MINGGU PENTAKOSTA I TGL. 15 MEI 2016, EVANGELIUM: ROMA 8:14-17

01.37.00 0 Comments A+ a-

ROMA

8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
YANG MAU DIPIMPINAN ROH ALLAH ITULAH ANAK-ANAK ALLAH
TINOGIHON NI TONDI PORBADIA DO ANAK NI DEBATA
1.       Hari ini adalah hari perayaan Pencurahan Roh Kudus Tuhan Yesus Kristus kepada para murid-Nya ke seribu sembilan ratus sembilan puluh kali. Kalau Hari Pencurahan Roh Kudus itu menjadi hari berdirinya Huria Kristen di dunia, maka sudah seharusnya Huria Kristen menyampaikan Selamat Hari Lahir (Ulang Tahun) ke 1990 Huria Kristen di dunia. Sebagai ganti potong kue Ulang Tahun Huria, diharapkan semua jemaat melakukan Perjamuan Kudus dalam perayaan ini. Tentu saja, sangat indah apabila Perayaan ini dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan lainnya, berupa pesta rakyat, atau pesta jemaat, festival, talk-show yang divideokan, pesta olah raga, atau aksi peduli lingkungan atau aksi peduli lansia, atau aksi peduli orang sakit, atau aksi bersih-bersih, atau aksi persembahan sampah plastik, atau drama berbahasa asing” sebagai ungkapan atau simulasi “Dicurahi Roh Kudus, atau Lomba Pengkhotbah Cilik, atau masih banyak lagi kegiatan yang dapat dilakukan. Setiap kegiatan dirancang agar semua peserta.Kesempatan ini mengajak setiap jemaat  menanggalkan pelayanan rutinitas, tradisional konservatifnya, dan membuka diri untuk perbuatan/kegiatan kreatif dan karitatif. Selamat Merayakan Peringatan Tercurahnya Roh Kudus. Selamat ber-Pentakosta.
2.       Nama Hari Pentakosta (Hari Kelimapuluh) dapat ditelusuri juga di dalam Perjanjian Lama. Bagi umat Israel, hari Ke-limapuluh ( Yunani: Pentakosta) adalah hari penutupan/puncak  Hari Raya Tujuh Minggu (49 hari) yang diwajibkan TUHAN untuk dilakukan umat Israel.  Apa hubungannya itu dengan Paskah? Tanggal 14 Etanim/Nisan (bulan pertama kalender Israel, yang mulai di musim rontok) sore hari sebelum Sabbat dilakukan Paskah (Penyembelihan domba Paskah). Malamnya semua makan daging domba paskah. Tidak boleh ada yang tersisa. Kalau ada yang tersisa (misalnya tulang-tulang kurban Paskah, semuanya harus dibakar habis). Kemudian tgl 15 Etanim/Nisan (besoknya penyembelihan domba Paskah. Itu berarti di hari Sabbat) dimulai Hari Raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN. Agar ada bahan roti tersebut, waktu itu (di musim rontok) sudah selesai panen. Tujuh hari lamanya perayaan ini, dan selama tujuh hari itu umat Israel memakan Roti Yang Tidak Beragi.  Hari pertama ada Pertemuan Kudus. Di hari-hari itu (selama tujuh hari) ada mempersembahankan kurban api-apian kepada TUHAN. Di hari ketujuh (Sabbat berikutnya) kembali ada Pertemuan Kudus. Besoknya (sesudah Sabbat akhir  Hari Raya Roti Yang Tidak Beragi) umat Israel membawa persembahan hail pertama panen agar ada untuk (makanan) kaum Lewi, dan orang asing. Dilanjut dengan memberikan persembahan domba berumur setahun yang tidak bercela sebagai korban bakaran bagi TUHAN, disertai korban sajian dan korban curahan, sebagai persembahan yang harum bagi TUHAN. Di hari ini umat Israel tidak makan roti atau bertih gandung atau gandum baru. Dihitung mulai  hari Sabbat tanggal 15 Etanim/Nisan  ada Hari Raya Tujuh Minggu (49 hari) dan ditutup/puncaknya di hari kelimapuluh. Di 49 hari itu ada tujuh hari Hari Raya Roti Tidak Beragi, minggu ke dua umat Israel membawa roti unjukan(dibuat dari tepung terbaik, dicampur ragi lalu dibakar). Itulah persembahan hulu hasil bagi TUHAN. Kemudian ada persembahan domba berumur setahun yang tak bercela, persembahan seekor lembu jantan muda, dua ekor domba jantan, sebagai kurban bakaran bagi TUHAN (menurut Kitab Bilangan, jumlah kurban ini berbeda: 2 ekor lembu jantan muda, 1 ekor domba jantan, 7 ekor domba berumur setahun), disertai kurban sajian, kurban curahan, kurban api-apian, yang baunya menyenangkan