MINGGU XXV SETELAH TRINITAS TGL. 13 NOPEMBER 2016, EVANGELIUM: MALEAKHI 4:1-2a
MALEAKHI 4:1-2a
4:1 Bahwa
sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang
gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar
oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak
ditinggalkannya akar dan cabang mereka.
4:2 Tetapi kamu
yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan
pada sayapnya.
|
MALEAKHI 3:19-20a
3:19 Ai ida ma, na
ro ma ari na marsigorgor, songon pamurunan, jadi doshon durame sude halak na
jukkat dohot halak siulahon hajahaton, gabe marsijembur ma nasida bahenon ni
ari na ro sogot, ninna Jahowa Zebaot, ndang adong tadingkononna di nasida
nang urat, nang ranting.
3:20 Alai binsar
ma anggo di hamu, akka na makhabiari goarHu * mata ni ari ni hatigoran
mardongan hahisaron di linggom ni habongna
|
Semua terjemahan ini dapat dengan mudah dimengerti dan
dipahami. Tetapi maknanya yang sulit sangat perlu ditemukan demi penguatan iman
para pengikut TUHAN Yesus Kristus zaman sekarang.
IMBALAN BAGI
ORANG GEGABAH & FASIK (PELAKU KEJAHATAN) DAN BAGI ORANG YANG TAKUT AKAN NAMA TUHAN
1.
Imbalan bagi orang fasik dan orang yang takut
akan TUHAN pada umumnya diceritakan berkaitan dengan HARI TUHAN. Cikal bakal
pengenalan akan HARI TUHAN dimulai dengan adanya pengaturan TUHAN tentang Hari
SABAT, setelah TUHAN Allah (Yahowa ’Elohim) selesai mencipta langit dan bumi
serta segala isinya, yang semuanya diberi daya untuk meregenerasi dan
berkelanjutan. Hari SABAT diaturkan menjadi hari istirahat (tidak melakukan
pekerjaan), yang sekaligus merupakan waktu bagi seluruh ciptaan berada dalam
keadaan sungguh sangat baik. TUHAN menyenangkan hati-Nya karena ciptaan-Nya
sungguh baik. Kesungguh-baikan ciptaan TUHAN terganggu karena Hawa dan Adam
melanggar perintah TUHAN yang melarang Adam memakan buah pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat. Lalu TUHAN datang menghukum manusia dan ciptaan-Nya yang
terlibat dalam perbuatan dosa itu. Hari itu menjadi HARI PENGHUKUMAN. Hari ini
juga terhitung sebagai HARI TUHAN. Dua gambaran HARI TUHAN ini mewarnai
pemahaman teologis tentang HARI TUHAN sedikitnya di tigabelas kitab Perjanjian Lama yang berbicara tentang
HARI TUHAN (Ulangan, Bilangan, Imamat, Yosua,
Amos, Mika, Yesaya, Joel, Yehezkiel, Zakaria, Obaja, Zefanya, Maleakhi).
Sebanyak
duapuluh kali dalam kitab –kitab itu dikatakan “hari TUHAN” (Im.7:38; Bil.15:23;
Ul.4:15; Yos.10:12; Yes.13:6.9; 14:3; Yeh.13:5; 30:3; Yo.1:15; 2:1;2:11;2:31;3:14;
Am.5:18.20; Ob.1:15; Zef.1:7.14;1:14; Mal.4:5); di kesempatan lain hanya
disebut “hari” (Am. 8:9.11; Yes. 2:20; Zef. 1:8.10.15.16; Joel 3:1; Rat. 1:21; Yeh.
