MINGGU NATAL, TGL 25 DESEMBER 2016, EVANGELIUM : YOHANES 1:1-14

02.49.00 0 Comments A+ a-

YOHANES 1:1-14

1:1   Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2   Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3   Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1:4   Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
1:5   Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
1:6   Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;
1:7   ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
1:8   Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
1:9   Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
1:10  Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1:11  Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak  menerima-   Nya.
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

MERAYAKAN NATAL YESUS KRISTUS DI ZAMAN GLOBALISASI DAN MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

1.      Di awal tahun gerejawi (tahun Huria) umat Kristen dan umat dunia merayakan Natal Yesus Kristus. Natal itu kelahiran. Kelahiran adalah awal keberadaan yang lahir itu di dunia. Huria Kristen merayakan ulang tahun kelahiran Yesus.  Siapakah dan apakah Yesus itu sehingga begitu penting merayakan ulang tahun kelahiran-Nya? Sudah berulangkali pertanyaan ini dijawab dengan berbagai keterangan. Kali ini akan dijawab lagi. Empat Kitab Injil dalam Pernajnjian Baru menerangkan awal keberadaan Yesus di dunia saling melengkapi.
Markus menerangkan awal keberadaan Yesus dimulai dari tampilnya Yohanes Pembaptis membaptis Yesus di Sungai Yordan, dan  itu merupakan permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Benarnya, Yesus Anak Allah dan  –ke-Anak-Allah-an Yesus, yang sebelumnya masih rahasia, diungkapkan sewaktu Roh Kudus seperti burung merpati turun ke atas-Nya dan suara TUHAN (Markus: suara dari sorga) mengatakan: “Engkau lah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan!” (Suatu kalimat langsung, kepada Yesus). Awal keberadaan Yesus dimulai dari keberadaan-Nya sebagai Anak Allah dalam diri Allah, dan dinyatakan kepada dunia pada peristiwa pembaptisan-Nya.

Matius menerangkan awal keberadaan Yesus di dunia mulai dari kelahiran-Nya dari rahim Maria di “suatu tempat”, dalam urutan silsilah empatbelas keturunan dihitung mulai dari Abraham sampai Yusuf (suami Maria). Yesus dalam urutan silsilah ke limabelas. (Seperti banyak orang Batak sekarang ini dalam tambo/silsilahnya berada dalam nomor 15 dari awal kakek-moyangnya). Tetapi awal keberadaan Yesus di dunia bukan awal yang biasa, karena DIA adalah dari Roh Kudus, Dia ada di kandungan Maria karena Roh Kudus, bukan karena persetubuhan yang dilakukan Yusuf dan Maria, dan bukan pula karena “persetubuhan” malaikat Gabariel (Jibril) dan Maria, dan bukan pula karena Jibril yang menjadi berada dalam kandungan Maria. Jibril bukan Roh Kudus, tetapi seorang malaikat biasa, yang tidak memiliki Roh Kudus tetapi keberadaannya dalam wujud roh, yang diciptakan TUHAN. Roh Kudus adalah diri TUHAN Allah. Oleh karena itu awal keberadaan Yesus di dunia adalah dari Roh Kudus atau dari TUHAN Allah. Yesus bukan hanya memiliki Roh Kudus, tetapi DIA sendiri adalah Roh Kudus itu. Sewaktu pembaptisan-Nya di Yordan, Roh Kudus turun ke atas-Nya dan suara dari sorga berkata: Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan!” (Suatu kalimat berita kepada umat manusia yang wajib mendengar dan mengetahuinya). Roh Kudus dan ke-Anak-Allah-an bukan hanya menyatu dalam diri Yesus, tetapi adalah diri Yesus Kristus. Dia dinamai Yesus, karena Dia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.

Injil Lukas menceritakan awal keberadaan Yesus di dunia dimulai dari pemberitahuan malaikat Gabriel kepada gadis perawan Maria, bahwa Maria akan mengandung, karena Roh Kudus akan turun atas Maria dan kuasa Allah Yang Mahatinggi menaungi Maria. Sama sekali tidak dikatakan bahwa Gabriel akan menghamili Maria. (Ini sangat beda dengan berita dalam Kitab Suci umat beragama lain, tentang kelahiran Isa al-Masih). Gabriel (Jibril) bukan Roh Kudus, tetapi malaikat biasa saja. Gabriel hanya pembawa berita tentang apa yang akan dilakukan Allah yang Mahatinggi terhadap Maria. Karena Roh Kudus yang membuat Maria “hamil’, maka yang dikandungan Maria itu dikatakan “kudus” dan disebut Anak Allah. Yesus lahir di Betlehem. Dia mewarisi tahta Daud leluhurnya, menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak berkesudahan. Dengan demikian ada kesukaan besar bagi seluruh bangsa.

