MINGGU NATAL KEDUA TGL. 26 DESEMBER 2016, EVANGELIUM: YESAYA 63:7-9

02.42.00 0 Comments A+ a-

YESAYA 63:7-9

63:7 Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar.
63:8 Bukankah Ia berfirman: "Sungguh, merekalah umat-Ku, anak-anak yang tidak akan berlaku curang," maka Ia menjadi Juruselamat mereka

63:9 dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala.

TUHAN YESUS KRISTUS (YAHOWA YESHUA HAMMASIAH) 
JURUSELAMAT DAN PENEBUS UMAT MANUSIA.
HURIA KRISTEN ADALAH ANAK-ANAK TUHAN YANG WAJIB TIDAK BERLAKU CURANG.

1.      Sejauh manakah yang anda dapat capai? Setiap manusia selalu ingin sampai ke tujuan. Tetapi bagaimana agar sampai ke tujuan itu? TUHAN Yesus Kristus pernah memberikan perumpamaan tentang sepuluh orang gadis yang menyongsong mempelai datang ke ruangan pesta. Lima orang mempersiapkan minyak untuk semalaman bahkan menyediakan minyak cadangan juga untuk pelita masing-masing. Akhirnya, setelah begitu lama menunggu, pelita mereka masih bisa terus menyala, dan bisa ikut masuk ruangan pesta menyertai mempelai yang sudah tiba. Lima orang gadis yang lain, kehabisan minyak, lalu pergi mencari-cari ke tempat-tempat lain (penjual minyak). Lalu sewaktu mempelai datang, mereka tidak berada di pintu ruangan pesta, dan  mereka tiba setelah pintu ruangan pesta ditutup. Dan walaupun pintu itu diketuk-ketuk, tidak ada lagi yang membuka. Mereka terhitung sebagai orang yang tidak dikenal. Lalu air mata mereka bercucuran penuh kekecewaan akibat ulah mereka yang tidak melakukan persiapan sepenuhnya. (Baca Mat.25:1-13). Harus mempelai yang datang dan tiba, lalu membuka pintu ruangan pesta, barulah yang menunggu bisa masuk. Panitia pesta pun tidak berhak membuka pintu dan mengizinkan para penanti masuk menunggu di ruangan pesta. Menunggu harus di luar, dan itupun harus selalu siap sedia. Lima dari gadis itu sampai ke tujuan mereka, tetapi lima lagi tidak sampai.
Ada lagi dalam Alkitab diceritakan tentang seseorang yang lama menunggu, sampai dia tiba pada yang ditunggu-tunggu itu. Seorang orang tua yang sangat saleh, lama sekali menunggu tibanya Sang Mesias, Juruselamat, yang dia tahu dari Perjanjian Lama pasti datang. Laki-laki tua yang saleh itu namanya Simeon. Roh Kudus menggerakkannya agar dia datang lagi ke Bait TUHAN sewaktu Yesus dibawa ke rumah TUHAN untuk disunat. Dia tiba pada apa yang dinantikannya, lalu meminta agar dia diperkenankan memangku Yesus. Sewaktu Yesus dipangkuannya, dia katakan: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel" (Luk.2:29-32). Hana, seorang perempuan yang saleh dan sudah berumur 84 tahun juga waktu itu menemukan Sang Juruselamatnya, dan bersaksi tentang Yesus dan keselamatannya. Laki-laki dan perempuan harus sama-sama menemukan tujuannya, yakni Juruselamat dan keselamatannya.

