MINGGU XVI SETELAH TRINITAS TGL 11 SEPTEMBER 2016, EVANGELIUM: 1 TIMOTIUS 1:12-17

04.38.00 0 Comments A+ a-

1 TIMOTIUS

1:12     Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku --
1:13    aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.
1:14    Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan  iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
1:15    Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk  menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.
1:16   Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling  berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi  contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.
1:17    Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal,  yang tak nampak, yang esa! Amin.

MENJADI PENGIKUT YESUS YANG MENJADI CONTOH BAGI UMAT HURIA KRISTEN

1.        Memberitakan Injil berarti (1) menyampaikan kabar keselamatan dan pengampunan dosa dari TUHAN kepada seluruh umat berdosa dan seruan untuk bertobat. (2) membawa sebanyak mungkin orang percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi pengikut Yesus Kristus; orang yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah, Tuhan, Juruselamat, Hakim di hari Penghakiman, dan yang mengirim RohNya menghinggapi setiap orang percaya. (3) Menjadi teladan bagi umat percaya (pengikut Yesus Kristus), baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah; teladan dalam kata dan perbuatan; konsistensi dan integritas. (4) Manjadi sumber pengajaran yang benar  dalam membimbing jemaat-jemaat menjadi garam dan terang dan pengubah kehidupan dan buadaya masyarakat menjadi sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus Kristus. (5) Mempersiapkan kader-kader  untuk meneruskan pekerjaan Pekabaran Injil dan Pengurusan hidup Jemaat (rohani dan fisik), apabila oleh karena satu dan lain hal si Pemberita Injil harus tidak bisa lagi bersama umat. Lima pekerjaan ini dapat dilihat dalam pekerjaan mengabarkan/memberitakan  Injil yang dilakukan oleh Paulus.

2.            Paulus (yang sebelumnya bernama Saulus) adalah seorang terdidik, terpelajar, dan paham betul tentang isi Perjanjian Lama, tentang penghayatan dan pengamalan  ajaran-ajaran Perjanjian Lama dan teologi (ilmu ketuhanan) yang dianut oleh Yahudi pada zamannya. Sewaktu dia masih anti-pengikut Yesus, dia menggunakan seluruh ilmu dan penghayatan serta pengamalan agama Yahudinya untuk “memburu” pengikut Yesus dan menghambat semaximal mungkin pemberitaan Injil Yesus Kristus. Setelah dia menjadi pengikut Yesus, akibat dari pengalaman rohani yang berdampak pada pengalaman jasmani di jalan memasuki kota Damaskus, dan menyadari bahwa dia berada dalam kegiatan yang melawan Rencana Jahowa, lalu bertobat dan bersedia dibaptis, Saulus, yang menjadi bernama Paulus,   menggunakan semua ilmu pengetahuannya tentang isi Perjanjian Lama, penghayatan dan pengamalannya akan ajaran Perjanjian Lama dan teologi yang dipelajarinya dari sekolah teologi rabbinis yang dialaminya, untuk menjelaskan apa dan siapa Tuhan Yesus Kristus, apa yang menjadi karya yang dianugerahkanYahowa dalam Yesus Kristus kepada seluruh umat manusia, dan berjuang habis-habisan untuk mendirikan jemaat-jemaat umat pangikut Yesus Kristus di seantero Asia Kecil hingga ke Eropah dan di pusat kekaisaran Romawi di ibukotanya Roma.  Kalu dulu dia pemburu pengikut Yesus untuk dibunuh, sekarang dia menjadi pengajak manusia menjadi pengikut Yesus. Kalau dulu dia hidup demi agama Yahudi, sekarang dia hidup demi Tuhan Yesus Kristus. Kalau dulu dia bermaksud membunuh pengikut Yesus, sekarang dia rela dibunuh karena menjadi pengikut Yesus Kristus. Inilah perpindahan dari sisi nol derajat ke posisi seratus delapanpuluh derajat dalam suatu lingkaran. Kalau dulu dia menggunakan ilmu tologia Yahudinya untuk membenci Yesus dan pengikutnya, sekarang dia menggunakannya untuk mengasihi Yesus Kristus dan pengikutNya. Itulah Paulus, yang sering dicaci oleh para lawannya (dulu sampai sekarang) sebagai pendiri agama Kristen, tetapi dia tidak pernah memperlakukan diri seperti itu, dan tidak pernah mengajak orang mengkultuskan dirinya, apalagi menganggap dirinya lebih hebat dari Tuhan Yesus Kristus. Dia tetap memperlakukan dirinya sebagai hamba Tuhan Yesus Kristus yang rela menderita, mengikuti jejak Tuhannya.

