MINGGU SETELAH TAHUN BARU, TGL. 3 JANUARI 2016
RAYAKANLAH KESELAMATAN DARI TUHAN
EPISTEL: EFESUS 1:3-14
1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di
dalam sorga.
1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita
sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula
oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan
kehendak-Nya,
1:6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia,
yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh
penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,
1:8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala
hikmat dan pengertian.
1:9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya
kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang
dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus
1:10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk
mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di
sorga maupun yang di bumi.
1:11 Aku katakan "di dalam Kristus", karena
di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula
ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam
segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya --
1:12 supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh
harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.
1:13 Di
dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu
Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya,
dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.
1:14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
EVANGELIUM:
YEREMIA 31:7-14
31:7 Sebab
beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita,
bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan
katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel!
31:8
Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan
mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan
yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan
besar mereka akan kembali ke mari!
31:9 Dengan
menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan
memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan
tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.
31:10 Dengarlah
firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang
jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya
kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!
31:11 Sebab
TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih
kuat dari padanya.
31:12 Mereka
akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri
karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak
kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi
baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana.
31:13 Pada waktu
itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan
orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi
kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan
mereka.
31:14 Aku akan
memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang
dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Pengantar
Dalam
kalender huria, Minggu Tahun Baru dan Minggu setelah Tahun Baru adalah lanjutan
dari minggu-minggu Advent (Kedatangan Kristus) dan Minggu Perayaan Natal
Kelahiran Kristus. Sang Juruselamat datang ke dunia, dengan berada di kandungan
Bunda Maria, kemudian Dia lahir di Betlehem, di kandang domba, kemudian disunat
di Bait Suci setelah umurnya delapan hari Dia (dirayakan tgl. 1 Januari). Di
Betlehem Dia tidak aman, lalu dibawa ke Mesir. Setelah kembali dari Mesir,
Yusuf dan Maria membawa Dia ke Nazaret (Ibrani: נצרת ) (Mat.2:23), lalu Dia
dibesarkan sebagai anak tukang kayu di kampung Nazaret, sehingga Dia dinamai
Yesus dari Nazaret (Yesus Nazoraios).
Lalu pengikutNya disebut kaum Nazrani. Nama Nazaret berasal dari kata netser ( נצר ) yang berarti ‘tunas’ (bd. Yes.11:1). Yesus, tunas
Daud yang lahir di Betlehem, dibesarkan di kota “Tunas” (Nazaret). Bila Yesus
dinamai Nazoraios berarti Dia adalah
Tunas pembawa keselamatan dan pemulihan Kerajaan Daud yang kekal selamanya.
Sewaktu orang mempertanyakan apakah ada sesuatu yang baik dapat datang dari
Nazaret di Galilea (bd. Yoh.1:46), TUHAN sengaja membesarkan tunas Daud di
Nazaret. Dengan demikian harapan akan kedatangan penegak kerajaan Daud di
Kerajaan Yehuda (Israel Selatan) dan di Kerajaan Efraim (Israel Utara) terpenuhi.
Yesus menjadi pemenuhan pengharapan mesias (=pembawa keselamatan) bagi seluruh
umat Israel dan sekaligus menjadi pemersatu umat Israel yang tercerai berai. Keselamatan
itu harus dirayakan dalam kehidupan umat manusia. Yesus Juruselamat seluruh
umat manusia, Juruselamat dunia. Pengikutnya sering dinamai: 1) Kaum Masehi,
karena Yesus adalah al-Masih (Sang Mesias, Yang Diurapi). Kemesiasan-Nya bukan
hanya duniawi melainkan juga sorgawi. 2) Kaum Nazrani, yakni pengikut Sang
Tunas, penegak kembali Kerajaan Daud (yang rohani dan juga yang duniawi), yang
mempersatukan umat yang tercerai-berai dan memberikan kemakmuran dan keadilan
bagi seluruh rakyatnya, tanpa kecuali; Dia penegak keagamaan dan ibadah yang
sebenar-benarnya, yang sejati, yang menurut kehendak TUHAN Allah. 3) Kaum
Kristen, yakni kaum pengikut Kristus (sebutan Yunani untuk Mesias). Kristus
(Yang Diurapi) adalah Juruselamat seluruh dunia. Pengikut Yesus dari Nazaret
lebih sering menyebut dirinya Kristen,
yakni pengikut Kristus, Yang Diurapi.
Menjadi kaum Masehi, Nazrani atau Kristen berarti menjadi kaum yang merayakan
keselamatan yang dianugerahkan TUHAN Allah dalam Yesus Kristus sepanjang
hidupnya.
Pembahasan Epistel Efesus
1:3-14
1. Dalam
merayakan keselamatan yang diberikan TUHAN dalam Kristus, di kebaktian minggu
ini umat disuguhi dua perikop sebagai epistel (untuk dibacakan sebagai kabar
baik) dan sebagai evangelium (untuk dikhotbahkan sebagai kabar baik). Epistel
dari Efesus 1:3-14. Bagian dari surat Paulus ke jemaat Kristen di kota Efesus,
yang terletak di tepi pantai barat Asia Kecil (Negara Turki yang sekarang). Dalam
perjalanan misinya yang kedua, Paulus berhasil membentuk jemaat Kristen di kota
ini, dan berkembang. Kemudian jemaat ini dikunjungi Paulus dalam perjalanan
misinya yang ketiga. Bagi Paulus jemaat ini merupakan jemaat yang menyenangkan,
karena pertumbuhan iman dan keanggotaannya. Menurut Why.2:1-7 kehidupan saling
mengasihi di kalangan anggota jemaat ini sepat sedikit pudar, tetapi kembali
lagi hidup. Jemaat ini sangat aktif menjadi ajaran huria yang benar, dan mampu
menolak para pengajar sesat, termasuk menolak pengikut Nikolaus, yang dibenci TUHAN.
Begitu sukacitanya Paulus atas jemaat Efesus, sehinmgga dia ingin memuji,
meneguhkan iman dan status mereka dalam kerajaan TUHAN dan Kristus, serta ingin
mengajarkan hal-hal yang sangat penting bagi hidup para pengikut Yesus di
Efesus. Dalam surat ke Jemaat Efesus Paulus menguraikan: 1) Kepastian Kristen
Efesus pewaris berkat rohani, status sebagai anak-anak Kristus Tuhan, penerima
penebusan dan pengampunan, penerima firman kebenaran yakni Injil Keselamatan,
sehingga menjadi milik Allah (Ef. 1:3-14). 2) Ketekunan Paulus berdoa agar
jemaat Efesus (selaku bagian dari tubuh Kristus) oleh kuasa Roh Kudus semakin
memahami apa yang dikerjakan TUHAN dalam Kristus (1:15-23). 3) Jemaat ini yang
dahulu ‘mati’ sekarang dihidupkan dan sudah diselamatkan oleh kasih-karunia
TUHAN saja (2:1-10). 4) Anggota jemaat Efesus telah disatukan oleh Kristus
dengan umat TUHAN yang lainnya dalam keluarga Kerajaan TUHAN Allah dalam
Kristus, karena sudah dibuat menjadi manusia baru, dan dibangun dalam dasar
para rasul dan nabi dengan Kristus sebagai batu penjuru (2:11-22). 5) Paulus (yang merasa diri sebagai yang
paling hina dari segala yang orang kudus) dipercayakan untuk membawa anggota
jemaat Efesus menjadi ahli-ahli waris dan anggota tubuh dan peserta dalam janji
yang diberikan dalam Kristus Yesus, memberitakan kepada orang bukan Yahudi
kekayaan Kristus dan ditugasi menyatakan penyelenggaraan rahasia yang
berabad-abad tersembunyi (3:1-13). 6) Paulus mendoakan jemaat Efesus Yesus
Kristus menguatkan dan meneguhkan mereka dan mereka dipenuhi dengan segala
kepenuhan Allah (3:14-21). 7) Anggota jemaat Efesus harus belajar memelihara
kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera, dan tidak bisa diombang-ambingkan
oleh rupa-rupa pengajaran (4:1-16). 8) semua jemaat Efesus harus memahami dan
mengenakan (memperlakukan dirinya sebagai) manusia baru; artinya: tidak
melakukan perbuatan-perbuatan tidak baik, melainkan melakukan segala yang baik
(4:17-32). 9). Mereka harus hidup sebagai anak-anak terang (5:1-21). 10)
Suami-isteri harus saling mengasihi seperti mengasihi dirinya sendiri sebab
mereka satu tubuh (5:22-33). 11) Anggota jemaat Efesus diajar agar taat dan
kasih kepada orang tua; orangtua taat pada tugas terhadap anak-anak mereka dan
emngasihi mereka; para hamba bekerja sebagai hamba Kristus di hadapan tuan
mereka; tuan-tua mengasihi hamba-hambanya seperti Kristus mengasihi mereka
(6:1-9). 12) Mengenakan perlengkapan rohani (6:10-20). dan 13) Saling memberi
salam.