2.      Ada banyak yang membuat sorga tujuan hidupnya, lalu mereka berjuang agar sampai ke sorga, ke keselamatan yang sebenarnya. Miliaran banyaknya, yang terhitung sebagai K, demikian juga yang terhitung sebagai B, sebagai H, sebagai I, dan sebagai A.  Kepada mereka ada yang memberi harapan dan bahkan seolah memastikan, bahwa mereka pasti sampai ke sorga, apabila mereka betul-betul sungguh-sungguh mengejarnya sewaktu mereka masih hidup di dunia. Dalam berlomba mengejar sorga itu, mereka mempraktekkan “hidup sorgawi” selagi masih hidup di bumi. Lalu banyak di antara mereka yang memang sampai di pintu gerbang sorga, dan meminta agar pintu gerbang itu dibuka agar mereka bisa masuk ke dalam sorga, untuk menikmati keselamatan sejati yang mereka idamkan itu. Tetapi penjaga gerbang sorga itu sama sekali tidak mau membuka gerbang itu, sebab dia tidak berhak membuka pintu gerbang itu. Pemimpin mereka pun yang juga sudah duluan sampai di sana berkata kepada pengikutnya: “Sabarlah kita menunggu sampai kapan! Saya sendiri tidak berhak membuka pintu gerbang itu untuk kita.” Lalu sebagian dari mereka mengatakan: “Karena masih lama lagi, dan masih belum diketahui kapan pastinya pintu gerbang sorga itu dibuka, kembali lah dulu aku hidup lagi di bumi, walaupun dalam wujud yang lain, bukan dalam wujudku yang semula.” Lalu mereka berinkarnasi, sampai berulang-ulang. Tetapi sebagian lagi mengatakan: “Kami tidak tahu menahu dengan sorgamu itu. Kami bikin sorga kami sendiri!” Lalu sebagian dari mereka mengatakan: “Kami sudah di sorga kalau kami sudah menjadi tidak ada lagi sama sekali.” Dan sebagian lagi mengatakan: “Inilah sorga kami, bahwa kami bisa pestapora sepanjang masa, semau hati kami sendiri.” Dalam berlomba menuju sorga itu, ada yang sudah menggunakan kendaraan yang lebih canggih dari pesawat angkasa luar; yang lebih canggih dari pesawat jet, yang lebih canggih dari pesawat propeller; yang lebih canggih dari mobil balap F1; yang lebih canggih dari sepeda motor; yang lebih canggih dari mobil; yang lebih canggih dari sepeda; yang lebih cepat dari naik kuda; atau dengan menggunakan alat-alat yang setara dengan hal-hal itu semua. Teologia yang super canggih mereka pasang semua. Lalu mereka semua tiba di pintu gerbang itu. Tetapi tertahan, tidak bisa masuk. Mereka semua, mengiba-iba memohon agar pintu gerbang itu dibuka, tetapi hasilnya nihil. Lalu datanglah seorang pejalan kaki, yang bergaya pengemis, bergaya budak/hamba, membawa buntalan yang sangat besar. Di dalam buntalan itu ada miliaran orang lumpuh, orang buta, dan manusia penyandang cacat lainnya. Dia berjalan tertatih-tatih. Lalu semua yang ada di luar pintu gerbang itu mengejek si pejalan kaki sepanjang perjalanannya menunju pintu gerbang sorga itu. Akhirnya dia bisa tiba di depan pintu gerbang itu. Lalu dia menghadapkan wajahnya ke arah kumpulan trilliunan manusia yang di luar pintu gerbang itu, dan berkata: “Saya adalah pemegang pintu gerbang sorga dan pemiliknya. Saya akan buka pintu gerbang ini. Yang diperkenankan masuk adalah orang yang mengenal saya dan yang melakukan apa yang saya ajarkan di bumi.”  Lalu pintu gerbang itu terbuka, dan orang yang mengenal si pejalan kaki dan yang melakukan ajaran-ajaran-Nya melenggang masuk, tidak ada yang dapat menghalangi mereka. Tetapi yang tidak mengenal sipejalan kaki dan yang tidak melakukan ajaran-ajaran-Nya dengan sendirinya tertolak keluar walau mereka mencoba sebisa mungkin untuk masuk. Memang seluruh umat manusia terpanggil agar ke sorga, tetapi banyak yang tidak terpilih dan banyak yang terhambat masuk sorga, karena ada penghambat melekat pada diri mereka masing-masing.  Sewaktu mereka di bumi, banyak kali ceritanya, dan sewaktu berada di luar pintu gerbang itupun semakin banyak cerita masing-masing. Sungguh riuh rendah, karena banyaknya suara-suara dan cerita-cerita. Masing-masing menceritakan kecanggihan kendaraannya menuju sorga, kecanggihan teologianya, keluarbiasaan persediaannya. Tetapi, banyak sekali cerita-cerita itu hanya seputar pengenalan akan ilmu-ilmu, teknologi, ideologi, politik, agama, budaya, jasa-jasa, dan kesalehan-kesalehan masing-masing.  Walau mereka sudah bercerita sangat panjang tentang jasa-jasa masing-masing, pintu gerbang sorga itu tidak terbuka. Harus pemegang kunci dan pemilik sorga itu yang datang, lalu pintu gerbang itu terbuka. Dia tidak panjang cerita, tetapi kata-kata-Nya yang paling menentukan.

