MINGGU NATAL KEDUA TGL. 26 DESEMBER 2016, EVANGELIUM: YESAYA 63:7-9
YESAYA 63:7-9
63:7
Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang
masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan
yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan
kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar.
63:8
Bukankah Ia berfirman: "Sungguh, merekalah umat-Ku, anak-anak yang tidak
akan berlaku curang," maka Ia menjadi Juruselamat mereka
63:9
dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia
sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam
kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama
zaman dahulu kala.
TUHAN
YESUS KRISTUS (YAHOWA YESHUA HAMMASIAH)
JURUSELAMAT DAN PENEBUS UMAT
MANUSIA.
HURIA
KRISTEN ADALAH ANAK-ANAK TUHAN YANG WAJIB TIDAK BERLAKU CURANG.
1. Sejauh manakah yang anda dapat capai? Setiap manusia selalu ingin
sampai ke tujuan. Tetapi bagaimana agar sampai ke tujuan itu? TUHAN Yesus
Kristus pernah memberikan perumpamaan tentang sepuluh orang gadis yang
menyongsong mempelai datang ke ruangan pesta. Lima orang mempersiapkan minyak
untuk semalaman bahkan menyediakan minyak cadangan juga untuk pelita
masing-masing. Akhirnya, setelah begitu lama menunggu, pelita mereka masih bisa
terus menyala, dan bisa ikut masuk ruangan pesta menyertai mempelai yang sudah
tiba. Lima orang gadis yang lain, kehabisan minyak, lalu pergi mencari-cari ke
tempat-tempat lain (penjual minyak). Lalu sewaktu mempelai datang, mereka tidak
berada di pintu ruangan pesta, dan mereka tiba setelah pintu ruangan pesta
ditutup. Dan walaupun pintu itu diketuk-ketuk, tidak ada lagi yang membuka.
Mereka terhitung sebagai orang yang tidak dikenal. Lalu air mata mereka
bercucuran penuh kekecewaan akibat ulah mereka yang tidak melakukan persiapan
sepenuhnya. (Baca Mat.25:1-13). Harus mempelai yang datang dan tiba, lalu
membuka pintu ruangan pesta, barulah yang menunggu bisa masuk. Panitia pesta
pun tidak berhak membuka pintu dan mengizinkan para penanti masuk menunggu di
ruangan pesta. Menunggu harus di luar, dan itupun harus selalu siap sedia. Lima
dari gadis itu sampai ke tujuan mereka, tetapi lima lagi tidak sampai.
Ada lagi dalam Alkitab diceritakan tentang seseorang yang
lama menunggu, sampai dia tiba pada yang ditunggu-tunggu itu. Seorang orang tua
yang sangat saleh, lama sekali menunggu tibanya Sang Mesias, Juruselamat, yang
dia tahu dari Perjanjian Lama pasti datang. Laki-laki tua yang saleh itu
namanya Simeon. Roh Kudus menggerakkannya agar dia datang lagi ke Bait TUHAN
sewaktu Yesus dibawa ke rumah TUHAN untuk disunat. Dia tiba pada apa yang
dinantikannya, lalu meminta agar dia diperkenankan memangku Yesus. Sewaktu
Yesus dipangkuannya, dia katakan: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu
ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan
segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan
menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel" (Luk.2:29-32). Hana, seorang
perempuan yang saleh dan sudah berumur 84 tahun juga waktu itu menemukan Sang
Juruselamatnya, dan bersaksi tentang Yesus dan keselamatannya. Laki-laki dan
perempuan harus sama-sama menemukan tujuannya, yakni Juruselamat dan
keselamatannya.