2. Ketegasan
tentang diri pengikut Kristus sebagai orang yang telah selamat (1:3-14) dan
segala tanggungjawabnya perlu diberitakan melalui epistel dalam minggu ini. “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus”, demikian Paulus. Memuji Allah
Bapa berarti merayakan keselamatan yang dikaruniakan-Nya melalui dan dalam Yesus
Kristus. Paulus memberitahu di sini berbagai alasan umat Kristen memuji Allah
atau merayakan keselamatan, a.l.:
a) karena
dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam
sorga.
b) karena
dalam Kristus Allah telah memilijh kita sebelum dunia dijadikan supaya kita
kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya;
c) karena
dalam Kristus Allah telah menentukan kita dari semula untuk menjadi
anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
d) karena
dalam Kristus kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa;
e) karena
dalam Kristus Allah telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita;
f) karena
dalam Kristus kita akan dipersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala
sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi;
g) karena
di dalam Kristus dimeteraikan dengan Roh Kudus yang menjamin, bahwa kita
memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah.
3. Tujuh
alasan yang dirilis dari perikop Ef.1:3-14 memiliki arti yang sangat dalam dan
sangat luas. Setiap alasan itu dapat diuraikan panjang lebar oleh pengkhotbah.
Berkat karunia rohani di dalam sorga adalah segala sesuatu yang dimiliki TUHAN
Allah di sorga. Termasuk di dalamnya, seperti dikatakan TUHAN Yesus Kristus
dalam Luk.19:17: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik;
engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas
sepuluh kota.” Atau
sukacita sorgawi seperti digambarkan dalam Luk.15:22-24. Atau dalam Mat.25:34: “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di
sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah
Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Mereka menerima kerajaan, dan juga ikut memerintah
bersama Yesus. Paulus mengatakan bahwa
TUHAN telah memilih anggota jemaat Efesus
sebelum dunia dijadikan supaya
kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya; dan TUHAN sudah menentukan mereka dari semula menjadi anak-anak-Nya.
Apakah ini semacam predestinasi? Penentuan ini dapat dimengerti apabila
diketahui bahwa TUHAN yang kudus dan tak bercacat itu, di waktu sebelum dunia
dijadikan atau dari semula telah menentukan bahwa siapapun dan kapanpun
seseorang percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi pengikut Yesus Kristus, yang
berarti juga percaya kepada TUHAN Allah pencipta langit dan bumi dan menjadi
pengikut-Nya, dia dinyatakan kudus dan tak bercacat serta menjadi anak-anak TUHAN
Allah. Jadi bukan orangnya yang dipredestinasi, tetapi status dan keadaan dari
orang yang dipredestinasi.
Orang, yang percaya bahwa
manusia lahir tanpa dosa (fitrahnya kayak kertas putih), dan tidak mengenal
dosa warisan, dan manusia, yang yakin bahwa prestasinya dan perbuatan baiknya
dapat menghapus dosanya, tidak akan pernah mencari pengampunan dosa dari TUHAN
dan tidak pernah merasa membutuhkan penebusan. Tetapi orang seperti itulah
orang percaya yang paling sombong di hadapan TUHAN, yang pada dasarnya hanya
membutuhkan TUHAN demi kepentingannya semata-mata. Tetapi benarkah fitrah
manusia seperti kertas putih, tanpa noda? Kemanusiaan dari manusia itu sendiri
yang menyangkalnya. Sebab gen seorang ayah
diturunkan kepada keturunannya, dan gen itu bukan seperti kertas putih. Dengan
diwariskannya gen ayah kepada anaknya, terwariskan juga kemanusiaan ayah kepada
anaknya. Jadi benarlah apa yang dikatakan Paulus, bahwa sejak Adam jatuh ke
dalam dosa, karakter dosa juga terwariskan kepada keturunan-keturunannya.
“Semua ada di bawah kuasa dosa”, tulis Paulus (Rm. 3:10). Keberdosaan dan
karakter dosa manusia bisa diubah hanya dengan kuasa Allah dan dengan methode
yang ditentukan oleh TUHAN Allah sendiri. Perjanjian Baru memberitakan jalan
pengampunan dosa dan jalan penebusan umat manusia, yakni dengan kedatangan,
karya dan firman TUHAN Yesus Kristus. Ketersaliban-Nya, kematian-Nya, dan
kebangkitan-Nya, dan semua ajaran dan Firman-Nya dibuat oleh TUHAN Allah sebagai
jalan pengampunan dosa dan penebusan umat manusia.
Memang itulah rahasia
kehendak TUHAN Allah, yang sampai sekarang belum dipahami miliaran umat
manusia, terutama oleh penyangkal ketersaliban, kematian dan kebangkitan Yesus,
oleh semua orang yang tidak percaya kepada Injil, bahkan yang menuduh kitab
Injil dipalsukan. Pada hal pemberitaan tentang Yesus dalam kitab Suci mereka
yang dipalsukan. Rahasia kehendak TUHAN Allah, yaitu jalan keselamatan dalam
Kristus, telah dinyatakan kepada pengikut Yesus yang percaya lalu memberitakan
serta membela kebenarannya.
Penebusan dan keselamatan
umat manusia, yang dikerjakan TUHAN
Allah dalam dan melalui Yesus Kristus, bertujuan agar tidak seorangpun dari
manusia itu yang tidak selamat; tidak satupun dari dosa manusia itu tidak
diampuni. Semua harus selamat, dan semua dosa harus diampuni. Alkitab
mengatakan bahwa hanya dosa kepada Roh Kudus yang tidak lagi diampuni. Itu dosa
yang menolak pengampunan yang disodorkan TUHAN. Dengan keselamatan/penebusan
dan pengampunan dosa itu, semua manusia, tidak pandang bulu dan latar belakang
kesukuan, bahasa dan warna kulit, direncanakan agar bersatu dan menyatu. Bahkan
Tuhan Yesus sendiri mendoakan kesatuan dan persatuan maupun penyatuan umat
Kristen (para pengikut-Nya). Tetapi sangat
disayangkan, bahwa umat Kristen tidak melihat buah doa Tuhan Yesus dan buah
karya keselamatan dan penebusan yang dikerjakan Yesus itu dalam kesatuan,
persatuan dan penyatuan organisatoris, melainkan dalam hal menggunakan Alkitab
sebagai dasar iman, dan dalam pengakuan bahwa TUHAN Allah yang menyelamatkan
itu pernah menyatakan diri sebagai Bapa, sebagai Anak, dan sebagai Roh Kudus.