3.          Sebelum Paulus menjadi pengikut Yesus, pekerjaan mengajarkan hukum Taurat secara hurufiah dan melakukannya, merupakan pekerjaan yang benar dan wajib, tetapi setelah Paulus menjadi pengikut Yesus, pekerjaan seperti ini dipandangnya sebagai “pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan” (1 Tim.1:7). Menurut Paulus Hukum Taurat itu baik, kalau tepat digunakan, yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang benar, melainkan bagi “orang tak benar” atau “yang tidak melakukan ajaran sehat” (Paulus menyebut  15 jenis orang tidak benar/yang tidak melakukan ajaran sehat: 1 Tim.1:9b-10). Agar Hukum Taurat digunakan dengan tepat, maka pelayanan Pekabaran Injil dipercayakan kepada Paulus. Mengabarkan Injil berarti berusaha membuat manusia menjadi orang benar dan hidup sesuai dengan ajaran sehat. (Di kalangan Huria Kristen, Hukum Taurat diterapkan, dan Injil diberitakan, dihayati dan diamalkan; karena manusia yang menjadi anggota Huria Kristen mengenal dirinya sebagai “manusia tidak benar” dan sekali gus sebagai orang benar dan pelaku ajaran sehat (Injil). Reformator mengajarkan bahwa berdasarkan ajaran dalam Alkitab, orang Kristen itu simul iustus et peccator, bersamaan sebagai orang benar dan sebagai orang berdosa).   Menggunakan hukum Taurat dengan tepat, pengikut Yesus tidak perlu sibuk dengan dongeng, dan tidak membuat ajaran keselamatan dalam Yesus Kristus menjadi suatu dongeng, melainkan merupakan  suatu real history (sejarah nyata), yang juga dapat dialami, dihayati dan diamalkan secara nyata (the reality of salvation / realitas keselamatan dan salvation in reality/keselamatan dalam realitas). Kebenaran keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus tidak perlu dibuktikan dengan “silsilah yang tiada putus-putusnya”, yang pada dasarnya menghasilkan persoalan belaka. Para lawan Yesus selalu mempertanyakan: Mungkinlah/adakah nabi datang dari Nazaret? Tidak ada hubungan Nazaret/Galilea dengan tradisi kenabian. Siapakah kakek-moyang Yesus, sehingga para pengikutnya berani mengklaim bahwa dia adalah pemenuhan janji TUHAN Yahowa dalam Perjanjian Lama? Pencarian silsilah Yesus Kristus menjadi persoalan besar bagi umat Kristen, karena digunakan untuk menggugat kebenaran ajaran Yesus Kristus. (Perhatikan apa yang dijawab oleh Silsilah Yesus yang ada dalam Injil Lukas dan Matius).  Paulus menasihati jemaat Kristen agar tidak jatuh ke dalam persoalan-persoalan yang tak berguna seperti itu. (Catatan: di Islam, pembuktian keabsahan (sahihnya) suatu tradisi (hadis) harus dibuktikan dengan matarantai yang menurunkan hadis itu tanpa terputus mulai dari nabi Muhammbad hingga kepada yang terakhir menyampaikan hadis tersebut (ada kalanya sampai 300 orang, dari generasi ke generasi). Di Kristen, teks Kritik dilakukan dengan menguji teks-teks Alkitab apakah berasal dari naskah yang paling tua dan diteruskan dalam matarantai salinan naskah kuno tertua itu  hingga ke naskah terakhir yang dipakai sebagai kitab kanon dalam Alkitab. Kalau tidak tepat menggunakannya, pekerjaan teks kritik menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam Iman). Dalam pemberitaan Injil, yang perlu diwujudkan adalah “tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam Iman” (1 Tim.1:4c) dan “Kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas” (1 Tim.1:5). Menyampaikan “ajaran sehat yang berdasarkan Injil dari Allah yang mulia dan yang maha bahagia, seperti telah dipercayakan kepadaku” (1 Tim.1:11), demikian Paulus, sehingga dia sangat bersyukur, walaupun untuk itu nyawanya taruhannya.

