MINGGU NATAL, TGL 25 DESEMBER 2016, EVANGELIUM : YOHANES 1:1-14
YOHANES 1:1-14
1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah.
1:2
Ia pada mulanya bersama-sama dengan
Allah.
1:3
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan
tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1:4
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang
manusia.
1:5
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan
dan kegelapan itu tidak menguasainya.
1:6
Datanglah seorang yang diutus Allah,
namanya Yohanes;
1:7
ia datang sebagai saksi untuk memberi
kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya.
1:8
Ia bukan terang itu, tetapi ia harus
memberi kesaksian tentang terang itu.
1:9
Terang
yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.
1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia
dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
1:11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya,
tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima- Nya.
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya
diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka
yang percaya dalam nama-Nya;
1:13 orang-orang yang diperanakkan bukan
dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang
laki-laki, melainkan dari Allah.
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
MERAYAKAN
NATAL YESUS KRISTUS DI ZAMAN GLOBALISASI DAN MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)
1. Di awal tahun gerejawi (tahun Huria) umat Kristen dan umat dunia
merayakan Natal Yesus Kristus. Natal itu kelahiran. Kelahiran adalah awal
keberadaan yang lahir itu di dunia. Huria Kristen merayakan ulang tahun
kelahiran Yesus. Siapakah dan apakah
Yesus itu sehingga begitu penting merayakan ulang tahun kelahiran-Nya? Sudah
berulangkali pertanyaan ini dijawab dengan berbagai keterangan. Kali ini akan
dijawab lagi. Empat Kitab Injil dalam Pernajnjian Baru menerangkan awal
keberadaan Yesus di dunia saling melengkapi.
Markus menerangkan awal keberadaan Yesus dimulai dari
tampilnya Yohanes Pembaptis membaptis Yesus di Sungai Yordan, dan itu merupakan permulaan Injil tentang Yesus
Kristus, Anak Allah. Benarnya, Yesus Anak Allah dan –ke-Anak-Allah-an Yesus, yang sebelumnya
masih rahasia, diungkapkan sewaktu Roh Kudus seperti burung merpati turun ke
atas-Nya dan suara TUHAN (Markus: suara dari sorga) mengatakan: “Engkau lah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan!” (Suatu kalimat langsung,
kepada Yesus). Awal keberadaan Yesus dimulai dari keberadaan-Nya sebagai Anak
Allah dalam diri Allah, dan dinyatakan kepada dunia pada peristiwa
pembaptisan-Nya.
Matius menerangkan awal keberadaan Yesus di dunia mulai dari
kelahiran-Nya dari rahim Maria di “suatu tempat”, dalam urutan silsilah
empatbelas keturunan dihitung mulai dari Abraham sampai Yusuf (suami Maria).
Yesus dalam urutan silsilah ke limabelas. (Seperti banyak orang Batak sekarang
ini dalam tambo/silsilahnya berada dalam nomor 15 dari awal kakek-moyangnya).
Tetapi awal keberadaan Yesus di dunia bukan awal yang biasa, karena DIA adalah
dari Roh Kudus, Dia ada di kandungan Maria karena Roh Kudus, bukan karena
persetubuhan yang dilakukan Yusuf dan Maria, dan bukan pula karena
“persetubuhan” malaikat Gabariel (Jibril) dan Maria, dan bukan pula karena
Jibril yang menjadi berada dalam kandungan Maria. Jibril bukan Roh Kudus,
tetapi seorang malaikat biasa, yang tidak memiliki Roh Kudus tetapi keberadaannya
dalam wujud roh, yang diciptakan TUHAN. Roh Kudus adalah diri TUHAN Allah. Oleh
karena itu awal keberadaan Yesus di dunia adalah dari Roh Kudus atau dari TUHAN
Allah. Yesus bukan hanya memiliki Roh Kudus, tetapi DIA sendiri adalah Roh
Kudus itu. Sewaktu pembaptisan-Nya di Yordan, Roh Kudus turun ke atas-Nya dan suara
dari sorga berkata: Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan!”