Yahowa TUHAN itu Allah kita, Yahowa itu adalah Esa (Ul.6:4). Yahowa itu Bapa
dari Yesus Kristus. Yesus Kristus Anak Allah Yang Mahatinggi (yaitu Yahowa),
Tuhan dan Juruselamat dunia. Kata Yesus: “Barangsiapa telah melihat
Aku, ia telah melihat Bapa”
(Yoh.14:9). Roh Kudus adalah Roh TUHAN Allah Bapa, yang ada dalam Yesus
Kristus, dan bekerja untuk seluruh umat sampai akhir zaman. Menolak sapaan Roh Kudus berarti menolah TUHAN
Yahowa maupun Yesus Kristus Isa al-Masih). Kesatuan, persatuan dan penyatuan
umat pengikut Yesus adalah seperti “Bapa satu dengan Anak-Nya dan Roh-Nya. (Catatan:
Kaum Islam (mengikuti catatan dalam al-Qur’an) selalu menyalahkan umat Kristen
yang memanggil Yesus Kristus (Isa al Masih) sebagai Tuhan (kyrios), karena
katanya dalam berita empat Injil, Yesus tidak pernah mengatakan diri-Nya
“Tuhan”, bahkan melarang orang menyebutnya demikian (dan itu katanya sesuai
dengan catatan di al-Qur’an). Tetapi karena para murid Yesus dan umat Kristen
percaya bahwa ucapan Yesus yang mengatakan bahwa melihat Dia adalah melihat
Bapa, sungguh tepatlah panggilan “Tuhan” (Yunani: kyrios/ Ibrani: adonay) yang
diberikan para murid dan umat Kristen kepada Yesus. Para murid Yesus dan umat Kristen tidak
pernah memanggil Yesus dengan nama Yahowa (יהוה) atau ’Elohim (אלוהים). Dengan panggilan ‘kyrios/adonay’ yang juga dipanggilkan
kepada Yahowa ’Elohim (maupun kepada orang yang dipandang sangat tinggi
derajatnya), umat Kristen dengan sendirinya menyaksikan keesaan dan ketritunggalan
Yahowa yang Esa itu, keesaan Bapa dan Anak maupun kekaryaan Yesus sebagai Anak
yang merupakan penampakan dari Bapa-Nya. Para murid Yesus dan umat Kristen sangat
memahami hal itu, dan kalau ada orang tidak mau memahami seperti itu, janganlah
umat Kristen disalahkan. Umat Kristen percaya kepada berita yang harus
dipercaya karena itulah berita yang benar. Yesus tidak pernah melarang siapapun
memanggil Dia kyrios/adonay. Benar bahwa Yesus Kristus (Isa al Masih) tidak
pernah mengklaim dirinya agar dipanggil Tuhan (kyrios/adonay), dan itu terjadi
karena situasi dan sikap orang Yahudi terhadapnya. Sedangkan hanya gelar
“Mesias” dan gelar “Anak Allah” saja
diakui Yesus sebagai gelarnya kepada Imam Besar yang mendakwa-Nya, Dia sudah
dituduh menghujat Allah, dan tuntutan agar Yesus disalibkan semakin keras. Biarlah orang mengaku Yesus
Kristus sebagai kyrios/adonay setelah memahami karya, perbuatan, ketersaliban,
kematian, kebangkitan dan kenikan Yesus ke sorga. Hanya yang mau memahaminya
mau percaya, dan hanya yang mau percaya semakin memahami dan menemukan makna
dan kehidupan yang disuguhkan-Nya. Bersama dengan malaikat sorgawi, karena kita
disatukan dengan mereka (Ef. 1:10), dan bersma seluruh orang percaya yang sudah
di sorga maupun yang masih di bumi, semua pengikut Yesus memberitakan/menyaksikan:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat,
yaitu Kristus, Tuhan (kyrios/adonay), di kota Daud” (Luk.2:11).
Setiap manusia ingin
mendapat jaminan bahwa dirinya selamat, dan dosanya diampuni, serta mengetahu
dengan pasti, milik siapakah dirinya. Semua ritus keagamaan (yang bagaimana pun
itu serta rukun-rukun atau aturan-aturan agama yang diwajibkan) dilakukan
adalah untuk menemukan jaminan itu. Mungkinkah, dan sanggupkah, serta
kebenarankah, kalau seseorang setelah melaksanakan ritus keagamaan mengatakan
bahwa dosanya telah terampuni, dia seorang saleh di hadapan Tuhan dan di
hadapan manusia, apabila dalam ritus itu tidak TUHAN yang mengatakan dosanya
diampuni? Pernah gereja mengajarkan: Berikanlah uang persembahan dan belilah
surat pengampunan dosa, maka dosamu dan dosa keluargamu yang berada di neraka
akan diampuni dan jiwanya akan segera melompat ke sorga. Semuanya itu ternyata
omong kosong belaka. Agama Perjanjian Lama (yang dianut Yahudi) mengajarkan agar setiap orang percaya
mempersembahkan kurban penghapus dosa, apabila dia ingin dosanya diampuni. Ternyata
ritus seperti itu hanya melelahkan pengikut agama itu saja. Karena tanpa itu
pun, TUHAN bisa mengampuni dosa kalau DIA mau. Kaum Yahudi sangat tersinggung
karena Yesus mengatakan kepada orang berdosa: Dosamu telah diampuni!, pada hal
orang tersebut tidak melakukan ritus pengampunan dosa. Demikian juga sekarang ini, miliaran orang
yang tersinggung, kalau seorang Kristen mengatakan kepada orang yang sangat
saleh menurut agamanya dan melakukan segala ritus agamanya: “Ah, capek kali kau
mencari-cari pengampunan dosa, mengembalikan citra/fitrahmu dengan melakukan
ini dan itu, cukup saja kau datang kepada Yesus, percaya kepada firman-Nya,
yang mengatakan: “Engkau telah kutebus. Dosamu telah diampuni! Kau sudah
kembali kepada fitrahmu, sebagai manusia sejati!”
Dalam Yesus Kristus dimeteraikan jaminan pengampunan dosa dan
penebusan setiap orang percaya. Setiap orang yang mempercayainya tidak perlu
lagi capek dan capek oleh karena agamanya. Cukup saja kalau dia mengasihi TUHAN
Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatannya; dan mengasihi
sesamanya seperti dirinya sendiri. Demikianlah orang yang sudah menjadi “huria”
(Milik Tuhan). Dia bisa hidup sempurna di hadapan Tuhan di bumi, walaupun dia
tidak memiliki seluruh kekayaan bumi. Dia dapat memiliki seluruh isi dan
kekayaan bumi dan mempersembahkannya kepada TUHAN, walau modalnya hanya iman. Oleh
karena itu, rayakanlah keselamatan yang sudah dianugerahkan TUHAN Allah dalam
Yesus Kristus kepada umat manusia, dan setiap orang mendapatnya karena
mengimaninya.
Pembahasan Evangelium Yeremia 31:7-14
1. Pertama-tama
mengenai teks perikop ini. Dari teks BHS dengan segala apparatus (catatan
kakinya) dapat dikatakan, bahwa teks ini utuh dan terpelihara dengan baik turun
temurun dalam salinan-salinan kitab Yeremia. dari catatan kaki itu banyak
terlihat bahwa terjemahan perikop ini dalam bahasa Yunani (Septuaginta)
ditemukan beberapa koreksi, yang tidak mengubah isi pemberitaan dari teks
aslinya. Dalam Teks Masora (BHS) di ayat
7 ada kata ‘ammka (umat-mu, mu dalam arti engkau),
diterjemahkan dengan ‘umat-Nya’. Kalau –Nya
di sini, berarti umat Israel yang dimaksud, tetapi kalau –mu yang dimaksud berarti umat/bangsa dari setiap raja yang
mendengar pemberitaan itu. Tetapi karena ‘sisa Israel’, sebagaimana dikatakan
di ujung kalimat itu sebagai keterangan tambahan untuk ‘ammka, maka yang dimaksud jelas adalah umat TUHAN Yahowa, sehingga kata
itu harus diterjemahkan dengan umat-Nya,
dan BHS mengoreksi kata itu menjadi ‘immo,
mengikuti terjemahan di Septuaginta dan Targum.