4.           Apostel Paulus bersyukur kepada TUHAN (Yesus Kristus), Tuhan kita, yang dia akui sebagai: (a) yang menguatkan diri Paulus; (b) yang menganggap Paulus setia; dan (3) yang mempercayakan pelayanan ini kepada Paulus. Namanya dulu Saulus (= dimohon dari TUHAN/dipinjamkan TUHAN untuk Tugas-Dinas) tapi setelah menjadi pengikut Yesus bernama “Paulus” (yang artinya “si Kecil”, “si Metmet”, “si Pendek”). Postur tubuhnya kecil, berkaki bengkok, botak, alis mata tebal menyatu, hidung lengkung. Dari postur tubuhnya dan kalau dia hitung-hitung pada kekuatannya sendiri, sebenarnya Paulus sendiri tidak menyangka dia bisa mengadakan perjalanan-perjalanan pemberitaan Injil (yang pertama, kedua, ketiga dan lalu ke penjara di Roma). Tetapi berdasar pada keyakinan bahwa TUHAN (Yesus Kristus) menyertainya, dia tetap semangat, dia dapat bersaksi kepada jemaat, bahwa hanya karena TUHAN (Yesus Kristus) menguatkan dia, sehingga mampu mengerjakan pekerjaan maha berat ini.
Bagi penganut agama Yahudi, Paulus dicap sebagai penghianat, yang murtad, yang pantas dibunuh atau sedikitnya dibungkam, sehingga dia tidak berkicau lagi tentang Yesus orang Nazaret yang disalibkan para tokoh agama Yahudi berkolaborasi dengan pemerintahan Romawi. Berdasarkan evaluasinya terhadap pengalamannya sejak dia menjadi pengikut Yesus hingga ditulisnya surat kepada Timotius ini, dia berkesimpulan bahwa Tuhan Yesus menganggapnya setia untuk tugas panggilannya: memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Bukan diri Paulus yang mengatakan dirinya setia dalam tugas itu, karena dia sudah mengalami begitu banyak penderitaan dan sangat berlelah demi Injil Yesus Kristus. Justru Yesus yang menganggapnya setia (yakni patuh tanpa ada cengkuneng menjalankan tugas yang maha berat dan penuh tantangan itu).  Paulus benar-benar yakin bahwa Tuhan Yesus sungguh mempercayakan kepada dirinya pelayanan pemberitaan injil kepada orang bukan Yahudi. Karena pemercayaan pelayanan itu, Paulus mengatakan bahwa oleh kemurahan Allah, dia (dkk) telah menerima pelayanan itu. Dan dia tidak pernah tawar hati (bd. 2 Kor.4:1). Pemercayaan pelayanan dan penerimaan pelayanan itu, yang memang gayung bersambut, membuat semangat Paulus tidak pernah pudar atau kendor sedikitpun menjalankan tugas tersebut.

