MINGGU SETELAH TAHUN BARU, TGL. 3 JANUARI 2016

02.14.00 0 Comments A+ a-

RAYAKANLAH KESELAMATAN DARI TUHAN

EPISTEL: EFESUS 1:3-14

1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.
1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,
1:6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,
1:8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.
1:9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus
1:10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.
1:11 Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya --
1:12 supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.
1:13 Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.
1:14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.

EVANGELIUM: YEREMIA 31:7-14

31:7 Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel!
31:8 Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!
31:9 Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.
31:10 Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!
31:11 Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
31:12 Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana.
31:13 Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka.
31:14 Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

Pengantar

Dalam kalender huria, Minggu Tahun Baru dan Minggu setelah Tahun Baru adalah lanjutan dari minggu-minggu Advent (Kedatangan Kristus) dan Minggu Perayaan Natal Kelahiran Kristus. Sang Juruselamat datang ke dunia, dengan berada di kandungan Bunda Maria, kemudian Dia lahir di Betlehem, di kandang domba, kemudian disunat di Bait Suci setelah umurnya delapan hari Dia (dirayakan tgl. 1 Januari). Di Betlehem Dia tidak aman, lalu dibawa ke Mesir. Setelah kembali dari Mesir, Yusuf dan Maria membawa Dia ke Nazaret (Ibrani: נצרת ) (Mat.2:23), lalu Dia dibesarkan sebagai anak tukang kayu di kampung Nazaret, sehingga Dia dinamai Yesus dari Nazaret  (Yesus Nazoraios). Lalu pengikutNya disebut kaum Nazrani. Nama Nazaret berasal dari kata netser ( נצר ) yang berarti ‘tunas’ (bd. Yes.11:1). Yesus, tunas Daud yang lahir di Betlehem, dibesarkan di kota “Tunas” (Nazaret). Bila Yesus dinamai Nazoraios berarti Dia adalah Tunas pembawa keselamatan dan pemulihan Kerajaan Daud yang kekal selamanya. Sewaktu orang mempertanyakan apakah ada sesuatu yang baik dapat datang dari Nazaret di Galilea (bd. Yoh.1:46), TUHAN sengaja membesarkan tunas Daud di Nazaret. Dengan demikian harapan akan kedatangan penegak kerajaan Daud di Kerajaan Yehuda (Israel Selatan) dan di Kerajaan Efraim (Israel Utara) terpenuhi. Yesus menjadi pemenuhan pengharapan mesias (=pembawa keselamatan) bagi seluruh umat Israel dan sekaligus menjadi pemersatu umat Israel yang tercerai berai. Keselamatan itu harus dirayakan dalam kehidupan umat manusia. Yesus Juruselamat seluruh umat manusia, Juruselamat dunia. Pengikutnya sering dinamai: 1) Kaum Masehi, karena Yesus adalah al-Masih (Sang Mesias, Yang Diurapi). Kemesiasan-Nya bukan hanya duniawi melainkan juga sorgawi. 2) Kaum Nazrani, yakni pengikut Sang Tunas, penegak kembali Kerajaan Daud (yang rohani dan juga yang duniawi), yang mempersatukan umat yang tercerai-berai dan memberikan kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyatnya, tanpa kecuali; Dia penegak keagamaan dan ibadah yang sebenar-benarnya, yang sejati, yang menurut kehendak TUHAN Allah. 3) Kaum Kristen, yakni kaum pengikut Kristus (sebutan Yunani untuk Mesias). Kristus (Yang Diurapi) adalah Juruselamat seluruh dunia. Pengikut Yesus dari Nazaret lebih sering menyebut dirinya Kristen, yakni pengikut Kristus, Yang Diurapi. Menjadi kaum Masehi, Nazrani atau Kristen berarti menjadi kaum yang merayakan keselamatan yang dianugerahkan TUHAN Allah dalam Yesus Kristus sepanjang hidupnya.

Pembahasan Epistel Efesus 1:3-14
1.      Dalam merayakan keselamatan yang diberikan TUHAN dalam Kristus, di kebaktian minggu ini umat disuguhi dua perikop sebagai epistel (untuk dibacakan sebagai kabar baik) dan sebagai evangelium (untuk dikhotbahkan sebagai kabar baik). Epistel dari Efesus 1:3-14. Bagian dari surat Paulus ke jemaat Kristen di kota Efesus, yang terletak di tepi pantai barat Asia Kecil (Negara Turki yang sekarang). Dalam perjalanan misinya yang kedua, Paulus berhasil membentuk jemaat Kristen di kota ini, dan berkembang. Kemudian jemaat ini dikunjungi Paulus dalam perjalanan misinya yang ketiga. Bagi Paulus jemaat ini merupakan jemaat yang menyenangkan, karena pertumbuhan iman dan keanggotaannya. Menurut Why.2:1-7 kehidupan saling mengasihi di kalangan anggota jemaat ini sepat sedikit pudar, tetapi kembali lagi hidup. Jemaat ini sangat aktif menjadi ajaran huria yang benar, dan mampu menolak para pengajar sesat, termasuk menolak pengikut Nikolaus, yang dibenci TUHAN. Begitu sukacitanya Paulus atas jemaat Efesus, sehinmgga dia ingin memuji, meneguhkan iman dan status mereka dalam kerajaan TUHAN dan Kristus, serta ingin mengajarkan hal-hal yang sangat penting bagi hidup para pengikut Yesus di Efesus. Dalam surat ke Jemaat Efesus Paulus menguraikan: 1) Kepastian Kristen Efesus pewaris berkat rohani, status sebagai anak-anak Kristus Tuhan, penerima penebusan dan pengampunan, penerima firman kebenaran yakni Injil Keselamatan, sehingga menjadi milik Allah (Ef. 1:3-14). 2) Ketekunan Paulus berdoa agar jemaat Efesus (selaku bagian dari tubuh Kristus) oleh kuasa Roh Kudus semakin memahami apa yang dikerjakan TUHAN dalam Kristus (1:15-23). 3) Jemaat ini yang dahulu ‘mati’ sekarang dihidupkan dan sudah diselamatkan oleh kasih-karunia TUHAN saja (2:1-10). 4) Anggota jemaat Efesus telah disatukan oleh Kristus dengan umat TUHAN yang lainnya dalam keluarga Kerajaan TUHAN Allah dalam Kristus, karena sudah dibuat menjadi manusia baru, dan dibangun dalam dasar para rasul dan nabi dengan Kristus sebagai batu penjuru (2:11-22).  5) Paulus (yang merasa diri sebagai yang paling hina dari segala yang orang kudus) dipercayakan untuk membawa anggota jemaat Efesus menjadi ahli-ahli waris dan anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus, memberitakan kepada orang bukan Yahudi kekayaan Kristus dan ditugasi menyatakan penyelenggaraan rahasia yang berabad-abad tersembunyi (3:1-13). 6) Paulus mendoakan jemaat Efesus Yesus Kristus menguatkan dan meneguhkan mereka dan mereka dipenuhi dengan segala kepenuhan Allah (3:14-21). 7) Anggota jemaat Efesus harus belajar memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera, dan tidak bisa diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran (4:1-16). 8) semua jemaat Efesus harus memahami dan mengenakan (memperlakukan dirinya sebagai) manusia baru; artinya: tidak melakukan perbuatan-perbuatan tidak baik, melainkan melakukan segala yang baik (4:17-32). 9). Mereka harus hidup sebagai anak-anak terang (5:1-21). 10) Suami-isteri harus saling mengasihi seperti mengasihi dirinya sendiri sebab mereka satu tubuh (5:22-33). 11) Anggota jemaat Efesus diajar agar taat dan kasih kepada orang tua; orangtua taat pada tugas terhadap anak-anak mereka dan emngasihi mereka; para hamba bekerja sebagai hamba Kristus di hadapan tuan mereka; tuan-tua mengasihi hamba-hambanya seperti Kristus mengasihi mereka (6:1-9). 12) Mengenakan perlengkapan rohani (6:10-20). dan 13) Saling memberi salam.
2.      Ketegasan tentang diri pengikut Kristus sebagai orang yang telah selamat (1:3-14) dan segala tanggungjawabnya perlu diberitakan melalui epistel dalam minggu ini. “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus”, demikian Paulus. Memuji Allah Bapa berarti merayakan keselamatan yang dikaruniakan-Nya melalui dan dalam Yesus Kristus. Paulus memberitahu di sini berbagai alasan umat Kristen memuji Allah atau merayakan keselamatan, a.l.:
a)      karena dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.
b)      karena dalam Kristus Allah telah memilijh kita sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya;
c)      karena dalam Kristus Allah telah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
d)      karena dalam Kristus kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa;
e)      karena dalam Kristus Allah telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita;
f)       karena dalam Kristus kita akan dipersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi;
g)      karena di dalam Kristus dimeteraikan dengan Roh Kudus yang menjamin, bahwa kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah.
3.      Tujuh alasan yang dirilis dari perikop Ef.1:3-14 memiliki arti yang sangat dalam dan sangat luas. Setiap alasan itu dapat diuraikan panjang lebar oleh pengkhotbah. Berkat karunia rohani di dalam sorga adalah segala sesuatu yang dimiliki TUHAN Allah di sorga. Termasuk di dalamnya, seperti dikatakan TUHAN Yesus Kristus dalam Luk.19:17: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” Atau sukacita sorgawi seperti digambarkan dalam Luk.15:22-24. Atau dalam Mat.25:34: Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Mereka menerima kerajaan, dan juga ikut memerintah bersama Yesus.  Paulus mengatakan bahwa TUHAN telah memilih anggota jemaat Efesus  sebelum dunia dijadikan supaya kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya; dan TUHAN sudah menentukan mereka dari semula menjadi anak-anak-Nya. Apakah ini semacam predestinasi? Penentuan ini dapat dimengerti apabila diketahui bahwa TUHAN yang kudus dan tak bercacat itu, di waktu sebelum dunia dijadikan atau dari semula telah menentukan bahwa siapapun dan kapanpun seseorang percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi pengikut Yesus Kristus, yang berarti juga percaya kepada TUHAN Allah pencipta langit dan bumi dan menjadi pengikut-Nya, dia dinyatakan kudus dan tak bercacat serta menjadi anak-anak TUHAN Allah. Jadi bukan orangnya yang dipredestinasi, tetapi status dan keadaan dari orang yang dipredestinasi.