(Suatu kalimat berita kepada umat manusia yang wajib mendengar dan
mengetahuinya). Roh Kudus dan ke-Anak-Allah-an bukan hanya menyatu dalam diri
Yesus, tetapi adalah diri Yesus Kristus. Dia dinamai Yesus, karena Dia akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.
Injil Lukas menceritakan awal keberadaan Yesus di dunia
dimulai dari pemberitahuan malaikat Gabriel kepada gadis perawan Maria, bahwa
Maria akan mengandung, karena Roh Kudus akan turun atas Maria dan kuasa Allah
Yang Mahatinggi menaungi Maria. Sama sekali tidak dikatakan bahwa Gabriel akan
menghamili Maria. (Ini sangat beda dengan berita dalam Kitab Suci umat beragama
lain, tentang kelahiran Isa al-Masih). Gabriel (Jibril) bukan Roh Kudus, tetapi
malaikat biasa saja. Gabriel hanya pembawa berita tentang apa yang akan
dilakukan Allah yang Mahatinggi terhadap Maria. Karena Roh Kudus yang membuat
Maria “hamil’, maka yang dikandungan Maria itu dikatakan “kudus” dan disebut
Anak Allah. Yesus lahir di Betlehem. Dia mewarisi tahta Daud leluhurnya,
menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya
tidak berkesudahan. Dengan demikian ada kesukaan besar bagi seluruh bangsa.
Injil Yohanes memberitakan bahwa awal daripada keberadaan Yesus
di dunia didahului oleh keberadaan-Nya dalam diri TUHAN Allah (Yahowa ’Elohim),
bukan bersama atau dekat TUHAN Allah. Bukan hanya didahului oleh campurtangan
TUHAN Allah di waktu Yesus hendak lahir/datang/tampil di dunia, seperti
terkesan dari berita Markus, Matius dan Lukas. Menurut Yohanes, bahwa Yesus
adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. Firman itu adalah Pencipta. Dalam Firman itu ada hidup dan hidup itu
adalah terang manusia. Firman = Allah = Pencipta = Hidup = Terang Manusia,
menjadi manusia, yang berkemuliaan Anak Tunggal Bapa atau Anak Tunggal
Allah. Yang menerima-Nya diberi-Nya
kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.
Dalam perayaan Natal, dirayakan lahirnya
Anak-Allah/Anak-Tunggal-Bapa/Anak-Tunggal-Allah, atau lahirnya Roh Kudus yang
menjadi bayi (Yesus), atau lahirnya Firman/Allah/Pencipta/
Hidup/Terang-Manusia menjadi manusia (sarx). Juga dirayakan: adanya jalan
keselamatan bagi umat TUHAN yang berdosa; adanya kesukaan besar bagi seluruh
bangsa; dan adanya penganugerahan kuasa menjadi anak-anak Allah bagi umat yang
menerima-Nya.