2. Perikop
Yeremia 31:7-14 dapat dibagi dalam dua bagian karena isinya, yakni ayat 7-9
berbicara tentang Kepulangan Umat TUHAN, umat Israel (Utara), warga Kerajaan
Efraim. Dan ayat 10-14 memberitakan Pesan TUHAN Allah kepada bangsa-bangsa,
tentang pengumpulan kembali umat TUHAN dan pemakmuran mereka lebih dari yang
dulu-dulu. Ditinjau dari bahasanya dan isinya, perikop ini berasal dari
Yeremia, yang mungkin dia diktekan untuk disalin oleh Barukh, muridnya.
3. Yeremia
bekerja/bernubuat di zaman pemerintahan Yosia bin Amon 641-609 seb.M), (Elyakim)
Yoyakim bin Yosia (609-598 seb.M), Zedekia bin Yosia (597-587 seb.M), raja-raja
Yehuda. itu kira-kira seratus tahun sesudah bangsa Israel Utara dibuang oleh
tentara Assur (tahun 722 seb.M). Tahun
628 seb.M mulai datang Firman TUHAN kepada Yeremia. Enam tahun berikutnya (622
seb.M) terjadilah reformasi yang dilakukan Yosia. Tahun 609 seb.M raja Yosia
dikalahkan raja (firaun) Nekho dari Mesir. Yosia digantikan Joahas tetapi
setelah tigabulan dia memerintah, dia tangkap Firaun Nekho memenjarakannya di
Ribla lalu ditawan ke Mesir dan mati di Mesir. Lalu penggantinya diangkat
Elyakim bin Yosia yang kemudian bernama Yoyakim. Mula-mula dia tunduk ke Mesir,
kemudian tunduk ke Babel (3 Tahun) lalu memberontak, sehingga tentara Babel
datang menghancurkan Yerusalem tahun 598/597 seb.M. Yoyakim digantikan anaknya
bernama Yoyakin (selagi berumur 18
tahun). Tetapi setelah tigabulan memerintah dia ditangkap, dan ditawan
ke Babel bersama seluruh keluarga
kerajaan, pegawai-pegawai istana, dan orang-orang berkuasa di Yehuda, semua
orang gagah perkasa, para tukang dan pandai besi dan semua pahlawan/tentara
Yehuda dibawa ke Babel. Semua harta benda di Bait Yahowa dirampas tentara
Nebukadnezar. Itulah pembuangan umat Yehuda ke Babel gelombang yang pertama. Paman
Yoyakhin yang bernama Matanya diangkat menjadi raja, dan dia mengganti namanya
menjadi Yoyakin. 11 Tahun Yoyakin memerintah. Pemerintahannya aman selagi masih
tunduk ke Babel. Tetapi tahun 587 Yoyakin memberontak, sehingga tentara Babel
kembali datang untuk menghancurkan Yerusalem. Bait Yahowa, istana, semua gedung
pemerintahan, dan tembok kota Yerusalem dihancurkan. Semua penduduk ditawan dan
dibuang ke Babel. Yang tersisa hanya beberapa puluh orang miskin, dan nabi
Yeremia. Semuanya itu dsaksikan oleh mata kepala nabi Yeremia sendiri. Menurut
tradisi Yeremia ditawan para pelarian Yehuda yang pro Mesir dan dibawa ke
Mesir. Lalu Yeremia meninggal di Mesir, berpuluh tahun sesudah pembuangan umat
Yehuda ke Babel gelombang ke dua (587 seb.M). Jadi kapanlah yang tertulis dalam
Yer.31:7-14 dinubuatkan oleh Yeremia?
Pendengar
nubuat Yeremia di Yer 31 tentu saja umat yang ada di Yehuda/di Yerusalem. Tetapi
yang dinubuatkannya di sana adalah tentang umat Israel Utara yang sudah seratus
tahun sebelum penubuatan ini terbuang. Itu terlihat dari ucapan-ucapan yang
digunakan dalam Yer 31 ini: “segala kaum
keluarga Israel” (31:1), “anak dara Israel” (31:4; 31:21), “kebun anggur kembali
di gunung-gunung Samaria” (31:5); “para penjaga dakan berseru di gunung Efraim”
(31:6); “bersorak-sorailah bagi Yakub” (31:7); “sisa-sisa Israel” (31:7);
“tanah utara” (yang menunjuk kepada Hala, di Mesopotamia, tempat pembuangan
penduduk Israel Utara) (31:8); “Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah
anak sulung-Ku” (31:9); “Yakub” (31:11); “Rahel” (31:15); “Efraim meratap” (31:18);
“anak kesayangankah ... Efraim bagi-Ku...?” (31:20); “Allah orang
Israel” (31:23); pujian kepada “Yehuda” dari kaum Israel yang pulang
(31:23.24); kaum Israel dan kaum Yehuda jadi bersama-sama di Zion (bd.
31:27.31), “kaum Israel” (31:33); “keturunan Israel” (31:36.37). Karena nubuat ini berhubungan dengan harapan
pemulangan sisa-sisa Israel yang dulu dibuang dari Israel utara, agar semua
bisa bersama di Yehuda, itu menunjukkan bahwa Yehuda masih utuh dan kuat
sewaktu Yeremia menyampaikan nubuat ini. Harapan seperti itu bisa muncul di
zaman Yosia, setelah dia mengadakan reformasi. Memang di Yer 31:3840 ada nubuat
tentang pembangunan kota kembali bagi TUHAN: mulai dari Menara Hananeel sampai
Pintu Gerbang Sudut; sampai ke bukit Gareb, membelok ke Goa, tepi sungai Kidron
sampai ke sudut Pintu Gerbang Kuda ke arah Timur. Inilah rencana pembangunan
kembali di zaman Yosia bin Amon sebagai raja. Dari itu dapat dikatakan bahwa
nubuat ini disampaikan sekitar tahun 620
seb.M., sewaktu Yosia bin Amon sedang gencarnya membangun kembali Yerusalem dan
keagamaan mereka pada waktu itu. Mereka ingin keturunan 10 marga yang terbuang
dari Kerajaan Israel Utara datang kembali bergabung di Kerajaan Yehuda untuk
memperkuat negara mereka dan pembangunan bangsa mereka. Ini memang beralasan, karena Yosia bin Amon
telah menyatukan daerah Yehuda dan daerah Samaria (Efraim) di bawah pemerintahannya
waktu itu. Yosia menguasai daerah mulai dari Beersheba di Selatan, hingga ke
Dan di Utara. Orang Israel dan Yehuda
yang di dalam negeri dan di luar negeri perlu bersatu memajukan negeri mereka
dan keagamaan mereka. Tidak perlu lagi orang Israel yang dari Utara
mengingat-ingat skhisma (perpecahan) dan perbedaan iman yang diperbuat Yerobean
dahulu kala. TUHAN Yahowa, Allah Yakub,
Allah kakek moyang seluruh umat Israel, mengasihi mereka semuanya sekarang
tanpa kecuali.
Yeremia
31 memberitahu rencana TUHAN memperbaharui perjanjian-Nya dengan umat Yehuda
dan umat Isarel sebagai umat yang sekarang sudah-sama-sama dikasihi oleh TUHAN.
Perjanjian itu bukan seperti perjanjian terdahulu yang diikat TUHAN dengan
kakek moyang Iarael/Yehuda, melainkan sama sekali baru (bd. Yer.31:31.32).
