BAHAN KHOTBAH UNTUK PASKAH II TAHUN 2016
EPISTEL: YESAYA 25: 6-9
25:6 TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala
bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan
dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang
tua yang disaring endapannya.
25:7 Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang
diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada
segala bangsa-bangsa.
25:8 Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan
menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan
dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya.
25:9 Pada waktu itu orang akan berkata: "Sesungguhnya, inilah Allah
kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang
kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena
keselamatan yang diadakan-Nya!"
EVANGELIUM : LUKAS 24: 36-49
24:36 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus
tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka:
"Damai sejahtera bagi kamu!"
24:37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat
hantu.
24:38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut
dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
24:39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku
dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu
lihat ada pada-Ku."
24:40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya
kepada mereka.
24:41 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran,
berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?"
24:42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng.
24:43 Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur."
24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab
Suci.
24:46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus
menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,
24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan
dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
24:48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
24:49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi
kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan
dari tempat tinggi."
PERTOBATAN DAN PENGAMPUNAN
BAGI SEMUA BANGSA
Pengantar
Perikop
ini ditentukan sebagai teks khotbah di kebaktian di huria/gereja lutheran pada
hari kedua perayaan paskah tahun 2016 ini. Dengan memahami dan merenungkan
isinya diharapkan umat Tuhan dapat menemukan apa yang dikehendaki TUHAN untuk didengar,
diketahui dan akan dilaksanakan di tengah umat manusia. Tujuan pemberitaan
dan pengamalan pesannya adalah agar dunia percaya bahwa Tuhan Yesus telah
bangkit mengalahkan kematian ala Adam, dan percaya bahwa Yesus Kristus bukan
hanya mesias melainkan juga Anak Allah Yang Mahatinggi, Yahowa Pencipta langit
dan bumi. Sesuai dengan tujuan
pemberitaan dan pengamalan pesan perikop ini, khotbah diharapkan dikemas dalam kerangka
pokok pikiran (tema) “Pertobatan dan
Pengampunan Bagi Semua Bangsa”. Sehubungan dengan itu tentu saja banyak
pertanyaan, misalnya: Pertobatan yang bagaimana yang dituntut? Dosa apa rupanya
yang akan diampuni di kalangan bangsa-bangsa?
Bagaimana menyampaikan khotbah
dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan mencapai tujuan yang
diharapkan? Mudah-mudahan penjelasan di bawah ini yang dipaparkan berdasarkan
pemahaman teologi lutheran, dapat
membantu para pengkhotbah.
Memahami
perikop dalam konteks tujuan menulis Injil Lukas
Berita
dalam kitab Injil dirangkai sedemikain rupa untuk menyaksikan bahwa Yesus dari
Nazareth itu adalah Anak Allah Yang Mahatinggi. Dia datang dari Allah. KedatanganNya hanya diketahui oleh sejumlah
orang, tetapi penghuni sorga merayakannya. Hidup dan kedatangannya sebagai
manusia adalah untuk keselamatan dan
pengampunan bagi umat pilihan TUHAN (Israel) dan seluruh bangsa-bangsa. Dia
kerjakan contoh keselamatan dan pengampunan dosa di bumi sebelum dia kembali
kepada Allah. Seluruh bangsa-bangsa harus tahu akan hal itu, dan turut
menikmati keselamatan dan pengampunan itu. Mahkota keselamatan kekal di bumi dan di sorga
bagi setiap orang (bagi bangsa) yang percaya dan menyambutnya. Perikop khotbah ini merupakan bagian utama
penyampai pesan tersebut.
Mamahami pesan teks
1.
Ayat 36: Dan
sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di
tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi
kamu!"
Mereka
(para murid Yesus) bercakap-cakap. Mungkin isi percakapan mereka masih seputar
tentang Yesus yang telah bangkit. Tidak
ditemukannya mayat Yesus di kuburanNya, pengalaman dua murid yang ke Emmaus.