Orang, yang percaya bahwa manusia lahir tanpa dosa (fitrahnya kayak kertas putih), dan tidak mengenal dosa warisan, dan manusia, yang yakin bahwa prestasinya dan perbuatan baiknya dapat menghapus dosanya, tidak akan pernah mencari pengampunan dosa dari TUHAN dan tidak pernah merasa membutuhkan penebusan. Tetapi orang seperti itulah orang percaya yang paling sombong di hadapan TUHAN, yang pada dasarnya hanya membutuhkan TUHAN demi kepentingannya semata-mata. Tetapi benarkah fitrah manusia seperti kertas putih, tanpa noda? Kemanusiaan dari manusia itu sendiri yang menyangkalnya.  Sebab gen seorang ayah diturunkan kepada keturunannya, dan gen itu bukan seperti kertas putih. Dengan diwariskannya gen ayah kepada anaknya, terwariskan juga kemanusiaan ayah kepada anaknya. Jadi benarlah apa yang dikatakan Paulus, bahwa sejak Adam jatuh ke dalam dosa, karakter dosa juga terwariskan kepada keturunan-keturunannya. “Semua ada di bawah kuasa dosa”, tulis Paulus (Rm. 3:10). Keberdosaan dan karakter dosa manusia bisa diubah hanya dengan kuasa Allah dan dengan methode yang ditentukan oleh TUHAN Allah sendiri. Perjanjian Baru memberitakan jalan pengampunan dosa dan jalan penebusan umat manusia, yakni dengan kedatangan, karya dan firman TUHAN Yesus Kristus. Ketersaliban-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya, dan semua ajaran dan Firman-Nya dibuat oleh TUHAN Allah sebagai jalan pengampunan dosa dan penebusan umat manusia.

Memang itulah rahasia kehendak TUHAN Allah, yang sampai sekarang belum dipahami miliaran umat manusia, terutama oleh penyangkal ketersaliban, kematian dan kebangkitan Yesus, oleh semua orang yang tidak percaya kepada Injil, bahkan yang menuduh kitab Injil dipalsukan. Pada hal pemberitaan tentang Yesus dalam kitab Suci mereka yang dipalsukan. Rahasia kehendak TUHAN Allah, yaitu jalan keselamatan dalam Kristus, telah dinyatakan kepada pengikut Yesus yang percaya lalu memberitakan serta membela kebenarannya.  