2. Ada banyak yang membuat sorga tujuan hidupnya, lalu mereka berjuang
agar sampai ke sorga, ke keselamatan yang sebenarnya. Miliaran banyaknya, yang
terhitung sebagai K, demikian juga yang terhitung sebagai B, sebagai H, sebagai
I, dan sebagai A. Kepada mereka ada yang
memberi harapan dan bahkan seolah memastikan, bahwa mereka pasti sampai ke
sorga, apabila mereka betul-betul sungguh-sungguh mengejarnya sewaktu mereka masih
hidup di dunia. Dalam berlomba mengejar sorga itu, mereka mempraktekkan “hidup
sorgawi” selagi masih hidup di bumi. Lalu banyak di antara mereka yang memang
sampai di pintu gerbang sorga, dan meminta agar pintu gerbang itu dibuka agar
mereka bisa masuk ke dalam sorga, untuk menikmati keselamatan sejati yang
mereka idamkan itu. Tetapi penjaga gerbang sorga itu sama sekali tidak mau
membuka gerbang itu, sebab dia tidak berhak membuka pintu gerbang itu. Pemimpin
mereka pun yang juga sudah duluan sampai di sana berkata kepada pengikutnya:
“Sabarlah kita menunggu sampai kapan! Saya sendiri tidak berhak membuka pintu
gerbang itu untuk kita.” Lalu sebagian dari mereka mengatakan: “Karena masih
lama lagi, dan masih belum diketahui kapan pastinya pintu gerbang sorga itu
dibuka, kembali lah dulu aku hidup lagi di bumi, walaupun dalam wujud yang
lain, bukan dalam wujudku yang semula.” Lalu mereka berinkarnasi, sampai
berulang-ulang. Tetapi sebagian lagi mengatakan: “Kami tidak tahu menahu dengan
sorgamu itu. Kami bikin sorga kami sendiri!” Lalu sebagian dari mereka
mengatakan: “Kami sudah di sorga kalau kami sudah menjadi tidak ada lagi sama
sekali.” Dan sebagian lagi mengatakan: “Inilah sorga kami, bahwa kami bisa
pestapora sepanjang masa, semau hati kami sendiri.” Dalam berlomba menuju sorga
itu, ada yang sudah menggunakan kendaraan yang lebih canggih dari pesawat
angkasa luar; yang lebih canggih dari pesawat jet, yang lebih canggih dari
pesawat propeller; yang lebih canggih dari mobil balap F1; yang lebih canggih
dari sepeda motor; yang lebih canggih dari mobil; yang lebih canggih dari
sepeda; yang lebih cepat dari naik kuda; atau dengan menggunakan alat-alat yang
setara dengan hal-hal itu semua. Teologia yang super canggih mereka pasang
semua. Lalu mereka semua tiba di pintu gerbang itu. Tetapi tertahan, tidak bisa
masuk. Mereka semua, mengiba-iba memohon agar pintu gerbang itu dibuka, tetapi
hasilnya nihil. Lalu datanglah seorang pejalan kaki, yang bergaya pengemis, bergaya
budak/hamba, membawa buntalan yang sangat besar. Di dalam buntalan itu ada
miliaran orang lumpuh, orang buta, dan manusia penyandang cacat lainnya. Dia
berjalan tertatih-tatih. Lalu semua yang ada di luar pintu gerbang itu mengejek
si pejalan kaki sepanjang perjalanannya menunju pintu gerbang sorga itu.