2. Firman (kata), logos, dabar, hata, sabda, bukan hanya sekedar rangkaian
vokal yang diucapkan, tetapi Firman adalah bagian diri dari yang
mengucapkannya, dan yang bekerja dan berkuasa sebagaimana dikehendaki oleh yang
mem-firman-kannya. Batak-Toba mengatakan: hata
do parsimboraon (Kata merupakan penjaga keselamatan; kata adalah pertahanan
yang tangguh). Kaum Rabbinis mengatakan bahwa Firman adalah Hukum, terkhusus
Hukum Musa, yang mengatur segala sendi kehidupan. Orang Ibrani mengatakan bahwa
Firman (dabar) bekerja untuk
melakukan kehendak TUHAN yang memfirmankan. “Demikianlah firman-Ku yang keluar
dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan
melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan
kepadanya” (Yes.55:11). Logos dalam konteks pemahaman Philo (, filsuf Yunani; orang
yang sejaman dengan Yesus) adalah pengikat
yang mendasari jagat raya. (‘logos’ dalam: W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, PT BPK, 2007, h.243). Yohanes
menegaskan bahwa Firman itu adalah Allah. Dua kali Yohanes mengatakan bahwa
Firman itu bersama-sama dengan Allah
(seperti HIKMAT yang diceritakan dalam Amsal 8:22dybb), tetapi Firman itu
melebihi dari HIKMAT tersebut, sebab Firman (yang adalah Allah) tidak hanya
berisi HIKMAT, tetapi DIA sendiri adalah sumber/pencipta HIKMAT itu. Dalam
Amsal 8 diceritakan bahwa HIKMAT itu bersama Allah dan ada di sana sewaktu
TUHAN Allah menciptakan; HIKMAT itu bukan pencipta, tetapi menurut Yohanes,
FIRMAN itu adalah pencipta: Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi
dari segala yang telah dijadikan (ay.3). Diri Firman itu yang demikian,
memungkinkan DIA sendiri, dengan kuasa-Nya sendiri, dapat menjadi MANUSIA (SARX), yang tidak lagi bersama-sama
dengan Allah di sorga, tetapi bersama dengan ROH ALLAH di bumi. Disebabkan
bahasa manusia yang terbatas, DIA dinamai ANAK ALLAH, ANAK TUNGGAL BAPA/ANAK
TUNGGAL ALLAH. Dalam konteks pemahaman dan keimanan ini tidak ada
konotasi/kesan ‘memperanakkan Allah’ atau “Allah diperanakkan”, sebagaimana
sering dituduhkan dalam menyalahkan keimanan kristiani. Kesan yang ada adalah:
ALLAH mau atas inisiatif-Nya sendiri menjadi ANAK ALLAH, menjadi ANAK MANUSIA,
atau menjadi MANUSIA, demi menunjukkan dan mengerjakan KASIH-NYA kepada umat
manusia. Perbuatan ALLAH inilah yang harus dirayakan dalam perayaan NATAL Yesus
Kristus.
3. Dari berita penciptaan (Kej.1-2) dapat diketahui, bahwa segala yang
diciptakan oleh Yahowa ’Elohim memiliki kehidupan. Semuanya hidup, dan dapat
meregenerasi, memultiplikasi. Itu bisa karena yang menciptakan semuanya itu
HIDUP. Yang hidup itu yang berfirman dalam menjadikan ciptaan-ciptaan. “Jadilah
terang, lalu terang itu jadi.” Dengan
adanya terang itu, kegelapan yang menutupi samudera raya menjadi sirna dan
hilang. Diinspirasi oleh pemahaman tentang Penciptaan itu, Yohanes menerangkan
apa dan siapa FIRMAN itu. Firman itu bukan hanya sekedar hidup, seperti pohon
yang hidup (tidak bercahaya), tetapi hidup itu adalah terang manusia. Hidup itu
melebihi terang matahari, yang menyinari bumi, sebab terang matahari bisa
menerangi sekitar manusia, belum tentu bisa menerangi hati manusia. Hidup
(Firman) itu bukan hanya mampu menerangi lingkungan manusia (Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan
kegelapan itu tidak menguasainya, ay.5), tetapi juga mampu menerangi
manusia, hingga ke dalam lubuk hati manusia itu yang terdalam, sehingga yang
dosa (yang gelap) dan yang benar (yang terang) menjadi sangat jelas bagi
manusia. Dengan HIDUP atau TERANG atau TERANG HIDUP atau TERANG MANUSIA ini,
manusia dimungkinkan untuk melanjutkan (to
continue) kehidupan yang dianugerahkan TUHAN Yesus Kristus kepada manusia
itu, termasuk memelihara keberlanjutan ciptaan; menikmati keselamatan dan
pengampunan dosa yang dianugerahkan oleh TUHAN Yesus Kristus. Perayaan Natal
harus menjadi kesempatan bagi pengikut Yesus Kristus untuk memancarkan cahaya
kemuliaan TUHAN ALLAH, dan membuat segala sesuatunya TERANG, tanpa ada
kegelapan, dan memamerkan HIDUP yang luar biasa indahnya.