Penebusan dan keselamatan umat manusia, yang  dikerjakan TUHAN Allah dalam dan melalui Yesus Kristus, bertujuan agar tidak seorangpun dari manusia itu yang tidak selamat; tidak satupun dari dosa manusia itu tidak diampuni. Semua harus selamat, dan semua dosa harus diampuni. Alkitab mengatakan bahwa hanya dosa kepada Roh Kudus yang tidak lagi diampuni. Itu dosa yang menolak pengampunan yang disodorkan TUHAN. Dengan keselamatan/penebusan dan pengampunan dosa itu, semua manusia, tidak pandang bulu dan latar belakang kesukuan, bahasa dan warna kulit, direncanakan agar bersatu dan menyatu. Bahkan Tuhan Yesus sendiri mendoakan kesatuan dan persatuan maupun penyatuan umat Kristen (para pengikut-Nya).  Tetapi sangat disayangkan, bahwa umat Kristen tidak melihat buah doa Tuhan Yesus dan buah karya keselamatan dan penebusan yang dikerjakan Yesus itu dalam kesatuan, persatuan dan penyatuan organisatoris, melainkan dalam hal menggunakan Alkitab sebagai dasar iman, dan dalam pengakuan bahwa TUHAN Allah yang menyelamatkan itu pernah menyatakan diri sebagai Bapa, sebagai Anak, dan sebagai Roh Kudus. Yahowa TUHAN itu Allah kita, Yahowa itu adalah Esa (Ul.6:4). Yahowa itu Bapa dari Yesus Kristus. Yesus Kristus Anak Allah Yang Mahatinggi (yaitu Yahowa), Tuhan dan Juruselamat dunia. Kata Yesus: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh.14:9). Roh Kudus adalah Roh TUHAN Allah Bapa, yang ada dalam Yesus Kristus, dan bekerja untuk seluruh umat sampai akhir zaman.  Menolak sapaan Roh Kudus berarti menolah TUHAN Yahowa maupun Yesus Kristus Isa al-Masih). Kesatuan, persatuan dan penyatuan umat pengikut Yesus adalah seperti “Bapa satu dengan Anak-Nya dan Roh-Nya. (Catatan: Kaum Islam (mengikuti catatan dalam al-Qur’an) selalu menyalahkan umat Kristen yang memanggil Yesus Kristus (Isa al Masih) sebagai Tuhan (kyrios), karena katanya dalam berita empat Injil, Yesus tidak pernah mengatakan diri-Nya “Tuhan”, bahkan melarang orang menyebutnya demikian (dan itu katanya sesuai dengan catatan di al-Qur’an). Tetapi karena para murid Yesus dan umat Kristen percaya bahwa ucapan Yesus yang mengatakan bahwa melihat Dia adalah melihat Bapa, sungguh tepatlah panggilan “Tuhan” (Yunani: kyrios/ Ibrani: adonay) yang diberikan para murid dan umat Kristen kepada  Yesus. Para murid Yesus dan umat Kristen tidak pernah memanggil Yesus dengan nama Yahowa (יהוה) atau ’Elohim (אלוהים). Dengan panggilan ‘kyrios/adonay’ yang juga dipanggilkan kepada Yahowa ’Elohim (maupun kepada orang yang dipandang sangat tinggi derajatnya), umat Kristen dengan sendirinya menyaksikan keesaan dan ketritunggalan Yahowa yang Esa itu, keesaan Bapa dan Anak maupun kekaryaan Yesus sebagai Anak yang merupakan penampakan dari Bapa-Nya.  Para murid Yesus dan umat Kristen sangat memahami hal itu, dan kalau ada orang tidak mau memahami seperti itu, janganlah umat Kristen disalahkan. Umat Kristen percaya kepada berita yang harus dipercaya karena itulah berita yang benar. Yesus tidak pernah melarang siapapun memanggil Dia kyrios/adonay. Benar bahwa Yesus Kristus (Isa al Masih) tidak pernah mengklaim dirinya agar dipanggil Tuhan (kyrios/adonay), dan itu terjadi karena situasi dan sikap orang Yahudi terhadapnya. Sedangkan hanya gelar “Mesias” dan gelar “Anak Allah”  saja diakui Yesus sebagai gelarnya kepada Imam Besar yang mendakwa-Nya, Dia sudah dituduh menghujat Allah, dan tuntutan agar Yesus disalibkan  semakin keras. Biarlah orang mengaku Yesus Kristus sebagai kyrios/adonay setelah memahami karya, perbuatan, ketersaliban, kematian, kebangkitan dan kenikan Yesus ke sorga. Hanya yang mau memahaminya mau percaya, dan hanya yang mau percaya semakin memahami dan menemukan makna dan kehidupan yang disuguhkan-Nya. Bersama dengan malaikat sorgawi, karena kita disatukan dengan mereka (Ef. 1:10), dan bersma seluruh orang percaya yang sudah di sorga maupun yang masih di bumi, semua pengikut Yesus memberitakan/menyaksikan: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan (kyrios/adonay), di kota Daud” (Luk.2:11).

Setiap manusia ingin mendapat jaminan bahwa dirinya selamat, dan dosanya diampuni, serta mengetahu dengan pasti, milik siapakah dirinya. Semua ritus keagamaan (yang bagaimana pun itu serta rukun-rukun atau aturan-aturan agama yang diwajibkan) dilakukan adalah untuk menemukan jaminan itu. Mungkinkah, dan sanggupkah, serta kebenarankah, kalau seseorang setelah melaksanakan ritus keagamaan mengatakan bahwa dosanya telah terampuni, dia seorang saleh di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia, apabila dalam ritus itu tidak TUHAN yang mengatakan dosanya diampuni? Pernah gereja mengajarkan: Berikanlah uang persembahan dan belilah surat pengampunan dosa, maka dosamu dan dosa keluargamu yang berada di neraka akan diampuni dan jiwanya akan segera melompat ke sorga. Semuanya itu ternyata omong kosong belaka. Agama Perjanjian Lama (yang dianut  Yahudi) mengajarkan agar setiap orang percaya mempersembahkan kurban penghapus dosa, apabila dia ingin dosanya diampuni. Ternyata ritus seperti itu hanya melelahkan pengikut agama itu saja. Karena tanpa itu pun, TUHAN bisa mengampuni dosa kalau DIA mau. Kaum Yahudi sangat tersinggung karena Yesus mengatakan kepada orang berdosa: Dosamu telah diampuni!, pada hal orang tersebut tidak melakukan ritus pengampunan dosa.  Demikian juga sekarang ini, miliaran orang yang tersinggung, kalau seorang Kristen mengatakan kepada orang yang sangat saleh menurut agamanya dan melakukan segala ritus agamanya: “Ah, capek kali kau mencari-cari pengampunan dosa, mengembalikan citra/fitrahmu dengan melakukan ini dan itu, cukup saja kau datang kepada Yesus, percaya kepada firman-Nya, yang mengatakan: “Engkau telah kutebus. Dosamu telah diampuni! Kau sudah kembali kepada fitrahmu, sebagai manusia sejati!”

Dalam Yesus Kristus  dimeteraikan jaminan pengampunan dosa dan penebusan setiap orang percaya. Setiap orang yang mempercayainya tidak perlu lagi capek dan capek oleh karena agamanya. Cukup saja kalau dia mengasihi TUHAN Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatannya; dan mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Demikianlah orang yang sudah menjadi “huria” (Milik Tuhan). Dia bisa hidup sempurna di hadapan Tuhan di bumi, walaupun dia tidak memiliki seluruh kekayaan bumi. Dia dapat memiliki seluruh isi dan kekayaan bumi dan mempersembahkannya kepada TUHAN, walau modalnya hanya iman. Oleh karena itu, rayakanlah keselamatan yang sudah dianugerahkan TUHAN Allah dalam Yesus Kristus kepada umat manusia, dan setiap orang mendapatnya karena mengimaninya.