Sebenarnya para pelayan huria yang ada sekarang pun adalah  orang-orang yang dianggap oleh Tuhan Yesus sebagai pelayan yang setia terhadap tugas panggilannya (entah menjadi pendeta, guru jemaat, sintua, diakonos, diakones, penginjil perempuan (bibelvrouw) atau menjadi praeses, majelis pusat, sekretaris jenderal ataupun menjadi bishop Huria Kristen). Kiranya setiap pelayan tersebut tidak mengecewakan Tuhan Yesus sehubungan dengan anggapan-Nya tersebut. Kesetiaan itu dapat ditunjukkan dalam (1) menghabiskan waktu untuk Tuhan Yesus; (2) menggunakan uang untuk Tuhan Yesus; (3) menambah kapabilitas (kemampuan) untuk Tuhan Yesus; (4) menjaga dan memelihara integritas untuk Tuhan Yesus; (5) mengucapkan kata-kata untuk/demi Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus mempercayakan pelayanan keselamatan itu kepada setiap hamba Yesus Kristus yang sedang melayani sekarang. Setiap hamba tersebut kiranya dengan senang hati menerima pelayanan tersebut. Dengan demikian dia dapat (1) menggunakan semua waktu kerja-profesinya dan kerja pelayanannya untuk Tuhan Yesus; (2) menggunakan semua uang yang dimilikinya untuk pelayanan yang diperintahkan Tuhan Yesus; (3) memperbuat setiap waktu dan setiap kerja dan pelayanan dalam rangka menambah kapabilitas (kemampuan) melayani dalam Kerajaan Tuhan Yesus yang ada di dunianya dan sekitarnya; (4) memperkokoh integritas demi memenangkan semakin banyak orang untuk Tuhan Yesus; (5) semakin rajin menggunakan kata-kata dan percakapan untuk pemberitaan Injil Tuhan Yesus. Artinya, setiap hamba Kristus itu, semakin mantap dalam hal “sambil menyelam minum air”; “sambil menjalankan kehidupan sehari-hari, semakin mantap melayankan pelayanan keselamatan yang diperintahkan Yesus Kristus”.