3.      Mereka yang mengenal DIA, yang datang dengan mengambil rupa seorang hamba, bahkan sebagai seorang rupa pengemis, dan mereka yang melakukan ajaran-ajaran-NYA, tidak cerita tentang ilimu-ilmu, teknologi, ideologi, politik, agama, budaya, jasa dan kesalehan mereka. Tetapi mereka  menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN (Yahowa), perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada mereka, dan kebajikan yang besar kepada umat TUHAN, yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar. Dengan demikian, mereka ini berhasil menjauhkan diri dari kesombongan, tetapi mendekatkan diri kepada sikap pasrah saja kepada  ketentuan TUHAN. Menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN, terutama tentang  perbuatan kasih-Nya, adalah salah satu cara pencerita mengucap syukur kepada TUHAN. Dalam menceritakan perbuatan baik TUHAN, pencerita akan mengaku dosa dan kekurangn-kekurangannya di hadapan TUHAN, lalu melihat dengan jelas kasih setia/kasih karuania TUHAN pada dirinya. Isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta Sejarah Huria Kristen penuh dengan cerita dan kesaksian tentang perbuatan-perbuatan TUHAN, yakni perbuatan kasih-setia-Nya. Adalah lebih baik bagi semua penghuni bumi, apabila manusia (penganut agama apapun) menyebut-nyebut perbuatan kasih-setia TUHAN. Karena dengan demikian, umat manusia yang beraneka ragam itu akan tidak saling memusuhi, tetapi akan hidup dalam damai sejahtera dan kasih-mengasihi.

Apabila Yesaya mengatakan: Aku menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, terlebih dahulu dia menyadari adanya perbuatan-perbuatan manusia yang memberontak kepada TUHAN dan yang mendukakan Roh Kudus TUHAN (63:10). Bergerak dari kesadaran itu, Yesaya ingin agar TUHAN (Yahowa) yang dahulu kala telah melakukan begitu banyak perbuatan-perbuatan kasih setia-Nya, juga mengulanginya lagi terhadap para pemberontak dan kepada mereka yang mendukakan Roh Kudus tersebut. Yesaya mengingatkan perbuatan kasih setia TUHAN kepada umat Israel di zaman Musa. Kasih setia TUHAN itu ibarat kasih setia seorang Bapa terhadap anak-anaknya. TUHAN Yahowa adalah Bapa bagi umat TUHAN, “Penebus” umat TUHAN (Yes. 63:16). Hubungan Bapa dan anak di antara TUHAN dan  umat-Nya, menjadi alasan yang kuat bagi umat TUHAN untuk memohon agar TUHAN melakukan perbuatan-perbuatan kasih setia kepada umat-Nya.

Cerita tentang TUHAN Yesus Kristus dalam empat Injil-Nya adalah tulisan-tulisan yang menceritakan perbuatan-perbuatan kasih setia TUHAN (Yahowa), perbuatan TUHAN yang masyhur, yang dilakukan TUHAN sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar terhadap seluruh umat manusia. Segala yang dilakukan TUHAN itu adalah kebajikan yang besar kepada umat TUHAN dan kepada manusia yang masih belum terhitung sebagai  umat pilihan TUHAN.  Dalam PL kasih setia itu dirangkum dalam kata Ibrani ḥesed. Dan dalam PB ḥesed itu dikatakan dalam kata Yunani: kharis; Latin: gratia, yang diterjemahkan LAI TB dengan kasih karunia. (Sedikitnya 94 kali dalam PB).  á¸¤esed itu adalah perbuatan TUHAN kepada manusia, sehingga manusia itu mengalami kebaikan, keselamatan, pengampunan dosa, kesempatan hidup, tanpa dilatarbelakangi jasa manusia itu sendiri. Kemerdekaan Republik Indonesia adalah hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Perbuatan kasih setia dan kasih karunia TUHAN diakui tipis di dalamnya. Maka kemerdekaan Indonesia itu  bisa saja berubah. Tetapi kemerdekaan setiap penduduk Indonesia menganut agamanya dan beribadah menurut agamanya itu, adalah kasih karunia atau perbuatan kasih setia TUHAN, sehingga tidak boleh ada manusia menghalanginya. Arti seperti itu disebut-sebut dalam UUD RI 1945. Sungguh indah apabila penulisan sejarah umat TUHAN, sejarah Huria Kristen yang manapun, selalu merupakan ungkapan dari banyaknya perbuatan kasih setia dan kasih sayang atau kasih karunia atau anugerah TUHAN terhadap umat-Nya. Sejarah Huria Kristen Indonesia (atau sejarah gereja yang lainnya) harus ditulis ulang, agar menjadi kisah yang menyebut-nyebut parbuatan kasih setia TUHAN Yesus Kristus. Mengabarkan Injil juga adalah pekerjaan menyaksikan/memberitakan  perbuatan-perbuatan kasih setia TUHAN kepada audiens (yang mendengarkan). Setiap khotbah, sebaiknya juga merupakan kesaksian tentang perbuatan-perbuatan kasih setia TUHAN dulu dan sekarang. Di zaman sekarang, zaman alat komunikasi canggih, zaman media sosial, sangat diharapkan agar media sosial (medsos) menjadi tempat menyebut-nyebut perbuatan-perbuatan kasih setia TUHAN, bukan sebagai arena propaganda fitnah dan bukan pula alat provokasi membenturkan antar Suku Agama Ras dan Aliran/Asalusul.  Semua pihak, terutama para pengendali media sosial, harus melakukan tanggungjawabnya, agar medsos yang dikendalikannya benar-benar menyiarkan berita-berita perbuatan-perbuatan kasih setia dan kasih sayang TUHAN dan rancangan dan tindakan kasih sayang atau kasih setia manusia terhadap sesamanya manusia.

