MALAM NATAL, TGL. 24 DESEMBER 2016: EVANGELIUM: YESAYA 9:2-7

02.23.00 0 Comments A+ a-

YESAYA 9:(1) 2-7

9:1    (Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar).
9:2    Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.
9:3    Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.
9:4    Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.
9:5    Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
9:6    Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

9:7    Tuhan telah melontarkan firman kepada Yakub, dan firman-Nya itu menimpa Israel.


RAYAKAN YESUS, RAYAKAN! (PESTAHON JESUS, PESTAHON)

1.      Waktu itu, Yesaya telah melewati pemerintahan Raja Uzia (767-740 SM) dan pemerintahan raja Yotam (740-734 sM) di Yehuda, dan dua raja ini melakukan yang benar di mata TUHAN. Selama pemerintahan  kedua raja ini, Yesaya mengawal kerajaan dan hidup rakyat dengan nasihat-nasihat yang membangun kebangsaan, agar kemaslahatan bangsa itu berkelanjutan. Tetapi harapan Yesaya agar apa yang dilakukan Uzia dan Yotam semakin baik di zaman Ahas, pupus setelah raja Ahas tidak mau mengindahkan nasihatnya, dan tidak mengikuti jejak kakeknya (Uzia/Azarya) dan ayahnya (raja Yotam). Alasannya: karena Ahas lebih takut kepada raja Asyur daripada kepada TUHAN Yahowa.  Ahas tidak mampu bertahan memegang teguh iman percayanya kepada Yahowa, dalam menghadapi tekanan berat yang datang dari Kerajaan Asyur (dibawah pimpinan rajamereka Tiglat Pileser dan kemudian digantikan oleh Salmanasser) yang ingin menganeksasi Yehuda, seperti sudah dilakukan Asyur terhadap kerajaan-kerajaan sekitar Kerajaan Yehuda. Ahas yang takut kepada Asyur bergegas mengunjungi raja Asyur untuk menyatakan ketundukannya dan kesediaannya membayar upeti yang ditetapkan oleh raja Asyur. Tetapi – sangat disayangkan - ketundukan secara politik itu dilanjutkan Ahas dengan ketundukan agamis dan keimanan kepada penguasa Asyur. Sebenarnya ketundukan yang dua macam ini dapat dipisahkan. Bisa saja suatu umat atau raja yang beriman kepada Yahowa tetap setia dalam keimanannya kepada Yahowa, walaupun negerinya sudah dijajah secara politis dan ekonomis. (Hal seperti itu telah dibuktikan oleh bangsa Indonesia sewaktu Jepang datang menjajah Indonesia (yang waktu itu masih bernama Hindia Belanda) dan hendak memaksakan agama Shinto mereka menjadi agama rakyat Indonesia, terutama dalam hal menghormati Kaisar Jepang sebagai dewa. Justru  Ahas tidak sekuat bangsa Indonesia, yang mempertahankan imanmereka, walaupun Jepang sudah berkuasa, bahkan pada awalnya disambut sebagai “saudara tua” yang mengusir penjajah Belanda. Bangsa Indonensia tidak mau menggadaikan iman percayanya (baik yang Kristen maupun penganut agama yang lain). Jauh sebelum Ahas, Yusuf bin Jakob pun tidak mau menggadaikan imannya di Mesir, walaupun tekanan dari Firaun Mesir sangat kuat. Di zaman sesudah Ahas di kemudian hari, Daniel juga tetap setia kepada imannya kepada Yahowa, walaupun dia berada di suatu kerajaan yang sangat kejam (dan rajanya Nebukadnezar seorang raja yang biadab). Tetapi Ahas, murtad dari imannya kepada Yahowa, lalu memerintahkan kepada imam Uria agar mezbah di Yerusalem diganti dengan mezbah yang serupa dengan yang di ibukota Asyur, dan  peralatan-peralatan ibadah kepada Yahowa disingkirkan (seperti kolam pembasuhan). Ibadah dan pemberian kurban dibuat menjadi pemujaan dan pengurbanan kepada dewa raja Asyur, walaupun kadang masih ada kurban kepada Yahowa. Ahas menyampaikan peringatan-peringatan dari Yahowa, tetapi Ahas tidak mau lagi mendengar nasihat dan peringatan yang disampaikan Yesaya. Yesaya melihat, bahwa harapan satu-satunya untuk memulihkan umat Yehuda dan rajanya kembali kepada jalan TUHAN Yahowa, adalah lahirnya seorang raja menggantikan Ahas. Harapan itu pada awalnya dikenakan