34:12) atau “waktu” (Am. 8:11;Zef. 1:12; Joel 3:1). Dalam
pemberitaan-pemberitaan itu, hari TUHAN yang dimaksud berisi dua peristiwa,
yakni (1) peristiwa adanya hal-hal yang baik bagi manusia dan bagi TUHAN, dan
(2) peristiwa adanya penghukuman atau derita bagi manusia dan kegundahan hati
bagi TUHAN, karena manusia harus terhukum sebagai akibat kejatuhan mereka ke
dalam dosa (pelanggaran Firman TUHAN). Sebelum terjadinya hari TUHAN, yang
dikatakan sudah “dekat” (Yo.1:15; 2:31; Yeh.30:3; Ob.1:15; Zef.1:7.14), didahului
adanya usaha penyadaran manusia tentang kehendak TUHAN, yang merupakan “jalan
selamat” dan “ikut selamat” di hari TUHAN. HARI TUHAN digambarkan sebagai hari
yang sangat dahsyat (Yo.2:31), hari kegemasan
(Zef.1:15); sebagai hari pemusnahan oleh Yang Mahakuasa (Yo.1:15); hari
penuh dengan kebengisan, dengan gemas dan dengan murka yang menyala-nyala; hari
memunahkan dari padanya orang-orang yang berdosa (bd. Yes.13:9; hari mengalami kepahitan (bd. Zef.1:14); hari penghukuman (Zef.1:8; Yes.24:21); hari
pembalasan terhadap lawan-lawan TUHAN (Yer.46:10); hari saat mana TUHAN
merendahkan orang-orang sombong (Yes.2:11); hari menghukum orang congkak, angkuh,
dan meninggikan diri (Yes.2:12.17); hari celaka (Am.5:18); hari kegelapan
(Am.5:18), hari saat membuat matahari tenggelam di siang hari dan bumi menjadi
gelap (Am.8:9.11; bd. Yeh.30:3); hari berkabut dan hari kegelapan (bd.
Yeh.34:12); hari di saat mana manusia
tidak lagi mendapat Firman TUHAN walaupun dirindukan (Am.8:12; bd. Yo.2:31);
hari perjamuan korban TUHAN saat TUHAN menghukum. Hari TUHAN adalah hari
penjarahan dan pembagi-bagian jarahan (Zak.14:1).
Tetapi disamping pemusnahan atau penghukuman atau celaka bagi orang-orang
jahat (lawan-lawan TUHAN); hari itu juga digambarkan sebagai hari selamat bagi
orang-orang yang taat pada TUHAN (bd. Yeh.34:12); hari itu di Sion ada orang
yang terluput (Ob.1:17); hari TUHAN sekaligus sebagai hari mendirikan kembali
pondok Daud (Am.9:11); sebagai hari pemulihan umat Israel (Am.9:14). Hari TUHAN
mengakhiri kesakitan dan kegelisahanmu dan kerja paksa yang berat yang
dipaksakan kepadamu (Yes. 14:3). Di hari-hari (waktu-waku) yang mendahului Hari
TUHAN dikatakan bahwa TUHAN akan mencari domba-domba-Nya dan akan menyelamatkan
mereka dari segala tempat, sebagai mana gembala mencari domba-domba
gembalaannya (bd. Yeh.34:12). Pendahuluan Hari TUHAN dipahami sebagai hari
memerintahkan kepada umat TUHAN turun temurun perintah-perintah TUHAN, yang
pernah disampaikan-Nya pada hari TUHAN (bd. Im.7:38; Bil.15:23); hari-hari
bekerjanya Elia di Israel sekembalinya ke bumi untuk mengajarkan Taurat TUHAN
(Mal.4:5).
2.
Nabi Amos dan nabi Yoel yang terhitung sebagai
nabi tertua di dalam masa-masa tampilnya nabi-nabi; dan nabi Yesaya dan nabi
Yehezkiel, yang terhitung sebagai nabi besar dan nabi zaman sebelum pembuangan
dan zaman pembuangan; nabi Maleakhi, yang terhitung sebagai nabi-penutup untuk
masa Perjanjian Lama, berbicara panjang
lebar tentang HARI TUHAN. Di sini khusus
dibahas isi Amos 5:18-20; Joel 2:28-32; Mal.4:1-6 untuk lebih memahami apa dan
bagaimana HARI TUHAN tersebut.