4. Terangnya matahari dan terangnya bulan harus dapat dibedakan. Terangnya
bulan berasal dari terangnya matahari. Dari itu harus jelas diketahui bahwa
bulan bukanlah matahari. Bulan hanyalah saksi daripada kenyataan bahwa matahari
lah sumber cahaya/terang untuk kehidupan. Demikian perbandingannya antara Yesus
Kristus dan Yohanes Pembaptis. Umat manusia harus dapat membedakan dua tokoh
yang sezaman ini, yang sama-sama menyerukan pertobatan, dan sama-sama
memancarkan “cahaya” terang dari Firman TUHAN. Sering orang menyamakan
kedua-duanya, dengan mengatakan Yesus adalah seorang nabi, dan Yohanes juga seorang
nabi. (Ingat pengenalan tentang Yesus yang diberitahu sewaktu Yesus menanyakan
siapakah Dia menurut orang banyak, Mrk.8:27-30// Mat.16:13-20// Luk.9:18-21;
bahkan ada yang menyamakan Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang hidup kembali). Ketidak-tepatan
mengenal Yesus Kristus masih terjadi sampai sekarang di kalangan miliaran umat
manusia, dan itu dimulai sejak zaman Yesus Kristus sendiri. Yohanes ingin
menegaskan siapa dua tokoh kerohanian tersebut. Yesus Kristus adalah TERANG,
Yohanes Pembaptis adalah saksi untuk/tentang TERANG itu, dan bukan TERANG itu. Yohanes
Pembaptis bersaksi tentang TERANG itu, dan mengajak umat manusia agar percaya
bahwa Yesus Kristus lah TERANG itu. Bulan memberi kesaksian bahwa MATAHARI lah
TERANG itu, dan sumber terang yang dimilikinya. Yohanes Pembaptis adalah utusan
Allah (yang berarti Utusan Firman yang adalah Allah atau utusan Yesus Kristus)
untuk memberi kesaksian tentang TERANG (tentang Yesus Kristus) yang mengutus
dia. Perayaan Natal adalah kesempatan mengkoreksi apakah para umat yang
merayakannya benar-benar memuliakan Yesus Kristus yang adalah Mesias/Kristus/Juruselamat,
atau memuliakan dia sebagai Yohanes Pembaptis (yakni sekedar nabi saja)? Perayaan
Natal harus dijaga dan dibuat agar tepat alamat, dan tidak salah alamat.
5. Agar pengenalan tentang Yesus Kristus tepat dan perayaan natal
kelahiran-Nya pun tepat alamat, harus dipahami apa yang dikatakan dalam Injil
Yohanes: “Terang yang sesungguhnya, yang
menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam
dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya” (ay.9-10a). Terang yang dibutuhkan
manusia tidak lagi suatu barang yang tidak terjangkau, melainkan suatu barang
yang benar-benar berada bersama manusia itu. Seperti terang listrik, yang dulu
bagi desa-desa di Sumatera Utara masih sangat jauh dan masih merupakan mimpi
bisa sampai di rumah-rumah di desa-desa. Tetapi setelah Pembangkit Listrik
Tenaga Air di Siguragura selesai dibangun, dan Perusahaan Listrik Negara
membuat aliran listrik hingga ke desa-desa terjauh di pedalaman, terang listrik
itu telah ada di setiap rumah di desa-desa itu, sama seperti di kota-kota.
Penghuni rumah cukup hanya mengklik tombol listriknya agar terang listrik itu
menyala, dan dengan arus listrik yang ada, penduduk desa dapat menikmati dampak
adanya arus dan terang listrik tersebut. Demikian bandingannya, bahwa terang
hidup yang sangat dibutuhkan manusia sedang berada di tengah-tengah kehidupan
manusia, di dunia ini. Terang hidup itu sedang datang dan sedang berada di
setiap rumah umat manusia, dan selalu siap digunakan oleh setiap penghuni rumah
tersebut. Terang hidup yang datang dan ada di setiap rumah manusia itu ingin
membuat setiap orang yang ada di rumah itu menjadi “terang dunia”. Kepada orang
yang menyambut terang hidup ini, TUHAN Yesus Kristus berkata: ‘Kamu adalah
terang dunia’ (Mat.5:14a). Terang yang sesungguhnya itu adalah Yesus Kristus,
yang dialirkan ke setiap lubuk hati manusia melalui Injil Yesus Kristus.