bagi TUHAN. Kemudian di minggu-minggu itu ada mempersembahkan  seekor kambing jantan sebagai kurban penghapus dosa (menurut kitab Bilangan: untuk mengadakan pendamaian bagi yang mempersembahkan), dan dua ekor domba berumur setahun sebagai kurban keselamatan. (Menurut kitab Ulangan di Hari kelimapuluh itu umat membawa  “sekedar persembahan sukarela, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN”). Di hari itu ada pertemuan kudus, sehingga “harus  bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, engkau ini dan anakmu laki-laki serta anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, dan orang asing, anak yatim dan janda, yang di tengah-tengahmu, di tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana” (Ulangan 16:11). Hari ke-limapuluh itu adalah hari bersukaria bagi seluruh keluarga umat Israel. Tetapi sukaria ini tidak diisi dengan minum minuman beralkohol.
Di tahun 27 perayaan Hari Raya Paskah yang berlanjut ke Hari Raya Roti Tidak Beragi, Raya Tujuh Minggu (yang diisi dengan pemberian hasil pertama, buah hulu panen, selain mempersembahkan  banyak jenis persembahan) sungguh banyak peristiwa yang terjadi terhadap Yesus dan para pengikut-Nya. Di Hari keenam (sekarang disebut Jumat) sebelum Sabbat, tgl 14 Etanim/Nisan tahun 27 (sewaktu Dia berumur 30 tahun), Yesus disalibkan di Golgatha sebagai kurban penebus dosa dan kurban keselamatan. Sore harinya Yesus dikuburkan. Malam harinya hingga hari ketiga kuburan Yesus disuruh dijaga oleh tentara. Pagi subuh di hari ketiga setelah penguburan-Nya (= hari pertama/Ahad di kalender) terjadi gempa bumi, dan kuburan Yesus terbuka, tentara yang menjaga lari terbirit-birit, para wanita pengikut Yesus datang ke kuburan itu, dan menemui bahwa kuburan Yesus terbuka dan sudah kosong, tetapi malaikat memberitahu mereka bahwa Yesus sudah bangkit dan akan mendahului murid-murid-Nya ke Galilea. Itu benar-benar terjadi. Lalu empat puluh hari Yesus yang bangkit memulihkan kembali keyakinan dan kepercayaan para murid dan pengikut-Nya, sehingga mereka percaya bahwa yang terjadi kepada Yesus adalah pemenuhan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama. Di hari keempatpuluh setelah kebangkitan-Nya, Yesus naik ke sorga dari bukit Zaitun disaksikan para murid-Nya. Mereka diperintahkan tetap berdoa di Bait Allah (dan itu memungkinkan karena hari-hari itu masih terhitung sebagai bagian dari Hari Raya Tujuh Minggu), sambil menunggu Roh Penghibur yang dijanjikan Tuhan Yesus Kristus akan dicurahkan kepada mereka, sesuai nubuat nabi Yoel dalam Perjanjian Lama. Di hari kelimapuluh itu para murid dan pengikut Yesus Kristus berbaur dengan orang banyak untuk turut bersukacita pada hari itu. Bersamaan dengan sukacita semua lapisan umat itu, Tuhan Yesus Kristus memperbaharui dasar sukacita para murid dan pengikut-Nya dengan mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada mereka, dengan tanda: (1) api menyala di kepala mereka; (2) mereka lancar berbahasa asing. Di antara murid Yesus itu ada yang bercakap dengan bahasa Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, bahasa pendatang-pendatang dari Roma, Yahudi, bahasa orang Kreta, bahasa orang Arab. Sedikitnya dalam 17 bahasa. Jadi bukan hanya murid Yesus yang tingal 11 orang lagi itu yang dapat berbahasa asing, karena mereka dicurahi Roh Kudus. Semua bahasa yang digunakan para murid dan pengikut Yesus Kristus itu adalah bahasa yang dapat dipahami dan dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi bukan seperti bahasa yang sering diigaukan orang yang katanya kesurupan Roh Kudus (yang sudah dibuat-buat orang Kristen tak sehat iman sejak di zaman Paulus dan ada juga sampai sekarang) yang tidak dipahami oleh orang yang mendengarnya, dan Paulus menuntut agar bahasa seperti itu harus diterjemahkan agar dimengerti pendengar.  (Penulis juga merasa lucu sewaktu melihat di Sekolah Tinggi Teologia tertentu di Sumatera Utara, ada pelajaran khusus melatih para mahasiswa tehologia ST tersebut berbahasa Roh. Masakan bahasa Roh harus dihafal dengan latihan). Para murid dan pengikut Yesus Kristus berbicara dalam bahasa-bahasa itu, tetapi semua pendengar (yang memahami bahasa yang didorong oleh Roh Kudus digunakan masing-masing murid dan pengikut Yesus Kristus ) mendapat satu kesan dan berita yang mereka dengar, yaitu: “kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah" (Kis.2:11b). Melihat tanda ajaib itu, khalayak ramai berkumpul, dan kesempatan itu digunakan Petrus untuk berkhotbah menjelaskan Apa dan Siapa Yesus Kristus yang disalibkan limapuluh  hari sebelum hari sukacita  itu. Reaksi manusia terhadap peristiwa pentakosta dan khotbah Petrus selalu dua macam: (1) ada yang mengagumi perbuatan TUHAN dan bersedia menjadi pengikut Yesus; dan (2) ada yang mencibir para murid Yesus itu dan menuduh mereka sebagai “yang sedang mabuk karena anggur” dan sebagai “pengajar ajaran yang berlawanan dengan ajaran agama Yahudi”. Peristiwa Pentakosta yang dialami para murid dan pengikut Yesus Kristus memberi petunjuk bahwa: 1) Yang dicurahi Roh Kudus akan memberitakan perbuatan-perbuatan besar TUHAN Allah dalam Yesus Kristus; 2) Yang dicurahi Roh Kudus dari Yesus Kristus akan menjadi saksi Yesus Kristus dan siap menghadapi tantangan yang datang dari  lawan-lawan Yesus (atau yang kurang mengenal/memahami Yesus Kristus).
3.       Hari ini umat Huria Kristen merayakan Hari Pencurahan Roh Kudus. Apa sebenarnya yang diharapkan setiap peserta perayaan terjadi pada diri pribadi masing-masing dan pada umat Kristen umumnya? Apa yang dapat diperoleh dan dialami dari perayaan ini kini dan di sini? Adalah normal, apabila ada yang mengharapkan agar dirinya atau umat Pengikut Yesus merasakan sentuhan-sentuhan Roh Kudus, dan mereka dapat melihat tanda-tanda kehadiran Roh Kudus berdampak pada peserta perayaan. Tetapi bagaimana hal-hal itu bisa terpenuhi? Roh Kudus tidak bisa dipaksa menghinggapi seseorang atau merasuk Huria Kristen dan menunjukkan dampak kehadiran-Nya lebih luar biasa. Yang bisa dipaksa adalah diri masing-masing orang yang ingin dicurahi Roh Kudus, oleh orang yang bersangkutan itu sendiri. Setiap orang yang ingin dicurahi Roh Kudus (lebih nyata dari yang biasa, karena setiap pengikut Kristus sebenarnya didiami Roh Kudus), harus memaksa dirinya menjadi orang yang siap dicurahi Roh Kudus. Yesus Kristus sendiri harus mempersiapkan diri-Nya untuk dimasuki Roh Kudus. Yesus, yang dikandung daripada Roh Kudus, harus datang di Sungai Yordan kepada Yohanes Pembaptis, dan menyediakan diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, menggenapkan seluruh kehendak Allah, lalu Roh Kudus hinggap kepada-Nya. Para murid, beberapa perempuan, Maria yang melahirkan Yesus dan saudara-saudara Yesus berkumpul setelah kenaikan Yesus ke sorga, mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dalam menantikan Roh Kudus yang dijanjikan Yesus Kristus (bd. Kis. 1:12-14). Kesehatian dan doa bersama-sama  itu menjadi persiapan diri mereka menerima Roh Kudus waktu itu. Kornelius, perwira pasukan Romawi di Kaisarea, melatih dirinya menjadi orang saleh, dan bersama seisi rumahnya menjadi orang yang takut akan Allah  dan melakukan banyak amal saleh (sedekah) dan senantiasa berdoa kepada Allah, dan sewaktu ditemui Petrus, dia dan seisi rumahnya percaya kepada Yesus Kristus melalui khotbah Petrus,  lalu Roh Kudus berkenan turun kepada mereka semua (bd. Kis.10). Ini hanya beberapa contoh orang, kepada siapa Roh Kudus berkenan datang dan memasuki diri orang tersebut. Kalau ada orang kini dan di sini  ingin mengalami tanda-tanda yang lebih nyata yang menunjukkan Roh Kudus turun atasnya, dia harus memperhatikan apa yang dilakukannya dengan melihat contoh-contoh tersebut.
