KHOTBAH DARI EVANGELIUM UNTUK MINGGU TAHUN BARU, TGL 1 JANUARI 2017, EVANGELIUM: YESAYA 63:7-9
YESAYA 63:7-9
63:7
Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang
masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan
yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan
kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar.
63:8
Bukankah Ia berfirman: "Sungguh, merekalah umat-Ku, anak-anak yang tidak
akan berlaku curang," maka Ia menjadi Juruselamat mereka
63:9
dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia
sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam
kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama
zaman dahulu kala.
MENGAWALI TAHUN BARU DENGAN
MENYEBUT-NYEBUT PERBUATAN KASIH SETIA TUHAN
1.
Saudara-saudari, Bapak/Ibu yang dikasihi oleh TUHAN Yesus Kristus. Mari
kita saling menyampaikan Selamat Tahun Baru 1 Januari 2017 kepada sesama kita,
seraya mengucapkan: TUHAN memberkati dan menyertai kita (Gok Pasupasu dohot
asiniroha ni TUHANta ma hita). Kita bersyukur kepada TUHAN, bahwa kita dapat
masuk di Tahun Baru 2017, dengan pengharapan bahwa kita, hidup kita
dan negara kita akan semakin baik dalam tahun 2017 ini. Semalam kita
telah mendengar hal-hal apa yang dipergumulkan oleh Huria Kristen selama 2016, dan yang diharapkan akan dapat kita wujudkan
dalam tahun 2017 demi kehidupan ber-huria yang lebih baik. Di rumah
masing-masing, kita sudah saling menyampaikan Selamat Tahun Baru, dan sudah
saling maaf-memaafkan dalam segala kekurangan selama tahun 2016, agar kita
semua dapat memulai perjalanan hidup kita di
tahun 2017 tanpa dibebani masa lalu yang kurang baik, dan mulai hari ini
dengan semangat baru kita dapat saling bertolong-tolongan dan bekerjasama meraih
kehidupan sorgawi yang terindah di dunia ini. Mari kita nyanyikan “HKI dengan
semangat baru”.
2.
Dalam perjalanan hidup sepanjang
umur kita masing-masing, pasti banyak pengalaman hidup yang telah kita lalui.
Di antaranya ada pengalaman yang menyenangkan, tetapi juga ada yang
menyedihkan. Mungkin kebanyakan dari hari-hari kehidupan itu kita lalui tanpa
kesan dan kita lewati begitu saja.
Memang kita selalu berada dalam tiga waktu, yakni hari “kemarin”, “hari
ini” dan hari “besok”. Waktu “kemarin” (entah itu sudah puluhan tahun lamanya)
adalah hari kenangan, dan sudah menjadi “sejarah” dalam hidup kita
masing-masing. Sungguh banyaklah kenangan bagi orang yang selalu mencatat
pengalaman hariannya, sehingga dia dapat
membaca kembali apa yang sudah dialaminya dalam sehari, seminggu,
sebulan, setahun atau sepanjang umurnya yang telah dia lewati. Dia akan dapat
menganalisa, apakah semuanya yang terjadi dalam hidupnya adalah dampak dari
“ulah” atau “prestasi”-nya saja, atau memang ada campur tangan TUHAN atau
‘sengat’ iblis dalam pengalamannya tersebut. Apapun yang telah dialami dalam waktu yang telah berlalu itu, menjadi
modal (bukan model) untuk pergumulan
hidup pada hari ini, di waktu kini dan di sini. Hari ini, waktu kini adalah
saat-saat perjuangan untuk hidup yang lebih baik. Dalam perjuangan ini,
siapapun tidak boleh lengah, berleha-leha, berlambat-lambat atau asal-asalan. Segala
sesuatunya harus dikerjakan tepat waktu, serius/sungguh-sungguh, rapi, teratur,
semaksimal, sangat baik, hasilnya tahan uji, dan dalam rangka menuju perwujudan
cita-cita yang diharapkan. Waktu kini adalah bagian dari mata rantai kehidupan
di masa depan atau “besok”. Dan hari “besok” tidak pernah dijalani oleh
siapapun dalam hidupnya, sebelum besok itu berubah menjadi hari ini dan kini. Apa
yang akan diraih “besok” selalu merupakan cita-cita dan harapan. Kalau
seseorang ingin menikmati yang diharapkannya, jangan dia bilang: Besok itu
pasti akan kunikmati! Tetapi katakan dan laksanakanlah: Kini sudah tiba
waktunya untuk melaksanakan dan menikmatinya. Dengan demikian setiap waktu
“besok” menjadi hari ini, dan mata rantai pemenuhan harapan selalu terjadi.
3.