Injil Yohanes memberitakan bahwa awal daripada keberadaan Yesus di dunia didahului oleh keberadaan-Nya dalam diri TUHAN Allah (Yahowa ’Elohim), bukan bersama atau dekat TUHAN Allah. Bukan hanya didahului oleh campurtangan TUHAN Allah di waktu Yesus hendak lahir/datang/tampil di dunia, seperti terkesan dari berita Markus, Matius dan Lukas. Menurut Yohanes, bahwa Yesus adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu adalah Pencipta. Dalam Firman itu ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Firman = Allah = Pencipta = Hidup = Terang Manusia, menjadi manusia, yang berkemuliaan Anak Tunggal Bapa atau Anak Tunggal Allah.  Yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.

Dalam perayaan Natal, dirayakan lahirnya Anak-Allah/Anak-Tunggal-Bapa/Anak-Tunggal-Allah, atau lahirnya Roh Kudus yang menjadi bayi (Yesus), atau lahirnya Firman/Allah/Pencipta/ Hidup/Terang-Manusia  menjadi manusia (sarx). Juga dirayakan: adanya jalan keselamatan bagi umat TUHAN yang berdosa; adanya kesukaan besar bagi seluruh bangsa; dan adanya penganugerahan kuasa menjadi anak-anak Allah bagi umat yang menerima-Nya.  

2.      Firman (kata), logos, dabar, hata, sabda, bukan hanya sekedar rangkaian vokal yang diucapkan, tetapi Firman adalah bagian diri dari yang mengucapkannya, dan yang bekerja dan berkuasa sebagaimana dikehendaki oleh yang mem-firman-kannya. Batak-Toba mengatakan: hata do parsimboraon (Kata merupakan penjaga keselamatan; kata adalah pertahanan yang tangguh). Kaum Rabbinis mengatakan bahwa Firman adalah Hukum, terkhusus Hukum Musa, yang mengatur segala sendi kehidupan. Orang Ibrani mengatakan bahwa Firman (dabar) bekerja untuk melakukan kehendak TUHAN yang memfirmankan. “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes.55:11). Logos dalam konteks pemahaman Philo (, filsuf Yunani; orang yang sejaman dengan Yesus) adalah pengikat yang mendasari jagat raya. (‘logos dalam: W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, PT BPK, 2007, h.243). Yohanes menegaskan bahwa Firman itu adalah Allah. Dua kali Yohanes mengatakan bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah (seperti HIKMAT yang diceritakan dalam Amsal 8:22dybb), tetapi Firman itu melebihi dari HIKMAT tersebut, sebab Firman (yang adalah Allah) tidak hanya berisi HIKMAT, tetapi DIA sendiri adalah sumber/pencipta HIKMAT itu. Dalam Amsal 8 diceritakan bahwa HIKMAT itu bersama Allah dan ada di sana sewaktu TUHAN Allah menciptakan; HIKMAT itu bukan pencipta, tetapi menurut Yohanes, FIRMAN itu adalah pencipta: Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan (ay.3). Diri Firman itu yang demikian, memungkinkan DIA sendiri, dengan kuasa-Nya sendiri, dapat menjadi MANUSIA (SARX), yang tidak lagi bersama-sama dengan Allah di sorga, tetapi bersama dengan ROH ALLAH di bumi. Disebabkan bahasa manusia yang terbatas, DIA dinamai ANAK ALLAH, ANAK TUNGGAL BAPA/ANAK TUNGGAL ALLAH. Dalam konteks pemahaman dan keimanan ini tidak ada konotasi/kesan ‘memperanakkan Allah’ atau “Allah diperanakkan”, sebagaimana sering dituduhkan dalam menyalahkan keimanan kristiani. Kesan yang ada adalah: ALLAH mau atas inisiatif-Nya sendiri menjadi ANAK ALLAH, menjadi ANAK MANUSIA, atau menjadi MANUSIA, demi menunjukkan dan mengerjakan KASIH-NYA kepada umat manusia. Perbuatan ALLAH inilah yang harus dirayakan dalam perayaan NATAL Yesus Kristus.