Akhirnya dia bisa tiba di depan pintu gerbang itu. Lalu dia menghadapkan
wajahnya ke arah kumpulan trilliunan manusia yang di luar pintu gerbang itu,
dan berkata: “Saya adalah pemegang pintu gerbang sorga dan pemiliknya. Saya akan
buka pintu gerbang ini. Yang diperkenankan masuk adalah orang yang mengenal
saya dan yang melakukan apa yang saya ajarkan di bumi.” Lalu pintu gerbang itu terbuka, dan orang
yang mengenal si pejalan kaki dan yang melakukan ajaran-ajaran-Nya melenggang
masuk, tidak ada yang dapat menghalangi mereka. Tetapi yang tidak mengenal
sipejalan kaki dan yang tidak melakukan ajaran-ajaran-Nya dengan sendirinya tertolak
keluar walau mereka mencoba sebisa mungkin untuk masuk. Memang seluruh umat
manusia terpanggil agar ke sorga, tetapi banyak yang tidak terpilih dan banyak
yang terhambat masuk sorga, karena ada penghambat melekat pada diri mereka
masing-masing. Sewaktu mereka di bumi,
banyak kali ceritanya, dan sewaktu berada di luar pintu gerbang itupun semakin
banyak cerita masing-masing. Sungguh riuh rendah, karena banyaknya suara-suara
dan cerita-cerita. Masing-masing menceritakan kecanggihan kendaraannya menuju
sorga, kecanggihan teologianya, keluarbiasaan persediaannya. Tetapi, banyak sekali
cerita-cerita itu hanya seputar pengenalan akan ilmu-ilmu, teknologi, ideologi,
politik, agama, budaya, jasa-jasa, dan kesalehan-kesalehan masing-masing. Walau mereka sudah bercerita sangat panjang
tentang jasa-jasa masing-masing, pintu gerbang sorga itu tidak terbuka. Harus
pemegang kunci dan pemilik sorga itu yang datang, lalu pintu gerbang itu
terbuka. Dia tidak panjang cerita, tetapi kata-kata-Nya yang paling menentukan.
3. Mereka yang mengenal DIA, yang datang dengan mengambil rupa seorang
hamba, bahkan sebagai seorang rupa pengemis, dan mereka yang melakukan
ajaran-ajaran-NYA, tidak cerita tentang ilimu-ilmu, teknologi, ideologi,
politik, agama, budaya, jasa dan kesalehan mereka. Tetapi mereka menyebut-nyebut
perbuatan kasih setia TUHAN (Yahowa), perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai
dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada mereka, dan kebajikan yang besar
kepada umat TUHAN, yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih
sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar. Dengan demikian,
mereka ini berhasil menjauhkan diri dari kesombongan, tetapi mendekatkan diri
kepada sikap pasrah saja kepada ketentuan TUHAN. Menceritakan
perbuatan-perbuatan TUHAN, terutama tentang
perbuatan kasih-Nya, adalah salah satu cara pencerita mengucap syukur
kepada TUHAN. Dalam menceritakan perbuatan baik TUHAN, pencerita akan mengaku
dosa dan kekurangn-kekurangannya di hadapan TUHAN, lalu melihat dengan jelas
kasih setia/kasih karuania TUHAN pada dirinya. Isi Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru serta Sejarah Huria Kristen penuh dengan cerita dan kesaksian
tentang perbuatan-perbuatan TUHAN, yakni perbuatan kasih-setia-Nya. Adalah
lebih baik bagi semua penghuni bumi, apabila manusia (penganut agama apapun)
menyebut-nyebut perbuatan kasih-setia TUHAN. Karena dengan demikian, umat
manusia yang beraneka ragam itu akan tidak saling memusuhi, tetapi akan hidup
dalam damai sejahtera dan kasih-mengasihi.
Apabila Yesaya mengatakan: Aku menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, terlebih dahulu
dia menyadari adanya perbuatan-perbuatan manusia yang memberontak kepada TUHAN
dan yang mendukakan Roh Kudus TUHAN (63:10). Bergerak dari kesadaran itu,
Yesaya ingin agar TUHAN (Yahowa) yang dahulu kala telah melakukan begitu banyak
perbuatan-perbuatan kasih setia-Nya, juga mengulanginya lagi terhadap para
pemberontak dan kepada mereka yang mendukakan Roh Kudus tersebut. Yesaya
mengingatkan perbuatan kasih setia TUHAN kepada umat Israel di zaman Musa.