Saudara-saudari, Bapak-Ibu yang
terkasih. Pengalaman masa lalu menjadi modal, bukan model bagi kita untuk menjalankan hidup pada hari ini, kini dan di
sini. Hidup sekarang yang dibangun dengan ber-model-kan pengalaman/hidup yang lalu, akan berbenturan dengan
perjuangan hari ini. Tetapi hidup kini yang dibangun dengan bermodalkan
pengalaman yang lalu, pasti membuat pembangunan hidup akan semakin dinamis, relevan
dan maju sesuai dengan perjuangan hidup hari ini, kini dan di sini. Pengalaman
itu beraneka ragam. Di antaranya ada
yang berisi kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN dan kebajikan dari TUHAN.
Semuanya itu menjadi modal untuk melangkah dan berjuang di masa kini. Yang
terjadi kemarin atau dulu sudah berlalu, dan itu tidak terulang kembali. Walau
pada hari ini terjadi sesuatu yang seperti dulu, yang terjadi sekarang selalu
merupakan yang baru. Jangan harapkan terjadi sekarang seperti yang dulu.
Perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, dan kebajikan yang
dulu, semua itu sudah berlalu, dan sekarang menjadi kenangan. Menyebut-nyebut
semuanya itu sekarang, hanya sebagai kenangan, dan menjadi modal untuk semakin yakin,
bahwa kasih perbuatan kasih-setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur dan
kebajikan (yang baru), masih akan dinyatakan secara baru secara berkelanjutan. Dalam
Tahun Baru ini jangan lah kita hanya menyebut-nyebut perbuatan TUHAN dan
kebajikan yang sudah berlalu, dan mengenangnya, tetapi mari menyebut dan
mengatakan (sedikitnya dalam doa dan dalam rencana-rencana hidup kita)
perbuatan kasih setia TUHAN dan perbuatan TUHAN yang masyhur serta
kebajikan-kebajikan yang akan kita alami di sepanjang tahun 2017 dan
tahun-tahun berikutnya. Lalu kita mempersiapkan diri untuk turut dalam
perbuatan kasih setia dan perbuatan masyhur dan kebajikan-kebajikan TUHAN
tersebut. Misalnya: Dalam doa atau dalam rancana keluarga atau rencana Huria
kita sebut: Semua jemaat Huria Kristen terlindungi dari gangguan kaum radikal
sepanjang tahun 2017 sebagai pertanda perbuatan kasih setia dan perbuatan besar
TUHAN dan masyhur serta kebajikan dari TUHAN. Lalu setiap Huria Kristen
mengatur strategi, agar tidak ada Huria yang diganggu atau dirusak kaum
radikal. Langkah yang diambil: (1) Kompak dengan kelompok umat beragama
non-Kristen; (2) kompak dengan aparat pemerintah; (3) mempersiapkan kekuatan
yang bisa menohok kelompok radikal. Contoh lain: kita sebut bahwa di tahun 2017
keuangan keluarga dan keuangan jemaat akan mengalami surplus, atau lebih dari
cukup, atas berkat kasih setia TUHAN dan perbuatan TUHAN yang masyhur serta
kebajikan dari TUHAN. Lalu disusunlah usaha-usaha yang akan dilakukan agar
keuangan keluarga atau keuangan jemaat menjadi surplus, yakni usaha-usaha
menambah pendapatan keluarga-keluarga atau usaha menambah pendapatan jemaat. Dalam rangka
menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN dan perbuatan TUHAN yang masyhur
serta penterapan kebajikan yang dari TUHAN, maka setiap keluarga atau setiap
jemaat, resort, daerah maupun Huria sedemoninasi (se-synode) bekerja
terprogram, punya rencana strategis yang akan dilakukan setahun, lima tahun,
dan HURIA menuju usia seratus tahun.
4.
