segenap hati dan segenap jiwanya. Ingatlah kembali ketaatan Abraham yang
tulus mentaati perintah Yahowa mempersembahkan Ishak kepada Yahowa. Abraham
bersedia mematuhi perintah Yahowa mengurbankan Isak, “manumpak tu na denggan”. Juga kesetiaan Ishak selama tinggal di
Beersyeba, manumpak tu na denggan; dan
kesetiaan Yakub yang bergumul dengan yahowa di Beth-El manumpak tu na denggan. Adalah keberuntungan yang sangat besar bagi
umat Yahowa (Yesus Kristus) apabila umat itu membuat Yahowa (Yesus Kristus)
bergirang hati, yakni membuat apa yang dimilikinya letôbah (manumpak
tu na denggan). Dampak yang baik tidak akan dirasakan seperti merasakan dampak
memakan cabe pedas. Dampak itu harus dilihat dalam perjalanan waktu. Maka
kelimpahan yang terjadi sekarang, yang diharap manumpak tu na denggan, penggunaannya tidak boleh serta merta
dipuji atau disesali. Evaluasi harus
terjadi dalam perjalanan waktu, dalam ketaatan mengikut perintah dan ketetapan
TUHAN.
5.
Ukuran
atau pedoman/penuntun agar hasil yang berkelimpahan atau yang menjadi milik
pengikut Yahowa (Yesus Kristus) telah dibuat menjadi letôbah adalah “apabila
engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dengan berpegang pada perintah
dan ketetapan-Nya, yang tertulis dalam
kitab Taurat ini dan apabila engkau berbalik kepada TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu." Nah, di sini umat Yahowa
(Yesus Kristus) diajak untuk dengar-dengaran atau dapat menangkap “suara TUHAN”
(suara Yahowa/suara Tuhan Yesus Kristus) dengan berpegang pada perintah dan
ketetapan TUHAN yang tertulis dalam kitab Taurat ini. “Suara” menunjuk kepada apa yang sedang dikatakan,
bukan kepada apa yang dituliskan. Mendengar “suara TUHAN” dari apa yang
tertulis, berarti mengajak pembaca kitab Taurat itu tidak memahami apa yang
tertulis secara hurufiah dan kaku, melainkan secara dinamis dan aktual. Dari
apa yang tertulis, umat Yahowa (Yesus Kristus) menemukan kehendak TUHAN yang
hidup itu sekarang, dan apa firman TUHAN untuk menjawab kebutuhan manusia dalam
keadaan ‘sekarang’ daripada umat manusia itu. Perintah TUHAN yang pernah
disampaikan di zaman bahola, dimengerti secara relevan untuk menjawab
persoalan-persoalan kemanusiaan dan ciptaan TUHAN kini dan di sini. Misalnya,
dalam Taurat tertulis: Akulah Yahowa Allahmu, ..., jangan ada allah lain padamu
di hadapan-Ku! (Ul.5:6). Suara Yahowa (Yesus Kristus) sekarang mengatakan:
Akulah Yahowa Allahmu, jangan perdewa ideologimu, jangan perdewa teknologimu,
jangan perdewa pendapat/pikiranmu, jangan perdewa Surat Keputusan Mutasi yang
kau buat, jangan perdewa perselisihanmu, jangan perdewa teologimu, jangan
perdewa agamamu! Banyak lagi yang dilarang diperdewa atau diperallah, yakni
membuat sesuatu atau pendapat lebih mutlak daripada Yahowa (Yesus kristus)
sendiri. Tetapi kasihilah Yahowa (Yesus Kristus) dan kasihilah sesamamu. “Sesamamu”
dalam arti yang seluas-luasnya. Mengasihi berarti “memelihara”, “menggunakan”,
tetapi tidak “memutlakkan”, dan “tidak tergantung hanya kepada itu sematamata”,
karena kehendak TUHAN bisa saja sudah lain dari itu. Agar mampu mendengar
“suara TUHAN”, seorang beriman kepada Yahowa (Yesus Kristus) harus punya
peralatan dan perlengkapan “audio” yang luar biasa canggihnya, melebihi alat
audio (alat dengar) yang dihasilkan teknologi tercanggih sekarang ini. Alau
audio tercanggih yang ada sekarang ini masih belum mampu membantu orang beriman
mendengar apa isi hati TUHAN. Tetapi seorang beriman kepada Yahowa (Yesus
Kristus) dan benar-benar taat kepada Yahowa (Yesus Kristus) memiliki alat
audio-iman yang dapat mendengar apa yang dikatakan TUHAN dalam hati TUHAN. Kalau
seseorang ingin membuktikannya, mulailah dengan benar-benar beriman dan taat
kepada Yahowa (Yesus Kristus). Ini langkah pertama dan yang utama kalau mau
“mendengar suara TUHAN” lalu berbalik kepada Yahowa Allah dengan segenap hati
dan dengan segenap jiwa. Langkah inilah langkah pertama dan utama dalam proses
pertobatan. Kalau langkah pertama ini sudah berhasil, langkah berikutnya akan
datang beruntun, dituntun oleh Firman yang tertulis, yang dibaca dan dibaca
hingga menjadi bagian dari isi hati petobat tersebut. Dalam diri orang yang
bertobat itu terjadi seperti apa yang dikatakan Yeremia: “Aku (TUHAN) akan menaruh
Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan
menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang
mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN!
Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN,
(Yer.31:33b-34b).
6.