Menurut keyakinan umum Huria Kristen, sebenarnya setiap orang yang terbaptis di dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, telah dicurahi Roh Kudus sejak pembaptisannya dan sepanjang hidupnya. Roh Kudus dan Firman TUHAN yang menuntun setiap yang terbaptis hidup dalam keadaan normal, tetap percaya kepada Kristus, menjadi manusia yang baik menurut ukuran peradatan di mana dia hidup. Orang yang menginginkan agar dampak kehadiran Roh Kudus lebih nyata dalam pengalaman hidupnya, sebenarnya itu adalah pergumulan orang yang bersangkutan agar Roh Kudus yang menyertainya lebih memberdayakan dirinya dalam melakukan hal-hal yang menakjubkan. Pada umumnya orang yang anti-Yesus akan dijauhi Roh Kudus, kecuali kalau TUHAN ingin memaksa orang tersebut bertobat atau untuk dihukum. Kalau turut merayakan Hari Raya Pencurahan Roh Kudus berarti ikut masuk di suasana sukacita bahwa penebusan dosa dan keselamatan telah dianugerahkan Tuhan Yesus Kristus, serta kembali memperbaharui tekadnya menjadi pengikut Yesus yang disertai dengan Roh Kudus dan Firman-Nya, dan untuk menyegarkan semangatnya menjadi saksi Yesus Kristus di tengah-tengah dunia ini.

4.       Untuk Perayaan Hari Pentakosta 2016 Huria Kristen diarahkan untuk merayakannya dengan merenungkan Roma 8:14-17.  Perikop ini merupakan penggalan penjelasan Paulus tentang Hidup oleh Roh (Judul yang diberikan LAI). Hidup oleh Roh berbeda dengan Hidup oleh daging. Dalam uraian Paulus di sini, dia tidak membagi manusia atas tubuh (soma) dan jiwa (psyche), tetapi atas daging (sarx) dan roh (pneuma). Daging dan roh manusia masih merupakan satu kesatuan di hadapan Roh Tuhan.  Dalam konteks pemahaman Paulus, daging dan roh manusia (yang dalam hal ini disebut saja “diri” manusia) sudah seutuhnya dikuasai oleh hukum dosa dan hukum maut, sejak kejatuhan Adan dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Daging yang dikendalikan oleh roh manusia atau roh manusia yang dikendalikan daging masih merupakan manusia duniawi (sarx). Hukum Taurat dan semua syariatnya tidak berhasil atau tidak berdaya membebaskan “diri” manusia itu dari hukum dosa dan hukum maut.  “Diri” manusia  yang dimasuki dan dikuasai Roh Tuhan belum termasuk kepada manusia yang dikendalikan oleh Roh Tuhan (Roh Kudus). “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (Yohanes  3:6). Adanya roh (pneuma) dalam diri manusia (Zak. 12:1) memungkinkan Roh Tuhan (pneuma tou theou) masuk ke dalam diri manusia (bd. Kej.2:7). Roh manusia harus dibantu oleh Roh Tuhan agar roh manusia dapat mengendalikan daging menjadi daging untuk mematuhi Tuhan yang adalah Roh.  “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24). “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah” (I Yohanes  4:2-3). Menurut Paulus Roh Tuhan yang masuk ke dalam diri (sarx dan pneuma) manusia adalah Roh yang memberi hidup, yang dalam Kristus  memerdekakan orang yang dimasukinya dari hukum dosa dan hukum maut. Dalam Roma 8:3-8 menjelaskan bagaimana proses pemerdekaan “diri” manusia dari hukum dosa dan hukum maut. Penjelasan itu hanya dapat dipahami