kepada kelahiran Hizkia (perwaris tahta Daud), sehingga dia dirawat dan dibesarkan mematuhi Hukum-hukum TUHAN Yahowa. Memang Hizkia menjadi raja yang melakukan yang benar di mata TUHAN, seperti leluhurnya Daud. Tetapi Yesaya justru tidak berhenti pada kelahiran Hizkia, tetapi membuka harapan tentang lahirnya “seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Yang diharapkan akan lahir itu melebihi  seorang anak raja yang lahir di istana untuk mewarisi tahta ayahnya, karena yang akan lahir itu disebut “Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal”. Penamaan ini menunjuk kepada seorang yang akan lahir ke dunia, yang dirinya jauh lebih luar biasa  dibanding semua raja-raja Israel/Yehuda, walaupun yang lahir itu dikatakan dalam konteks tahta Daud.
2.      Lahirnya putera yang luar biasa ini memberi dampak yang luar biasa bagi umat TUHAN. “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” Bangsa Yehuda yang sedang dilanda kegelapan dan kekelaman karena kejatuhannya kepada  Asyur secara politik, ekonomi dan agama, akan melihat terang besar yang sedang bersinar atas mereka. Memang kalau suatu bangsa melihat suatu masa depan yang cerah, semangat bangsa itu akan kembali berseri dan gairah hidup seluruh penduduk negeri itu akan bangkit kembali. Bayangkan misalnya, setelah Bung Karno membacakan teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, bangsa Indonesia melihat bahwa terang kehidupan baru mulai bersinar menyinari mereka. Walaupun berita itu masih sayup-sayup di dengar di Sumatera, sinar terang itu ditangkap, lalu semangat orang Sumatera menggelora membela kemerdekaan yang sudah diproklamirkan. Demikian dapat terbandingkan, semangat umat Yehuda mendengar bahwa telah lahir seorang putera  di tengah-tengah mereka ( di istana), yang diharapkan dapat menggantikan ayahnya pembawa kegelapan dan kekelaman di tengah bangsanya, dan akan menggantikan kegelapan dan kekelaman itu dengan terang besar, yang memungkinkan semua umat-Nya selamat, sejahtera, adil dan makmur. Efek positif kehadiran putera yang beri harapan besar itu mendorong pengakuan kepada TUHAN, dengan mengatakan: Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan. Pada umumnya kelahiran seorang pewaris tahta sudah membuat penghuni istana dan rakyat bersukacita, mengadakan pesta besar dan penuh sorak-sorak. Sukacita itu sungguh sangat besar kalau seorang nabi yang diakui kesetiaannya kepada Yahowa menubuatkan bahwa putera raja yang lahir itu  membuat hidup bangsanya menjadi terang benderang, kembali ke jalan Yahowa dan memberi kesejahteraan, kesentosaan, keadilan, damai sejahtera, kerukunan dan bahkan kelak dia memerintah ibarat TUHAN yang maha perkasa dan maha kasih terhadap umat-Nya. Ada dua kesempatan bersukacita yang sangat besar bagi umat TUHAN (Israel/Yehuda), yakni sukacita di waktu panen dan waktu membagi-bagi jarahan. Sukacita itu begitu besar dalam dua kesempatan ini, karena panen dan kemenangan (kemampuan menjarah harta musuh) merupakan pertanda bahwa umat TUHAN diberkati, disertai sewaktu bertani dan sewaktu berperang. Panen dan pembagian jarahan menunjukkan adanya jaminan kecukupan sembako dan harta kekayaan sepanjang tahun bagi seluruh rakyat dan para pejabat negara. Adanya pembagian jarahan, berarti musuh dikalahkan, dan dengan demikian jaminan keamanan disediakan. Itu semua bisa terjadi kalau ada raja yang tidak seperti raja Ahas, yang keok secara politik, ekonomi dan agamis sebelum berjuang dan tidak meniru kakeknya Daud.  Hizkia menjadi salah satu raja Yehuda yang menyerupai kakeknya, Daud, dalam kesetiaan kepada Yahowa, dan dapat membebaskan diri dari ancaman-ancaman  raja dari Asyur. Kitab Raja-raja menceritakan bagaimana TUHAN (Yahowa) membebaskan Yerusalem dari kepungan raja Sanherib dan tentaranya (2Raj.18-19).