3.      Dari berita penciptaan (Kej.1-2) dapat diketahui, bahwa segala yang diciptakan oleh Yahowa ’Elohim memiliki kehidupan. Semuanya hidup, dan dapat meregenerasi, memultiplikasi. Itu bisa karena yang menciptakan semuanya itu HIDUP. Yang hidup itu yang berfirman dalam menjadikan ciptaan-ciptaan. “Jadilah terang, lalu terang itu jadi.”  Dengan adanya terang itu, kegelapan yang menutupi samudera raya menjadi sirna dan hilang. Diinspirasi oleh pemahaman tentang Penciptaan itu, Yohanes menerangkan apa dan siapa FIRMAN itu. Firman itu bukan hanya sekedar hidup, seperti pohon yang hidup (tidak bercahaya), tetapi hidup itu adalah terang manusia. Hidup itu melebihi terang matahari, yang menyinari bumi, sebab terang matahari bisa menerangi sekitar manusia, belum tentu bisa menerangi hati manusia. Hidup (Firman) itu bukan hanya mampu menerangi lingkungan manusia (Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya, ay.5), tetapi juga mampu menerangi manusia, hingga ke dalam lubuk hati manusia itu yang terdalam, sehingga yang dosa (yang gelap) dan yang benar (yang terang) menjadi sangat jelas bagi manusia. Dengan HIDUP atau TERANG atau TERANG HIDUP atau TERANG MANUSIA ini, manusia dimungkinkan untuk melanjutkan (to continue) kehidupan yang dianugerahkan TUHAN Yesus Kristus kepada manusia itu, termasuk memelihara keberlanjutan ciptaan; menikmati keselamatan dan pengampunan dosa yang dianugerahkan oleh TUHAN Yesus Kristus. Perayaan Natal harus menjadi kesempatan bagi pengikut Yesus Kristus untuk memancarkan cahaya kemuliaan TUHAN ALLAH, dan membuat segala sesuatunya TERANG, tanpa ada kegelapan, dan memamerkan HIDUP yang luar biasa indahnya.

4.      Terangnya matahari dan terangnya bulan harus dapat dibedakan. Terangnya bulan berasal dari terangnya matahari. Dari itu harus jelas diketahui bahwa bulan bukanlah matahari. Bulan hanyalah saksi daripada kenyataan bahwa matahari lah sumber cahaya/terang untuk kehidupan. Demikian perbandingannya antara Yesus Kristus dan Yohanes Pembaptis. Umat manusia harus dapat membedakan dua tokoh yang sezaman ini, yang sama-sama menyerukan pertobatan, dan sama-sama memancarkan “cahaya” terang dari Firman TUHAN. Sering orang menyamakan kedua-duanya, dengan mengatakan Yesus adalah seorang nabi, dan Yohanes juga seorang nabi. (Ingat pengenalan tentang Yesus yang diberitahu sewaktu Yesus menanyakan siapakah Dia menurut orang banyak, Mrk.8:27-30// Mat.16:13-20// Luk.9:18-21; bahkan ada yang menyamakan Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang hidup kembali). Ketidak-tepatan mengenal Yesus Kristus masih terjadi sampai sekarang di kalangan miliaran umat manusia, dan itu dimulai sejak zaman Yesus Kristus sendiri. Yohanes ingin menegaskan siapa dua tokoh kerohanian tersebut. Yesus Kristus adalah TERANG, Yohanes Pembaptis adalah saksi untuk/tentang TERANG itu, dan bukan TERANG itu. Yohanes Pembaptis bersaksi tentang TERANG itu, dan mengajak umat manusia agar percaya bahwa Yesus Kristus lah TERANG itu. Bulan memberi kesaksian bahwa MATAHARI lah TERANG itu, dan sumber terang yang dimilikinya. Yohanes Pembaptis adalah utusan Allah (yang berarti Utusan Firman yang adalah Allah atau utusan Yesus Kristus) untuk memberi kesaksian tentang TERANG (tentang Yesus Kristus) yang mengutus dia. Perayaan Natal adalah kesempatan mengkoreksi apakah para umat yang merayakannya benar-benar memuliakan Yesus Kristus yang adalah Mesias/Kristus/Juruselamat, atau memuliakan dia sebagai Yohanes Pembaptis (yakni sekedar nabi saja)? Perayaan Natal harus dijaga dan dibuat agar tepat alamat, dan tidak salah alamat.