Perjanjian itu diadakan dengan menaruh Taurat TUHAN dalam batin orang
Israel/Yehuda dan menuliskannya dalam hati mereka; maka TUHAN Yahowa menjadi
Allah mreka dan mereka menjadi umat Yahowa (bd. Yer.31:33). Dampak dari apabila TUHAN Yahowa menjadi Allah
kaum keluarga Israel dan mereka menjadi umat TUHAN (bd.Yer.31:1), itulah yang
diterangkan dalam Yer.31:1-7 dan Yer.31:7-14 dan Yer. 31: 15-37. dan
Yer.31:38-40. Sebagian dari dampak it menjadi nats khotbah di minggu ini.
Memahami
Teks
a. Yeremia
menggunakan formel (formulasi/rumusan) penyampaian firman TUHAN: “beginilah
Firman TUHAN” (koh ’amar YHWH) (Yer.31:1.7.15.16.35); dan “dengarlah Firman
TUHAN” (sime‘u debar-YHWH). Formel ini digunakan sebagai pertanda
bahwa apa yang disampaikan seorang nabi adalah firman yang dia terima dari
TUHAN yang memanggil dia menjadi nabi-Nya. TUHAN mempermalukan nabi yang
menggunakan formel ini walaupun dia tidak disuruh oleh TUHAN untuk menyampaikan firman-Nya, atau yang
sering disebut nabi-palsu. Seperti dikatakan dalam Yehezkiel 22:28:
“Dan nabi-nabinya
mengoles mereka dengan kapur dengan melihat penglihatan yang menipu dan memberi
tenungan bohong bagi mereka; nabi-nabi itu berkata: Beginilah firman
Tuhan ALLAH! -- tetapi TUHAN tidak berfirman.” Membedakan mana nabi benar dan nabi palsu di
antara nabi yang menggunakan formel ini, hanyalah tindakan TUHAN saja terhadap
nabi itu. TUHAN berfirman: “Jikalau nabi itu membiarkan dirinya tergoda
dengan mengatakan suatu ucapan -- Aku, TUHAN yang menggoda nabi itu -- maka Aku akan mengacungkan
tangan-Ku melawan dia dan memunahkannya dari tengah-tengah umat-Ku Israel”
(Yehezkiel 14:9). Nubuat nabi benar pada umumnya dipenuhi atau terjadi. Yeremia salah seorang nabi TUHAN yang diusahakan
orang Yehuda agar mati dan punah, tetapi TUHAN melindungi dirinya. Nubuatannya
mengandung kebenaran, karena yang dikatakannya terpenuhi, dan analisanya benar.
Yesus Kristus diusahakan oleh umat Israel juga agar punah dan musnah, dengan
menyalibkan Dia. Tetapi TUHAN Allah Bapa melindunginya, dan walaupun Dia sampai
mati di kayu salib dan dikuburkan, Dia dibangkitkan dari kematian, dan naik ke
sorga untuk duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan akan datang dari sana untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Nubuat dan ajaran TUHAN Yesus juga
terpenuhi dan terjadi (seperti: keruntuhan Yerusalem yang ditangisi Yesus). Selagi
manusia ada sampai kapanpun, ajaran-Nya pasti akan menggelitik manusia, agar
manusia berusaha menjadi manusia sejati, dan apabila manusia ingin bahagia dan
sejahtera, mereka harus melakukan ajaran TUHAN Yesus, dengan mengakuinya
terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
b. Ayat
7: Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi
Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah,
pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa
Israel!
Yeremia
mengajak semua pihak agar bersorak-sorai dengan sukacita dan bersukaria. Berteriak atau bersorak (Ibrani: ranan) tidak asal berteriak atau bersorak, tetapi harus mengandung
sukacita, bahkan meningkat menjadi bernyanyi dengan gembira. Tentu saja ada
alasan untuk bersukacita. Bersorak bagi Yakub karena Kerajaan dari semua
keturunan Yakub pada masa Yosia telah disatukan di bawah pemerintahan Yosia.
Daerah Kerajaan Israel Utara bersama dengan daerah Yehuda berada di bawah panji
Yahowa, yang memerintah dari Yerusalem. Bersukacita karena keselamatan dan
pemulihan kembali telah terjadi bagi semua keturunan Yakub yakni keturunan suku-suku Israel yang berada
di Kerajaan Yehuda dan keturunan suku-suku Israel yang berasal dari Kerajaan
Efraim (sebutan lain untuk Kerajaan Israel Utara) yang berserakan di Mesopotamia
yang masih termasuk kerajaan Assur (tetapi di zaman Yosia tidak lagi menjadi
anacaman bagi Israel karena sedang lemah karena pergolakan politik di dalamnya,
dan keadaan itu dipercayai sebagai pertolongan dari TUHAN). Demikian juga tsahal (צהל) (LAI: bersukarialah), yang arti
dasarnya “meringkik”, “berteriak”, di sini dipakai sebagai kata sinonim untuk
ranan (רנן). Teriakannya seperti ringkikan kuda yang kedatangan tuannya,
karena kuda itu yakin dan merasa bahwa dengan datangnya tuannya dia akan
mengalami kebahagiaan. Sukarianya harus bersinar, wajah berseri. Siapa yang
bersukaria? Teks Masora mengatakan ro’s hagoyim
(LAI: pemimpin bangsa-bangsa). BHS mengusulkan, bahwa yang bersukaria itu
adalah ro’s haryim (yakni puncak
gunung-gunung). Maksudnya puncak gunung-gunung yang ada di semua daerah yang
dikuasai Yosia (Israel Selatan/Yehuda dan Isarel Utara/Efraim). Puncak
gunung-gunung itu bersukaria karena panji-panji yang berkibar di
puncak-puncaknya sudah panji-panji Yahowa. Pemimpin bangsa-bangsa diajak
bersukaria, karena mereka sudah memungkinkan sisa-sisa Israel kembali ke tanah
leluhur mereka dari tempat pembuangan mereka. Tiada suasana yang paling bahagia
bagi seorang pemimpin bangsa dari suasana kebahagiaan karena pemimpin bangsa
itu turut berpartisipasi dan berbuat untuk kesejahteraan dan pemulihan negara
dan kerohanian umat TUHAN. Hal itu masih berlaku sampai sekarang. Bersama umat
Israel (Yehuda/Efraim) para pemimpin bangsa-bangsa turut mengabarkan, memberi
pujian dan berkata-kata, bahwa “TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni
sisa-sisa Israel!” karena demikian perbuatan raja Kores, sehingga dia menjadi
teladan bagi seluruh raja-raja di bumi dulu, sekarang dan di zaman manapun,
sebagai raja pembangun toleransi, kerukunan dan pemberi kemakmuran dan
kesejahteraan bagi seluruh penduduk negeri yang dikuasainya tanpa kecuali.
Yang
dimaksud dengan “sisa-sisa Israel” pertama-tama adalah keturunan-keturunan 10
marga yang membentuk Kerajaan Israel Utara dibawah pimpinan Yerobeam (kemudian
disebut Kerajaan Efraim atau Kerajaan Samaria), yang dibuang oleh Raja Assur (bernama
Salmanasser) tahun 722 seb.M danditempatkan di Halah dan kota-kota orang Madai
(2 Raj.17:1-6). Seratus tahun hingga zaman Yosia/Yeremia, masih ada sisa-sisa
keturunan mereka. Mereka dinamai di sini sebagai “sisa-sisa Israel”. Mereka
tidak perlu lagi mengingat perselisihan Yerobeam dan Rehabeam yang pernah
terjadi, dan perpecahan keagamaan karena anjuran raja Yerobeam. “Sekarang” di
zaman Yosia, semua keturunan 13 suku/marga umat Israel menjadi sama dan sebagai
satu bangsa yang besar di hadapan TUHAN. TUHAN menyelamatkan (hosya‘
atau hosiy‘a YHWH) bangsamu (yang
adalah umat-Nya). Menyelamatkan (ישע) berarti “menolong, melepaskan”
dari ancaman/bahaya yang menghancurkan/ mematikan. TUHAN menyelamatkan sisa-sisa
Israel, karena TUHAN telah membuat mereka dari bangsa yang tak bertanah-air
menjadi bertanah-air; dari ber-keagamaan yang sesat dikembalikan menjadi ber-
keagamaan yang benar; dari bangsa yang sudah dibuang dari hadapan TUHAN dibuat
kembali menjadi bangsa yang dikasihi TUHAN; dari bangsa pelbegu dibuat menjadi
umat pemuja Yahowa; dari bangsa yang tidak bersatu menjadi bangsa yang bersatu.