Pembahasan Evangelium Yeremia 31:7-14

1.      Pertama-tama mengenai teks perikop ini. Dari teks BHS dengan segala apparatus (catatan kakinya) dapat dikatakan, bahwa teks ini utuh dan terpelihara dengan baik turun temurun dalam salinan-salinan kitab Yeremia. dari catatan kaki itu banyak terlihat bahwa terjemahan perikop ini dalam bahasa Yunani (Septuaginta) ditemukan beberapa koreksi, yang tidak mengubah isi pemberitaan dari teks aslinya.  Dalam Teks Masora (BHS) di ayat 7 ada kata ‘ammka (umat-mu, mu dalam arti engkau), diterjemahkan dengan ‘umat-Nya’. Kalau –Nya di sini, berarti umat Israel yang dimaksud, tetapi kalau –mu yang dimaksud berarti umat/bangsa dari setiap raja yang mendengar pemberitaan itu. Tetapi karena ‘sisa Israel’, sebagaimana dikatakan di ujung kalimat itu sebagai keterangan tambahan untuk ‘ammka, maka yang dimaksud  jelas adalah umat TUHAN Yahowa, sehingga kata itu harus diterjemahkan dengan umat-Nya, dan BHS mengoreksi kata itu menjadi ‘immo, mengikuti terjemahan di Septuaginta dan Targum.
2.      Perikop Yeremia 31:7-14 dapat dibagi dalam dua bagian karena isinya, yakni ayat 7-9 berbicara tentang Kepulangan Umat TUHAN, umat Israel (Utara), warga Kerajaan Efraim. Dan ayat 10-14 memberitakan Pesan TUHAN Allah kepada bangsa-bangsa, tentang pengumpulan kembali umat TUHAN dan pemakmuran mereka lebih dari yang dulu-dulu. Ditinjau dari bahasanya dan isinya, perikop ini berasal dari Yeremia, yang mungkin dia diktekan untuk disalin oleh Barukh, muridnya.
3.      Yeremia bekerja/bernubuat di zaman pemerintahan Yosia bin Amon 641-609 seb.M), (Elyakim) Yoyakim bin Yosia (609-598 seb.M), Zedekia bin Yosia (597-587 seb.M), raja-raja Yehuda. itu kira-kira seratus tahun sesudah bangsa Israel Utara dibuang oleh tentara Assur (tahun 722 seb.M).  Tahun 628 seb.M mulai datang Firman TUHAN kepada Yeremia. Enam tahun berikutnya (622 seb.M) terjadilah reformasi yang dilakukan Yosia. Tahun 609 seb.M raja Yosia dikalahkan raja (firaun) Nekho dari Mesir. Yosia digantikan Joahas tetapi setelah tigabulan dia memerintah, dia tangkap Firaun Nekho memenjarakannya di Ribla lalu ditawan ke Mesir dan mati di Mesir. Lalu penggantinya diangkat Elyakim bin Yosia yang kemudian bernama Yoyakim. Mula-mula dia tunduk ke Mesir, kemudian tunduk ke Babel (3 Tahun) lalu memberontak, sehingga tentara Babel datang menghancurkan Yerusalem tahun 598/597 seb.M. Yoyakim digantikan anaknya bernama Yoyakin (selagi berumur 18  tahun). Tetapi setelah tigabulan memerintah dia ditangkap, dan ditawan ke Babel bersama  seluruh keluarga kerajaan, pegawai-pegawai istana, dan orang-orang berkuasa di Yehuda, semua orang gagah perkasa, para tukang dan pandai besi dan semua pahlawan/tentara Yehuda dibawa ke Babel. Semua harta benda di Bait Yahowa dirampas tentara Nebukadnezar. Itulah pembuangan umat Yehuda ke Babel gelombang yang pertama. Paman Yoyakhin yang bernama Matanya diangkat menjadi raja, dan dia mengganti namanya menjadi Yoyakin. 11 Tahun Yoyakin memerintah. Pemerintahannya aman selagi masih tunduk ke Babel. Tetapi tahun 587 Yoyakin memberontak, sehingga tentara Babel kembali datang untuk menghancurkan Yerusalem. Bait Yahowa, istana, semua gedung pemerintahan, dan tembok kota Yerusalem dihancurkan. Semua penduduk ditawan dan dibuang ke Babel. Yang tersisa hanya beberapa puluh orang miskin, dan nabi Yeremia. Semuanya itu dsaksikan oleh mata kepala nabi Yeremia sendiri. Menurut tradisi Yeremia ditawan para pelarian Yehuda yang pro Mesir dan dibawa ke Mesir. Lalu Yeremia meninggal di Mesir, berpuluh tahun sesudah pembuangan umat Yehuda ke Babel gelombang ke dua (587 seb.M). Jadi kapanlah yang tertulis dalam Yer.31:7-14  dinubuatkan oleh Yeremia?
Pendengar nubuat Yeremia di Yer 31 tentu saja umat yang ada di Yehuda/di Yerusalem. Tetapi yang dinubuatkannya di sana adalah tentang umat Israel Utara yang sudah seratus tahun sebelum penubuatan ini terbuang. Itu terlihat dari ucapan-ucapan yang digunakan dalam Yer 31 ini:  “segala kaum keluarga Israel” (31:1), “anak dara Israel” (31:4; 31:21), “kebun anggur kembali di gunung-gunung Samaria” (31:5); “para penjaga dakan berseru di gunung Efraim” (31:6); “bersorak-sorailah bagi Yakub” (31:7); “sisa-sisa Israel” (31:7); “tanah utara” (yang menunjuk kepada Hala, di Mesopotamia, tempat pembuangan penduduk Israel Utara) (31:8); “Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku” (31:9); “Yakub” (31:11); “Rahel” (31:15); “Efraim meratap”  (31:18);  “anak kesayangankah ... Efraim bagi-Ku...?” (31:20); “Allah orang Israel” (31:23); pujian kepada “Yehuda” dari kaum Israel yang pulang (31:23.24); kaum Israel dan kaum Yehuda jadi bersama-sama di Zion (bd. 31:27.31), “kaum Israel” (31:33); “keturunan Israel” (31:36.37).  Karena nubuat ini berhubungan dengan harapan pemulangan sisa-sisa Israel yang dulu dibuang dari Israel utara, agar semua bisa bersama di Yehuda, itu menunjukkan bahwa Yehuda masih utuh dan kuat sewaktu Yeremia menyampaikan nubuat ini. Harapan seperti itu bisa muncul di zaman Yosia, setelah dia mengadakan reformasi. Memang di Yer 31:3840 ada nubuat tentang pembangunan kota kembali bagi TUHAN: mulai dari Menara Hananeel sampai Pintu Gerbang Sudut; sampai ke bukit Gareb, membelok ke Goa, tepi sungai Kidron sampai ke sudut Pintu Gerbang Kuda ke arah Timur. Inilah rencana pembangunan kembali di zaman Yosia bin Amon sebagai raja. Dari itu dapat dikatakan bahwa nubuat ini disampaikan sekitar  tahun 620 seb.M., sewaktu Yosia bin Amon sedang gencarnya membangun kembali Yerusalem dan keagamaan mereka pada waktu itu. Mereka ingin keturunan 10 marga yang terbuang dari Kerajaan Israel Utara datang kembali bergabung di Kerajaan Yehuda untuk memperkuat negara mereka dan pembangunan bangsa mereka.  Ini memang beralasan, karena Yosia bin Amon telah menyatukan daerah Yehuda dan daerah Samaria (Efraim) di bawah pemerintahannya waktu itu. Yosia menguasai daerah mulai dari Beersheba di Selatan, hingga ke Dan di Utara.  Orang Israel dan Yehuda yang di dalam negeri dan di luar negeri perlu bersatu memajukan negeri mereka dan keagamaan mereka. Tidak perlu lagi orang Israel yang dari Utara mengingat-ingat skhisma (perpecahan) dan perbedaan iman yang diperbuat Yerobean dahulu kala. TUHAN Yahowa, Allah  Yakub, Allah kakek moyang seluruh umat Israel, mengasihi mereka semuanya sekarang tanpa kecuali.