3.      Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian. Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. Nubuat Yesaya ini benar-benar menjadi kenyataan sewaktu pemerintahan Hizkia. Pada waktu itu Yerusalem dikepung Sanherib dan tentaranya. Mereka mengolok-olok Hizkia dan TUHAN Yahowa, Allah umat Yehuda. Tetapi tangan TUHAN yang kuat menolong Hizkia dan membebaskan Yehuda dari kepungan Sanherib dan tentaranya. “Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku." Maka pada malam itu keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka! Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe. Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat. Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia” (2 Raj.19”34-37). Dengan demikian Hizkia dapat bebas dari tekanan Asyur dan tidak membayar upeti lagi seperti sebelumnya. Tongkat Asyur, sipenindas, telah dipatahkan TUHAN Yahowa. Kekalahan Asyur itu dibandingkan dengan kekalahan Midian, yakni kekalahan Midian sewaktu hakim Gideon berperang melawan Midian di lembah Jizreel (Hak. 6-8). Tentara Sanherib yang mati terbunuh (185.000 orang) oleh malaikat TUHAN, dibakar habis, tanpa membuka sepatu dan pakaian mereka. Semuanya dibakar, agar tidak timbul wabah penyakit karena bangkai-bangkai mereka yang akan membusuk. Kematian Sanherib membuat kerajaan Asyur menjadi lemah. Lemahnya kerajaan Asyur merupakan kesempatan bagi kerajaan kecil yang dijajahnya (termasuk Yehuda) dapat bernafas kembali dan merdeka. Tetapi pengganti Sanherib, yakni raja Esarhadon, kembali bangkit dan memaksa raja Manasse (pengganti raja Hizkia) membayar upeti kepada Asyur; dan Manasse mengikut jejak Ahas, melakukan yang tidak benar di mata TUHAN. Namun selama pemerintahan ayahnya, raja Hizkia, Yehuda benar-benar aman, dan tidak terkalahkan oleh raja dari Asyur, berkat pertolongan TUHAN Yahowa, yang diikutinya dengan setia.