Kasih setia TUHAN itu ibarat kasih setia seorang Bapa terhadap anak-anaknya. TUHAN
Yahowa adalah Bapa bagi umat TUHAN, “Penebus” umat TUHAN (Yes. 63:16). Hubungan
Bapa dan anak di antara TUHAN dan umat-Nya,
menjadi alasan yang kuat bagi umat TUHAN untuk memohon agar TUHAN melakukan
perbuatan-perbuatan kasih setia kepada umat-Nya.
Cerita tentang TUHAN Yesus Kristus dalam empat Injil-Nya
adalah tulisan-tulisan yang menceritakan perbuatan-perbuatan kasih setia TUHAN (Yahowa), perbuatan TUHAN
yang masyhur, yang dilakukan TUHAN
sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar terhadap
seluruh umat manusia. Segala yang dilakukan TUHAN itu adalah kebajikan yang besar kepada umat TUHAN
dan kepada manusia yang masih belum terhitung sebagai umat pilihan TUHAN. Dalam PL kasih
setia itu dirangkum dalam kata Ibrani ḥesed.
Dan dalam PB ḥesed itu dikatakan
dalam kata Yunani: kharis; Latin: gratia, yang diterjemahkan LAI TB dengan
kasih karunia. (Sedikitnya 94 kali
dalam PB). Ḥesed itu adalah perbuatan TUHAN kepada manusia, sehingga manusia
itu mengalami kebaikan, keselamatan, pengampunan dosa, kesempatan hidup, tanpa
dilatarbelakangi jasa manusia itu sendiri. Kemerdekaan Republik Indonesia
adalah hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Perbuatan kasih setia dan kasih
karunia TUHAN diakui tipis di dalamnya. Maka kemerdekaan Indonesia itu bisa saja berubah. Tetapi kemerdekaan setiap
penduduk Indonesia menganut agamanya dan beribadah menurut agamanya itu, adalah
kasih karunia atau perbuatan kasih setia TUHAN, sehingga tidak boleh ada
manusia menghalanginya. Arti seperti itu disebut-sebut dalam UUD RI 1945.
Sungguh indah apabila penulisan sejarah umat TUHAN, sejarah Huria Kristen yang
manapun, selalu merupakan ungkapan dari banyaknya perbuatan kasih setia dan
kasih sayang atau kasih karunia atau anugerah TUHAN terhadap umat-Nya. Sejarah
Huria Kristen Indonesia (atau sejarah gereja yang lainnya) harus ditulis ulang,
agar menjadi kisah yang menyebut-nyebut parbuatan kasih setia TUHAN Yesus
Kristus. Mengabarkan Injil juga adalah pekerjaan menyaksikan/memberitakan perbuatan-perbuatan kasih setia TUHAN kepada
audiens (yang mendengarkan). Setiap khotbah, sebaiknya juga merupakan kesaksian
tentang perbuatan-perbuatan kasih setia TUHAN dulu dan sekarang. Di zaman
sekarang, zaman alat komunikasi canggih, zaman media sosial, sangat diharapkan
agar media sosial (medsos) menjadi tempat menyebut-nyebut perbuatan-perbuatan
kasih setia TUHAN, bukan sebagai arena propaganda fitnah dan bukan pula alat
provokasi membenturkan antar Suku Agama Ras dan Aliran/Asalusul. Semua pihak, terutama para pengendali media
sosial, harus melakukan tanggungjawabnya, agar medsos yang dikendalikannya
benar-benar menyiarkan berita-berita perbuatan-perbuatan kasih setia dan kasih
sayang TUHAN dan rancangan dan tindakan kasih sayang atau kasih setia manusia
terhadap sesamanya manusia.