Semua ini adalah isi keselamatan yang dilakukan TUHAN bagi umat-Nya. Oleh
karenanya umat-Nya pantas merayakan keselamatan mereka itu.
c. Ayat
8: Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara
dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta
dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang
melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!
Di sini
Yeremia mempertegas, dari mana sisa-sisa Israel itu akan dibawa pulang ke
negeri mereka, yakni dari tanah utara
dan dari ujung bumi. Tak lain tak
bukan, yang dimaksud adalah dari tempat-tempat mereka “sekarang” berserak-serak
di Mesopotamia, setelah kakek-moyang mereka dibuang oleh Salmanasser (raja
Assur) ke Halah dan ke kota-kota orang Madai seratus tahun sebelum pemerintahan
Yosia. Perserakan itu berada di sebelah utara negeri Israel/Yehuda. Yeremia
tidak tahu sudah sampai di mana sisa-sisa Israel itu berserak. Dia cukup saja
mengatakan “dari ujung bumi”. Itulah tempat terjauh di mana ada manusia, dan
mungkin di antara manusia yang ada di sana itu sudah ada keturunan bangsa
Israel. Mereka dipanggil untuk dibawa pulang, atau berpartisipasi untuk tanah
air mereka. Tidak ubahnya seperti situasi sekarang yang dilakukan negara Israel
modern.
Dalam
tindakan menyelamatkan itu, TUHAN tidak membedakan manusia. Yang diselamatkan
bukan hanya orang-orang sehat, kuat, dan tanpa cacat, tetapi juga orang buta,
lumpuh, perempuan yang sedang hamil, perempuan yang sedang mengasuh bayi-bayi.
Orang-orang disabilitas justru sangat penting dan sangat diperhatikan oleh
TUHAN. Memang tanda suatu negara yang makmur dan jaya adalah negara yang dapat
mengurus dan mensejahterakan orang-orang disabilitas (yang cacat dan tidak
mampu mencari nafkah sendiri). Indonesia beruntung karena dalam Undang-undang
Dasarnya dikatakan: Orang-orang miskin, yatim, piatu, penyandang cacat semuanya
dipelihara oleh negara. Tetapi pensejahteraan mereka bukan hanya tanggung-jawab
negara melainkan juga tanggungjawab masyarakat dan kelompok-kelompok agama.
Pemerintah harus mampu membuat peraturan yang membuat para orang kaya bersosial
(tanpa merasa diberati) kepada orang-orang miskin dan penyandang cacat. Misalnya
dengan penyisihan pajak mereka untuk kesejahteraan kaum miskin dan penyandang
cacat. Kalau mereka dalam kumpulan besar datang ke negeri Israel, itu berarti
diharapkan tidak seorang pun yang tertinggal. Mereka semua mendapat tempat dan
kesejahteraan yang sama di negeri mereka sendiri (di-binapasogit mereka). Indonesia harus belajar dan berjuang keras
agar tidak ada warganya yang dinomorduakan di negeri mereka sendiri, karena
perbedaan agama, politik, budaya, bahasa, warna kulit, postur tubuh,
ketidak-sempuranan tubuh, dan alasan lain.
d. Ayat
9: Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku
akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang
rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa
Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.
Di tahun
722 seb.M. kakek moyang orang Israel itu
ditawan, disiksa dan dibuang ke Mesopotamia (Halah, kota-kota orang Madai)
dengan penuh penderitaan dan tangis. Itu tangis karena penderitaan. Bisa saja
para sisa Israel ini akan menangis juga sewaktu pulang kampung ke bona pasogit, karena terharu, karena
tidak tahu ke mana, karena merasa tidak ada lagi tanah tempat mendirikan
rumahnya, dan banyak hal lain lagi yang harus mereka pikirkan. Tetapi air mata
mereka menjadi air mata keterharuan, dan kegembiraan. Karena TUHAN, melalui
pemerintahan mereka yang dipimpin Yosia, memimpin mereka ke “sungai-sungai, di
jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung”. Di negeri yang jarang sungai seperti Israel,
apabila kumpulan orang dipimpin ke sungai-sungai, itu berarti mereka dipimpin
ke kehidupan yang baik, adil sejahtera. Di Mzm 23 pun pemazmur mendambakan
bahwa TUHAN memimpin dia ke air yang tenang (yang pasti datang dari sungai atau
membentuk sungai). Di berita penciptaan
diberitahu bahwa TUHAN menyediakan satu sungai yang bercabang jadi emapt
sungai di taman Eden (s.Pison, s.Gihon, s.Tigris, s.Efrat), sehingga manusia
yang diciptakan itu dapat hidup sejahtera di sana (Baca Kej.2:10-14). Kalau di
tanah Israel yang kebanyakan gurun itu menjadi banyak sungai yang mengalir
sepanjang tahun, berarti di sana sepanjang tahun cukup curah hujan yang
menyuburkan tanah, dan memungkinkan tanah menumbuhkan rumput untuk ternak
kambing, domba, lembu, dan air sungai menjadi sumber air yang menopang
kehidupan seluruhnya. Keadaan kemakmuran seperti itu menjadi dambaan bangsa
Israel sampai zaman sekarang ini. Itu makanya mereka akan membangun proyek
pembuatan sungai dari Laut Tengah ke Danau Galilea, yang permukaannya 212 meter di bawah permukaan laut. Dan air
yang diterjunkan itu akan dibuat menjadi air tawar sebelum diisi ke Danau Galilea,
dengan listrik yang dihasilkan pembangkit Listrik Tenaga Air yang dibuat di
situ. Bila hal itu sudah jadi, sungai Jordan akan mengalir lagi, dan gurun
pasir Negep hingga Sinai akan menjadi sawah irigasi penuh air. Sinar matahari
yang berlimpah ruah karena jarang ada embun di langit, menjadi sumber energi
yang tak habis-habisnya untuk memakmurkan seluruh penduduknya. Dari sejak dulu
terbayang kemakmuran bagi uma Israel. Mungkin di zaman modern ini hal itu
terealisasi sepenuhnya. Sangat disayangkan, masih ada perang di sana karena
perebutan wilayah antara Israel dan Palestina. Mereka belum mau membuat tanah
TUHAN itu menjadi tanah air bersama.