Dua pengalaman yang masih menimbulkan pertanyaan bagi mereka apakah Yesus
benar-benar telah bangkit: Ada yang meragukan, ada yang meyakini, ada yang
meminta bukti, ada yang menganggap penglihatan mereka berupa halusinasi. Ada
yang mengatakan itu “berita rekayasa para murid Yesus”, dan banyak lagi warna
pendapat tentang Yesus yang mayatnya
tidak ditemukan di makamnya. Percakapan yang seperti waktu kebangkitan Yesus
masih terus ramai sampai sekarang. Penulis Injil sudah memberikan gambaran
sikap, pendapat dan reaksi kelompok-kelompok
manusia sehubungan dengan kebangkitan
Yesus dari sejak peristiwa itu. Dan itu sampai sekarang terus berlanjut. Percakapan itu bisa sangat tajam dan kalau
tidak dikelola dengan baik, percakapan itu bisa mengharu-birukan
kelompok-kelompok umat manusia. Itu sudah tampak dalam sejaran gereja dan dalam
sejarah keagamaan yang dianut umat manusia, terutama dalam sejaran keagamaan
yang berakar pada agama abrahamis.
Berita
yang ditulis Lukas ini sebenarnya menjawab percakapan yang ramai tersebut.
Menurut Lukas, percakapan (baca “debat”) itu berhenti dan terjawab, sewaktu Yesus
menjumpai dan menampakkan diriNya kepada mereka, dan mengingatkan mereka
tentang firman TUHAN mengenai hal itu. Tentu yang beruntung dari kalangan
mereka adalah yang tidak membiarkan dirinya
hanya larut dalam percakapan (perdebatan), tetapi yang dengan
kemampuannya yang ada (kemampuan indera, otak/pikiran dan kemampuan iman) melihat
Yesus sebagaimana lazimnya DIA bergaul dengan mereka; dan mengingat dan memegang sebagai kebenaran hal
apa yang dikatakan Yesus tentang diriNya. Semua percakapan tentang Yesus yang bangkit (percakapan teologis,
percakapan filosofis, percakapan biologis, percakapan pistis, percakapan
mistis, dan jenis percakapan lainnya) harus: 1) rela dijumpai Yesus atau
berjumpa dengan Yesus; 2) mendengar apa
sapaan Yesus kepada mereka; 3) membuang segala keraguan karena pertimbangan
hati/otaknya; 4) melihat Yesus bahkan mau meraba Yesus; 5) dengar-dengaran pada
ajaran Yesus; 6) bertobat; 7) menerima pengampunan dari Yesus; 8) menyaksikan
kebangkitan Yesus dan kehidupan yang dari Yesus; 9) menerima apa yang
dijanjikan Bapa (yaitu pencurahan Roh Kudus); 10) bersedia diperlengkapi dengan
kekuasaan dari tempat tinggi. Ada sepuluh hal yang harus terjadi pada diri
setiap peserta perdebatan itu. Kesepuluh hal itu berpusat pada Yesus, bukan
pada pendapat, latar belakang dan
kebenaran yang dipegang setiap peserta percakapan (perdebatan).
Sapaan
Yesus pada mereka mengatakan: “Damai Sejahtera Bagi Kamu!” (dalam bahasa sehari-hari
Yesus:שׁלום לכם (baca : šālôm lakem; dalam teks
Yunani Injil Lukas: eirene humin;
artinya: damai bagi kalian. Di sini
dipilih terjemahan “kalian” untuk lakem
atau humin, agar jelas yang disapa
itu banyak; dan walaupum dalam kata aslinya digunakan akhiran bentuk plural
orang kedua jamak maskulin, itu dipahami berlaku sebagai sapaan kepada orang
banyak yang mungkin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dengan sapaan
sedemikian tidak dibedakan laki dan perempuan. Kalau orang banyak itu hanya
perempuan maka sapaannya salom laken).