4.      TUHAN menunjukkan kasih setia dan kasih sayang-Nya kepada manusia, karena TUHAN punya rasa memiliki terhadap manusia, terutama terhadap para pengikut-Nya. TUHAN memandang para pemuja-Nya sebagai umat-Nya. “Sungguh mereka adalah umat-Ku”, kata-Nya. Dalam status sebagai umat TUHAN, mereka adalah “HURIA yang kudus dan am, persekutuan orang kudus”. Kudus mengandung arti khusus. Am berarti orang percaya dan setia, yang berasal dari seluruh bangsa, ras, suku, marga dan kaum. Banyak sekali “kekhususan” umat TUHAN di hadapan TUHAN di bumi dan di sorga. Salah satu dari kekhususan/kekudusan itu adalah sebagai anak-anak TUHAN yang “tidak akan berlaku curang” (banîm lo’ yeÅ¡akerû = bani (keturunan-keturunan yang tidak menghianat/tidak menjelekkan/tidak korrup/tidak curang. Mereka adalah bani (keturunan-keturunan) yang setia, mengharumkan, jujur, dan bekerja sesuai aturan (mematuhi hukum-hukum agama, hukum negara, hukum adat, hukum alam), yang memuliakan Penciptamereka dan mematuhi Juruselamatmereka. Orang yang tidak curang sering menjadi alamat kebencian manusia pecinta kecurangan. Mereka sering dicurangi, dan digiring ke dalam suasana kesesakan. Contohnya yang paling gamblang diambil adalah pengalaman Yesus Kristus, pengalaman para Rasul-Nya (pengalaman Petrus dan Paulus); pengalaman umat TUHAN sekarang di Indonesia (salah satunya adalah pengalaman Ahok, dan pemboman rumah-rumah ibadah Kristen yang mengambil korban manusia). Bermacam-macam cara dibuat oleh anti-umat TUHAN agar umat TUHAN terdesak dan sesak (sesak nafas, sesak ekonomi, sesak budaya, sesak hak-hak hidup). TUHAN tidak membiarkan mereka selamanya hidup dalam kesesakan. TUHAN pasti bertindak untuk membebaskan mereka dari kesesakan itu. TUHAN menjadi mosyi‘a (Juruselamat) bagi umat TUHAN. Tindakan-tindakan-Nya menyelamatkan juga didorong oleh rasa kasih setia dan kasih sayang-Nya.  Kalau TUHAN datang menyelamatkan, umat TUHAN  harus mau dan bersedia diselamatkan. Banyak anekdot yang menceritakan ketidak-mauan manusia diselamatkan, dan akibatnya manusia itu binasa. Seorang anak gadis hendak bunuh diri melompat dari puncak gedung setinggi seratus meter ke bawah. Dia putus asa karena ditinggal oleh pacarnya, pemuda ganteng yang sangat dia cintai. Banyak orang yang membujuk si gadis, agar dia tidak melakukan niatnya itu. Tetapi si gadis cantik itu tidak mau mendengar bujukan tersebut. Dia menuntut agar kekasihnya sendiri yang datang menjemputnya ke puncak gedung itu, barulah niat bunuh dirinya dibatalkannya. Setelah pemuda, pacarnya, mendengar permintaan gadis tersebut, dalam hatinya kembali bergejolak cinta yang pernah dia hidupkan bersama gadis itu. Lalu pemuda itu datang, dan naik ke puncak gedung tersebut. Setelah pemuda itu membujuknya, dan berjanji akan menjalin cinta mereka kembali hingga ke pernikahan, si gadis itu mau dibawa turun ke bawah. Lalu perempuan itu tidak jadi mati bunuh diri. Bayangkan, kalau si gadis itu tidak mau dan tidak bersedia diselamatkan oleh pacarnya, dia  pasti akan mati konyol bunuh diri. TUHAN selalu mau menggelorakan cinta atau kasih setia-Nya kepada umat-Nya yang memohon agar TUHAN sendiri datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari kesesakan hidup mereka.