Mengapa DIA terang yang sesungguhnya? Apakah para nabi yang sebelum dan sesudah
DIA (seperti Adam, Musa, Abraham, Yesaya s/d Maleakhi, Yohanes Pembaptis, atau
siapapun yang dikategorikan sebagai nabi, dll.) bukan terang yang sesungguhnya?
Semua nabi yang sebelum dan sesudah Yesus Kristus adalah yang bersaksi tentang
Yesus Kristus, yaitu Firman atau Allah yang menjadi manusia. Yesus Kristus
adalah yang mereka saksikan. Kalau orang bercerita tentang Penciptaan dan siapa
penciptanya, orang itu sebenarnya menceritakan Yesus Kristus dan karya-Nya.
Kalau orang bercerita tentang Hukum Musa, sebenarnya orang itu bercerita
tentang Yesus Kristus yang memberikan hukum-hukum itu kepada Musa. Kalau orang
bercerita tentang Nabi Terakhir, sebenarnya orang itu bercerita tentang Yesus
Kristus sebagai Nabi Terakhir, sebab DIA adalah Alpha dan Omega, Yang Awal dan
Yang Akhir. Semua nabi itu dan kesaksian mereka adalah alat bantu untuk
berjumpa dengan TUHAN Yesus Kristus.
Tetapi klaim atau pengenalan sedemikian sangat sulit dicerna
oleh umat manusia, terutama oleh kaum penganut agama abrahamistis. Hanya
beberapa rasul dan murid rasul, yang paling berhasil menemukan pemahaman
seperti itu (yakni: Yohanes, Petrus, Paulus, Matius, Markus, Lukas). Walaupun
dunia dijadikan oleh TUHAN Yesus Kristus (Firman atau Allah yang menjadi
manusia), dunia tidak mengenal-Nya; walaupun Dia datang kepada milik
kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Mengapa?
(1) Karena jalan yang ditempuh TUHAN Yesus Kristus mendatangi umat milik-Nya
itu sungguh sangat tidak seperti dibayangkan umat milik-Nya dari sudut teori keagamaan
mereka dan teologi manusia. (2) Karena umat milik-Nya itu tidak mau merubah
pola berpikirnya tentang jalan dan cara TUHAN datang ke tengah umat milik-Nya.
Mereka selalu mengenal TUHAN yang dibelenggu oleh teori keagamaan dan teologi
mereka, dan kurang cepat mengenal TUHAN yang hidup, yang teologi-Nya teologi
KETUHANAN, dan yang tidak terbelenggu teori keagamaan dan teologi manusia. Perayaan
Natal adalah kesempatan untuk mengenal semua “alat bantu” untuk berjumpa dengan TUHAN Yesus Kristus dan
kesempatan bersukacita, karena pengenalan akan TUHAN Yesus Kristus berdasarkan
teologi KETUHANAN, yang merombak semua teologi agama dan teologi manusia.