Yeremia 31 memberitahu rencana TUHAN memperbaharui perjanjian-Nya dengan umat Yehuda dan umat Isarel sebagai umat yang sekarang sudah-sama-sama dikasihi oleh TUHAN. Perjanjian itu bukan seperti perjanjian terdahulu yang diikat TUHAN dengan kakek moyang Iarael/Yehuda, melainkan sama sekali baru (bd. Yer.31:31.32). Perjanjian itu diadakan dengan menaruh Taurat TUHAN dalam batin orang Israel/Yehuda dan menuliskannya dalam hati mereka; maka TUHAN Yahowa menjadi Allah mreka dan mereka menjadi umat Yahowa (bd. Yer.31:33).  Dampak dari apabila TUHAN Yahowa menjadi Allah kaum keluarga Israel dan mereka menjadi umat TUHAN (bd.Yer.31:1), itulah yang diterangkan dalam Yer.31:1-7 dan Yer.31:7-14 dan Yer. 31: 15-37. dan Yer.31:38-40. Sebagian dari dampak it menjadi nats khotbah di minggu ini.
Memahami Teks
a.       Yeremia menggunakan formel (formulasi/rumusan) penyampaian firman TUHAN: “beginilah Firman TUHAN” (koh ’amar YHWH) (Yer.31:1.7.15.16.35); dan “dengarlah Firman TUHAN” (sime‘u debar-YHWH). Formel ini digunakan sebagai pertanda bahwa apa yang disampaikan seorang nabi adalah firman yang dia terima dari TUHAN yang memanggil dia menjadi nabi-Nya. TUHAN mempermalukan nabi yang menggunakan formel ini walaupun dia tidak disuruh oleh TUHAN  untuk menyampaikan firman-Nya, atau yang sering disebut nabi-palsu. Seperti dikatakan dalam Yehezkiel  22:28: “Dan nabi-nabinya mengoles mereka dengan kapur dengan melihat penglihatan yang menipu dan memberi tenungan bohong bagi mereka; nabi-nabi itu berkata: Beginilah firman Tuhan ALLAH! -- tetapi TUHAN tidak berfirman.”  Membedakan mana nabi benar dan nabi palsu di antara nabi yang menggunakan formel ini, hanyalah tindakan TUHAN saja terhadap nabi itu. TUHAN berfirman: “Jikalau nabi itu membiarkan dirinya tergoda dengan mengatakan suatu ucapan -- Aku, TUHAN yang menggoda nabi itu -- maka Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan dia dan memunahkannya dari tengah-tengah umat-Ku Israel” (Yehezkiel 14:9). Nubuat nabi benar pada umumnya dipenuhi atau terjadi. Yeremia  salah seorang nabi TUHAN yang diusahakan orang Yehuda agar mati dan punah, tetapi TUHAN melindungi dirinya. Nubuatannya mengandung kebenaran, karena yang dikatakannya terpenuhi, dan analisanya benar. Yesus Kristus diusahakan oleh umat Israel juga agar punah dan musnah, dengan menyalibkan Dia. Tetapi TUHAN Allah Bapa melindunginya, dan walaupun Dia sampai mati di kayu salib dan dikuburkan, Dia dibangkitkan dari kematian, dan naik ke sorga untuk duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Nubuat dan ajaran TUHAN Yesus juga terpenuhi dan terjadi (seperti: keruntuhan Yerusalem yang ditangisi Yesus). Selagi manusia ada sampai kapanpun, ajaran-Nya pasti akan menggelitik manusia, agar manusia berusaha menjadi manusia sejati, dan apabila manusia ingin bahagia dan sejahtera, mereka harus melakukan ajaran TUHAN Yesus, dengan mengakuinya terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
b.      Ayat 7: Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel!
Yeremia mengajak semua pihak agar bersorak-sorai dengan sukacita dan bersukaria.  Berteriak atau  bersorak (Ibrani: ranan) tidak asal berteriak atau bersorak, tetapi harus mengandung sukacita, bahkan meningkat menjadi bernyanyi dengan gembira. Tentu saja ada alasan untuk bersukacita. Bersorak bagi Yakub karena Kerajaan dari semua keturunan Yakub pada masa Yosia telah disatukan di bawah pemerintahan Yosia. Daerah Kerajaan Israel Utara bersama dengan daerah Yehuda berada di bawah panji Yahowa, yang memerintah dari Yerusalem. Bersukacita karena keselamatan dan pemulihan kembali telah terjadi bagi semua keturunan Yakub  yakni keturunan suku-suku Israel yang berada di Kerajaan Yehuda dan keturunan suku-suku Israel yang berasal dari Kerajaan Efraim (sebutan lain untuk Kerajaan Israel Utara) yang berserakan di Mesopotamia yang masih termasuk kerajaan Assur (tetapi di zaman Yosia tidak lagi menjadi anacaman bagi Israel karena sedang lemah karena pergolakan politik di dalamnya, dan keadaan itu dipercayai sebagai pertolongan dari TUHAN). Demikian juga tsahal (צהל) (LAI: bersukarialah), yang arti dasarnya “meringkik”, “berteriak”, di sini dipakai sebagai kata sinonim untuk ranan (רנן). Teriakannya seperti ringkikan kuda yang kedatangan tuannya, karena kuda itu yakin dan merasa bahwa dengan datangnya tuannya dia akan mengalami kebahagiaan. Sukarianya harus bersinar, wajah berseri. Siapa yang bersukaria? Teks Masora mengatakan ro’s hagoyim (LAI: pemimpin bangsa-bangsa). BHS mengusulkan, bahwa yang bersukaria itu adalah ro’s haryim (yakni puncak gunung-gunung). Maksudnya puncak gunung-gunung yang ada di semua daerah yang dikuasai Yosia (Israel Selatan/Yehuda dan Isarel Utara/Efraim). Puncak gunung-gunung itu bersukaria karena panji-panji yang berkibar di puncak-puncaknya sudah panji-panji Yahowa. Pemimpin bangsa-bangsa diajak bersukaria, karena mereka sudah memungkinkan sisa-sisa Israel kembali ke tanah leluhur mereka dari tempat pembuangan mereka. Tiada suasana yang paling bahagia bagi seorang pemimpin bangsa dari suasana kebahagiaan karena pemimpin bangsa itu turut berpartisipasi dan berbuat untuk kesejahteraan dan pemulihan negara dan kerohanian umat TUHAN. Hal itu masih berlaku sampai sekarang. Bersama umat Israel (Yehuda/Efraim) para pemimpin bangsa-bangsa turut mengabarkan, memberi pujian dan berkata-kata, bahwa “TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel!” karena demikian perbuatan raja Kores, sehingga dia menjadi teladan bagi seluruh raja-raja di bumi dulu, sekarang dan di zaman manapun, sebagai raja pembangun toleransi, kerukunan dan pemberi kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk negeri yang dikuasainya tanpa kecuali.
Yang dimaksud dengan “sisa-sisa Israel” pertama-tama adalah keturunan-keturunan 10 marga yang membentuk Kerajaan Israel Utara dibawah pimpinan Yerobeam (kemudian disebut Kerajaan Efraim atau Kerajaan Samaria), yang dibuang oleh Raja Assur (bernama Salmanasser) tahun 722 seb.M danditempatkan di Halah dan kota-kota orang Madai (2 Raj.17:1-6). Seratus tahun hingga zaman Yosia/Yeremia, masih ada sisa-sisa keturunan mereka. Mereka dinamai di sini sebagai “sisa-sisa Israel”. Mereka tidak perlu lagi mengingat perselisihan Yerobeam dan Rehabeam yang pernah terjadi, dan perpecahan keagamaan karena anjuran raja Yerobeam. “Sekarang” di zaman Yosia, semua keturunan 13 suku/marga umat Israel menjadi sama dan sebagai satu bangsa yang besar di hadapan TUHAN. TUHAN menyelamatkan  (hosya‘ atau hosiy‘a YHWH) bangsamu (yang adalah umat-Nya). Menyelamatkan (ישע) berarti “menolong, melepaskan” dari ancaman/bahaya yang menghancurkan/ mematikan. TUHAN menyelamatkan sisa-sisa Israel, karena TUHAN telah membuat mereka dari bangsa yang tak bertanah-air menjadi bertanah-air; dari ber-keagamaan yang sesat dikembalikan menjadi ber- keagamaan yang benar; dari bangsa yang sudah dibuang dari hadapan TUHAN dibuat kembali menjadi bangsa yang dikasihi TUHAN; dari bangsa pelbegu dibuat menjadi umat pemuja Yahowa; dari bangsa yang tidak bersatu menjadi bangsa yang bersatu. Semua ini adalah isi keselamatan yang dilakukan TUHAN bagi umat-Nya. Oleh karenanya umat-Nya pantas merayakan keselamatan mereka itu.