5.             Paulus sangat mengenal siapa dirinya sebelum dia menjadi pengikut Yesus Kristus dan sesudah dia menjadi pengikut Yesus yang setia. Dia tidak malu bersaksi tentang pengalaman-pengalamannya tersebut, bahkan dia tempatkan semua pengalamannya itu sebagai cermin bagi semua pengikut Yesus Kristus.  “Aku yang tadinya seorang penghujat dan  seorang penganiaya dan seorang ganas”, demikian pengakuan Paulus. Dari cerita tentang dia dalam tulisan-tulisan lain, diketahui bahwa Paulus sebelum menjadi pengikut Yesus  benar-benar melakukan penghujatan terhadap Yesus Kristus. Dia menggunakan segala ilmu yang dimilikinya untuk menyatakan bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah penyesat, orang gila, bukan nabi dan bukan pula mesias, dan siapa yang menjadi pengikutnya adalah orang-orang sesat, orang-orang gila, yang pantas dilenyapkan dari muka bumi. Setelah Sanhedrin Agama Yahudi memutuskan agar semua pengikut Yesus dibasmi, di manapun mereka dalam kekaisaran Romawi, Paulus (Saulus) bersama pasukannya menerima mandat untuk mengejar, menangkap dan menganiaya orang yang menyatakan dirinya “Pengikut Yesus” atau “Kristen”. Alasan-alasan mengapa harus Saulus: (1) Karena Paulus adalah orang yang belajar di Tarsus, dan sedikit banyak mengenal tempat-tempat atau kota di luar tanah Israel, di mana pengikut Yesus sudah mulai banyak, Paulus dan pasukannya ditugaskan  ke kota-kota di luar tanah Israel untuk mengejar, menangkap dan menganiaya para pengikut Yesus. (2) Karena Paulus adalah seorang terpelajar, lancar bahasa Yunani (yang masih merupakan bahasa rakyat) dan bahasa Ibrani, dan warga negara kekaisaran Romawi, tugas itu dia pandang sangat cocok baginya. (3) Sifat Paulus yang ganas semakin meyakinkan Sanhedrin di Yerusalem, bahwa Paulus akan sangat sukses mengemban tugas yang diberikan kepadanya. Sifat ganas Saulus (Paulus), sebelum menjadi pengikut Yesus, dapat terbandingkan dengan keganasan panglima dan pasukan Daesh (Isis), yang sedang mengancam dunia sekarang ini. Dari perilaku, perbuatan, sifat dan semangat seperti itu, Paulus diputar oleh Yesus Kristus seratus delapanpuluh derajat. Dia tidak dihukum mati oleh Yesus di jalan ke Damaskus, walaupun sudah pantas untuk itu. Dia hanya dihajar dengan kebutaan, dan ditegor dengan suara yang dia tidak tahu asal muasalnya. Tetapi suara itu memberitahu bahwa Paulus sedang berhadapan dengan Yesus Kristus, yang pengikut-Nya sedang dikejar, ditangkapi dan dianiaya oleh Paulus. Karena Paulus diperkenankan kembali bisa melihat dan mendapat perintah yang lebih hebat dari perintah yang dia peroleh dari Sanhedrin, Paulus menilai perbuatan Tuhan Yesus itu sebagai belas kasihan (eleison) Tuhan Yesus (“aku telah dikasihani-Nya =  alla ểleếthȇn = tetapi aku dikasihani). Pengasihan Tuhan Yesus kepada Paulus bukan hanya diperkenankannya Paulus hidup, tetapi juga dalam hal Paulus disuruh untuk mengerjakan pekerjaan yang dirancangkan Tuhan Yesus baginya: “...orang ini  (=Saulus/Paulus) adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel” (Kis.9:15). Tugas itu : (1) Membela habis-habisan Tuhan Yesus Kristus dan para pengikut-Nya; untuk itu nyawanya  dipertaruhkan. (2) Pergi ke kota-kota dan desa di seantero Kekaisaran Romawi (dari Yerusalem hingga ke Roma) untuk memberitakan Injil, dan memperbanyak pengikut Yesus Kristus. (3) menggunakan segala kemampuannya (ilmu teologia, bahasa, dan ilmu sosiologinya, kewarganegaraannya) dalam rangka melaksanakan pemberitaan nama Yesus kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. (4) Sifat “ganas” Paulus, diarahkan menjadi semangat yang berapi-api dalam rangka melawan semua anti-Kristus, anti Kristen dan pengajar-pengajar sesat.  Penugasan oleh Sanhedrin dan penugasan oleh Tuhan Yesus kepada Saulus/Paulus berbeda dalam hal di posisi mana Paulus berada dan siapa yang dipatuhinya. Penempatan dan penugasan manusia seperti dilakukan Tuhan Yesus kepada Paulus, perlu juga diperhatikan/ditiru oleh Huria Kristen di zaman sekarang. Dengan demikian potensi-potensi seseorang yang dulunya diarahkan untuk  melawan Tuhan Yesus dan Huria Kristen, sekarang digunakan seseorang itu untuk mengikut dan mematuhi Tuhan Yesus, serta melakukan tugas-tugas seberat apapun demi pemberitaan nama Tuhan Yesus kepada segala bangsa, raja-raja dan orang Israel/umat Tuhan.

6.          Paulus memahami alasan mengapa Yesus membelas-kasihani Paulus: “karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman” (1 Tim.1:13b). Paulus memiliki pengetahuan, tetapi dia menganggap pengetahuan yang dia miliki itu sama sekali “tidak ada”, karena dulunya semuanya “di luar iman” kepada Tuhan Yesus Kristus. Pengetahuan yang digunakan untuk melawan Tuhan Yesus Kristus – menurut Paulus – tidak dapat diperhitungkan sebagai “pengetahuan”. Itu dapat dikatakan oleh Paulus, berdasarkan pengalammnya, bahwa mengandalkan pengetahuan di luar iman kepada Yesus Kristus, pada akhirnya tidak memberikan kepastian tentang masa depan (kepastian tentang yang diharapkan), dan kepastian tentang apa yang tidak terlihat.  Setelah pembaptisannya dan pengakuan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus, semua pengetahuan yang dia miliki dari dulu sampai saat dia menulis surat kepada Timoteus, menjadi pengetahuan di dalam iman kepada Yesus Kristus. Lalu pemanfaatannya bukan lagi untuk menghujat malainkan untuk menjungjung tinggi; bukan lagi untuk menganiaya melainkan untuk mengayomi; bukan lagi membangkitkan keganasan untuk membunuh melainkan membangkitkan semangat berapiapi untuk menebar keselamatan.