5.      Agar pengenalan tentang Yesus Kristus tepat dan perayaan natal kelahiran-Nya pun tepat alamat, harus dipahami apa yang dikatakan dalam Injil Yohanes: “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya” (ay.9-10a). Terang yang dibutuhkan manusia tidak lagi suatu barang yang tidak terjangkau, melainkan suatu barang yang benar-benar berada bersama manusia itu. Seperti terang listrik, yang dulu bagi desa-desa di Sumatera Utara masih sangat jauh dan masih merupakan mimpi bisa sampai di rumah-rumah di desa-desa. Tetapi setelah Pembangkit Listrik Tenaga Air di Siguragura selesai dibangun, dan Perusahaan Listrik Negara membuat aliran listrik hingga ke desa-desa terjauh di pedalaman, terang listrik itu telah ada di setiap rumah di desa-desa itu, sama seperti di kota-kota. Penghuni rumah cukup hanya mengklik tombol listriknya agar terang listrik itu menyala, dan dengan arus listrik yang ada, penduduk desa dapat menikmati dampak adanya arus dan terang listrik tersebut. Demikian bandingannya, bahwa terang hidup yang sangat dibutuhkan manusia sedang berada di tengah-tengah kehidupan manusia, di dunia ini. Terang hidup itu sedang datang dan sedang berada di setiap rumah umat manusia, dan selalu siap digunakan oleh setiap penghuni rumah tersebut. Terang hidup yang datang dan ada di setiap rumah manusia itu ingin membuat setiap orang yang ada di rumah itu menjadi “terang dunia”. Kepada orang yang menyambut terang hidup ini, TUHAN Yesus Kristus berkata: ‘Kamu adalah terang dunia’ (Mat.5:14a). Terang yang sesungguhnya itu adalah Yesus Kristus, yang dialirkan ke setiap lubuk hati manusia melalui Injil Yesus Kristus. Mengapa DIA terang yang sesungguhnya? Apakah para nabi yang sebelum dan sesudah DIA (seperti Adam, Musa, Abraham, Yesaya s/d Maleakhi, Yohanes Pembaptis, atau siapapun yang dikategorikan sebagai nabi, dll.) bukan terang yang sesungguhnya? Semua nabi yang sebelum dan sesudah Yesus Kristus adalah yang bersaksi tentang Yesus Kristus, yaitu Firman atau Allah yang menjadi manusia. Yesus Kristus adalah yang mereka saksikan. Kalau orang bercerita tentang Penciptaan dan siapa penciptanya, orang itu sebenarnya menceritakan Yesus Kristus dan karya-Nya. Kalau orang bercerita tentang Hukum Musa, sebenarnya orang itu bercerita tentang Yesus Kristus yang memberikan hukum-hukum itu kepada Musa. Kalau orang bercerita tentang Nabi Terakhir, sebenarnya orang itu bercerita tentang Yesus Kristus sebagai Nabi Terakhir, sebab DIA adalah Alpha dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Semua nabi itu dan kesaksian mereka adalah alat bantu untuk berjumpa dengan TUHAN Yesus Kristus.

Tetapi klaim atau pengenalan sedemikian sangat sulit dicerna oleh umat manusia, terutama oleh kaum penganut agama abrahamistis. Hanya beberapa rasul dan murid rasul, yang paling berhasil menemukan pemahaman seperti itu (yakni: Yohanes, Petrus, Paulus, Matius, Markus, Lukas). Walaupun dunia dijadikan oleh TUHAN Yesus Kristus (Firman atau Allah yang menjadi manusia), dunia tidak mengenal-Nya; walaupun Dia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Mengapa? (1) Karena jalan yang ditempuh TUHAN Yesus Kristus mendatangi umat milik-Nya itu sungguh sangat tidak seperti dibayangkan umat milik-Nya dari sudut teori keagamaan mereka dan teologi manusia. (2) Karena umat milik-Nya itu tidak mau merubah pola berpikirnya tentang jalan dan cara TUHAN datang ke tengah umat milik-Nya. Mereka selalu mengenal TUHAN yang dibelenggu oleh teori keagamaan dan teologi mereka, dan kurang cepat mengenal TUHAN yang hidup, yang teologi-Nya teologi KETUHANAN, dan yang tidak terbelenggu teori keagamaan dan teologi manusia. Perayaan Natal adalah kesempatan untuk mengenal semua “alat bantu”  untuk berjumpa dengan TUHAN Yesus Kristus dan kesempatan bersukacita, karena pengenalan akan TUHAN Yesus Kristus berdasarkan teologi KETUHANAN, yang merombak semua teologi agama dan teologi manusia.