Jalan
yang rata menjadi dambaan semua penduduk di negeri Israel. (Sekarang sudah ada
jalan tol Itsak Rabin sepanjang 325 km). Dulupun jalan yang rata dipandang
sebagai pertanda kemakmuran dan kesejahteraan. Jalan yang rata adalah jalan
yang paling aman dan terbaik bagi para penghuni negeri. Di sana orang tidak
akan tersandung, tidak akan ada kecelakaan. Lain dari situasi yang sekarang,
semakin rata jalannya semakin banyak kecelakaan karena kecerobohan manusia. Adanya
sungai-sungai dan jalan yang rata merupakan anugerah TUHAN, walaupun manusia
atau pemerintah yang membangun. Itu dimungkinkan, karena TUHAN menjadi bapa
Israel, dan umat-Nya Israel menjadi anak sulung TUHAN. Kalau TUHAN menjadi
bapa, seperti diyakini semua umat Lutheran, berarti “dari pada-Nya semua
turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya” (Ef.3:14); Dia
lah yang memelihara, dan mencukupkan segala sesuatunya bagi anak-anak-Nya. Dan
kalau Israel (Efraim) adalah anak sulung
TUHAN, bukan berarti TUHAN itu diperanakkan dan beranak lahiriah seperti ibu
melahirkan anaknya. Tetapi maksudnya, TUHAN menyatakan bahwa Efraim sangat
dikasihinya, TUHAN mengemban namanya, relasinya merupakan relasi yang tidak
terputuskan, dan segala tindakan yang diterimanya adalah tindakan kasih,
pengajaran dan penuntunan kepada yang lebih baik. Efraim sebagai anak sulung
TUHAN punya tanggungjawab sebagai pewujudan terjadinya kehendak TUHAN di
tengah-tengah umat manusia.
e. Ayat 10: Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa,
beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah
menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala
terhadap kawanan dombanya!
Sekarang
Yeremia menujukan nubuat dan perintah TUHAN yang diterimanya kepada
bangsa-bangsa (goyim גוים). Tujuannya adalah untuk mengingatkan bangsa-bangsa agar tidak
mengganggu umat TUHAN yang telah dikumpulkan TUHAN ke tanah air mereka. Mereka
diberi tugas untuk memberitahukan di tanah pesisir yang jauh, yakni ke
negeri-negeri yang pantainya ada di Laut Tengah, seperti Mesir, Phunisia,
Filistin, dan lain-lain. Perang di antara bangsa-bangsa tidak ada gunanya lagi.
Memerangi Israel tidak sesuai dengan perintah TUHAN yang sekarang menghimpun
umat-Nya tersebut. Dulu mereka berserak karena TUHAN sendiri yang mengizinkan
mereka berserak-serak. Pembuangan warga Kerajaan Israel Utara ke Mesopotamia
dipandang sebagai hukuman TUHAN terhadap umat dan raja mereka yang selalu
melakukan dosa Yerobeam bin Nebat, yakni dosa membekalangi TUHAN Yahowa.
Sekarang TUHAN mengumpulkan mereka kembali. Kasih TUHAN kembali kepada mereka,
karena generasi yang ada sekarang itu tidak lagi harus menanggung dosa kakek
moyang mereka (bd. Yer.31:29). TUHAN tidak hanya mengumpulkan mereka, tetapi
Dia menjaga mereka seperti gembala menjaga kawanan dombanya. Siapa yang
mengganggu umat yang dijaga oleh TUHAN, dia akan mendapat dari TUHAN hukuman
yang lebih berat dari perbuatannya. Gembala akan menggunakan segala senjata
yang dimilikinya untuk menjaga domba-dombanya agar tidak dimakan oleh serigala
atau singa. Bahkan gembala mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan para
dombanya. Demikian gambaran bagaimana TUHAN menjaga umat-Nya.
f. Ayat
11: Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya
dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
Sebenarnya
negeri Israel terhitung kepada negeri kecil dan lemah dibanding kepada Kerajaan
Assur, Mesir dan kemudian Babel. Di zaman Yosia, Assur menjadi ancaman bagi
Israel dari Utara, dan Mesir merupakan ancaman yang datang dari Selatan. Dua
kerajaan ini merupakan adikuasa pada waktu itu. Sering Israel terjepit di
tengah perkelahian ambisi dua kerajaan ini dalam memperluas daerahnya. Di zaman
Yosia, kerajaan Assur sedang melemah, sedangkan Mesir kembali memperkuat
dirinya untuk mengalahkan Assur. Akhirnya Mesir dan Assur kembali bentrokan.
Tahun 612 kota Ninive jatuh ke tangan Mesir. Dalam masa pemerintahannya 31
tahun, Yosia menyempatkan membangun negeri Israel dan menyatukan Israel Selatan
(Yehuda) dan Israel Utara (Efraim/Samaria) menjadi satu negara, dan membuat
negeri itu makmur. Dalam bahasa Yeremia keadaan itu dikatakan sebagai keadaan
bahwa TUHAN “telah membebaskan Yakub, dan
telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya”. Keadaan sejahtera ini memang berakhir dengan
bangkitnya Firaun Nekho II dari Mesir untuk mengalahkan Assur, tetapi dalam
menuju Assur, Nekho II lebih dulu mengalahkan tentara Israel di Megido tahun
609 seb.M. Kekalahan ini juga dinilai karena TUHAN yang mengizinkannya, dan
dengannya TUHAN ingin membalaskan dosa Raja Manasye kepada TUHAN (2
Raj.23:26-27). Yoahas anak Yosia hanya dapat memerintah selama tiga bulan, lalu
ditawan oleh Firaun Nekho II dan dibawa ke Mesir dan mati di sana. Negeri
Israel yang sempat makmur itu menjadi jajahan Mesir di masa pemerintahan Yoyakim
ben Yosia. Lalu Kerajaan Babel tampil di Mesopotamia dan menghancurkan Assur.
Sewaktu Babel hendak mengalahkan Mesir, Babel terlebih dahulu menghancurkan
kerajaan Israel yang sempat dibangun raja Yosia. Harus diakui bahwa pada masa pemerintahan Yosia,
bangsa Israel-bersatu itu mengalami kemakmuran dan kesejahteraan serta hidup
keagamaan yang benar-benar jauh dari dosa Yerobeam (dosa synkritisme). Kemakmuran
dan kesejahteraan mereka dilukiskan Yeremia dalam nubuatnya.
g. Ayat
12: Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion,
muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan
minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan
seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana.
Menjadi
satu bangsa dan satu negara, yang ibukotanya Yerusalem dan pusat peribadahannya
hanya di Yerusalem (karena Reformasi Yosia telah menghapus semua pusat
peribadahan yang dibangun Yerobean di Israel Utara), pastilah sisa-sisa Israel
yang diselamatkan itu datang ke Sion (Yeruslaem) untuk beribadah dan memuja
TUHAN sesuai ajaran agama Yahudi yang telah direformasi Yosia sesuai isi Kitab
Ulangan. Mereka bersorak-sorak dengan muka berseri-seri. Yeremia memberi alasan
mengapa demikian: 1) karena kebajikan TUHAN, yaitu kesediaan TUHAN kembali
mengasihi keturunan pedosa-pedosa itu; TUHAN mempersatukan bangsa Israel; TUHAN
menegakkan kepercayaan dan keagamaan serta peribadahan di hadapan-Nya. TUHAN
bajik karena menyempatkan umat-Nya Israel (Yehuda & Efraim) makmur
bersama-sama. 2) Karena gandum, anggur, minyak, artinya karena ‘gabe ni naniula ni” kaum Israel. Tanah
Israel penuh pertanian gandum yang menghasilkan lebih dari cukup bagi bangsa
Israel. Negeri Israel penuh kebun anggur yang hasilnya bisa diekspor karena
melebihi kebutuhan dalam negeri. Tanah Israel penuh dengan perusahaan pembuatan
minyak zaitun, yang hasilnya lebih dari cukup bagi mereka setiap tahun. 3)
Karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi. Dengan kata lain, mereka
bersorak dengan wajah berseri-seri (marmiak
bohi nasida) karena “sinur ni pinahan
ni” bangsa Israel. Bukan hanya untuk pengadaan persembahan di Bait Allah
yang cukup, melainkan untuk kebutuhan daging seluruh warga negeri Israel lebih
dari cukup. Begitulah keadaan bangsa kalau benar-benar menjalankan agama TUHAN.