4. TUHAN menunjukkan kasih setia dan kasih sayang-Nya kepada manusia,
karena TUHAN punya rasa memiliki terhadap manusia, terutama terhadap para
pengikut-Nya. TUHAN memandang para pemuja-Nya sebagai umat-Nya. “Sungguh mereka
adalah umat-Ku”, kata-Nya. Dalam status sebagai umat TUHAN, mereka adalah
“HURIA yang kudus dan am, persekutuan orang kudus”. Kudus mengandung arti
khusus. Am berarti orang percaya dan setia, yang berasal dari seluruh bangsa,
ras, suku, marga dan kaum. Banyak sekali “kekhususan” umat TUHAN di hadapan
TUHAN di bumi dan di sorga. Salah satu dari kekhususan/kekudusan itu adalah
sebagai anak-anak TUHAN yang “tidak akan berlaku curang” (banîm lo’ yeÅ¡akerû = bani (keturunan-keturunan yang
tidak menghianat/tidak menjelekkan/tidak korrup/tidak curang. Mereka adalah
bani (keturunan-keturunan) yang setia, mengharumkan, jujur, dan bekerja sesuai
aturan (mematuhi hukum-hukum agama, hukum negara, hukum adat, hukum alam), yang
memuliakan Penciptamereka dan mematuhi Juruselamatmereka. Orang yang tidak
curang sering menjadi alamat kebencian manusia pecinta kecurangan. Mereka
sering dicurangi, dan digiring ke dalam suasana kesesakan. Contohnya yang
paling gamblang diambil adalah pengalaman Yesus Kristus, pengalaman para
Rasul-Nya (pengalaman Petrus dan Paulus); pengalaman umat TUHAN sekarang di
Indonesia (salah satunya adalah pengalaman Ahok, dan pemboman rumah-rumah
ibadah Kristen yang mengambil korban manusia). Bermacam-macam cara dibuat oleh
anti-umat TUHAN agar umat TUHAN terdesak dan sesak (sesak nafas, sesak ekonomi,
sesak budaya, sesak hak-hak hidup). TUHAN tidak membiarkan mereka selamanya hidup
dalam kesesakan. TUHAN pasti bertindak untuk membebaskan mereka dari kesesakan
itu. TUHAN menjadi mosyi‘a (Juruselamat)
bagi umat TUHAN. Tindakan-tindakan-Nya menyelamatkan juga didorong oleh rasa
kasih setia dan kasih sayang-Nya. Kalau
TUHAN datang menyelamatkan, umat TUHAN
harus mau dan bersedia diselamatkan. Banyak anekdot yang menceritakan
ketidak-mauan manusia diselamatkan, dan akibatnya manusia itu binasa. Seorang
anak gadis hendak bunuh diri melompat dari puncak gedung setinggi seratus meter
ke bawah. Dia putus asa karena ditinggal oleh pacarnya, pemuda ganteng yang
sangat dia cintai. Banyak orang yang membujuk si gadis, agar dia tidak
melakukan niatnya itu. Tetapi si gadis cantik itu tidak mau mendengar bujukan
tersebut. Dia menuntut agar kekasihnya sendiri yang datang menjemputnya ke
puncak gedung itu, barulah niat bunuh dirinya dibatalkannya. Setelah pemuda,
pacarnya, mendengar permintaan gadis tersebut, dalam hatinya kembali bergejolak
cinta yang pernah dia hidupkan bersama gadis itu. Lalu pemuda itu datang, dan
naik ke puncak gedung tersebut. Setelah pemuda itu membujuknya, dan berjanji
akan menjalin cinta mereka kembali hingga ke pernikahan, si gadis itu mau
dibawa turun ke bawah. Lalu perempuan itu tidak jadi mati bunuh diri. Bayangkan,
kalau si gadis itu tidak mau dan tidak bersedia diselamatkan oleh pacarnya,
dia pasti akan mati konyol bunuh diri. TUHAN
selalu mau menggelorakan cinta atau kasih setia-Nya kepada umat-Nya yang
memohon agar TUHAN sendiri datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari kesesakan
hidup mereka.