6.      Adalah keberuntungan yang sangat besar bagi semua orang yang menerima TUHAN Yesus Kristus, sebagaimana adanya TUHAN Yesus Kristus (TERANG YANG SESUNGGUHNYA) itu datang dan berada  bersama-sama dengan mereka, yang menerima-Nya. (Hal menerima itu, seperti orang Batak Toba menerima seseorang yang menjadi bagian integral keluarganya, mengatakan: Molo na martihas i, namartihashu, molo na sikkop i, na sikkophu; hujakkon do ibana sian nasa ataetaeku = Kalau dia bercacat, ya yang bercacatku; kalau dia sempurna, ya yang sempurnaku; dia kuterima dengan segenap hati). Yang menerima TUHAN Yesus Kristus mengatakan dengan tegas dan berpegang teguh pada keimanannya: Kalau TUHAN (Yahowa) Yesus Kristus mengatakan manusia Yesus Kristus itu Anak Allah, ya DIA Anak Allah bagiku; kalau TUHAN (Yahowa) Yesus Kristus mengatakan Yesus Kristus (yang adalah Allah atau Firman) itu Anak Manusia, ya DIA Anak Manusia bagiku; saya menerima-Nya dengan segenap hati. Orang seperti inilah orang yang percaya dalam nama-Nya. Dengan penerimaan sedemikian, semua yang menerima-Nya bersedia menyambut dalam hidupnya semua karya kemanusiaan, karya ke-Tuhanan, karya keselamatan, karya pengampunan dosa serta karya kehidupan sorgawi, yang disediakan dan dianugerahkan TUHAN Yesus Kristus bagi semua orang yang menerima-Nya atau yang percaya dalam nama-Nya.  Salah satu keberuntungan terbesar bagi yang menerima TUHAN Yesus Kristus sebagaimana DIA datang dan berada, adalah statusnya menjadi anak-anak Allah, yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging; bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Status ini juga diperoleh bukan karena orang percaya itu diadopsi TUHAN menjadi anak-Nya; bukan pula karena dia dibuat menjadi bayi-tabung lalu dilahirkan; dan bukan pula karena dia dikloning, sehingga menjadi anak TUHAN (anak Allah). Semua teori dan ilmu dan teknologi  yang dikenal manusia untuk membuat anak, tidak dikenakan kepada tindakan membuat orang percaya berstatus ‘anak Allah”. Semua orang percaya menjadi anak-anak Allah, karena TUHAN Allah sendiri yang membuat mereka menjadi “ciptaan baru” dalam dan oleh Yesus Kristus. Mereka mengalami transformasi dari “manusia lama” menjadi “manusia baru”.  Orang sering membandingkan transformasi ini ibarat transformasi ulat menjadi kupu-kupu, walaupun bandingan ini sebenarnya kurang cocok. Bandingan ini kurang cocok, karena wujud ulat sama sekali menjadi hilang setelah bertransformasi menjadi kupu-kupu. Dalam transformasi manusia lama menjadi manusia baru atau ciptaan lama menjadi ciptaan baru, wujud daripada yang bertransformasi itu tidak hilang walaupun dia sudah sama sekali baru. Dalam perubahan perilaku, transformasi ulat menjadi kupu-kupu itu dapat digunakan sebagai bandingan. Kalau ulat makan daun dan tidak bisa terbang, setelah menjadi kupu-kupu dia makan madu bunga, dan dapat terbang. Sebenarnya, sewaktu manusia itu dibuat menjadi manusia baru, secara tidak disadari, tubuhnya pun diperbaharui, walaupun wujudnya tidak berubah; makanannya pun diperbaharui (karena harus ditambah dengan makanan rohani), dan kemampuannya pun diperbaharui, yakni dengan diberikannya kemampuan dengar-dengaran dengan TUHAN. Dunia tempatnya hidup pun diperbaharui, yakni menjadi dunia bersama TUHAN Yesus Kristus. Hidup bersama Allah di dunia telah dimungkinkan karena Allah telah datang di tengah dunia dalam Firman yang menjadi manusia dan dengan Firman yang didokumenkan dalam Kitab Suci.