Sapaan umum rakyat Yahudi ini di sini lebih
dari arti sapaan umum. Sapaan itu menghentikan percakapan yang penuh perdebatan
dan pertanyaan. Dan mereka diajak memperhatikan penyapa, serta membuat semua
isi percakapan tidak menjadi alasan perselisihan apalagi perkelahian dan
perpecahan, melainkan menjadi bahan-bahan pendalaman tentang Yesus yang datang
menyapa. eirene berarti peace, undisturbedness (lihat: A.Souter,
A Pocket Lexicon to the Greek New
Testament, Oxford, 1972, p.73). šālôm
berarti: “selamat, keutuhan, damai, perdamaian, damai sejahtera” (lht:
R.Achenbach, Kamus Perjanjian Lama.
Bahasa Ibrani – Bahasa Indonesia,
@ Pematangsiantar, 1992, h.281). Artinya yang lebih dalam: šālôm digunakan sebagai sapaan
salam antara orang yang bersahabat (bd. Ezr. 5:7). Dengan sapaan ini
dinyatakan: keadaan tanpa permusuhan antara penyapa dan dikalangan yang disapa;
di kalangan bangsa-bangsa (bd. 1 Raj.5:12). Sapaan ini menunjukkan adanya
hubungan yang rukun antara bangsa-bangsa (bd. Luk.14:32); adanya kerukunan di
kalangan umat kristiani (bd. Rm.14:19); kerukunan umat Kristen dengan umat
non-Kristen (bd. Ibr. 12:14). (bd. W.R.F.Browning, Kamus Alkitab. A Dictionary of the Bible. Paduan dasar ke dalam kitab-kitab, tema, tempat, tokoh dan istilah-istilah
alkitabiah, PT BPK GM, Jakarta, 2007,
h.72). Sapaan šālôm juga bisa
dipahami sebagai imperatif (perintah/suruhan), yang artinya “berdamailah!”. Jadi kalau TUHAN (Yesus)
menyapa manusia dengan šālôm, berarti
ada damai antara dia yang menyapa dan yang disapanya, dan diharapkan juga ada damai dikalangan yang
disapa TUHAN tersebut.
Martin Luther bicara juga tentang Friede (šālôm, damai) dalam karya-karyanya. (Lihat: Luther Deutsch. Die Werke Luthers in
Auswahl. Hg. von Kurt Aland, Vol. I-X,
UTB Vandenhoeck, Goettingen, 1959-1969. 1974). Menurut Luther, damai itu
harus lebih sungguh-sungguh diciptakan sekarang (I.67). Namun damai dan aman
yang dicapai itu tidak boleh mebuat umat Kristen menjadi lalai akan tugas
tetapi harus terus bergumul memberitakan keselamatan. Kristen harus selalu giat
sebagaimana para martir telah melakukannya. (bd. Luther. I, 77f,81f.). Sewaktu
membahas Ibr.7,1, M.Luther berpendapat: Bila bicara tentang “damai’, itu bukan
sembarang ‘damai’ seperti dipahami dibicarakan, dituliskan dan dipikirkan
secara umum. Damai yang sesungguhnya tidak dapat disuguhkan ciptaan. Damai yang
dimaksud adalah damai “yang melampaui segala akal” (Flp.4:7), yakni segala yang
tergambarkan dari yang tersembunyi di balik Salib dan Kematian, yang seperti
matahari tersembunyi di balik embun. Damai seperti itu tidak dikenal para
pelaku kejahatan (orang bebal). Damai yang melampaui segala akal itu tak
mungkin diperoleh tanpa iman kepada dan tanpa keadilan dari TUHAN Allah, sebab
seperti dikatakan dalam Mzm 85:11: “keadilan dan damai sejahtera
bercium-ciuman”. Di sana semua perbuatan baik dan hidup dicantolkan kepada
kebaikan-kebaikan yang jauh lebih tinggi. Dengan iman, hidup orang percaya disatukan
dengan TUHAN Allah. Dalam makna ini apa yang dikatakan Paulus dalam memulai
suratnya: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah (Rm.1,7;
Gal.1,3); dan bila Yesus berkata: Damai sejahtera kutinggalkan bagimu... apa
yang kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu” (Yoh.14:27). (bd.