c.       Ayat 8: Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!
Di sini Yeremia mempertegas, dari mana sisa-sisa Israel itu akan dibawa pulang ke negeri mereka, yakni dari tanah utara dan dari ujung bumi. Tak lain tak bukan, yang dimaksud adalah dari tempat-tempat mereka “sekarang” berserak-serak di Mesopotamia, setelah kakek-moyang mereka dibuang oleh Salmanasser (raja Assur) ke Halah dan ke kota-kota orang Madai seratus tahun sebelum pemerintahan Yosia. Perserakan itu berada di sebelah utara negeri Israel/Yehuda. Yeremia tidak tahu sudah sampai di mana sisa-sisa Israel itu berserak. Dia cukup saja mengatakan “dari ujung bumi”. Itulah tempat terjauh di mana ada manusia, dan mungkin di antara manusia yang ada di sana itu sudah ada keturunan bangsa Israel. Mereka dipanggil untuk dibawa pulang, atau berpartisipasi untuk tanah air mereka. Tidak ubahnya seperti situasi sekarang yang dilakukan negara Israel modern.
Dalam tindakan menyelamatkan itu, TUHAN tidak membedakan manusia. Yang diselamatkan bukan hanya orang-orang sehat, kuat, dan tanpa cacat, tetapi juga orang buta, lumpuh, perempuan yang sedang hamil, perempuan yang sedang mengasuh bayi-bayi. Orang-orang disabilitas justru sangat penting dan sangat diperhatikan oleh TUHAN. Memang tanda suatu negara yang makmur dan jaya adalah negara yang dapat mengurus dan mensejahterakan orang-orang disabilitas (yang cacat dan tidak mampu mencari nafkah sendiri). Indonesia beruntung karena dalam Undang-undang Dasarnya dikatakan: Orang-orang miskin, yatim, piatu, penyandang cacat semuanya dipelihara oleh negara. Tetapi pensejahteraan mereka bukan hanya tanggung-jawab negara melainkan juga tanggungjawab masyarakat dan kelompok-kelompok agama. Pemerintah harus mampu membuat peraturan yang membuat para orang kaya bersosial (tanpa merasa diberati) kepada orang-orang miskin dan penyandang cacat. Misalnya dengan penyisihan pajak mereka untuk kesejahteraan kaum miskin dan penyandang cacat. Kalau mereka dalam kumpulan besar datang ke negeri Israel, itu berarti diharapkan tidak seorang pun yang tertinggal. Mereka semua mendapat tempat dan kesejahteraan yang sama di negeri mereka sendiri (di-binapasogit mereka). Indonesia harus belajar dan berjuang keras agar tidak ada warganya yang dinomorduakan di negeri mereka sendiri, karena perbedaan agama, politik, budaya, bahasa, warna kulit, postur tubuh, ketidak-sempuranan tubuh, dan alasan lain.
d.      Ayat 9: Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.
Di tahun 722 seb.M. kakek moyang  orang Israel itu ditawan, disiksa dan dibuang ke Mesopotamia (Halah, kota-kota orang Madai) dengan penuh penderitaan dan tangis. Itu tangis karena penderitaan. Bisa saja para sisa Israel ini akan menangis juga sewaktu pulang kampung ke bona pasogit, karena terharu, karena tidak tahu ke mana, karena merasa tidak ada lagi tanah tempat mendirikan rumahnya, dan banyak hal lain lagi yang harus mereka pikirkan. Tetapi air mata mereka menjadi air mata keterharuan, dan kegembiraan. Karena TUHAN, melalui pemerintahan mereka yang dipimpin Yosia, memimpin mereka ke “sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung”.  Di negeri yang jarang sungai seperti Israel, apabila kumpulan orang dipimpin ke sungai-sungai, itu berarti mereka dipimpin ke kehidupan yang baik, adil sejahtera. Di Mzm 23 pun pemazmur mendambakan bahwa TUHAN memimpin dia ke air yang tenang (yang pasti datang dari sungai atau membentuk sungai). Di berita penciptaan  diberitahu bahwa TUHAN menyediakan satu sungai yang bercabang jadi emapt sungai di taman Eden (s.Pison, s.Gihon, s.Tigris, s.Efrat), sehingga manusia yang diciptakan itu dapat hidup sejahtera di sana (Baca Kej.2:10-14). Kalau di tanah Israel yang kebanyakan gurun itu menjadi banyak sungai yang mengalir sepanjang tahun, berarti di sana sepanjang tahun cukup curah hujan yang menyuburkan tanah, dan memungkinkan tanah menumbuhkan rumput untuk ternak kambing, domba, lembu, dan air sungai menjadi sumber air yang menopang kehidupan seluruhnya. Keadaan kemakmuran seperti itu menjadi dambaan bangsa Israel sampai zaman sekarang ini. Itu makanya mereka akan membangun proyek pembuatan sungai dari Laut Tengah ke Danau Galilea, yang permukaannya  212 meter di bawah permukaan laut. Dan air yang diterjunkan itu akan dibuat menjadi air tawar sebelum diisi ke Danau Galilea, dengan listrik yang dihasilkan pembangkit Listrik Tenaga Air yang dibuat di situ. Bila hal itu sudah jadi, sungai Jordan akan mengalir lagi, dan gurun pasir Negep hingga Sinai akan menjadi sawah irigasi penuh air. Sinar matahari yang berlimpah ruah karena jarang ada embun di langit, menjadi sumber energi yang tak habis-habisnya untuk memakmurkan seluruh penduduknya. Dari sejak dulu terbayang kemakmuran bagi uma Israel. Mungkin di zaman modern ini hal itu terealisasi sepenuhnya. Sangat disayangkan, masih ada perang di sana karena perebutan wilayah antara Israel dan Palestina. Mereka belum mau membuat tanah TUHAN itu menjadi tanah air bersama.
Jalan yang rata menjadi dambaan semua penduduk di negeri Israel. (Sekarang sudah ada jalan tol Itsak Rabin sepanjang 325 km). Dulupun jalan yang rata dipandang sebagai pertanda kemakmuran dan kesejahteraan. Jalan yang rata adalah jalan yang paling aman dan terbaik bagi para penghuni negeri. Di sana orang tidak akan tersandung, tidak akan ada kecelakaan. Lain dari situasi yang sekarang, semakin rata jalannya semakin banyak kecelakaan karena kecerobohan manusia. Adanya sungai-sungai dan jalan yang rata merupakan anugerah TUHAN, walaupun manusia atau pemerintah yang membangun. Itu dimungkinkan, karena TUHAN menjadi bapa Israel, dan umat-Nya Israel menjadi anak sulung TUHAN. Kalau TUHAN menjadi bapa, seperti diyakini semua umat Lutheran, berarti “dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya” (Ef.3:14); Dia lah yang memelihara, dan mencukupkan segala sesuatunya bagi anak-anak-Nya. Dan kalau Israel (Efraim) adalah  anak sulung TUHAN, bukan berarti TUHAN itu diperanakkan dan beranak lahiriah seperti ibu melahirkan anaknya. Tetapi maksudnya, TUHAN menyatakan bahwa Efraim sangat dikasihinya, TUHAN mengemban namanya, relasinya merupakan relasi yang tidak terputuskan, dan segala tindakan yang diterimanya adalah tindakan kasih, pengajaran dan penuntunan kepada yang lebih baik. Efraim sebagai anak sulung TUHAN punya tanggungjawab sebagai pewujudan terjadinya kehendak TUHAN di tengah-tengah umat manusia.