dari sudut keimanan dalam dan kepada Kristus. TUHAN mengutus Anak-Nya dalam daging (= manusia, bd. Yoh.1:14), serupa dengan daging yang dikuasai dosa ( = dijadikan dosa yang tidak mengenal dosa), kemudian Dia dihukum karena dosa manusia itu, agar manusia tidak lagi terhukum karena dosa-dosa mereka, sebab dosa mereka ditebus. Dengan demikian tuntutan Hukum Taurat terpenuhi. Hukum dosa dan hukum maut kepada manusia dibatalkan. Lalu kepada daging (sarx) itu diberi Roh, sehingga daging (sarx) yang telah dihapus dosa itu hidup dalam Roh, yang berarti hidup dalam damai sejahtera, tidak lagi menjadi seteru Allah, melainkan menghasilkan buah-buah Roh (Gal.5:22: kasih, sukacita,damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri). Dengan tindakan TUHAN tersebut, setiap orang yang menyambut penebusan yang dilakukan TUHAN tersebut, mewarisi semua anugerah TUHAN dalam Yesus Kristus. Beberapa dari anugerah itu dikatakan Paulus dalam perikop yang akan direnungkan dalam perayaan Pentakosta ini.
5.       Hadiah terbesar yang diberikan TUHAN dalam Perayaan Pentakosta hari ini bagi setiap orang dari semua umat Huria Kristen adalah status “anak Allah”. Status ini masih lebih tinggi dan lebih mulai dari status ‘raja’ yang diterima oleh semua laki-laki dewasa di tanah Batak. Status ini juga lebih mulia dari status nabi, hamba Allah, kalifah, apostel/rasul, atau status-status lainnya yang diberikan dunia ini kepada seseorang. Status ini menjadi status yang sangat sulit dipahami dan berterima bagi orang lain, apalagi bagi orang yang di luar Huria Tuhan. Sebab status “anak Allah” atau “anak TUHAN” memang suatu status yang diluar kemampuan manusia memberikannya kepada sesamanya manusia. Status itu juga dipandang kontroversial karena Allah tidak pernah diperanakkan. Atau status itu dipandang hendak mengembalikan para penerima status tersebut kembali kepada keyakinan kuno di kalangan raja-raja Mesir yang mengatakan bahwa raja (firaun) mereka adalah anak dewa, seperti Ramses = Anak dewa Ra. Penerima status “anak Allah” sendiri juga sering mengalami kesulitan menerangkan status yang dimilikinya, karena memang demikian hal yang sebenarnya. Harus pemberi status itu yang dapat menjelaskan status itu. Bagi penerimanya, status itu tetap menjadi misteri. Penjelasan paling tepat yang dapat diberikan penerima status itu hanyalah dengan meniru dan mengikut jejak hidup, ajaran dan cita-cita Pemberi status tersebut, yakni Tuhan Yesus melalui Roh Kudus-Nya.  Oleh karena itu, walaupun status ini begitu tinggi, luhur dan mulia, status itu  tidak boleh disombongkan, untuk menghindari ada orang lain yang tersinggung, dan karena penganugerahan status itu adalah panggilan kepada pemegang status itu untuk menjadi pelayan untuk semua (Bukan untuk menjadi budak untuk semua). Allah Bapa memberi status “Anak Allah” kepada Yesus Kristus, dan Yesus Kristus menganugerahkan status itu juga kepada para pengikut-Nya. Yesus sebagai Anak Allah, datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Demikian juga pengikut Yesus Kristus yang dianugerahi status “anak Allah”.