I,315). Selanjutnya Luther mengatakan, bahwa damai itu bisa terjadi pada
seseorang apabila seseorang itu diampuni dan menerima (dalam arti mengimani atau percaya
akan) pengampunan itu, seperti terjadi
pada perempuan berdosa (Maria Magdalena) yang meminyaki kaki Yesus dan kepadanya dikatakan: “Dosamu telah
diampuni!”; “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat
(=damai/ lešālôm )
(Luk.7:47.48.50) (bd. II,44f).
Sapaan Yesus Yang Bangkit “ šālôm lakem “ mengajak murid-muridnya berdamai, menghentikan
kebenaran masing-masing yang terungkap sewaktu mereka bercakap-cakap
(berdebat/bertengkar). Mereka diajak mengkonsentrasikan diri dan menyatukan
pendapat untuk dengar-dengaran pada Yesus. Mereka ditegor karena mereka sulit
menerima dan melakukan šālôm yang
disampaikan dan diperintahkan Yesus.
2.
Ayat 37-38: Mereka terkejut dan takut dan menyangka
bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa
kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
Reaksi para murid melihat Yesus yang muncul,
menunjukkan bahwa dalam benak mereka ada gambaran dan pengenalan tentang hantu
(Ibrani: ruah; Yunani: pneuma.
Menterjemahkan ruah atau pneuma dengan “hantu” sangat berkonotasi
negatif). Murid terkejut dan tak dapat memastikan apakah mereka melihat sosok
yang semu atau sosok yang riil/nyata. Biasanya
roh (ruah/pneuma) tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Mereka terkejut,
karena dalam benak mereka ada kepastian bahwa Yesus telah mati, dan tidak
mungkin muncul di hadapan mereka. Apakah yang muncul itu “roh Yesus”? Lebih
terkejut lagi, apabila mereka memang menganggap yang muncul di hadapan mereka
itu “hantu”. Bagi murid itu sangat mengerikan apabila Yesus sudah menjadi
“hantu”. Yesus tidak menelanjangi muridNya itu tentang pengenalan para murid
itu tentang DiriNya, walaupun Dia tahu apa pendapat mereka. Misalnya, Yesus
tidak mengatakan: Mengapa kalian menganggap aku ruah, pneuma, hantu? Tetapi
Yesus bertanya: apa sebabnya timbul
keragu-raguan di dalam hati kamu? Ini pertanyaan yang mengajak
masing-masing murid itu mengoreksi diri dan pendapat masing-masing. Segala yang
membuat ragu harus mereka buang dari hati mereka. Mereka harus melangkah kepada
kepastian atau iman Yesus-is (yang berdasar dan berpusat pada Yesus), bukan
kepada kepastian teologis.
Sebenarnya dalam perdebatan teologi yang sudah pernah
sangat merusak gereja adalah “bagaimanakah sosok Yesus yang sebenarnya”? Ada
yang bersikukuh mengatakan: Yesus itu manusia biasa; Yesus itu semi manusia,
semi Tuhan; Yesus itu anak Allah tetapi tidak menjadi manusia; Yesus itu anak
Allah; Yesus itu Tuhan; Yesus itu bertubuh semu; Yesus itu tidak Allah, tidak
Tuhan; Yesus itu hanya nabi, hanya mesias; dan banyak lagi usaha-usaha membuat
“sosok Yesus” menurut bayangan pikiran mereka masing-masing. Dalam sejarah
kekristenan, sudah sering kali kelompok-kelompok Kristen hancur-hancuran
(saling menghancurkan/saling menuduh sebagai sesat) gara-gara masing-masing sok
mempertahankan sosok Yesus yang dikenalnya. Mudah-mudahan hal itu tidak
terulang kembali di kalangan kelompok-kelompok Kristen; antara Kristen dan
Islam, serta antara Kristen dan Yahudi. Biarlah masing-masing menyaksikan,
sejauh mana Yesus menyatakan diri kepada masing-masing, dan mengakui sejauh
mana keterbatasan masing-masing “menangkap” penyataan Yesus yang nyata itu. Pernah
Kelompok Kristen menegaskan tentang “sosok Yesus” dengan mengatakan: Yesus
seratus persen Allah sekaligus seratus persen manusia. Ini merupakan
rumusan yang sangat teologis. Pengakuan
Iman Rasuli mencoba menyaksikan sosok Yesus, sebagaimana Yesus menyatakan
dirinya menurut Alkitab.