e.       Ayat  10: Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!
Sekarang Yeremia menujukan nubuat dan perintah TUHAN yang diterimanya kepada bangsa-bangsa (goyim גוים). Tujuannya adalah untuk mengingatkan bangsa-bangsa agar tidak mengganggu umat TUHAN yang telah dikumpulkan TUHAN ke tanah air mereka. Mereka diberi tugas untuk memberitahukan di tanah pesisir yang jauh, yakni ke negeri-negeri yang pantainya ada di Laut Tengah, seperti Mesir, Phunisia, Filistin, dan lain-lain. Perang di antara bangsa-bangsa tidak ada gunanya lagi. Memerangi Israel tidak sesuai dengan perintah TUHAN yang sekarang menghimpun umat-Nya tersebut. Dulu mereka berserak karena TUHAN sendiri yang mengizinkan mereka berserak-serak. Pembuangan warga Kerajaan Israel Utara ke Mesopotamia dipandang sebagai hukuman TUHAN terhadap umat dan raja mereka yang selalu melakukan dosa Yerobeam bin Nebat, yakni dosa membekalangi TUHAN Yahowa. Sekarang TUHAN mengumpulkan mereka kembali. Kasih TUHAN kembali kepada mereka, karena generasi yang ada sekarang itu tidak lagi harus menanggung dosa kakek moyang mereka (bd. Yer.31:29). TUHAN tidak hanya mengumpulkan mereka, tetapi Dia menjaga mereka seperti gembala menjaga kawanan dombanya. Siapa yang mengganggu umat yang dijaga oleh TUHAN, dia akan mendapat dari TUHAN hukuman yang lebih berat dari perbuatannya. Gembala akan menggunakan segala senjata yang dimilikinya untuk menjaga domba-dombanya agar tidak dimakan oleh serigala atau singa. Bahkan gembala mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan para dombanya. Demikian gambaran bagaimana TUHAN menjaga umat-Nya.
f.       Ayat 11: Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
Sebenarnya negeri Israel terhitung kepada negeri kecil dan lemah dibanding kepada Kerajaan Assur, Mesir dan kemudian Babel. Di zaman Yosia, Assur menjadi ancaman bagi Israel dari Utara, dan Mesir merupakan ancaman yang datang dari Selatan. Dua kerajaan ini merupakan adikuasa pada waktu itu. Sering Israel terjepit di tengah perkelahian ambisi dua kerajaan ini dalam memperluas daerahnya. Di zaman Yosia, kerajaan Assur sedang melemah, sedangkan Mesir kembali memperkuat dirinya untuk mengalahkan Assur. Akhirnya Mesir dan Assur kembali bentrokan. Tahun 612 kota Ninive jatuh ke tangan Mesir. Dalam masa pemerintahannya 31 tahun, Yosia menyempatkan membangun negeri Israel dan menyatukan Israel Selatan (Yehuda) dan Israel Utara (Efraim/Samaria) menjadi satu negara, dan membuat negeri itu makmur. Dalam bahasa Yeremia keadaan itu dikatakan sebagai keadaan bahwa TUHAN “telah membebaskan Yakub, dan  telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya”.  Keadaan sejahtera ini memang berakhir dengan bangkitnya Firaun Nekho II dari Mesir untuk mengalahkan Assur, tetapi dalam menuju Assur, Nekho II lebih dulu mengalahkan tentara Israel di Megido tahun 609 seb.M. Kekalahan ini juga dinilai karena TUHAN yang mengizinkannya, dan dengannya TUHAN ingin membalaskan dosa Raja Manasye kepada TUHAN (2 Raj.23:26-27). Yoahas anak Yosia hanya dapat memerintah selama tiga bulan, lalu ditawan oleh Firaun Nekho II dan dibawa ke Mesir dan mati di sana. Negeri Israel yang sempat makmur itu menjadi jajahan Mesir di masa pemerintahan Yoyakim ben Yosia. Lalu Kerajaan Babel tampil di Mesopotamia dan menghancurkan Assur. Sewaktu Babel hendak mengalahkan Mesir, Babel terlebih dahulu menghancurkan kerajaan Israel yang sempat dibangun raja Yosia.  Harus diakui bahwa pada masa pemerintahan Yosia, bangsa Israel-bersatu itu mengalami kemakmuran dan kesejahteraan serta hidup keagamaan yang benar-benar jauh dari dosa Yerobeam (dosa synkritisme). Kemakmuran dan kesejahteraan mereka dilukiskan Yeremia dalam nubuatnya.
g.       Ayat 12: Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana.
Menjadi satu bangsa dan satu negara, yang ibukotanya Yerusalem dan pusat peribadahannya hanya di Yerusalem (karena Reformasi Yosia telah menghapus semua pusat peribadahan yang dibangun Yerobean di Israel Utara), pastilah sisa-sisa Israel yang diselamatkan itu datang ke Sion (Yeruslaem) untuk beribadah dan memuja TUHAN sesuai ajaran agama Yahudi yang telah direformasi Yosia sesuai isi Kitab Ulangan. Mereka bersorak-sorak dengan muka berseri-seri. Yeremia memberi alasan mengapa demikian: 1) karena kebajikan TUHAN, yaitu kesediaan TUHAN kembali mengasihi keturunan pedosa-pedosa itu; TUHAN mempersatukan bangsa Israel; TUHAN menegakkan kepercayaan dan keagamaan serta peribadahan di hadapan-Nya. TUHAN bajik karena menyempatkan umat-Nya Israel (Yehuda & Efraim) makmur bersama-sama. 2) Karena gandum, anggur, minyak, artinya karena ‘gabe ni naniula ni” kaum Israel. Tanah Israel penuh pertanian gandum yang menghasilkan lebih dari cukup bagi bangsa Israel. Negeri Israel penuh kebun anggur yang hasilnya bisa diekspor karena melebihi kebutuhan dalam negeri. Tanah Israel penuh dengan perusahaan pembuatan minyak zaitun, yang hasilnya lebih dari cukup bagi mereka setiap tahun. 3) Karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi. Dengan kata lain, mereka bersorak dengan wajah berseri-seri (marmiak bohi nasida) karena “sinur ni pinahan ni” bangsa Israel. Bukan hanya untuk pengadaan persembahan di Bait Allah yang cukup, melainkan untuk kebutuhan daging seluruh warga negeri Israel lebih dari cukup. Begitulah keadaan bangsa kalau benar-benar menjalankan agama TUHAN. Janji itu berlaku hingga penganut agama Yahowa di dalam Yesus Kristus. 4) Alasan keempat ialah karena hidup bangsa Israel menjadi seperti taman yang diairi baik-baik dan mereka tidak akan kembali lagi merana. Bandingannya adalah seperti manusia hidup di taman Eden, taman yang diairi baik-baik. Manusia di sana tidak berkekurangan apapun. Untuk mempertahankan kebaikan hidup itu hanyalah mematuhi perintah TUHAN Allah. Kalau perintah itu tetap dipatuhi, mereka tidak akan kembali merana lagi. Tetapi seperti Adam dan Hawa di taman Eden, sekali mereka melanggar perintah TUHAN Allah, meraka diusir dari Taman yang sangat indah dan membahagiakan itu. Setia kepada perintah TUHAN akan melanggengkan kesejahteraan hidup umat manusia yang di negeri yang seperti taman Eden itu. Itu berlaku sampai zaman sekarang. Dan kesetiaan kepada TUHAN Yahowa sekarang adalah di dalam Kristus. Renungkanlah mengapa Indonesia yang sudah 70 tahun belum dapat mencicipi kesejahteraan seperti dinubuatkan Yeremia ini. Jawabannya: karena masih banyak yang korupsi, banyak rumah ibadah kepada Tuhan Yesus dirusak/dibakar. Itu pertanda ketidak setiaan kepada TUHAN Allah, atau kepada pujaan tertinggi menurut agama pelaku itu.