6.       Menurut Paulus pemberian status “anak Allah” bagi setiap pengikut Yesus berlangsung dengan bersedianya Roh Allah memimpin pengikut Yesus. Roh Allah yang diterima para pengikut Yesus itu membuat mereka masing-masing menjadi anak Allah.  Roh Allah itu adalah yang diutus Yesus menyatu dengan roh manusia yang ada dalam “diri” manusia. Roh manusia itu diperkuat oleh Roh Allah yang datang, sehingga kombinasi daripada roh itu dapat menundukkan daging (manusia duniawi/manusia budak) yang ada dalam diri manusia. Kehadiran Roh Allah (yang adalah Roh Keberanian/Roh Hikmat/Roh Kemerdekaan, bukan Roh Perbudakan/Roh Ketakutan) menyertai roh manusia itu memberi keberanian yang luar biasa kepada roh manusia, sehingga roh manusia yang sudah dikuatkan Roh Allah memerintah dalam diri manusia. Sebagai tanda pertama bahwa roh manusia telah turut kepada Roh Allah yang menyertainya dan memerintah dalam daging itu, adalah seruan orang itu mengatakan: “Ya Abba, ya Bapa!” kepada TUHAN dan tidak mengatakan: “Ya Tuan, ya Bos!”  Hubungan manusia yang sudah disertai Roh Allah dengan TUHAN-nya menjadi hubungan anak dan Bapa, bukan lagi hubungan “budak” dan “tuan”. Perubahan status budak menjadi anak di dalam “keluarga besar Allah” atau penganugerahan status “anak” kepada seseorang di dalam “keluarga besar Allah” merupakan alasan bersukacita yang paling besar bagi setiap pengikut Tuhan Yesus Kristus di hari Pentakosta dan selanjutnya. Dengan menjadi “anak Allah” di hadapan Allah, pengikut Tuhan Yesus menjadi orang yang paling terpercaya (Batak Toba: dihaposi), yang paling dibanggakan, yang paling berhak,  di “rumah” Allah, dan menjadi “saudara” dan “saudari” Tuhan Yesus Kristus di dalam “keluarga besar Allah” (bd. Mat.12:49-50 par.).  Menurut Paulus, dengan status menjadi “anak Allah”, setiap pengikut Yesus Kristus menjadi “ahli waris” atas semua janji-janji Allah. Mereka akan menerima realisasi janji-janji itu bersama-sama dengan Kristus. Setiap pengikut Yesus mendapat surat wasiat, yang meterainya lebih kuat dari meterai surat wasiat yang dikenal di dunia. Hanya satu hal yang dapat membatalkan surat wasiat itu, dan atau menganulir status sebagai “anak Allah” itu, yakni “kemurtadan” atau apabila pengikut Tuhan Yesus Kristus itu murtad, dan tidak mau lagi terhitung sebagai “anak Allah”, dengan menolak segala penyertaan Roh Kudus/Roh Allah. Orang yang murtad seperti itu adalah orang yang berdosa kepada Roh Kudus, dan apabila dia sama sekali tidak mau berbalik membuka diri kepada Roh Kudus, maka dosanya tidak lagi diampuni. Akhir perjalanan hidupnya adalah neraka. Tuhan Yesus Kristus mengharapkan bahwa semua pengikut-Nya tetap setia sebagai “anak Allah” di dunia dan sampai akhirnya di sorga.
7.       Dengan berstatus “anak Allah”, setiap pengikut Tuhan Yesus Kristus adalah “ahli waris” segala janji Allah, segala harta kekayaan Allah di bumi dan di sorga. Dari kesaksian/pemberitaan Alkitab, warisan yang dapat diperoleh “anak Allah” (pengikut Yesus) sungguh sangat banyak, yang disimpulkan dalam kata “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat.6:33). Dalam Ulangan 28:1-14 (tolong teks ini dibaca) disebutkan barbagai berkat yang akan diterima “ahli waris” dalam rumah Tuhan. Tuhan Yesus Kristus memberitahu apa yang menjadi upah mengikut DIA (baca Mat.19:27-29 par.). Tetapi dalam Roma 8:17, Paulus memberitahu, bahwa warisan bagi “anak-anak Allah” masih lebih mulia dari semua janji berkat yang dikatakan dalam kitab Ulangan dan kitab Matius itu. Menurut Paulus warisan yang akan diterima itu ada dua macam yang saling terkait satu sama lain, yakni: (1) menderita bersama-sama dengan Kristus; dan (2) dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus (a Roma 8:17b).