3.
Ayat 39-40: Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini;
rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti
yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan
tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
Yesus menolong mereka menghapus pendapat (baca juga:
paradigma) mereka yang salah. Yesus membuktikan dirinya yang muncul itu bukan
roh/ruah/pneuma, melainkan Yesus yang riil/nyata. Yesus menjelaskan bahwa
Dia memiliki apa yang tidak dimiliki oleh apa (roh/ruah/pneuma) yang mereka
anggap itu: hantu (baca juga: Yesus
yang hanya berwujud roh) tidak ada daging
dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku. Kalau Yesus hanya
berupa roh semata, Dia tidak manusia yang nyata. Yesus yang bangkit bukan
semata-mata berupa roh, melainkan sebagaimana biasa Dia bergaul dengan
muridNya. Kalimat Yesus, yang mengajak muridNya melihat kelebihanNya dari apa
yang mereka bayangkan, sama bobotnya dengan kalimat: “Patung Yesus tidak punya suara dan kuasa, seperti yang kamu lihat ada
padaKu!”; “Yesus yang historis ala
Rudolf Bultman tidak punya keilahian, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku!”;
“Yesus yang ilahi ala kaum gnostik tidak
punya kemanusiaan historis, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku!”; “Yesus al-Masih ala al-Quran tidak punya
kesatuan/keesaan dengan Allah Bapa, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku!” “Yesus yang hanya nabi belaka ala
kepercayaanmu tidak punya kuasa memasukkan kamu ke sorga, seperti yang kamu
lihat ada pada-Ku!” “Yesus yang
teologis menurut teologimu tidak menyentuh kerohanian umat-Ku, seperti yang
kamu lihat ada pada-Ku!” Agar jangan salah kenal, mari mengikuti ajakan
Yesus.
Ajakan Yesus yang pertama di sini: Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku
sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah,.... Di sini para murid harus mempertajam
indera penglihatan dan indera perasaan mereka dengan menggunakan mata dan
tangan. Lihat... Raba! Mereka harus
sampai menemukan diri Yesus, sebab Dia berkata: Aku sendirilah ini. Siapa yang mampu “melihat” adalah orang yang
mampu membedakan mana sosok Yesus yang sebenarnya dari antara berjuta sosok
Yesus yang bermunculan dari ide dan teologi manusia dan agama-agama. Siapa yang
mampu “meraba” Yesus adalah orang yang mau dan mampu mendekat kepada Yesus dan
bahkan merangkul Yesus atau “mijit-mijit” tubuh Yesus untuk tahu adanya tulang
di tubuh-Nya. Siapa yang “menjauh” dari Yesus tak mungkin dapat “meraba” Yesus.
Keterangan apapun tentang Yesus diberikan oleh orang yang “menjauh” dari Yesus,
tak mungkin dapat dipercayai, karena keterangannya itu hanya karang-karangan
saja. Sekarang pun, kalau anda ragu tentang Yesus yang bangkit itu, usahakan
sampai anda menemukan Dia yang sebenarnya.
Yesus menunjukkan “tangan dan kaki-Nya”, tidak
“membuka baju menunjukkan punggung-Nya”. Yesus menuntun murid-Nya mengenal
Yesus yang tangan dan kaki-Nya dipakukan di kayu salib di Golgata. Mungkin di
tangan dan kaki-Nya itu masih ada penanda untuk pemakuan itu. Artinya, bahwa
Yesus yang harus ditemukan itu, harus sampai kepada pengenalan akan Yesus Yang
Tersalib. Kalau yang ditemukan itu adalah Yesus yang menghindari salib (lalu
pergi ke Kashmir) dan ada orang lain yang menggantikannya tersalib, itu bukan
Yesus yang sebenarnya. Yesus yang riil/nyata dan menyatakan diri-Nya adalah
Yesus yang tersalib di Golgata. Yesus al Masih yang tersalib itulah yang punya
karya dan makna.