Sebenarnya banyak sekali andil pengikut Yesus di zaman Paulus, membuat Paulus bertobat dan menjadi pengikut Yesus yang setia dan terpercaya, yakni doa huria itu kepada Tuhan agar Tuhan sendiri yang melawan Saulus/Paulus, dan menghentikan dia melakukan penganiayaan terhadap pengikut Yesus. Di kalangan pengikut Yesus, Saulus dan pasukannya sudah sangat terkenal sebagai pasukan Sanhedrin yang sangat biadap dan kejam. Dalam ketidak berdayaan huria Kristen, para pengikut Yesus hanya dapat berdoa kepada Tuhan Yesus agar Tuhan Yesus sendiri yang menghentikan sepak terjang Saulus/Paulus. Doa itu ternyata dikabulkan oleh Tuhan Yesus Kristus, Kepala Huria Kristen. Di zaman sekarang pun, Huria Kristen harus membawa dalam doa, agar Tuhan Yesus menghentikan para anti-Kristus, yang semakin luar biasa merencanakan dan melakukan religiocide terhadap pengikut-pengikut Yesus di seluruh dunia.

7.                Paulus tidak hanya dibelas-kasihani, tetapi lebih lagi, yakni dilimpahi kasih karunia (anugerah; asi ni roha; Yunani: kharis; Ibrani: ḥesed) dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Dengan  dilimpahkannya kharis kepada Paulus, dia menemukan begitu banyak kharisma  dalam dirinya untuk melakukan pelayanan yang dipercayakan Yesus kepada dirinya. Kharisma-kharisma itu digunakan untuk memperkuat iman Paulus dan menumbuhkan iman dalam diri orang lain. Kharisma-kharisma itu disalurkan dalam rangka menunjukkan betapa besarnya kasih Yesus kepada diri Paulus dan kepada semua orang yang menjadi pengikut Yesus oleh karena pelayanan  Paulus.

8.               Pengalaman pemanggilan Paulus menjadi apostel Kristus di jalan ke Damaskus, dan pelepasan dirinya dari hukuman yang sudah sepantasnya ditimpakan kepadanya, bahkan digantikannya hukuman itu dengan kasih karunia dan kasih dan iman, menuntun Paulus merumuskan suatu kebenaran yang mutlak harus diterima sepenuhnya oleh umat manusia, apabila umat manusia ingin selesai dengan segala dosa-dosamereka: “’Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa’, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa”, demikian Paulus. Pengakuan ini benar-benar injili. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yoh.3:16-17; bg. Yoh.12:47). "Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Matius  20:28). "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas  19:10/Mat.18:11). “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.”  Kebenaran ini merupakan jawaban terhadap kerinduan seluruh umat manusia (dari agama dan aliran dan manusia apapun) mendapat pengampunan dosa-dosa mereka, sehingga dapat memulai hidup baru. Tak dapat dipungkiri, bahwa manusia modern sekarang pun, merindukan keselamatan dari dampak dosa-dosa mereka yang mereka lakukan. Orang mandi di Sungai Gangga untuk menyucikan dosa; orang umroh dan sholat di Mekkah untuk memohon penghapusan dosa, orang ibadah di candi Borobudur agar hidup mereka disucikan; orang pergi menyampaikan sesajen ke kuil-kuil seraya memohon pengampunan dosa; orang melarungkan sesuatu ke laut, sebagai simbol bahwa dosa serta kekotoran hidup di bumi dihanyutkan, sehingga hidup dan bumi bersih. Itu masih terjadi di zaman sekarang. Yesus bukan salah satu dari alternatif penyelamatan orang berdosa; melainkan jalan paling tepat dan satu-satunya agar manusia  berdosa mendapat keselamatan. Yesus bukan sekedar teori keagamaan belaka, dan bukan ritus keagamaan semata-mata, tetapi merupakan kedatangan TUHAN kepada manusia untuk mengatakan: “Dosamu telah diampuni. Imanmu menyelamatkan engkau! Jangan lagi ulangi melakukan dosa!” Manusia cukup mengimaninya saja.