Amos memberitahu bahwa Hari TUHAN (Yom
YHWH) itu adalah hari celaka, hari kegelapan, bukan terang, merupakan waktu
kelam kabut dan tidak bercahaya. Celaka itu digambarkan dengan tidak adanya
kelepasan, atau keselamatan dari maut, sebab kalau lepas dari mulut singa, maka
beruang akan menerkamnya; kalau tenang bersandar di rumah, maka ular
datang memagutnya sehingga mati. Amos
tidak memberitahu, apakah celaka seperti itu tertimpa kepada orang yang takut
akan TUHAN dan kepada orang jahat sewaktu terjadinya HARI TUHAN. Amos mengajak
umat Israel agar tidak mengharapkan hari TUHAN sedemikian. Penubuatan warna
kegelapan dan celaka atau penghukuman seperti ini diikuti oleh nabi-nabi
sesudah Amos (misalnya Yes.2; Yer.46. Dalam Zef.1:18 ditekankan pemusnahan seluruh
pendududk bumi).
Joel memberitahu bahwa pada HARI TUHAN, terjadi pencurahan ROH TUHAN
kepada semua manusia, sehingga
dampaknya: anak-anak laki-laki dan perempuan bernubuat; para orang tua
bermimpi; teruna-teruna mendapat penglihatan. Yang dimaksud semua orang,
termasuk hamba-hamba laki-laki dan
perempuan. Joel juga memberitahu bahwa ada peristiwa alam (yang dikategorikan
sebagai mujizat) sebagai pendahuluan tibanya HARI TUHAN, yakni: darah dan api
dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari menjadi padam dan terjadilah gelap gulita,
dan bulan menjadi darah (= redup memerah). Adanya peristiwa alam yang
mendahului hari TUHAN juga dinubuatkan oleh nabi Mika (psl. 1) dan Zakharia
(psl. 14). Dapat disimpulkan bahwa menurut Joel, pendahuluan dari HARI TUHAN:
di alam semesta menjadi tidak ada cahaya. Pencurahan ROH TUHAN menjadi
kesempatan mempersiapkan semua orang untuk selamat melewati hari kegelapan itu.
Tetapi yang selamat adalah “barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN
(Yahowa). Keselamatan itu dipersiapkan oleh TUHAN di gunung Sion dan di
Yerusalem. Yang selamat sesuai dengan Firman TUHAN: “Setiap orang yang
dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas.” Jadi keselamatan
dapat diperoleh sebagai kombinasi dari: orang itu berseru kepada nama TUHAN, yang
menyediakan keselamatan di Sion dan Yerusalem, dan orang itu dipanggil oleh
TUHAN. Dua warna peristiwa pada waktu
HARI TUHAN dinubuatkan oleh nabi Yoel. Warna nubuat ini diikuti oleh nabi
Yehezkiel (13:5; 30:3; 34:12-31)
Kalau Amos dan Joel tidak bicara tentang kepastian datangnya HARI TUHAN, Maleakhi (malakh-i = malaikat-Ku =
utusan-Ku) memberitahu bahwa HARI TUHAN pasti datang dan terjadi. Peristiwa
yang mendahuluinya: TUHAN akan mengutus nabi Elia kembali kepada umat TUHAN,
untuk mengajar ulang umat TUHAAN tentang taurat TUHAN, yakni
ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum TUHAN,
yang telah diperintahkan TUHAN kepada Musa, hamba TUHAN, di gunung Horeb
untuk disampaikan kepada seluruh Israel. Dengan pengajarannya, Elia membuat
hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada
bapa-bapanya. Dampaknya: TUHAN tidak memukul bumi sehingga musnah. Berarti ada
yang selamat di HARI TUHAN yang – menurut Maleakhi - datang menyala seperti
perapian. HARI TUHAN adalah hari atau waktu untuk membakar semua orang gegabah
(yang nakal) dan orang fasik (pelaku kejahatan) hingga hangus semua (ibarat
pohon yang dibakar hangus batang, cabang, daun sampai keakar-akarnya) dan
menjadi debu/abu. Sedangkan orang yang takut akan TUHAN, bapa-bapa dan
anak-anak yang hatinya sudah saling berbaikan (saling balik berbaikan) karena
mematuhi Taurat (ketetapan dan hukum TUHAN) akan selamat, dan mengalami cahaya
terang karena bagi mereka terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada
sayapnya. Mereka akan keluar (dari tempat mereka disimpan) dan
berjingkrak-jingkrak karena riangnya, sambil menginjak-injak orang gegabah dan
orang fasik yang sudah menjadi debu/abu.