4.
Ayat 41-43:
Ajakan Yesus berikutnya untuk meyakinkan murid-murid-Nya yang ragu-ragu adalah:
Mengajak mereka memberikan makanan kepada-Nya. “Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan
masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di
sini?" Lalu mereka memberikan
kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia
mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.” Memberi
makanan kepada orang lain merupakan langkah yang pasti untuk menunjukkan,
apakah yang memberi dan yang membutuhkan makanan sudah memasuki damai sejahtera. Sapaan damai
yang dikatakan Yesus dilanjutkan-Nya dengan meminta makanan kepada
murid-murid-Nya. Dari murid itu tidak diminta ‘sesajen’, melainkan bagian dari
makanan mereka. Murid-murid itu mengabulkan permintaan tersebut. Itu pertanda
bahwa damai di antara murid dan Yesus telah mulai terjadi. Dengan memakan
makanan berupa ‘ikan goreng’ itu, mereka semua diingatkan kepada pengalaman
mereka bersama Yesus di tepi danau Galilea, yang sering menikmati makanan berupa ikan. Murid
diyakinkan bahwa wujud Yesus yang hadir di tengah mereka bukan sekedar
ruah/pneuma/hantu. Sekali lagi, Yesus benar-benar “mengambil rupa sebagai
manusia sejati”, demi menyelamatkan manusia. Pengalaman-pengalaman bersama
Yesus di keseharian dapat membantu orang yang ingin mengenal Yesus yang
sebenarnya untuk benar-benar bertemu dengan Yesus dan mengenal Dia dengan
benar. Baik di zaman sekarang ini, manusia perlu bergaul dengan Yesus dalam
hidup kesehariannya, agar manusia itu mengenal Yesus dengan benar. Di zaman
sekarang pun, Yesus tidak meminta sesajen, melainkan bagian (bahkan sangat
sedikit saja) dari apa yang dimiliki oleh manusia yang ingin mengenalNya dengan
benar. Dalam hal ini, manusia itu harus mendengar apa yang diminta Yesus, untuk
memenuhi kebutuhan “tubuh”-Nya. Semua orang tahu siapa yang dimaksud dengan
“tubuh Kristus” di zaman sekarang.
5.
Ayat 44-46: “Ia
berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu
ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua
yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan
kitab Mazmur." Lalu Ia membuka
pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis
demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari
yang ketiga,”
Ajakan yang ketiga dari Yesus kepada murid-murid-Nya
adalah agar murid-murid-Nya kembali mengingat apa yang dikatakan kitab Taurat
Musa, kita nabi-nabi dan kitab Mazmur tentang Yesus. Setiap orang yang menerima
tiga kitab ini sebagai kitab suci mereka (Yahudi, Kristen, Islam) harus
memahami pemberitaan kitab itu dengan benar.
Itu sesuai perintah Yesus. Ukuran memahami isi kitab-kitab itu dengan benar
adalah menemukan “penggenapan nubuatan” yang ada dalam kitab-kitab itu dalam
diri Yesus. Kalau seseorang gagal sampai ke sana, maka pasti seseorang itu
tidak dapat mengenal Yesus yang sebenarnya dengan benar. Paulus, Matius,
Markus, Lukas, Yohanes, Petrus, Penulis surat Ibrani, Yakobus, Yudas, sampai
kepada penemuan “penggenapan nubuatan” itu, sehingga masing-masing dari mereka
menulis kesaksian-kesaksian yang menjadi
bagian dari kitab Suci umat Kristen. Untuk dapat menemukan penggenapan
nubuatan-nubuatan itu, pikiran harus terbuka, tidak boleh tertutup. Yesus
sendiri yang mengetuk pintu pikiran itu agar terbuka atau dibuka. Tak perlu
orang yang diketuk pintu pikirannya mengeraskan hati. "Pada hari
ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7b). “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan
mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku
akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku” (Wahyu
3:20). Orang yang percaya hanya karena dapat memikirkan tentang Yesus, dia
tidak sampai menemukan penggenapan nubuatan dalam Perjanjian Lama itu. Pikiran
seperti itu masih merupakan pikiran yang tertutup. Pikiran yang terbuka adalah
pikiran yang mengikuti perintah Yesus, dan yang mau percaya tentang Yesus
walaupun banyak yang tidak sesuai dengan pikirannya itu. Lalu dia berpikir
karena percaya, bukan percaya karena berpikir.