Paulus melihat dirinya sebagai orang paling berdosa, yang diselamatkan Kristus Yesus yang datang ke dunia. Mengapa?  Dia melihat dirinya sebagai orang yang ikut menyalibkan Yesus Kristus, karena tidak mengerti rancangan TUHAN. Kemudian dia menempatkan dirinya di barisan anti-Yesus dan anti-Pengikut Yesus. Dia salah seorang penghujat Kristus yang luar biasa; penganiaya pengikut  Kristus yang paling ganas.  Ditinjau dari kebenaran ajaran Perjanjian Lama pun, perbuatan-perbuatannya itu bukan perbuatan yang dapat dibenarkan, sudah merupakan perbuatan dosa. Apalagi bila ditinjau dari ajaran Tuhan Yesus Kristus, Paulus kedapatan sebagai orang yang paling berdosa. Yang menyadari dirinya orang paling berdosa, tetapi ternyata  masih diperkenankan TUHAN untuk hidup, dan dosanya diampuni serta dirinya masih digunakan oleh TUHAN untuk tugas-tugas mulia, akan mendapati dirinya sebagai orang yang paling dianugerahi dan dikasihani oleh TUHAN (Yesus Kristus). Perbuatan TUHAN itu sekali untuk hidup yang lalu, dan tidak akan diulangi lagi apabila orang tersebut mengulangi berdosa dengan mengharap bahwa dia akan diampuni. Maka Paulus tidak mengulangi dosa yang pernah membuat dia menjadi orang paling berdosa, setelah dia menjadi pengikut Yesus.


9.           Paulus dikasihani bukan karena dia merupakan orang paling berdosa, tetapi karena Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa. Dalam tindakan Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan Paulus (orang paling berdosa itu), sungguh nyata luar biasa  kesabaran Tuhan Yesus terhadap Paulus. Paulus juga mengakuinya. Tetapi kesabaran Tuhan terhadap Paulus bukan menjadi alasan bagi orang lain untuk melakukan dosa yang sangat besar, agar dia merasakan kesabaran TUHAN yang lebih besar lagi dari yang dirasakan Paulus. Bukan demikian yang ingin Paulus tekankan. (Dalam surat Paulus ke jemaat di Roma, Paulus mengatakan: “Bolehkah kita bertekum dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak!” (Roma 6:1b-2a). Dengan memberitahu pengalamannya ini, Paulus ingin mendorong para pedosa-pedosa berat dan ringan mempunyai  keberanian percaya kepada Yesus yang sangat berlapang dada dan bermurah hati menghapus dosa, dan menganugerahkan keselamatan. Hanya dalam Yesus Kristus keselamatan sejati dan pengampunan yang sejati terhadap dosa manusia dapat diperoleh manusia. Paulus memaparkan belas-kasihan, anugrah dan iman serta kasih yang diperolehnya dari Tuhan Yesus, agar ada contoh “bagi mereka yang kemudian percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan mendapat hidup yang kekal”. Dalam kesempatan ini, Paulus menunjukkan ada dua yang penting dari pengalamannya itu: (1) pemanggilannya menjadi apostel Tuhan Yesus Kristus (perubahan dirinya dari yang melawan Tuhan Yesus menjadi pembela dan hamba Tuhan Yesus); (2) Belas-kasih, anugerah, iman dan kasih dari Tuhan Yesus Kristus, yang memungkinkan hidupnya lebih bermanfaat bagi kemanusiaan, karena setelah dia menjadi pengikut Yesus, dia membawa umat manusia ke jalan keselamatan dan penerimaan hidup yang kekal, bukan lagi kepada ancaman kematian (penganiayaan), melainkan pengayoman dan kehidupan.  