Apabila
sudah berhasil mendengar ‘suara TUHAN’, orang beriman dan yang taat kepada
Yahowa (Yesus Kristus), yang dalam hati (batin)nya telah tertanam/tertaruh
Taurat TUHAN, akan berkomuniakasi dalam roh dengan TUHAN yang adalah Roh. Dengan
demikian, mengetahui Taurat TUHAN tidak lagi sulit, dan melaksanakannya pun
tidak sulit, melainkan mudah bangeet. Seperti dikatakan TUHAN melalui Musa:
"Sebab perintah ini, yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak
pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah
yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya
kepada kita, supaya kita melakukannya? Juga tidak di seberang laut tempatnya,
sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk
mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita
melakukannya? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu
dan di dalam hatimu, untuk dilakukan” (Ul. 30:11-14). Menurut Tuhan Yesus
Kristus, untuk menemui Yahowa agar dapat disembah dan firmanNya dapat
didengar tidak lagi harus ke Yerusalem:
“Kata Yesus kepadanya: "Percayalah
kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa
bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak
kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari
bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab
Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran." (Yoh.4:21-24). Untuk mendengar suara TUHAN yang
merupakan Firman Kehidupan, Firman Keselamatan, Firman Pengampunan Dosa, Firman
yang memberkati, orang beriman dan yang taat kepada Yahowa (Yesus Kristus)
tidak usah ziarah atau ‘umroh’ ke Bait Yahowa (Rumah Kudus TUHAN) yang ada di
Yerusalem atau ke salah satu rumah TUHAN yang dibangun di suatu tempat di dunia
ini. Tetapi cukup saja dia mendengar
Taurat TUHAN yang telah ditulis dalam batin, dalam hatinya, lalu bekomuminikasi
kepada TUHAN dalam roh. Dalam hal ini rumah ibadah menjadi tidak lagi primer
(kebutuhan utama), tetapi rumah ibadah mutlak perlu ada, sebagai tempat memuja
TUHAN secara bersama-sama dengan umat seiman dan seketaatan. Sewaktu ibadah
berjemaah, orang beriman dan yang taat kepada Yahowa, harus berusaha menangkap
mana “suara TUHAN yang kini dan di sini”, dan mana “suara manusia”, bahkan mana
“suara Iblis”.
7. Apakah
Yesus Kristus “suara TUHAN”? Yesus Kristus adalah “Firman TUHAN yang menjadi
daging (manusia). AjaranNya adalah “suara TUHAN” yang DIA sampaikan sewaktu DIA
masih hidup sebagai manusia dahulu kala. Yesus diutus oleh Bapa-Nya datang ke
dunia, untuk mengembalikan kesadaran
seluruh umat manusia, bahwa perintah TUHAN yang disampaikan TUHAN dulu dan oleh
Yesus sendiri, tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu jauh, dari setiap
manusia. Oleh Tuhan Yesus Kristus, beragama itu sama sekali tidak menjadi sukar
dan agama itu tidak terlalu jauh dari manusia. Oleh Yesus ditunjukkan bahwa
TUHAN dan suara TUHAN tidak dijumpai dan didengar di langit, atau di salah satu
pulau terpencil, melainkan di bumi, sebab TUHAN datang di bumi dalam Yesus
Kristus, dan mendatangi setiap orang percaya dan yang taat kepada Yesus melalui
Roh Kudus-Nya. Roh Kudus-nya menyapa setiap orang beriman dan yang taat
kepada-Nya. Tetapi semakin disapa oleh Roh Kudus, orang beriman dan yang taat
kepada Yesus semakin rajin membaca dan membaca Kitab Suci Perjanjian lama dan
Perjanjian Baru. Mengapa? Agar orang
yang disapa itu semakin jelas mengetahui/memahami apa yang dikatakan Roh Kudus
kepadanya. Oleh Yesus Kristus, Hukum-hukum TUHAN tidak lagi dijabarkan untuk
membelenggu manusia, tetapi untuk memerdekakan manusia dari belenggu agama, dan
belenggu dosa, dan dari bentuk belenggu-belenggu lainnya. Tetapi kemerdekaan
yang dianugerahkan Tuhan Yesus tidak menjadi alasan untuk melakukan dosa.
Kemerdekaan yang diperoleh itu harus letôbah (manumpak tu na denggan), berdampak
yang baik kepada semua pihak (kepada kemanusiaan, alam semesta/ciptaan dan
TUHAN). Oleh Yesus Kristus, agama itu tidak lagi agama “hitung-hitung”, tetapi
agama “kelimpahan”. Hukum-hukum agama membuat agama menjadi agama
“hitung-hitung”. Tetapi Kasih agave Yahowa dalam Yesus Kristus membuat agama
itu agama kelimpahan, dan semua pengikutnya berkelimpahan, yang letôbah
(manumpak tu na denggan), berdampak yang baik kepada semua pihak
(kepada kemanusiaan, alam semesta/ciptaan dan TUHAN). Oleh Yesus Kristus, TUHAN
menjadi begitu dekat kepada setiap orang beriman dan yang taat kepada TUHAN,
sebab setiap diri orang tersebut menjadi “rumah TUHAN”, menjadi Bait Allah,
tempat Allah berdiam. Mengikut Yahowa Allah dalam Yesus Kristus sungguh sangat menyenangkan dan membahagiakan
kini dan di sini, asal pengikut-Nya tau kiat mentaati-Nya, membuat-Nya
bergirang, yakni hidup dan miliknya letôbah
(manumpak tu na denggan), berdampak yang baik kepada semua pihak
(kepada kemanusiaan, alam semesta/ciptaan dan TUHAN). Amen.
Pematangsiantar,
12 Juni 2016. Pdt. Lang