4.      Kebesaran raja Hizkia digambarkan oleh Yesaya dalam nubuatnya, yang mengatakan: “lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya (ay.5b-6b). Watehyi hamiśrah ‘al-šikmȏ (LAI TB:  lambang pemerintahan ada di atas bahunya) dapat diterjemahkan dengan : dan pemerintahan diembankan kepada bahunya. Pemerintahan Daud ditegakkan oleh raja Hizkia pada zamannya (selama 29 tahun dia memerintah). Pemerintahan itu punya lambang dan lambang itu adalah “Bintang Daud”. Pemerintahan yang berlambang Daud itu ada (= diembankan) (Ibrani: hayah) di atas bahunya. Dia menyebut namanya: pele’ yo‘eş (wonderful councellor ; Penasihat Ajaib (LAI TB); konselor yang menakjubkan. Kepiawaiannya memberikan nasihat/penguatan kepada bangsanya, diuji sewaktu  Yerusalem dikepung oleh Sanherib dan tentaranya; dan sewaktu dia mengalami sakit. Dia minta petunjuk kepada Yesaya dan berdasarkan petunjuk itu raja Hizkia memberi nasihat kepada para pejabat negaranya dan kepada rakyatnya.  Memang Yesaya masih mengharapkan lebih dari itu kepiawaian Hizkia. Yesaya mengharapkan bahwa Hizkia itu sebagai ’El gibbor (LAI TB: Allah Yang Perkasa), yang sebenarnya lebih tepat dimengerti sebagai “Penampakan Kekuasaan atau Keperkasaan Allah”.  Bandingkan nama Yisra’el = Pejuang Allah.  Selain itu dikatakan abyi‘ad  (“Bapa yang Kekal” menurut LAI TB). Kata Ibrani abyi‘ad  dapat merupakan bentukan dari kata ’abyi + ‘ad. ’Abyi = Bapa; ‘ad = selamanya = kekal.  Tetapi kata itu juga bisa merupakan bentukan dari kata  ’ab + ya‘ad > ’ab + ‘ed. ’Ab = Bapa; Pimpinan; ‘ed = kumpulan orang = jemaah/umat.  ’ab + ya‘ad = pimpinan umat. Raja Hizkia juga berfungsi sebagai pimpinan umat Yehuda. Dan karena kepiawaiannya memimpin, dia akan dikenang sebagai pimpinan (bapa) bagi umat Israel selamanya. Dia pemimpin umat yang pada akhirnya tidak gentar terhadap serangan-serangan Asyur dan karena ketaatannya kepada Yahowa, dia dibuat menang terhadap raja Asyur tanpa memanahkan sebuah anak panah. Ditopang oleh situasi negara-negara adikuasa (Asyur dan Mesir) yang melemah,  Hizkia benar-benar dapat menciptakan damai di dalam kerajaannya. Bagi Yesaya, raja Hizkia menjadi gambaran tentang RAJA DAMAI yang juga masih akan datang. Sungguh besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya. Apabila kekuasaan yang besar dijalankan sesuai dengan kehendak Yahowa yang menginginkan kedamaian, akan mendatangkan damai sejahtera yang berkelanjutan terus mengalior dari tahta Daud dan di dalam kerajaan Daud.  Itulah harapan Yesaya selama Hizkia masih hidup dan setia kepada Yahowa. Maka Yesaya menggaris bawahi: karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Jaminan kelanggengan kedamaian di kerajaan Yehuda, atau  di tengah umat TUHAN, adalah didasarkannya dan dikokohkannya kerajaan itu dengan keadilan dan kebenaran. (DI sini keadilan dan kebenaran itu tidak dimutlakkan sebagai keadilan dan kebenaran Yahowa, tetapi secara sadar bahwa keadilan dan kebenaran Yahowa itu mengasprasi semua jenis keadilan dan kebenaran yang akan menjadi dasar menegakkan dan mengokohkan kerajaan Daud.  Terbandingkan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dapat mengalami kedamaian, dan kesejahteraan, dan kekuasaan pemerintah pusat menjadi sangat besar, karena keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila terus dipegang-teguh dan dijalankan dengan konsisten. Yehuda waktu itu adalah negara sekuler berdasarkan hukum-hukum TUHAN, sehingga keadilan yang berkeadilan dan kebenaran yang berkebenaran dapat terwujudkan dan ternikmati rakyat negeri. Apabila hal itu dapat berjalan terus, maka pemerintahan, damai sejahtera itu akan terus menerus berkelanjutan.