7.      Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Firman itu dapat menjadi manusia, karena di dalam-Nya kekuatan atau kuasa TUHAN Allah yang bekerja. Firman itu dapat menjadi milik manusia, karena kekuatan atau kuasa TUHAN Allah yang mengilhamkan. Dan kemudian Firman itu dapat menjadi Kitab Suci, karena di dalam-Nya kekuatan manusia (para nabi) dan ROH TUHAN, yang bekerja. Mempercayai hal “Firman/TUHAN Allah menjadi Manusia” berarti mengakui kemahakuasaan TUHAN atas diri-Nya dan tindakan-Nya. Membayangkan hal “manusia menjadi TUHAN” yang kemudian “memper-tuhan manusia” merupakan penghinaan terbesar kepada TUHAN Yang Mahakuasa. Agama-agama kuno sering jatuh kepada “mempertuhan manusia” atau “menjadikan/ memperlakukan manusia sebagai dewa tertinggi mereka” [bd, Firaun Ramses (< Ra – Moses = anak dewa Ra) yang diperdewa]. Agama ultra-monotheis sering jatuh kepada penyangkalan terhadap kemampuan TUHAN Allah dapat mengubah wujud-Nya menjadi manusia, dan menyangkal kemampuan TUHAN Allah dapat mengatur keberadaan diri-Nya sebagai wujud manusia dan sebagai wujud ilahi dalam waktu yang bersamaan. [Bd. kritikan yang disampaikan agama ultra monoteis kepada iman Kristiani].  Kesaksian Alkitab (Kitab Suci Umat Kristen) berhasil memaparkan iman-percaya pengikut TUHAN Yesus Kristus, agar tidak jatuh kepada kepercayaan agama-agama kuno itu, dan juga tidak melekat kepada kepercayaan agama-agama yang ultra-monoteistik. Menurut kepercayaan alkitabiah, TUHAN Allah yang Mahakuasa itu, dapat dan mampu menyatakan diri-Nya dalam wujud “Allah Tritunggal” (Bapa-Anak-RohKudus) (Allah-Manusia/Yesus Kristus-Roh). Kalau dikatakan kai ho logos sarx egeneto atau wehadabar nihyah basar atau Firman itu telah menjadi manusia atau dung i gabe daging ma Hata i, itu suatu peristiwa dan dalam peristiwa itu manusia lainnya sama sekali tidak turut campur. Maria dan Yosep yang dipilih sebagai media lahirnya Yesus ke dunia, juga tidak diikutkan turut campur dalam pewujudan-Nya. Hal “Firman telah menjadi manusia” itu sungguh sangat sulit dicerna oleh ratio manusia, bahkan oleh ratio-agamis manusia; dan itu hanya dapat dicerna oleh ratio-imaniah. Dari itu dapat dikatakan, bahwa setiap orang yang ingin memahami arti Firman ini, orang itu harus terlebih dahulu menggunakan ratio (semua alat berpikirnya) untuk memahami/menemukan iman kepada TUHAN Yesus Kristus, Allah yang Esa dan sekaligus Allah yang Tritunggal. Bila demikian halnya, dia akan merasakan dan mengetahui bahwa Allah berdiam di antara manusia (kita) dan melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Kesediaan TUHAN (Yahowa) menjadi Manusia (Yesus Kristus) itulah kemuliaan TUHAN (Yahowa), bukan kehinaan TUHAN Yahowa. Kesaksian tentang itupun bukan penghinaan kepada Yahowa, melainkan pemuliaan Nama-Nya yang luar-biasa mulia dan agungnya. Juga kesaksian tentang Yesus Kristus adalah Anak Allah, atau Allah yang menjadi Manusia, bukan lah sesuatu yang berlebihan, melainkan merupakan ketundukan dan kepatuhan mengikuti jejak-jejak TUHAN dalam menyatakan diri-Nya dan rancangan serta karya-Nya di tengah umat manusia. Berbahagialah manusia yang mendengar dan memelihara Firman tersebut. Dari itu dapat dikatakan bahwa merayakan Natal berarti bersukacita karena TUHAN Allah telah bersama umat-Nya. Immanuel atau Allah bersama kita. Dengan perayaan Natal itu semua yang merayakannya benar-benar mengumandangkan dan menunjukkan kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.