10.            Paulus, seorang yang mengenal betapa besarnya kasih TUHAN terhadap dirinya, menyatakan : “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin!”. TUHAN itu, yang tidak nampak, adalah Raja segala zaman, Allah yang esa. Dialah yang mengutus Yesus Kristus datang  ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa. Dia, yang dikenal sebagai TUHAN yang cemburu, yang membalaskan dosa, sekarang (dalam Yesus Kristus) telah menunjukkan kasih sayang-Nya, dan kemurahan hati-Nya mengampuni dosa dan memberi keselamatan. Bagi-Nya pantas diberikan hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Hormat (Yunani: timȇ; Ibrani: kabod)  berarti menunjukkan sikap dan perbuatan menghargai, takzim terhadap yang dihormati, sehingga yang menghormati itu selalu bersikap sopan, santun dan penuh hikmat di hadapan yang dihormatinya. Kemuliaan (Yunani: doxa; Ibrani: hatip’eret) adalah keluhuran dan keagungan. Paulus bertekad membuat Yahowa dalam Yesus Kristus sebagai yang paling mulia/agung dan paling terhormat dalam kehidupannya. Dan memang begitulah seharusnya, sikap setiap pengikut Yesus Kristus. Paulus menutup kalimat doxologinya ini dengan “Amen”, untuk menunjukkan memang  demikianlah kebenaran yang sesungguh-sungguhnya. Paulus mengajak agar bukan hanya Timotius, tetapi semua yang percaya kepada Yesus meng-amin-kan kebenaran yang disampaikan oleh Paulus.

11.          Setiap orang Kristen zaman sekarang, terutama para pelayan Tuhan Yesus dalam Huria Kristen, sudah sepantasnya bersyukur kepada TUHAN (dalam Yesus Kristus) karena masih diperkenankan menjadi pengikut Yesus, menjadi orang Kristen. Sebab sebenarnya menjadi orang Kristen, bukan karena prestasi masing-masing Kristen semata-mata, tetapi karena Yesus Kristus “menangkap”  masing-masing Kristen itu menjadi pemilik kasih karunia TUHAN, pemilik iman dan kasih, dan pemilik keselamatan serta pemilik hidup yang kekal.  TUHAN menginginkan, bahwa melalui umat Kristen seluruh umat manusia di dunia (terutama orang yang kemudian percaya kepada Yesus) dapat menikmati kasih karunia , iman, kasih, keselamatan dan hidup yang kekal, yang dari Yesus Kristus.  Untuk itu Tuhan Yesus memanggil setiap pengikut-Nya tanpa melihat dan mempertimbangkan latar belakang hidup masing-masing sebelum dia menjadi pengikut Yesus. Kepada semua, tanpa kecuali, diberi pengampunan dosa, dan dianugerahi hidup baru, dan dinilai sebagai orang-orang yang setia mengemban tugas tersebut sampai akhir hayat masing-masing. Yesus mempercayakan tugas pelayanan ini kepada para pengikut-Nya. Pemercayaan tugas itu juga berlaku bagi orang Kristen dan hamba Kristus yang sekarang. Mereka diharapkan menerima tugas pelayanan itu dan melakukannya dengan setia. Paulus telah memberikan contoh kesetiaan itu, dan memberikan teladan bagi semua pengikut Yesus bagaimana hidup sebagai pengikut Yesus yang setia dan dipercayai mengemban tugas mulia dari Tuhan Yesus Kristus. Nasihat yang disampaikannnya kepada Timotius juga berlaku untuk setiap pengikut Yesus yang sekarang: “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Tim.4:12b). Dan tujuan utama yang harus diraih adalah: supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp.2:10-11). Semua isi bumi mengaku dan mengamalkan: “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin!”
Pematangsiantar, 25 Agustus 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).