6. Adalah keberuntungan yang sangat besar bagi semua orang yang menerima
TUHAN Yesus Kristus, sebagaimana adanya TUHAN Yesus Kristus (TERANG YANG
SESUNGGUHNYA) itu datang dan berada
bersama-sama dengan mereka, yang menerima-Nya. (Hal menerima itu,
seperti orang Batak Toba menerima seseorang yang menjadi bagian integral
keluarganya, mengatakan: Molo na martihas
i, namartihashu, molo na sikkop i, na sikkophu; hujakkon do ibana sian nasa
ataetaeku = Kalau dia bercacat, ya yang bercacatku; kalau dia sempurna, ya
yang sempurnaku; dia kuterima dengan segenap hati). Yang menerima TUHAN Yesus
Kristus mengatakan dengan tegas dan berpegang teguh pada keimanannya: Kalau
TUHAN (Yahowa) Yesus Kristus mengatakan manusia Yesus Kristus itu Anak Allah,
ya DIA Anak Allah bagiku; kalau TUHAN (Yahowa) Yesus Kristus mengatakan Yesus
Kristus (yang adalah Allah atau Firman) itu Anak Manusia, ya DIA Anak Manusia
bagiku; saya menerima-Nya dengan segenap hati. Orang seperti inilah orang yang
percaya dalam nama-Nya. Dengan penerimaan sedemikian, semua yang menerima-Nya
bersedia menyambut dalam hidupnya semua karya kemanusiaan, karya ke-Tuhanan,
karya keselamatan, karya pengampunan dosa serta karya kehidupan sorgawi, yang
disediakan dan dianugerahkan TUHAN Yesus Kristus bagi semua orang yang
menerima-Nya atau yang percaya dalam nama-Nya. Salah satu keberuntungan terbesar bagi yang
menerima TUHAN Yesus Kristus sebagaimana DIA datang dan berada, adalah
statusnya menjadi anak-anak Allah, yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging; bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Status ini juga
diperoleh bukan karena orang percaya itu diadopsi TUHAN menjadi anak-Nya; bukan
pula karena dia dibuat menjadi bayi-tabung lalu dilahirkan; dan bukan pula
karena dia dikloning, sehingga menjadi anak TUHAN (anak Allah). Semua teori dan
ilmu dan teknologi yang dikenal manusia
untuk membuat anak, tidak dikenakan kepada tindakan membuat orang percaya
berstatus ‘anak Allah”. Semua orang percaya menjadi anak-anak Allah, karena
TUHAN Allah sendiri yang membuat mereka menjadi “ciptaan baru” dalam dan oleh
Yesus Kristus. Mereka mengalami transformasi dari “manusia lama” menjadi
“manusia baru”. Orang sering
membandingkan transformasi ini ibarat transformasi ulat menjadi kupu-kupu,
walaupun bandingan ini sebenarnya kurang cocok. Bandingan ini kurang cocok,
karena wujud ulat sama sekali menjadi hilang setelah bertransformasi menjadi
kupu-kupu. Dalam transformasi manusia
lama menjadi manusia baru atau ciptaan lama menjadi ciptaan baru, wujud daripada yang
bertransformasi itu tidak hilang walaupun dia sudah sama sekali baru. Dalam
perubahan perilaku, transformasi ulat menjadi kupu-kupu itu dapat digunakan
sebagai bandingan. Kalau ulat makan daun dan tidak bisa terbang, setelah
menjadi kupu-kupu dia makan madu bunga, dan dapat terbang. Sebenarnya, sewaktu
manusia itu dibuat menjadi manusia baru, secara tidak disadari, tubuhnya pun
diperbaharui, walaupun wujudnya tidak berubah; makanannya pun diperbaharui
(karena harus ditambah dengan makanan rohani), dan kemampuannya pun
diperbaharui, yakni dengan diberikannya kemampuan dengar-dengaran dengan TUHAN.
Dunia tempatnya hidup pun diperbaharui, yakni menjadi dunia bersama TUHAN Yesus
Kristus. Hidup bersama Allah di dunia telah dimungkinkan karena Allah telah
datang di tengah dunia dalam Firman yang menjadi manusia dan dengan Firman yang
didokumenkan dalam Kitab Suci.
7. Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran. Firman itu dapat menjadi
manusia, karena di dalam-Nya kekuatan atau kuasa TUHAN Allah yang bekerja.