Tiga nabi itu menunjukkan adanya perkembangan pengharapan tentang
terjadinya HARI TUHAN. Amos melihat HARI TUHAN sebagai hari celaka bagi “semua
orang”. Joel memahaminya sebagai hari kegelapan, tetapi ada orang yang selamat:
Yang dicurahi ROH TUHAN dan mampu menyeru nama TUHAN dan dipanggil oleh TUHAN;
sedangkan Maleakhi menubuatkan kepastian datangnya HARI TUHAN, sebagai hari
pembakaran. Orang gegebah dan fasik akan hangus terbakar dan menjadi abu,
sedangkan orang yang takut akan TUHAN akan selamat dan bersukacita. Selamat
karena mematuhi Taurat (ketetapan dan hukum TUHAN) yang diajarkan Elia yang datang kembali. Joel
dan Maleakhi menegaskan bahwa ada hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang
mendahului HARI TUHAN, yang terutama berupa waktu persiapan manusia agar ada
yang selamat dari dahsyatnya HARI TUHAN.
3.
Di zaman sekarang ini semakin banyak orang yang
mencoba menyangkal kepastian akan datangnya hari (waktu) yang disebut sebagai
HARI TUHAN, terlebih-lebih kalau dikaitkan dengan kedatangan TUHAN Yesus
Kristus kembali ke bumi untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Tetapi
semakin disangkal kedatangan hari/waktu itu, justru semakin banyak suara-suara dan pendapat yang
meyakinkan bahwa hari/waktu itu pasti datang dan terjadi. Bukan suatu hal yang
tidak bisa terjadi, bahwa suatu waktu tata surya ini akan ambruk, karena
kerusakan keseimbangan gravitasi benda-benda langit (matahari, planet-planet
dan meteor-meteor) yang mengakibatkan benda-benda langit itu berbenturan satu
sama lain dan saling menghancurkan. Pasti bisa mungkin bahwa dari antara
kepingan-kepingan itu ada yang membawa isinya yang tertinggal, termasuk makhluk
hidup di dalam kepingan yang memungkinkan adanya kehidupan, dan gerak edar
mereka bisa kembali teratur sesudah ada benda yang bisa mengatur gravitasi
benda-benda itu untuk teratur lagi beredar. Para ilmuan mengatakan itu sebagai
peristiwa alam, tetapi orang beriman meyakini adanya kuasa dibalik peristiwa
alam tersebut, yakni kuasa yang tidak terjangkau ilmu pengetahuan semata-mata.
Kuasa itu disebut orang beriman sebagai TUHAN. Yang selamat di hari/waktu
terjadinya katastrope tersebut -dikatakan dalam bahasa iman- adalah orang-orang
diselamatkan oleh TUHAN. Dan orang-orang yang dimusnahkan itu adalah orang yang
membutuhkan pembangkitan dari kematian untuk diselamatkan atau kalau tidak mau menyambut
pembangkitan itu, mereka dibuang lagi untuk dunia kematian lanjutan.
4.