5.      Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini. Tuhan telah melontarkan firman kepada Yakub, dan firman-Nya itu menimpa Israel. Sebenarnya melihat kecilnya Yehuda, yang bahkan pernah dijuluki “si cacing Yakob”, Yehuda tidak mungkin bertahan lagi menghadapi kerajaan-kerajaan (adikuasa) yang hendak menelannya. Sedangkan Kerajaan Israel Utara (Samaria), yang jauh lebih besar dari Yehuda, sudah dihapus dari bumi. Hanya kecemburuan TUHAN dan Firman TUHAN yang membuat mereka masih dapat eksis (hidup) di kancah pergaulan dan perpolitikan bangsa-bangsa. TUHAN cemburu melihat bangsa-bangsa, sehingga DIA menunjukkan kuasa-Nya melalui kehadiran kerajaan Yehuda. TUHAN mengirim (šalaḥ = melontarkan (LAI TB) Firman-Nya, dan Yehuda di zaman Hizkia menangkap Firman itu, menghayatinya dan mengamalkannya. Tetapi sewaktu TUHAN menimpakan (napal= menjatuhkan) Firman-Nya kepada Israel (Kerajaan Israel Utara/Samaria), mereka tidak mengacuhkannya, sehingga Samaria dihancurkan oleh Asyur tahun 722 sM. Menyambut Firman TUHAN yang datang ke pada manusia dulu dan sekarang, tetap memberikan keselamatan kepada manusia (umat) yang menyambut, menerima, menghayati dan mengamalkannya. Tetapi barang siapa yang menolak-Nya, mereka akan ditolak di bumi apalagi di sorga. Itu ditegaskan oleh Yesus.