Firman itu dapat menjadi milik manusia, karena kekuatan atau kuasa TUHAN Allah
yang mengilhamkan. Dan kemudian Firman itu dapat menjadi Kitab Suci, karena di dalam-Nya
kekuatan manusia (para nabi) dan ROH TUHAN, yang bekerja. Mempercayai hal
“Firman/TUHAN Allah menjadi Manusia” berarti mengakui kemahakuasaan TUHAN atas
diri-Nya dan tindakan-Nya. Membayangkan hal “manusia menjadi TUHAN” yang
kemudian “memper-tuhan manusia” merupakan penghinaan terbesar kepada TUHAN Yang
Mahakuasa. Agama-agama kuno sering jatuh kepada “mempertuhan manusia” atau
“menjadikan/ memperlakukan manusia sebagai dewa tertinggi mereka” [bd, Firaun
Ramses (< Ra – Moses = anak dewa Ra) yang diperdewa]. Agama ultra-monotheis
sering jatuh kepada penyangkalan terhadap kemampuan TUHAN Allah dapat mengubah
wujud-Nya menjadi manusia, dan menyangkal kemampuan TUHAN Allah dapat mengatur
keberadaan diri-Nya sebagai wujud manusia dan sebagai wujud ilahi dalam waktu
yang bersamaan. [Bd. kritikan yang disampaikan agama ultra monoteis kepada iman
Kristiani]. Kesaksian Alkitab (Kitab
Suci Umat Kristen) berhasil memaparkan iman-percaya pengikut TUHAN Yesus Kristus,
agar tidak jatuh kepada kepercayaan agama-agama kuno itu, dan juga tidak
melekat kepada kepercayaan agama-agama yang ultra-monoteistik. Menurut
kepercayaan alkitabiah, TUHAN Allah yang Mahakuasa itu, dapat dan mampu
menyatakan diri-Nya dalam wujud “Allah Tritunggal” (Bapa-Anak-RohKudus)
(Allah-Manusia/Yesus Kristus-Roh). Kalau dikatakan kai ho logos sarx egeneto atau wehadabar
nihyah basar atau Firman itu telah menjadi manusia atau dung i gabe daging ma Hata i, itu suatu
peristiwa dan dalam peristiwa itu manusia lainnya sama sekali tidak turut campur.
Maria dan Yosep yang dipilih sebagai media lahirnya Yesus ke dunia, juga tidak
diikutkan turut campur dalam pewujudan-Nya. Hal “Firman telah menjadi manusia”
itu sungguh sangat sulit dicerna oleh ratio manusia, bahkan oleh ratio-agamis
manusia; dan itu hanya dapat dicerna oleh ratio-imaniah. Dari itu dapat
dikatakan, bahwa setiap orang yang ingin memahami arti Firman ini, orang itu
harus terlebih dahulu menggunakan ratio (semua alat berpikirnya) untuk memahami/menemukan
iman
kepada TUHAN Yesus Kristus, Allah yang Esa dan sekaligus Allah yang
Tritunggal. Bila demikian halnya, dia akan merasakan dan mengetahui bahwa Allah
berdiam di antara manusia (kita) dan melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan
yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran. Kesediaan TUHAN (Yahowa) menjadi Manusia (Yesus Kristus) itulah
kemuliaan TUHAN (Yahowa), bukan kehinaan TUHAN Yahowa. Kesaksian tentang itupun
bukan penghinaan kepada Yahowa, melainkan pemuliaan Nama-Nya yang luar-biasa
mulia dan agungnya. Juga kesaksian tentang Yesus Kristus adalah Anak Allah,
atau Allah yang menjadi Manusia, bukan lah sesuatu yang berlebihan, melainkan
merupakan ketundukan dan kepatuhan mengikuti jejak-jejak TUHAN dalam menyatakan
diri-Nya dan rancangan serta karya-Nya di tengah umat manusia. Berbahagialah
manusia yang mendengar dan memelihara Firman tersebut. Dari itu dapat dikatakan
bahwa merayakan Natal berarti bersukacita karena TUHAN Allah telah bersama
umat-Nya. Immanuel atau Allah bersama kita. Dengan perayaan Natal itu semua
yang merayakannya benar-benar mengumandangkan dan menunjukkan kemuliaan bagi
Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia
yang berkenan kepada-Nya.