5.      Yesaya menandaskan bahwa dalam menyelamatkan umat manusia, yang selalu ingin bunuh diri dengan melakukan berbagai dosa dan kecurangan serta pendurhakaan, TUHAN tidak lagi mengutus nabi-Nya, atau rasul (utusan-Nya), tetapi DIA (TUHAN) sendiri yang datang menyelamatkan mereka. Pemenuhan nubuat Yesaya ini terjadi pada waktu Yesus lahir di Betlehem, bekerja di Yudea dan Galilea, serta rela mati di kayu salib, menjadi kurban keselamatan dan kurban penghapus dosa, yang dipersembahkan oleh penguasa dunia dan penguasa agama/budaya; kemudian mengalahkan maut lalu bangkit dan hidup kembali dan naik ke sorga. Mengapa TUHAN sendiri yang harus langsung turun tangan? Karena ternyata, manusia yang selalu ingin mati dalam dosa itu, sudah berulang kali dinasihati, ditunjuki jalan oleh para nabi dan rasul yang disuruh TUHAN, mereka selalu tidak mau meninggalkan niat matinya tersebut. Mereka selalu berlomba masuk ke dalam dunia kematian. Sifat itu terus melekat dalam diri manusia, dan nabi dan rasul manapun tidak mampu mengubah diri manusia yang demikian itu. TUHAN yang mencipta manusia itu, yang bisa dan mampu membuat manusia menjadi ciptaan baru, atau manusia baru. Itulah yang dikerjakan oleh TUHAN dengan kedatangan-Nya sendiri dalam wujud manusia Yesus Kristus. TUHAN membuat segala sesuatunya baru. Siapa di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru, manusia baru. Dan apabila manusia itu merusak dirinya yang sudah dijadikan baru itu, itu berarti manusia itu sudah tidak manusia lagi, melainkan sudah menjadi iblis buas, yang layak dimusnahkan dari muka bumi. Iblis buas itu menyaru sebagai pembela kepentingan TUHAN pada hal niatnya menjerembabkan manusia itu ke dalam dunia kematian, dan iblis buas itu selalu ingin mematikan umat TUHAN atas nama TUHAN yang dihianatinya.