Keluarga atau jemaat/Huria kita yang
bekerja terprogram dan terencana –strategis sebagai tindakan menyebut-nyebut
perbuatan kasih-setia TUHAN dan perbuatan TUHAN yang masyhur dan kebajikan-Nya,
merupakan pertanda bahwa keluarga dan jemaat/Huria kita adalah bagian dari umat
TUHAN, anak-anak TUHAN yang tidak akan berlaku curang. Mereka benar-benar orang/umat
yang tidak melakukan korupsi uang, korupsi ajaran/iman dan mereka tidak membuat
korupsi kesetiaan. Mereka bekerja jujur dalam hal menggunakan rencana
strategis, program, waktu, dana, dan orang yang the right man on the right place (orang yang tepat untuk pekerjaan
yang tepat). Mereka setia dalam ajaran, iman dan perjuangan. Master Plan, Program
dan Anggaran Tahunan menjadi kendali bagi keluarga/huria untuk tidak melakukan
kecurangan atau korupsi. Katekismus dan Pedoman Karakter Umat menjadi kendali perilaku
agar di setiap perbuatan tidak terjadi korupsi ajaran/iman dan kesetiaan. Dari
mulai tahun baru ini hingga hari, bulan, tahun kehidupan kita berikutnya, mari
kita menjaga diri kita, agar pikiran dan perbuatan kita tidak membuat TUHAN
Yesus Kristus tidak menjadi pendusta di tengah-tengah dunia ini. Kalau kita
berlaku curang dalam hidup kita, itu berarti kita membuat TUHAN kita menjadi
pendusta. Karena DIA yang menjamin, bahwa kita menjadi umat-Nya dan kita benar-benar
anak-anak-Nya yang tidak akan berlaku curang. Maka dalam tahun ini, marilah
kita usahakan melakukan segala
sesuatunya sejujur mungkin. Misalnya: Dalam pengumpulan persembahan-persembahan
syukur, mari kita masing-masing memberikan dengan sejujurnya, dan para
parhalado menggunakan dan menyalurkan persembahan-persembahan itu
sejujur-jujurnya. Tidak ada lagi pengalihan-pengalihan persembahan. Kalau pada
minggu tertentu seluruh jemaat dianjurkan mengumpul persembahan untuk pelayanan
pusat, mari kita setorkan persembahan itu sejujur-jujurnya ke pusat, dan tidak
ada pemotongan-pemotongan dengan alasan menggalang dana pelayanan jemaat. TUHAN
telah mengajarkan kita agar berprinsip dan berperilaku: “Kalau ya, katakan ya,
dan kalau tidak, katakan tidak. Lain dari itu adalah dosa.” Perbuatan
mencurangi dan kecurangan-kecurangan adalah dosa. Dosa kecurangan harus dihapus
dari kehidupan keluarga dan jemaat/Huria. Banyak lagi contoh-contoh kecurangan,
seperti dikatakan Paulus dalam Galatia 5: 19-21a (Perbuatan daging (= kecurangan)
telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala,
sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri,
percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya).
Perbuatan kejujuran adalah seperti dikatakan Paulus dalam Galatia 5:22-23a:
Tetapi buah Roh (= perbuatan kejujuran) ialah: kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Marilah kita terus melakukan buah Roh itu sepanjang hidup kita
dan dalam hidup Huria Kristen. Dampak dari perbuatan kejujuran itu, akan tampak
bahwa dalam hidup kita dan dalam hidup jemaat/Huria, bahwa TUHAN Yesus Kristus
benar-benar Juruselamat kita dan Juruselamat jemaat/Huria dalam segala
kesesakan. Setiap keluarga/Huria yang tidak curang tetapi jujur sepanjang tahun
karena mematuhi perintah Yesus, pasti tidak mengalami kesesakan sepanjang
tahun, dan kalaupun ada kejadian yang menyesakkan dialami, pasti keluarga/Huria
itu akan dapat mengatasi kesesakan tersebut.
5.
Dalam TUHAN Yesus Kristus, Yahowa
’Elohim telah mendatangi umat manusia di dunia secara langsung. Yesus bukanlah
sekedar utusan atau duta yang dikirim Yahowa ’Elohim ke dunia, melainkan DIA
sendirilah yang datang dalam wujud manusia. Tujuan kedatangan-Nya adalah untuk
menunjukkan tindak lanjut perbuatan kasih setia-Nya dan perbuatan-Nya yang
masyhur, yakni menyelamatkan semua orang yang mau diselamatkan. Injil Yohanes
mencatat maksud kedatangan Yahowa’Elohim secara langsung, dengan mengatakan: “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16). Pertama-tama TUHAN
ingin menyelamatkan umat-Nya Yehuda dari genggaman negara adikuasa Asyur di
zaman Yesaya. Selanjutnya DIA datang
menyelamatkan umat manusia dari genggaman kuasa Iblis yang selalu menyeret manusia itu menjadi manusia pemberontak
kepada TUHAN. Hutang dosa umat Yehuda terjadi oleh karena kemurtadan Raja Ahas
yang membawa seluruh umat Yehuda membelakangi TUHAN Yahowa. Didorong oleh kasih
dan belas-kasihan-Nya, Yahowa ’Elohim menebusnya umat Yehuda dari genggaman
dewa Baal, dengan mengalahkan raja Tiglath-Pileser dan menghambat serangan-serangan raja
Salmanasser V pengganti Raja Tiglath-Pileser,
pemuja dewa Baal tersebut. Dalam TUHAN Yesus Kristus, DIA menebus umat
manusia dari genggaman kerajaan maut, dengan tebusan berupa darah Yesus Kristus
yang dicurahkan di Bukit Golgatha dan nyawa-Nya. Hutang darah umat manusia
terbayarkan. Nyawa manusia terselamatkan. Maut, yang selalu ingin menelan umat
manusia dan sangat menakutkan, dikalahkan. Kematian dibuat tidak lagi menjadi maut,
melainkan menjadi jembatan menuju kebangkitan memasuki kehidupan kekal sorgawi
bersama Yesus Kristus. Banyak manusia mengatakan bahwa mereka tidak perlu
ditebus, sebab agama mereka dipandang sebagai jalan lurus dan jalan yang benar.