Janji itu berlaku hingga penganut agama Yahowa di dalam Yesus Kristus. 4)
Alasan keempat ialah karena hidup bangsa Israel menjadi seperti taman yang diairi baik-baik dan mereka tidak akan kembali lagi
merana. Bandingannya adalah seperti manusia hidup di taman Eden, taman yang
diairi baik-baik. Manusia di sana tidak berkekurangan apapun. Untuk
mempertahankan kebaikan hidup itu hanyalah mematuhi perintah TUHAN Allah. Kalau
perintah itu tetap dipatuhi, mereka tidak akan kembali merana lagi. Tetapi
seperti Adam dan Hawa di taman Eden, sekali mereka melanggar perintah TUHAN
Allah, meraka diusir dari Taman yang sangat indah dan membahagiakan itu. Setia
kepada perintah TUHAN akan melanggengkan kesejahteraan hidup umat manusia yang
di negeri yang seperti taman Eden itu. Itu berlaku sampai zaman sekarang. Dan kesetiaan
kepada TUHAN Yahowa sekarang adalah di dalam Kristus. Renungkanlah mengapa
Indonesia yang sudah 70 tahun belum dapat mencicipi kesejahteraan seperti
dinubuatkan Yeremia ini. Jawabannya: karena masih banyak yang korupsi, banyak
rumah ibadah kepada Tuhan Yesus dirusak/dibakar. Itu pertanda ketidak setiaan
kepada TUHAN Allah, atau kepada pujaan tertinggi menurut agama pelaku itu.
h. Ayat
13: Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari
beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan
mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan
menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka.
Di ayat 13 ini Yeremia menegaskan siapa-siapa yang
mengalami sukaria itu, yakni anak-anak dara; orang-orang muda dan orang-orang
tua. Itu berarti bahwa dalam tindakan/usaha pensejahteraan bangsa Israel itu
tidak terjadi generation gap (jurang
pemisah antar generasi); tidak ada generasi yang menjadi hilang. Perempuan dan
laki-laki sama – sama dimajukan. Rupanya persoalan gender sudah sangat
diperhatikan di zaman Yeremia. Kalau anak-anak dara menari beramai-ramai, itu
berarti pengadaan pakaian-pakaian penari, bukan hanya pengadaan pakaian
sehari-hari, sungguh dapat terlaksana dengan baik. Bayangkan kalau ramainya
penari ini sampai ribuan orang, itu mungkian menjadi catatan di guinnes books.
Kalau mereka semua memakai trah (pakaian penari) yang sangat indah, dan
assesoris yang mahal dan indah-indah, itu berarti industri perhiasan sudah
sangat maju dan bermutu tinggi. Kalau orang-orang muda dan orang-orang tua bisa
bergembira bersama, tiada lagi kehidupan yang lebih indah daripada situasi
sedemikian. Anak-anak muda melihat masa depan mereka yang sangat indah dipersiapkan
oleh para orang tua; dan para orang tua merasa yakin bahwa generasi muda mereka
akan melanjutkan dan meningkatkan kebaikan yang sudah mereka mulai. Sungguh
gembira semua lapisan generasi di suatu negara, apabila masa depan yang semakin
makmur terjamin dapat diperoleh.
Bila perkabungan dapat diubahkan menjadi kegirangan,
itu berarti bangsa itu melihat ada yang indah dan bahagia, setelah masa
perkabungan selesai. Orang Batak Toba bilang: Bagot na madungdung, do pilopilo marajar. Tading na lungun, ala dilehon
TUHAN akka na jagar. Kedukaan umat Israel yang terbuang ratusan tahun itu,
sekarang di zaman Yosia digantikan TUHAN dengan kesukaan dan kegirangan.
Seperti sering dikatakan: Yang menangis menabur benih, akan menuai dengan penuh
tawa dan sukacita. Itulah hasil perjuangan orang-orang percaya yang dikasihi
TUHAN, bukan prestasi orang itu sendiri.
i.
Ayat
14: Aku akan memuaskan jiwa para imam
dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku,
demikianlah firman TUHAN.
Kegembiraan
dan sukacita suatu bangsa tidak sempurna apabila hanya orang-orang sekuler dan
rakyat umum yang sejahtera dan makmur. Orang-orang saleh dan para pekerja
rohani (rohaniwan) harus ikut sejahtera, barulah itu namanya sempurna
kesejahteraan suatu bangsa. Negara harus mengusahakan agar semua
rohaniwan/rohaniwati di negara itu ikut mengalami kesejahteraan yang diusahakan
negara itu. Lihatlah betapa ngerinya akhir dari negara Unisovyet yang komunis
itu yang menindas para rohaniwan/-wati di negaranya. Hanya 70 tahun umurnya dan
hancur, walaupun sudah sangat maju dalam banyak hal.Dengan pembangunan dan
kemajuan yang dicapai, biarlah para imam dipuaskan oleh TUHAN dengan
kelimpahan. Kepuasan imam tercapai apabila (a) umat yang dilayaninya dapat
menjalankan ibadah mereka sebaik mungkin; (b) para imam itu mendapat nafkah
sesuai dengan ajaran agama yang diajarkannya; (c) usul dan pendapat mereka
dalam memajukan bangsa dan meningkatkan kerukunan semua warga negeri yang multi
marga itu didengarkan oleh pihak-pihak yang ada di negeri itu, termasuk oleh
pemerintah; (d) para imam dapat menjalankan tugas dan pelayanannya tanpa
didikte oleh pemerintah, dan tanpa takut terhadap tekanan dari pihak manapun. Kepuasan
imam seperti itu sangat menopang kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat yang sangat baik.
Tugas
imam bukan hanya memimpin ritus keagamaan, tetapi juga mengajar umat
berpengetahuan dan berperilaku yang sesuai firman TUHAN. Umat harus penuh atau
kenyang dengan kebajikan, karena diajar dan dididik dengan baik. Umat TUHAN pun
harus merindukan kebajikan-kebajikan yang mereka sangat butuhkan dalam
kehidupan mereka. Umat harus mau diajari dan dididik. Tiada ilmu dan kepandaian
yang lebih tinggi dari kebajikan yang datang dari TUHAN. Kata yang
diterjemahkan dengan ‘kebajikan” di sini adalah kata Ibrani tob (טוב) (= Yang Baik). Kebajikan TUHAN
itu dinyatakan pertama kalinya sewaktua menciptakan langit dan bumi serta
segala isinya. Apabila TUHAN sudah selesai mencipta sesuatu, selalu dikatakan:
‘Allah melihat semuanya itu baik.’ ואויּר אלהים כּי ־טוב (wayar’ ’elohim
ki-tob) Kej.1:18.25), puncaknya “sungguh amat baik” (Kej.1:31). Dalam kebajikan
itu ada yang kontroversi tetapi semua itu menghasilkan kebaikan. Umat harus bajik, bukan hanya bijak, sehingga
tidak mudah tersulut provokasi, dan jauh dari perilaku hosom, elat, teal, late (permusuhan dendam, perbuatan mengotaki
kejahatan, kesombongan dan pengusahaan kehancuran orang lain). Agar umat itu bijak, dia harus
sesering mungkin mendengar Firman TUHAN, kemudian menghayatinya, lalu
mengamalkannya. "Yang berbahagia
ialah mereka yang mendengarkan firman
Allah dan yang memeliharanya." “Lukas 11:28).
Penutup.
Merayakan
keselamatan adalah membuat makna keselamatan itu menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari dalam kehidupan beriman, ber-huria, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Keselamatan yang dianugerahkan TUHAN menuntut orang-orang yang
diselamatkan itu hidup dalam mutu kehidupan yang terbaik dalam segala hal. Maka
rayakanlah keselamatanmu dengan penuh karya-karya dan prestasi yang luar biasa
untuk pembangunan kemanusiaan, penyataan kasih kepada TUHAN dan kepada sesama, dan
kesungguhan bersama semua lapisan masyarakat untuk mempersiapkan masa depan
yang lebih baik bagi generasi-generasi berikut. Salom.
Penulis:
Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).