6.      Pengharapan akan lahirnya seorang RAJA DAMAI yang disampaikan oleh Yesaya dan pada mulanya dikenakan kepada raja Hizkia, menjadi  pengharapan akan lahirnya seorang Mesias (Kristus) di tengah umat Israel, setelah raja Hizkia meninggal, dan penggantinya raja Manasse jatuh menjadi raja yang murtad dari kehendak Yahowa. Manasse melakukan yang tidak benar di mata TUHAN (Yahowa). Pengharapan Mesias itu menjadi hidup sangat aktual di kalangan orang yang beriman, apabila umat Yehuda (umat TUHAN) jatuh kepada penjajahan dan kesesatan. Pengharapan itulah yang hidup di tengah umat Yahudi sewaktu mereka silih berganti dijajah oleh kerajaan Babel, oleh Kerajaan Yunani, dan pada zaman kelahiran dan hidupnya Yesus Kristus dijajah oleh Kerajaan Romawi. Yesus sendiri dan para pengikut-Nya memahami diri Yesus sebagai Mesias/Kristus, Raja Damai yang dinanti-nantikan oleh umat Israel sebagaimana dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Umat Kristen menguji kebenaran pemenuhan nubuat Yesaya itu (nubuat Perjanjian Lama) dalam diri Tuhan Yesus Kristus, dan ternyata pemenuhan nubuat Yesaya dan nubuat Perjanjian Lama dalam diri Yesus Kristus dapat dipertanggungjawabkan secara iman, pengharapan dan kasih. Kelahiran Yesus, apa yang dikerjakan Yesus, penderitaan Yesus, ketersaliban Yesus, kematian Yesus, kebangkitan Yesus, penguatan murid-Nya 40 hari setelah kebangkitan Yesus, dan kenaikan Yesus ke sorga, semuanya benar-benar pemenuhan nubuatan Yesaya, dan pengharapan Mesias yang tersurat dan tersirat dalam Perjanjian Lama. Keberadaan Yesus dalam kandungan Maria adalah tindak lanjut dari pada “damai” antara Yahowa dan manusia (yang diwakili Maria); kelahiran Yesus menggemakan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya; kehadiran para Majus di hadapan-Nya dan keberadaan-Nya di Mesir menunjukkan adanya damai di kalangan manusia yang dari Timur, yang di Tengah dan yang dari Barat. Kehadiran-Nya di hadapan para rabbi di Bait Allah sewatu Yesus berumur 12 tahun, mendamaikan orang tua dan anak, anak dan orang tua (sebagaimana dinubuatkan oleh Maleaki: hati anak berbalik kepada bapa dan hati bapa berbalik kepada anak); pekerjaan-pekerjaan-Nya yang menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh manusia atau oleh alam, adalah  pesan damai dan kemahakuasaan El (Allah); tindakan-tindakan-Nya mengusir setan dan roh jahat menunjukkan damai di bumi dan manusia tidak perlu lagi diganggu oleh setan-setan dan roh jahat; penderitaan-Nya setelah ditangkap hingga dibawa ke tiang salib di Golgatha, adalah pemenuhan nubuat Yesaya (53-54); ketersaliban-Nya memenuhi nubuat dalam kitab Musa; ucapan-ucapan-Nya dari kayu salib itu, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya adalah pesan damai bagi seluruh umat manusia, karena dosa diampuni, keselamatan disediakan, kemenangan atas maut dinyatakan; kenaikan-Nya ke sorga menyatakan bahwa Kerajaan-Nya yang dijalankan dari sorga di bumi adalah Kerajaan yang tidak terkalahkan di bumi, dan merupakan Kerajaan Damai sebagaimana dikehendaki oleh TUHAN Yahowa, Pencipta Langit dan Bumi serta segala isinya. Dari itu dalam setiap perayaan kelahiran Yesus Kristus, umat yang merayakannya dalam mengatakan dengan penuh keyakinan dan penuh sukacita: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.” Dia (Yesus Kristus) bukan lagi hanya penampakan keperkasaan Allah, tetapi DIA sendiri Allah yang menjadi manusia. DIA bukan lagi hanya pemimpin (gembala) umat TUHAN, tetapi DIA adalah Bapa Yang Kekal bagi seluruh “kawanan” yang mengikut DIA. DIA adalah RAJA DAMAI, dan tiada damai di bumi, kalau umat manusia tidak menjalankan kehendak-Nya [yakni mengasihi TUHAN Allah // mengasihi sesama manusia // mengasihi musuh // melakukan (yang baik) kepada orang lain sebagaimana diinginkan dilakukan orang lain itu kepada pelaku]. Ajaran-Nya ini menunjukkan bahwa Yesus adalah benar-benar Penasihat Ajaib (konselor yang menakjubkan. Tiada dua seperti DIA). Sungguh besar kekuasaan-Nya, sebab kerajaan-Nya bukan dari dunia ini; kerajaan-Nya tidak hanya meliputi kerajaan (republik) Israel yang ada sekarang, melainkan meliputi seluruh kerajaan atau semua republik atau segala kesultanan yang ada di bumi, yang penduduknya masing-masing menganut agama yang bukan agama Kristen maupun yang menganut agama Kristen. Terang hidup yang dipancarkan-Nya menyinari mereka semua. Kerajaan, republik, kesultanan apapun yang ada di bumi, akan berkelanjutan apabila didasarkan dan dikokohkan dengan keadilan dan kebenaran. Keadilan yang berkeadilan dan kebenaran yang berkebenaran adalah yang menjalankan HUKUM KASIH yang diajarkan oleh Yesus Kristus, yang dicatat di atas (yakni : mengasihi TUHAN Allah // mengasihi sesama manusia // mengasihi musuh // melakukan (yang baik) kepada orang lain sebagaimana diinginkan dilakukan orang lain itu kepada pelaku). Oleh karena itu: Rayakan Yesus, Rayakan! Pestahon Jesus! Pestahon! Berbahagialah setiap orang yang ikut dalam soraksorai dan kebahagiaan perayaan kelahiran Yesus Kristus. Martua ma jolma na gabe parsidohot di halalas ni roha pesta natal i.

Pematangsiantar, 18 Nopember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).