5. Yesaya menandaskan bahwa dalam menyelamatkan umat manusia, yang selalu
ingin bunuh diri dengan melakukan berbagai dosa dan kecurangan serta
pendurhakaan, TUHAN tidak lagi mengutus nabi-Nya, atau rasul (utusan-Nya),
tetapi DIA (TUHAN) sendiri yang datang menyelamatkan mereka. Pemenuhan nubuat
Yesaya ini terjadi pada waktu Yesus lahir di Betlehem, bekerja di Yudea dan
Galilea, serta rela mati di kayu salib, menjadi kurban keselamatan dan kurban
penghapus dosa, yang dipersembahkan oleh penguasa dunia dan penguasa
agama/budaya; kemudian mengalahkan maut lalu bangkit dan hidup kembali dan naik
ke sorga. Mengapa TUHAN sendiri yang harus langsung turun tangan? Karena
ternyata, manusia yang selalu ingin mati dalam dosa itu, sudah berulang kali
dinasihati, ditunjuki jalan oleh para nabi dan rasul yang disuruh TUHAN, mereka
selalu tidak mau meninggalkan niat matinya tersebut. Mereka selalu berlomba
masuk ke dalam dunia kematian. Sifat itu terus melekat dalam diri manusia, dan
nabi dan rasul manapun tidak mampu mengubah diri manusia yang demikian itu. TUHAN
yang mencipta manusia itu, yang bisa dan mampu membuat manusia menjadi ciptaan
baru, atau manusia baru. Itulah yang dikerjakan oleh TUHAN dengan
kedatangan-Nya sendiri dalam wujud manusia Yesus Kristus. TUHAN membuat segala
sesuatunya baru. Siapa di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru, manusia baru.
Dan apabila manusia itu merusak dirinya yang sudah dijadikan baru itu, itu
berarti manusia itu sudah tidak manusia lagi, melainkan sudah menjadi iblis
buas, yang layak dimusnahkan dari muka bumi. Iblis buas itu menyaru sebagai
pembela kepentingan TUHAN pada hal niatnya menjerembabkan manusia itu ke dalam dunia
kematian, dan iblis buas itu selalu ingin mematikan umat TUHAN atas nama TUHAN
yang dihianatinya.
TUHAN, yang datang menyelamatkan, tidak menghukum siapapun
yang butuh keselamatan. Mereka justru dijadikan umat – milik-Nya, menjadi
HURIA-Nya. TUHAN menebus mereka. Semua hutang umat-Nya (baik itu hutang harta, hutang dosa, maupun
hutang darah atau hutang nyawa) dibayar. Semua hutang umat-Nya itu dilunasi
oleh TUHAN Yesus Kristus sendiri. TUHAN memegang tangan mereka yang sedang
berada di tepian jurang maut, lalu mengangkat mereka, menggendong mereka, dan
membawa mereka ke rumah-Nya yang ada di bumi dan kemudian ke rumah-Nya yang ada
di sorga. Seperti TUHAN telah melakukan terhadap umat Israel di Padang Gurun Sinai
dalam perjalanan mereka dari Mesir menuju tanah Kanaan, tanah Yang Dijanjikan. TUHAN
pernah berfirman, dan firman-Nya itu benar-benar DIA lakukan: “Sampai masa
tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku
telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan
menyelamatkan kamu” (Yes. 46:4). Mungkin ada yang berkata: “Mana pernah aku
digendong oleh TUHAN!” “Alat gendongku pun tak ada,” katanya. Orang yang berkata
demikian, harus belajar mengenal alat gendong yang dibuat TUHAN Yesus Kristus
untuk menggendongnya. Kalau di sudah dewasa, masih belum mengenal alat gendong
yang dipakai TUHAN menggendongnya, dia harus belajar menjadi seperti anak-anak
yang biasa digendong oleh orangtuanya, sehingga dia bisa merasakan tindakan
TUHAN menggendong dirinya. Biasanya, orang yang digendong itu adalah orang yang
dikasihi, dan yang ditaruh di tempat yang paling aman dan paling empuk. Masing-masinglah melihat dirinya, apakah dia
pernah berada di tempat yang paling aman
dan paling empuk baginya. Tempat aman dan paling empuk itu tidak
selamanya berupa kursi-malas yang sangat empuk atau tempat tidur lembut,
selembut bulu domba, seperti yang ada di istana raja. Tempat aman dan empuk
bagi masing-masing pengikut Yesus adalah tempat yang cocok bagi masing-masing.