Yesus mengatakan bahwa ada tertulis: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang
mati pada hari yang ketiga. Tertulis
di sini berarti ada dokumen yang memberitahu bahwa Mesias harus menderita, dan
ada juga yang memberitahu Mesias akan bangkit dari antara orang mati pada hari
yang ketiga. Yesus sendiri sudah memberitahu kepada murid-murid-Nya tentang
pederitaan-Nya dan kebangkitan-Nya, sebelum Dia disalibkan. Mungkin itu sudah
Dia tuliskan, agar murid-murid-Nya tidak lupa. Tetapi tentang Mesias yang
menderita sudah diberitakan dalam kitab Yesaya pasal 53. Tentang kabangkitan
Mesias pada hari ketiga sudah tersirat dalam pengalaman Yunus di perut ikan.
Dan Yesus memberikan itu contoh untuk kebangkitan-Nya (bd. Mat 12:40; 16:4). Di
zaman sekarang, para komentator tentang Yesus, perlu senantiasa bertobat,
sehingga motivasi mereka menulis dan membahas tentang Yesus tidak berdasar
kepada hati/pikirannya yang menyangkal, tetapi sedikitnya mau objektif
mengikuti apa yang diajarkan Yesus tentang diri-Nya sendiri.
6.
Ayat 47-49: “dan
lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari
semuanya ini. Dan Aku akan mengirim
kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota
ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."
Yesus bangkit
dan menampakkan diri bukan hanya sekedar pamer kemenangan atas maut, tetapi Dia
datang untuk memberi tugas memberitakan tentang
pertobatan dan pengampunan dosa, bukan untuk balas dendam atas
penyiksaan dan penyaliban Yesus. Dalam Yesus, setiap jenis dan alasan balas
dendam dihapus dan harus dihapus dari setiap diri dan batin manusia. Inilah
jenis pertobatan yang pertama, yang diminta dari pengikut Yesus dan dari yang
bukan pengikut Yesus. Dendam dan balas dendam harus terhapus dari kehidupan
manusia di bumi. Itu masih mengherankan, apabila sampai sekarang masih ada
kelompok-kelompok agama yang selalu mengobarkan dendam lama atas nama ajaran
agama dan kepercayaan untuk membasmi kelompok (pengikut agama) yang lain. Dendam
dan usaha balas dendam adalah akar dari segala macam kekacauan atau perseteruan
antar kelompok (antar umat beragama). Pertobatan berdasarkan ajaran agama dan
kepercayaan masing-masing merupakan langkah pertama menunju terwujudnya
kerukunan dan perdamaian atas umat beragama (antar kelompok). Memberitakan
pertobatan di zaman sekarang semakin perlu. Itu tugas semua tokoh agama dan
tokoh masyarakat dari semua kalangan (bukan hanya tugas Kristen). Sangat di
sayangkan, Yerusalem pusat agama Yahudi, Kristen dan Islam, sampai sekarang
belum menglamai damai yang diserukan Yesus. Akarnya adalah bahwa
manusia-manusia yang hidup di Yerusalem masih mengutamakan dendam dan usaha
balas dendam. Mereka semua tidak mau bertobat menurut ajaran agama
masing-masing, walaupun setiap agama Abrahamistis ini mengajarkan kasih dan
salom. Memberitakan pertobatan sampai sekarang masih harus dimulai dari
Yerusalem. Sudah waktunya semua tokoh terutama dari tiga agama ini mau
menandatangani fakta pertobatan mereka yang harus diikuti oleh semua umatnya,
sehingga Yerusalem mengalami damai dan dapat saling mengasihi. Mengapa hanya
pemimpin-pemimpin negara Yahudi, Palestina, dan Arab yang harus diajak berdamai
di PBB, mengapa tokoh utama setiap agama yang dianut penduduk Yerusalem tidak
berinisiatif mendamaikan diri mereka dan umat-Nya? Bertobatlah. Jangan takut
ditembak mati seperti Anwar Sadat dan Ishak Rabin, karena mempelopori
perdamaian, sebagai buah pertobatan.