8.       Mewarisi penderitaan Kristus merupakan kebanggaan bagi setiap pengikut Yesus yang sudah menjadi anak Allah. Karena penderitaan seperti itu bukan seperti penderitaan-penderitaan yang biasa, melainkan penderitaan yang luar biasa.  Itulah penderitaan bukan karena melakukan yang tidak baik, tetapi justru karena melakukan yang terbaik bagi sesama umat manusia. Penderitaan ini bukan hanya siksaan badan, siksaan kemiskinan, kehinaan, dan tetapi juga penderitaan berupa siksaan rohani dan batin, siksaan karena memikul kesalahan orng lain. Tetapi penderitaan yang diwarisi itu bukan penderitaan “konyol”, melainkan penderitaan yang bernilai “penyelamatan” bagi orang lain. Menderita kemiskinan agar orang lain menjadi kaya. Menderita siksaan agar orang lain tidak tersiksa. Menderita hinaan agar orang lain tidak terhina. Menderita pemenjaraan agar orang lain menikmati kebebasan. Menderita pengucilan agar orang lain tidak terkucil. Menderita hukuman agar orang lain tidak terhukum. Si anak Allah mengatakan: “Biarlah saya sendiri yang menderita dan menanggung derita yang seharusnya ditanggungkan kepada orang lain itu.” Dan memang si “anak Allah” benar-benar memikul derita itu sebagai ganti dari pada orang yang seharusnya menanggung derita itu.
Warisan yang kedua adalah dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus. Turut menikmati kemuliaan Kristus adalah kesempatan terindah dari yang paling indah dalam sejarah kemanusiaan. Kalau pengikut Kristus mendapat pujian yang berisi kemuliaan, dia selalu mendahulukan kemuliaan Kristus, dan dia sudah sangat senang apabila dia kepercikan dari kemuliaan Kristus tersebut. Dalam segala prestasinya, pengikut Tuhan Yesus selalu mengatakan: “Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami” (Yesaya  26:12). Kemuliaan yang terindah adalah yang disediakan TUHAN sebagai jawaban TUHAN atas kesediaan pengikut Tuhan Yesus menderita bagi orang lain. Pengikut Tuhan Yesus sebagai “anak Allah” juga mengikut jejak Tuhan Yesus dalam mencari kemuliaan bagi-Nya, seperti dikatakan Paulus dalam Filipi 2: 5-11:  “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Yesus menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus bahkan rela mati di kayu salib, maka kepada Yesus diberikan tempat yang paling mulia di sorga dan di bumi, seperti diakui juga dalam kitab suci kaum Kedar, penganut agama tetangga kita. Yesus adalah yang paling mulia di sorga. Yang dicari manusia dalam kehidupan atau dalam  perjuangan hidupnya, tak lain tak bukan,  adalah kemuliaan. Semua diinginkan bermuara kepada kemuliaannya. Memiliki kekayaan agar dimuliakan; memiliki banyak sahabat agar dimulianan; memiliki banyak  ilmu, pengetahuan dan keterampilan agar dimuliakan, dan seterusnya. Tetapi kemuliaan yang dicari melalui jalan dan cara-cara sedemikian adalah kemuliaan terbatas. Kemuliaan yang tanpa batas dan dinikmati di bumi dan di sorga adalah kemuliaan yang dianugerahkan Yesus Kristus, karena mengikut jejak-Nya sebagai Anak Allah.
Di hari Perayaan Pentakosta 2016 ini, Tuhan Yesus mencurahkan Roh-Nya yang Kudus kepada setiap yang mempersiapkan dirinya menjadi tempat Roh itu, dan dengan kehadiran Roh-Nya Tuhan Yesus menganugerahkan status “anak Allah” bagi pengikut-Nya dan sekaligus memberikan surat wasiat sebagai ahli waris, yang berhak mewarisi segala harta benda dan harta rohani yang ada di rumah Allah, demi kemaslahatan dan keselamatan seluruh umat manusia.

RENUNGAN
1.       Tuhan Yesus Kristus mengirim Roh-Nya Yang Kudus ke dunia untuk memasuki para pengikut-Nya, untuk membuat para pengikut-Nya menjadi “anak Allah”, ahli waris Kerajaan Allah yang ada di bumi dan di sorga. Roh Kudus Tuhan menguatkan roh setiap pengikut Yesus agar tubuh dan roh mereka berseru kepada TUHAN: “Ya Abba, ya Bapa!” Dengan demikian akan semakin banyak yang mengenal TUHAN Allah (Yahowa ’Elohim) dengan benar, dan semakin banyak yang rela menderita dalam pekerjaan pemberitaan kebenaran itu kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus, bahkan kepada orang-orang yang menyangkal pengenalan yang benar tentang Kristus Yesus.