h.      Ayat 13: Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka.
Di ayat 13 ini Yeremia menegaskan siapa-siapa yang mengalami sukaria itu, yakni anak-anak dara; orang-orang muda dan orang-orang tua. Itu berarti bahwa dalam tindakan/usaha pensejahteraan bangsa Israel itu tidak terjadi generation gap (jurang pemisah antar generasi); tidak ada generasi yang menjadi hilang. Perempuan dan laki-laki sama – sama dimajukan. Rupanya persoalan gender sudah sangat diperhatikan di zaman Yeremia. Kalau anak-anak dara menari beramai-ramai, itu berarti pengadaan pakaian-pakaian penari, bukan hanya pengadaan pakaian sehari-hari, sungguh dapat terlaksana dengan baik. Bayangkan kalau ramainya penari ini sampai ribuan orang, itu mungkian menjadi catatan di guinnes books. Kalau mereka semua memakai trah (pakaian penari) yang sangat indah, dan assesoris yang mahal dan indah-indah, itu berarti industri perhiasan sudah sangat maju dan bermutu tinggi. Kalau orang-orang muda dan orang-orang tua bisa bergembira bersama, tiada lagi kehidupan yang lebih indah daripada situasi sedemikian. Anak-anak muda melihat masa depan mereka yang sangat indah dipersiapkan oleh para orang tua; dan para orang tua merasa yakin bahwa generasi muda mereka akan melanjutkan dan meningkatkan kebaikan yang sudah mereka mulai. Sungguh gembira semua lapisan generasi di suatu negara, apabila masa depan yang semakin makmur terjamin dapat diperoleh.
Bila perkabungan dapat diubahkan menjadi kegirangan, itu berarti bangsa itu melihat ada yang indah dan bahagia, setelah masa perkabungan selesai. Orang Batak Toba bilang: Bagot na madungdung, do pilopilo marajar. Tading na lungun, ala dilehon TUHAN akka na jagar. Kedukaan umat Israel yang terbuang ratusan tahun itu, sekarang di zaman Yosia digantikan TUHAN dengan kesukaan dan kegirangan. Seperti sering dikatakan: Yang menangis menabur benih, akan menuai dengan penuh tawa dan sukacita. Itulah hasil perjuangan orang-orang percaya yang dikasihi TUHAN, bukan prestasi orang itu sendiri.
i.        Ayat 14: Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Kegembiraan dan sukacita suatu bangsa tidak sempurna apabila hanya orang-orang sekuler dan rakyat umum yang sejahtera dan makmur. Orang-orang saleh dan para pekerja rohani (rohaniwan) harus ikut sejahtera, barulah itu namanya sempurna kesejahteraan suatu bangsa. Negara harus mengusahakan agar semua rohaniwan/rohaniwati di negara itu ikut mengalami kesejahteraan yang diusahakan negara itu. Lihatlah betapa ngerinya akhir dari negara Unisovyet yang komunis itu yang menindas para rohaniwan/-wati di negaranya. Hanya 70 tahun umurnya dan hancur, walaupun sudah sangat maju dalam banyak hal.Dengan pembangunan dan kemajuan yang dicapai, biarlah para imam dipuaskan oleh TUHAN dengan kelimpahan. Kepuasan imam tercapai apabila (a) umat yang dilayaninya dapat menjalankan ibadah mereka sebaik mungkin; (b) para imam itu mendapat nafkah sesuai dengan ajaran agama yang diajarkannya; (c) usul dan pendapat mereka dalam memajukan bangsa dan meningkatkan kerukunan semua warga negeri yang multi marga itu didengarkan oleh pihak-pihak yang ada di negeri itu, termasuk oleh pemerintah; (d) para imam dapat menjalankan tugas dan pelayanannya tanpa didikte oleh pemerintah, dan tanpa takut terhadap tekanan dari pihak manapun. Kepuasan imam seperti itu sangat menopang kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang sangat baik.  
Tugas imam bukan hanya memimpin ritus keagamaan, tetapi juga mengajar umat berpengetahuan dan berperilaku yang sesuai firman TUHAN. Umat harus penuh atau kenyang dengan kebajikan, karena diajar dan dididik dengan baik. Umat TUHAN pun harus merindukan kebajikan-kebajikan yang mereka sangat butuhkan dalam kehidupan mereka. Umat harus mau diajari dan dididik. Tiada ilmu dan kepandaian yang lebih tinggi dari kebajikan yang datang dari TUHAN. Kata yang diterjemahkan dengan ‘kebajikan” di sini adalah kata Ibrani tob (טוב) (= Yang Baik). Kebajikan TUHAN itu dinyatakan pertama kalinya sewaktua menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Apabila TUHAN sudah selesai mencipta sesuatu, selalu dikatakan: ‘Allah melihat semuanya itu baik.’ ואויּר אלהים כּי ־טוב     (wayar’ ’elohim ki-tob) Kej.1:18.25), puncaknya “sungguh amat baik” (Kej.1:31). Dalam kebajikan itu ada yang kontroversi tetapi semua itu menghasilkan kebaikan.  Umat harus bajik, bukan hanya bijak, sehingga tidak mudah tersulut provokasi, dan jauh dari perilaku hosom, elat, teal, late (permusuhan dendam, perbuatan mengotaki kejahatan, kesombongan dan pengusahaan kehancuran orang lain). Agar umat itu bijak, dia harus sesering mungkin mendengar Firman TUHAN, kemudian menghayatinya, lalu mengamalkannya. "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan  firman Allah dan yang memeliharanya." “Lukas 11:28).
Penutup.
Merayakan keselamatan adalah membuat makna keselamatan itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dalam kehidupan beriman, ber-huria, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keselamatan yang dianugerahkan TUHAN menuntut orang-orang yang diselamatkan itu hidup dalam mutu kehidupan yang terbaik dalam segala hal. Maka rayakanlah keselamatanmu dengan penuh karya-karya dan prestasi yang luar biasa untuk pembangunan kemanusiaan, penyataan kasih kepada TUHAN dan kepada sesama, dan kesungguhan bersama semua lapisan masyarakat untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi generasi-generasi berikut. Salom.
                                                Penulis: Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).