Memberitakan
pengampunan dosa sungguh sangat utama dari sejak dulu sampai sekarang, dan
tugas ini masih belum selesai sampai sekarang. Perlu disadari, bahwa Yesus diberitakan
mulai dari kelahirannya sampai kematian dan kebangkitannya dalam kitab-kitab
Injil, bukan untuk memberitakan tentang banyaknya dosa umat manusia terhadap
Yesus, melainkan bermaksud untuk memberitakan pengampunan dosa oleh TUHAN Allah
kepada seluruh umat manusia. Sungguh
banyak dosa, bahkan kebenaran menurut sekelompok manusia dianggap dosa oleh
kelompok manusia yang lain. Jadi tidak perlu dosa-dosa itu didaftarkan di
manapun. Semua tuhan atau allah yang dikenal oleh kelompok-kelompok umat
beragama, selalu mengajarkan bahwa sungguh tidak penting mencatat dan
mendaftarkan dosa di kalangan masing-masing. Yesus juga mengajarkan demikian.
Yang dituntut dari setiap manusia adalah “mengaku dosa” (sebagai bagian dari
pertobatan), tetapi bukan menjadi dasar untuk menghukum orang yang mengku dosa
itu, melainkan untuk dapat mengampuninya. Mengampuni dosa lebih mulia dari pada
menghukum orang karena berdosa. Yesus mengerahkan semua pengikutnya untuk
memberitakan pengampunan dosa dan betapa pentingnya sampai zaman sekarang
pengampunan dosa itu.
Karena tugas
memberitakan pertobatan dan pengampunan dosa adalah pekerjaan tersulit dan
terberat sepanjang masa, dari sejak kebangkitan Yesus hingga sampai akhir
zaman, maka sangat dibutuhkan perlengkapan ilahi dari TUHAN bagi
pemberitanya. Kuasa ilahi dari TUHAN sangat dibutuhkan oleh pangikut Yesus
(baca: pemberita pertobatan dan pengampunan dosa). Allah Bapa menjanjikan
Roh-Nya yang Kudus menyertai para pengikut Yesus. Untuk menerima kuasa itu,
para murid Yesus diminta agar tinggal dalam kota sampai perlengkapan ilahi itu
diberikan. Jadi harus dipersiapkan diri, tempat dan suasana dalam rangka
menerima perlengkapan ilahi (kuasa Roh Kudus) dari TUHAN. Suasana hati yang
paling utama dipersiapkan adalah: Menghapus segala bentuk amarah dan dendam
para murid terhadap para Anti-Yesus, dan digantikan dengan rasa belas kasihan,
karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat itu terhadap Yesus. Nanti
dalam perayaan Pencurahkan Roh Kudus akan diterangkan betapa indahnya hidup
dengan kuasa Roh Kudus.
7.
Kesimpulan
Yesus bangkit
dan menampakan diri agar semua murid-Nya mengenal Dia lebih benar dan agar
seluruh umat manusia tahu bahwa Yesus yang sebenarnya dapat dikenal kalau
manusia mengikuti perintah Yesus, dan menemukan penggenapan nubuat di dalam
kitab Taurat, Kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur dalam diri Yesus, dan untuk
menyuruh para murid dan pengikutnya dan pecinta damai sejahtera di seluruh umat
manusia memberitakan pertobatan dan
pengampunan dosa. Untuk itu mereka pasti diperlengkapi kuasa ilahi.
Berbahagialah seluruh umat manusia / bangsa-bangsa karena bagia mereka masih
terbuka pintu pertobatan dan pengampunan dosa.
Ditulis oleh
Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS). Tgl. 15 Oktober 2015.