Agama Baal pun mengatakan dirinya sebagai agama yang benar. Tetapi agama ini
masih menuntut darah manusia dan penumpahan darah, melalui kurban berupa
manusia. Raja Ahas sendiri dalam kesesatannya mempersembahkan anaknya kepada
dewa Molokh, bagian dari Baalisme. Agama
Yehuda (agama Yahowa) juga masih menuntut darah, tetapi berupa darah domba,
lembu atau kambing kurban persembahan. TUHAN tidak menginginkan ada lagi
pengurbanan dan pencurahan darah atas nama TUHAN atau atas nama dewa apapun.
Selurus apapun suatu agama yang mengklaim dirinya sebagai agama jalan lurus,
agama jalan benar, kalau masih ada teriakan/tuntutan penumpahan darah manusia atas
nama agama itu, para pengikutnya masih membutuhkan penebusan yang dikerjakan
TUHAN melalui TUHAN Yesus Kristus yang darah-Nya ditumpahkan di Golgatha. Adalah
tugas umat Kristen sepanjang tahun 2017
untuk menyadarkan seluruh umat manusia dari agama apapun, agar menjauhkan diri
dari penumpahan darah umat beragama lain, atas nama agama mereka. TUHAN Yesus
Kristus telah menebus umat manusia dengan darah-Nya dan dengan demikian
penumpahan darah atas nama agama telah ditutup dan tidak diperlukan lagi demi
pemuliaan TUHAN.
6.
Perbuatan-perbuatan TUHAN yang
besar dan masyhur atas dasar kasih dan belas-kasihan-Nya, yang berikutnya
adalah kesediaan-Nya mengangkat dan menggendong
umat-Nya, orang – orang yang mau diselamatkan-Nya. Sidang Raya PGI yang
baru lalu mengambil tema: TUHAN mengangkat kita dari samudera raya (bd. Mazmur
71:20). Umat Kristen Indonesia masih terus menggumuli tindakan-tindakan TUHAN
yang membebaskan dan menolong umat
Kristen lepas dari pusaran-pusaran samudera raya politik, kemiskinan,
radikalisme dan prahara lingkungan hidup yang sedang mengganas hendak
menenggelamkan “perahu” oikumene / perahu Huria Kristen yang sedang mengarungi
samudera raya NKRIndonesia. TUHAN Yesus
Kristus ingin menempatkan umat-Nya / Huria Kristen di bumi yang penuh damai
sejahtera, makmur, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu dari janji-berkat TUHAN berdasarkan
perbuatan kasih setia-Nya mengatakan: “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi
kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila
engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini
kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke
kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan
mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya (Ulangan 28:13-14)." Apabila
kita, Huria-Nya, menjadi lumpuh karena himpitan dunia ini, jangan kita takut.
TUHAN akan menggendong kita. Di kesempatan lain Yesaya mengatakan Firman
kebenaran dari TUHAN: “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih
rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu
terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu (Yesaya 46:4).” Kita ibarat
anak-balita yang digendong, agar aman dan betul-betul terjaga dari gangguan
orang jahat, dan dibawa ke tempat yang paling menyenangkan. Dalam kedewasaan
iman kita juga terus digendong, agar kita tidak disesatkan oleh dunia, dan
tidak disesakkan oleh tekanan-tekanan anti-Kristen. Penggendongan itu berhasil apabila
kita sebagai umat TUHAN mau digendong. Digendong berarti juga sangat dekat
bahkan melekat di punggung atau di dada orang yang menggendongnya. Kalau TUHAN menggendong
kita umat-Nya, kita harus mau “melekat” atau “lengket” kepada TUHAN, jangan
menjadi manusia yang berkeliaran tak tentu arah dan pekerjaan. Orang yang
digendong dapat menikmati betapa empuknya gendongan dan timangan TUHAN, tetapi
tujuannya bukan untuk memanja-manjakan kita, tetapi untuk mempersiapkan kita
mampu bekerja keras untuk melakukan kehendak TUHAN di dunia ini, dan mengajak
orang lain agar menjadi seperti kita pelaku Firman TUHAN. Tahun 2017 merupakan waktu atau kesempatan
untuk bekerja keras mewujudkan keinginan TUHAN, yakni mewujudkan keadilan
sosial bagi bagi seluruh rakyat Indonesia, menciptakan dan memelihara
perdamaian di Huria, di Indonesia dan di dunia. TUHAN menyertai dan memberkati kita
semua menjalani tahun 2017 ini untuk
meraih lebih banyak kesuksesan lagi. Amin.