8. Zaman sekarang sangat sering dikatakan zaman globalisasi, zaman
perdagangan bebas MEA atau zaman persaingan bebas bangsa-bangsa, dalam berlomba
memajukan teknologi, ekonomi dan anthropologi (kemanusiaan). Semua ilmu,
peralatan, budaya, agama dan ideologi dikerahkan untuk berperan positif dalam
globalisasi, perdagangan dan persaingan itu. Media sosial dengan peralatan
komunikasi yang super-canggih harus dikerahkan untuk menunjukkan peran positif
tersebut, bukan untuk memprovokasi manusia agar saling merusak, tetapi agar
saling membangun, saling kerjasama. Natal Yesus Kristus, yang mengumandangkan
“Firman telah menjadi manusia” dan “immanuel” memberitahukan bahwa TUHAN Allah
sendiri telah mau dan rela bekerjasama dengan umat manusia untuk membangun
kemanusiaan agar kemanusiaan semakin baik dan semakin sejahtera, adil dan
makmur. Walaupun TUHAN Allah mendapati manusia itu “penuh dosa”, DIA tidak mau
menjelek-jelekkan atau mengutuki manusia; melainkan mengasihi manusia. DIA
ingin agar setiap orang yang menerimanya menjadi anak-anak TUHAN, dan orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Oleh
karena itu, dalam merayakan natal Yesus Kristus, undanglah semua pihak ikut
bersukacita, pergunakanlah media sosial untuk memuliakan TUHAN dan memuliakan
kemanusiaan. Pakailah ilmu, peralatan, budaya, agama dan ideologi yang ada itu
dalam rangka mewujudkan kualitas keimanan dan kemanusiaan untuk mempercepat
ternikmatinya kemanusiaan yang semakin baik, semakin sejahtera, adil dan
makmur. Era globalisasi juga ditandai dengan kerjasama berbagai negara
memproduksi suatu benda yang sangat dibutuhkan umat manusia. Misalnya untuk
memproduksi satu pesawat terbang, membuat semua komponen yang dibutuhkan untuk
pesawat itu tidak lagi dimonopoli oleh satu negara. Sayapnya dibuat di Afrika,
mesinnya dibuat di Eropah, kabel-kabelnya dibuat di Asia, baut-bautnya dibuat
di Australia, dan komponen lainnya dibuat di Amerika dan dirakit di sana.
Membuat kursi saja sudah demikian. Dalam merayakan Natal juga di era
globalisasi ini bisa demikian. Nyanyiannya dibuat di Papua, Penari dan
tariannya disediakan di Kalimantan, atau di Philipina, pohon terangnya dibuat
di Cina, dramanya disediakan di Porsea, acara kebaktiannya disusun di Jakarta.
Natal itu dirayakan di Doloksanggul. Semua itu bisa terjalin dan terpadu dalam suatu
perayaan natal Yesus Kristus, karena adanya Masyarakat Ekonomi Asean, yang
memungkinkan segala yang dibutuhkan sungguh sangat berkualitas dan
harga-harganya terjangkau rakyat kecil, dan membahagiakan seluruh penduduk di
negara-negara tersebut. Semangat MEA adalah menciptakan perdagangan dan
persaingan yang memakmurkan rakyat semua negara yang tergabung di dalamnya. Maka
berbagi tugas dalam menghasilkan produksi bersama, untuk meraih sukacita
bersama, seperti sukacita dalam perayaan natal, sudah sangat perlu
direalisasikan. Dengan demikian sentra-sentra produksi di suatu negara adalah
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan sukacita bersama seluruh rakyat MEA.
Sama seperti sukacita natal adalah sukacita umat manusia di bumi dan penghuni
sorga. Dalam peristiwa Natal, TUHAN telah memberikan contoh yang sangat indah
dan manusia pantas belajar dari peristiwa itu, demi kesejahteraan dan sukacita mereka
semua. Amin.
Pematangsiantar, tgl. 14 Nopember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa
Sitorus (Pdt. LaMBaS).