Sungguh dapat dipercayai dari sudut ilmu
pengetahuan dan keagamaan, bahwa apabila terjadi katastrope (penghancuran tata
surya karena benturan benda-benda langit) akan terjadi kebakaran besar. Sebab
matahari sendiri adalah api yang menyala, dan bumi berisi daya yang membakar
(yang tampak dari adanya gunung berapi). Tentu saja api yang menyala tersebut
tidak akan memilah-milah siapa yang akan dibakarnya. Bisa saja orang yang
dipandang sebagai orang yang baik kelakukannya dan orang yang jahat (yang tidak
baik kelakuannya) sama-sama terbakar dan dihanguskan. Tetapi Maleakhi tidak
berbicara tentang orang yang baik dan yang tidak baik kelakuannya, tetapi
berbicara tentang orang gegabah (BT: najukkat)
(kal-zedîm) dan orang fasik (siula hajahataon) (kal- ‘oseh riÅ¡‘ah, yang akan terbakar seperti jerami. Orang gegabah
itu adalah orang-orang yang tidak bersiap diri menghadapai datangnya hari TUHAN
tersebut. Orang-orang fasik (pelaku kejahatan) adalah orang-orang yang membuat
orang lain tidak bersiap diri untuk menghadapi datangnya hari TUHAN, sehingga
semakin banyak orang yang menjadi orang gegabah. Kegegabahan dan kefasikan
tidak diukur dari sudut satu iman agamis yang ada di dunia. Tetapi diukur dari iman
agamis yang benar, yakni iman yang bekerja membuat orang semakin tidak ada
jumlah orang yang gegabah dan orang fasik di bumi. Iman agamis kristiani adalah
iman yang bekerja membimbing umat manusia agar tidak menjadi orang gegabah dan
orang fasik.
5.
Menurut Maleakhi, yang selamat di hari TUHAN adalah
orang yang takut akan nama TUHAN (Yahowa). Mereka adalah orang yang mematuhi
Yahowa dalam pengembangan segala ilmu pengetahuan sehingga mereka tidak terhitung
sebagai orang gegabah dan orang fasik,
melainkan menjadi orang yang siap
menyambut keselamatan pada hari TUHAN dengan menggunakan kemampuan, ilmu
pengetahuan dan keterampilannya. Keselamatan dari pemusnahan di hari TUHAN
adalah tindakan TUHAN menganugerahkan keselamatan kepada orang yang takut akan
nama TUHAN dengan memampukan kemampuan, ip-tek dan kemahiran orang yang
diselamatkan tersebut. Contoh kecil: seorang yang sedang diserbu gelombang laut
hendak tenggelam, bisa selamat apabila dia mampu menggunakan kemahiran renang
dan mahir menggunakan pelampung yang dimilikinya dan dianugerahi keselamatan yang
diberikan TUHAN kepadanya. Dalam konteks pemahaman ini, adalah sangat tepat
apabila manusia bumi berusaha mencari planet di galaksi di luar tata surya
sebagai tempat selamat di masa terjadinya hari TUHAN. Manusia tidak sepantasnya
menyombongkan diri dan mengatakan semua yang diraihnya sebagai prestasinya
semata-mata, apabila manusia mampu membangun kehidupan di planet yang ada di
luar tata surya tempat bumi berada. Sebagai umat beriman, Huria Kristen harus
terus bergiat menguatkan iman umat, yakni iman yang mampu menghapus adanya
orang gegabah dan orang fasik, yakni orang tidak bersiap menyambut datangnya
hari TUHAN dan yang mengajak orang tidak siap menghadapi terjadinya hari TUHAN.
Tugas ini termasuk pada tugas pemberitaan Injil di zaman sekarang. Imbalan bagi
orang yang gegabah dan fasik adalah kemusnahan, sedangkan imbalan bagi orang
yang takut akan nama TUHAN adalah keselamatan fisik dan keselamatan rohani,
dari separah apapun katastrophe (pemusnahan) yang dialami bumi/tata surya. Amen.
Pematangsiantar,
tgl. 1 Nopember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).