Kalau sekarang masih berada di tempat yang kurang cocok baginya, minta pada
TUHAN agar DIA menggendongmu ke tempat yang lebih cocok. Memang ada yang tidak
aman berada di dataran luas, dan merasa lebih cocok berada di dahan-dahan kayu (di dakkadakka). Ada yang didudukkan di
“halangulu” (tempat terhormat), tetapi selalu pergi ke “talaga” (tempat paling
hina). Kalau demikian, itu salah sendiri. Tetapi di manapun pengikut TUHAN
Yesus Kristus, firman TUHAN yang disampaikan dalam Yes.46:4 tetap dilaksanakan
TUHAN kepada para pengikut-Nya itu. Yang beruntung dan berbahagia adalah yang
mau dan bersedia digendong oleh TUHAN Yesus Kristus.
6. Perayaan Natal kali ini adalah kesempatan bagi umat TUHAN, untuk
menyadari bahwa TUHAN Yahowa sendiri yang datang melawat mereka, untuk
mengangkat dan menggendong mereka;
menyelamatkan mereka dari segala macam kesesakan. Kiranya jangan ada di
kalangan pengikut Yesus yang membuat masa natal menjadi masa kesesakan, karena
sulitnya perekonomian keluarga. Rayakanlah Natal dengan apa yang dimiliki oleh
masing-masing pengikut Yesus. Mungkin ada yang hanya mampu membeli sebatang
lilin kecil, dan sekerat roti (atau sampohul
indahan ganti ni roti) dan setetes jus anggur (atau seteguk air putih
pengganti anggur). Bersukacitalah dengan adanya itu, tanpa harus meminjam uang
dari orang lain agar dapat membeli bajubaru, sepatubaru, dan tempat tidur baru.
Kalau ada uang, gunakanlah itu untuk membeli buku pelajaran anak-anak, sebagai
hadiah natal, atau membeli alat musik yang dapat dipelajari oleh anak-anak demi
masa depannya, atau membayar yuran BPJS, atau uang dana pensiun. Tetapi, kalau
seseorang memiliki uang yang puluhan juta di luar kebutuhan wajibnya, ajaklah
seluruh anggota jemaat untuk berpesta ria sehari semalam untuk merayakan natal
TUHAN Yesus Kristus. Silahkan potong lembu atau kerbau beberapa ekor untuk
dinikmati oleh umat TUHAN. Bunyikan gendang, musik atau ogung sabangunan. Semua itu adalah tanda syukur, bahwa TUHAN
sendiri, oleh karena kasih setia-Nya, datang menyelamatkan umat-Nya, melepaskan
umat-Nya dari kesesakan, dan mengangkat mereka agar tidak menjadi ekor,
melainkan menjadi kepala, dan tidak lagi turun merosot, tetapi terus menerus
naik dalam hal-hal yang baik. TUHAN menggendong umat-Nya menjadi terang dunia
dan garam dunia. Satu hal yang harus dicamkan dan dilakukan: Jangan rayakan
Natal TUHAN Yesus Kristus dengan menggunakan hasil-hasil kecurangan (hasil
korupsi atau hasil perampokan atau pencurian).
Rayakan Natal Yesus Kristus dengan segala sesuatu yang merupakan hasil
kerja yang bagus dan baik dan jujur. Itulah persembahan yang paling harum di
“palungan” Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia itu. Amen.
Pematangsiantar, tgl. 20 Nopember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa
Sitorus (Pdt. LaMBaS).