TUHAN, yang datang menyelamatkan, tidak menghukum siapapun yang butuh keselamatan. Mereka justru dijadikan umat – milik-Nya, menjadi HURIA-Nya. TUHAN menebus mereka. Semua hutang umat-Nya  (baik itu hutang harta, hutang dosa, maupun hutang darah atau hutang nyawa) dibayar. Semua hutang umat-Nya itu dilunasi oleh TUHAN Yesus Kristus sendiri. TUHAN memegang tangan mereka yang sedang berada di tepian jurang maut, lalu mengangkat mereka, menggendong mereka, dan membawa mereka ke rumah-Nya yang ada di bumi dan kemudian ke rumah-Nya yang ada di sorga. Seperti TUHAN telah melakukan terhadap umat Israel di Padang Gurun Sinai dalam perjalanan mereka dari Mesir menuju tanah Kanaan, tanah Yang Dijanjikan. TUHAN pernah berfirman, dan firman-Nya itu benar-benar DIA lakukan: “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu” (Yes. 46:4). Mungkin ada yang berkata: “Mana pernah aku digendong oleh TUHAN!” “Alat gendongku pun tak ada,” katanya. Orang yang berkata demikian, harus belajar mengenal alat gendong yang dibuat TUHAN Yesus Kristus untuk menggendongnya. Kalau di sudah dewasa, masih belum mengenal alat gendong yang dipakai TUHAN menggendongnya, dia harus belajar menjadi seperti anak-anak yang biasa digendong oleh orangtuanya, sehingga dia bisa merasakan tindakan TUHAN menggendong dirinya. Biasanya, orang yang digendong itu adalah orang yang dikasihi, dan yang ditaruh di tempat yang paling aman dan paling empuk.  Masing-masinglah melihat dirinya, apakah dia pernah berada di tempat yang paling aman  dan paling empuk baginya. Tempat aman dan paling empuk itu tidak selamanya berupa kursi-malas yang sangat empuk atau tempat tidur lembut, selembut bulu domba, seperti yang ada di istana raja. Tempat aman dan empuk bagi masing-masing pengikut Yesus adalah tempat yang cocok bagi masing-masing. Kalau sekarang masih berada di tempat yang kurang cocok baginya, minta pada TUHAN agar DIA menggendongmu ke tempat yang lebih cocok. Memang ada yang tidak aman berada di dataran luas, dan merasa lebih cocok berada di dahan-dahan kayu (di dakkadakka). Ada yang didudukkan di “halangulu” (tempat terhormat), tetapi selalu pergi ke “talaga” (tempat paling hina). Kalau demikian, itu salah sendiri. Tetapi di manapun pengikut TUHAN Yesus Kristus, firman TUHAN yang disampaikan dalam Yes.46:4 tetap dilaksanakan TUHAN kepada para pengikut-Nya itu. Yang beruntung dan berbahagia adalah yang mau dan bersedia digendong oleh TUHAN Yesus Kristus.

6.      Perayaan Natal kali ini adalah kesempatan bagi umat TUHAN, untuk menyadari bahwa TUHAN Yahowa sendiri yang datang melawat mereka, untuk mengangkat dan menggendong mereka;  menyelamatkan mereka dari segala macam kesesakan. Kiranya jangan ada di kalangan pengikut Yesus yang membuat masa natal menjadi masa kesesakan, karena sulitnya perekonomian keluarga. Rayakanlah Natal dengan apa yang dimiliki oleh masing-masing pengikut Yesus. Mungkin ada yang hanya mampu membeli sebatang lilin kecil, dan sekerat roti (atau sampohul indahan ganti ni roti) dan setetes jus anggur (atau seteguk air putih pengganti anggur). Bersukacitalah dengan adanya itu, tanpa harus meminjam uang dari orang lain agar dapat membeli bajubaru, sepatubaru, dan tempat tidur baru. Kalau ada uang, gunakanlah itu untuk membeli buku pelajaran anak-anak, sebagai hadiah natal, atau membeli alat musik yang dapat dipelajari oleh anak-anak demi masa depannya, atau membayar yuran BPJS, atau uang dana pensiun. Tetapi, kalau seseorang memiliki uang yang puluhan juta di luar kebutuhan wajibnya, ajaklah seluruh anggota jemaat untuk berpesta ria sehari semalam untuk merayakan natal TUHAN Yesus Kristus. Silahkan potong lembu atau kerbau beberapa ekor untuk dinikmati oleh umat TUHAN. Bunyikan gendang, musik atau ogung sabangunan. Semua itu adalah tanda syukur, bahwa TUHAN sendiri, oleh karena kasih setia-Nya, datang menyelamatkan umat-Nya, melepaskan umat-Nya dari kesesakan, dan mengangkat mereka agar tidak menjadi ekor, melainkan menjadi kepala, dan tidak lagi turun merosot, tetapi terus menerus naik dalam hal-hal yang baik. TUHAN menggendong umat-Nya menjadi terang dunia dan garam dunia. Satu hal yang harus dicamkan dan dilakukan: Jangan rayakan Natal TUHAN Yesus Kristus dengan menggunakan hasil-hasil kecurangan (hasil korupsi atau hasil perampokan atau pencurian).  Rayakan Natal Yesus Kristus dengan segala sesuatu yang merupakan hasil kerja yang bagus dan baik dan jujur. Itulah persembahan yang paling harum di “palungan” Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia itu.  Amen.

Pematangsiantar, tgl. 20 Nopember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).