8.      Zaman sekarang sangat sering dikatakan zaman globalisasi, zaman perdagangan bebas MEA atau zaman persaingan bebas bangsa-bangsa, dalam berlomba memajukan teknologi, ekonomi dan anthropologi (kemanusiaan). Semua ilmu, peralatan, budaya, agama dan ideologi dikerahkan untuk berperan positif dalam globalisasi, perdagangan dan persaingan itu. Media sosial dengan peralatan komunikasi yang super-canggih harus dikerahkan untuk menunjukkan peran positif tersebut, bukan untuk memprovokasi manusia agar saling merusak, tetapi agar saling membangun, saling kerjasama. Natal Yesus Kristus, yang mengumandangkan “Firman telah menjadi manusia” dan “immanuel” memberitahukan bahwa TUHAN Allah sendiri telah mau dan rela bekerjasama dengan umat manusia untuk membangun kemanusiaan agar kemanusiaan semakin baik dan semakin sejahtera, adil dan makmur. Walaupun TUHAN Allah mendapati manusia itu “penuh dosa”, DIA tidak mau menjelek-jelekkan atau mengutuki manusia; melainkan mengasihi manusia. DIA ingin agar setiap orang yang menerimanya menjadi anak-anak TUHAN, dan orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Oleh karena itu, dalam merayakan natal Yesus Kristus, undanglah semua pihak ikut bersukacita, pergunakanlah media sosial untuk memuliakan TUHAN dan memuliakan kemanusiaan. Pakailah ilmu, peralatan, budaya, agama dan ideologi yang ada itu dalam rangka mewujudkan kualitas keimanan dan kemanusiaan untuk mempercepat ternikmatinya kemanusiaan yang semakin baik, semakin sejahtera, adil dan makmur. Era globalisasi juga ditandai dengan kerjasama berbagai negara memproduksi suatu benda yang sangat dibutuhkan umat manusia. Misalnya untuk memproduksi satu pesawat terbang, membuat semua komponen yang dibutuhkan untuk pesawat itu tidak lagi dimonopoli oleh satu negara. Sayapnya dibuat di Afrika, mesinnya dibuat di Eropah, kabel-kabelnya dibuat di Asia, baut-bautnya dibuat di Australia, dan komponen lainnya dibuat di Amerika dan dirakit di sana. Membuat kursi saja sudah demikian. Dalam merayakan Natal juga di era globalisasi ini bisa demikian. Nyanyiannya dibuat di Papua, Penari dan tariannya disediakan di Kalimantan, atau di Philipina, pohon terangnya dibuat di Cina, dramanya disediakan di Porsea, acara kebaktiannya disusun di Jakarta. Natal itu dirayakan di Doloksanggul. Semua itu bisa terjalin dan terpadu dalam suatu perayaan natal Yesus Kristus, karena adanya Masyarakat Ekonomi Asean, yang memungkinkan segala yang dibutuhkan sungguh sangat berkualitas dan harga-harganya terjangkau rakyat kecil, dan membahagiakan seluruh penduduk di negara-negara tersebut. Semangat MEA adalah menciptakan perdagangan dan persaingan yang memakmurkan rakyat semua negara yang tergabung di dalamnya. Maka berbagi tugas dalam menghasilkan produksi bersama, untuk meraih sukacita bersama, seperti sukacita dalam perayaan natal, sudah sangat perlu direalisasikan. Dengan demikian sentra-sentra produksi di suatu negara adalah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan sukacita bersama seluruh rakyat MEA. Sama seperti sukacita natal adalah sukacita umat manusia di bumi dan penghuni sorga. Dalam peristiwa Natal, TUHAN telah memberikan contoh yang sangat indah dan manusia pantas belajar dari peristiwa itu, demi kesejahteraan dan sukacita mereka semua. Amin.

Pematangsiantar, tgl. 14 Nopember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).