2.       Mengenal dan memanggil TUHAN sebagai Bapa bukan berarti TUHAN itu adalah bapa lahiriah bagi yang memanggilnya. Dalam kalau pengikut Yesus melihat diri mereka sebagai “anak Allah”, bukan berarti mereka memperanakkan TUHAN Allah, dan tidak berarti bahwa mereka menjadi  anak-anak lahirian daripada TUHAN Allah. Dalam hal ini, tidak ada  relasi lahiriah antara Allah sebagai Bapa dan pengikut Yesus sebagai anak Allah; tidak ada memperanakkan Allah dan manusia diperanakkan. Pemikiran seperti itu sangat jauh dari pemahaman tentang Abba/Bapa dan anak Allah di sini. Memang tidak ada vistigia (contoh) yang dapat digunakan sebagai bandingan relasi Allah Bapa dan anak Allah, sebagai dampak kehadiran Roh Kudus Tuhan dalam diri pengikut Yesus. Ada “anak mata” tetapi tidak ada Bapa mata. Kelopak mata yang ada. Ada ibu jari tetapi tidak ada anak jari. Kelingking yang ada. Ada anak kunci tetapi tidak ada bapa/ibu kunci. Perkuncian yang ada. Ada anak korek api, tetapi tidak ada ibu/bapa korek api. Bungkus korek api yang ada. Memang di kalangan manusia ada “anak”, ada “bapa”, tetapi itu juga tidak cocok sebagai gambaran relasi antara “Allah Bapa” dan “anak Allah”.  Allah disebut “Bapa” karena Dia lah Pencipta Langit dan Bumi, Yang menyediakan segala sesuatunya bagi ciptaan-Nya; Yang mencintai umat manusia lebih dari pada seorang ayah mencintai anak-anaknya. Pengikut Tuhan Yesus Kristus berstatus “anak Allah”, bukan karena dirinya sendiri, bukan karena dirinya mengandung keilahian (keallahan), tetapi karena rohnya dicurahi dan dicerahi oleh Roh Kudus Tuhan. Pengikut Yesus yang berstatus “anak-anak Allah” adalah  para manusia yang diharapkan dan bertekad hidup sebagaimana Tuhan Yesus Kristus hidup dalam pelayanan-Nya di bumi.
3.       Kepada “anak-anak Allah” diwariskan langit dan bumi serta segala isinya, untuk mereka urus, usahakan, dan pelihara untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat manusia dan untuk sukacita bagi TUHAN Allah. Warisan-warisan itu bukan untuk dipansuasaehon atau dibuang-buang atau diboroskan dengan sia-sia. Para “anak Allah” harus rela menderita, seperti Tuhan Yesus rela menderita, bahkan rela sampai mati di kayu salib, demi penyelamatan seisi dunia, dan demi tidak semakin berkuasanya iblis dan dosa-dosa atau maut di tengah-tengah dunia.  
4.       Kepada “anak-anak Allah” diwariskan kemuliaan tertinggi, sama seperti tingginya kemuliaan Kristus Yesus. Tujuannya adalah agar para anak Allah menarik semakin banyak umat manusia menjadi pemilik kemuliaan yang dari Yesus Kristus itu. Kemuliaan itu bukan hanya dinikmati di sorga melainkan juga di dunia yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus ini.
5.       Perayaan Pencurahan Roh Kudus mengajak semua pengikut Yesus dan yang turut merayakannya membuka diri (daging dan roh)-nya untuk dimasuki oleh Roh Kudus. Dengan pencurahan Roh Kudus itu, harkat dan martabat (status) para pengikut Yesus (atau yang dicurahinya) diangkat menjadi yang tertinggi dan termulia. Harkat dan martabat (status) manusia harus diangkat oleh para pengikut Yesus, agar tidak mengalami degradasi oleh karena godaan-godaan dunia yang sedang melanda. Tuhan Yesus memberkati.
Pematangsiantar, 6 Maret 2016.

Pdt. LaMBaS.