MINGGU PENTAKOSTA I TGL. 15 MEI 2016, EVANGELIUM: ROMA 8:14-17
ROMA
8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh
Allah, adalah anak Allah.
8:15 Sebab kamu
tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu
telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru:
"ya Abba, ya Bapa!"
8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama
dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
8:17 Dan jika
kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang
berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan
Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
YANG MAU DIPIMPINAN ROH
ALLAH ITULAH ANAK-ANAK ALLAH
TINOGIHON NI TONDI PORBADIA DO ANAK NI DEBATA
1. Hari
ini adalah hari perayaan Pencurahan Roh Kudus Tuhan Yesus Kristus kepada para
murid-Nya ke seribu sembilan ratus sembilan puluh kali. Kalau Hari Pencurahan
Roh Kudus itu menjadi hari berdirinya Huria Kristen di dunia, maka sudah
seharusnya Huria Kristen menyampaikan Selamat Hari Lahir (Ulang Tahun) ke 1990
Huria Kristen di dunia. Sebagai ganti potong kue Ulang Tahun Huria, diharapkan
semua jemaat melakukan Perjamuan Kudus dalam perayaan ini. Tentu saja, sangat
indah apabila Perayaan ini dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan lainnya, berupa
pesta rakyat, atau pesta jemaat, festival, talk-show yang divideokan, pesta
olah raga, atau aksi peduli lingkungan atau aksi peduli lansia, atau aksi
peduli orang sakit, atau aksi bersih-bersih, atau aksi persembahan sampah
plastik, atau drama berbahasa asing” sebagai ungkapan atau simulasi “Dicurahi
Roh Kudus, atau Lomba Pengkhotbah Cilik, atau masih banyak lagi kegiatan yang
dapat dilakukan. Setiap kegiatan dirancang agar semua peserta.Kesempatan ini
mengajak setiap jemaat menanggalkan
pelayanan rutinitas, tradisional konservatifnya, dan membuka diri untuk
perbuatan/kegiatan kreatif dan karitatif. Selamat Merayakan Peringatan
Tercurahnya Roh Kudus. Selamat ber-Pentakosta.
2. Nama
Hari Pentakosta (Hari Kelimapuluh) dapat ditelusuri juga di dalam Perjanjian
Lama. Bagi umat Israel, hari Ke-limapuluh ( Yunani: Pentakosta) adalah hari
penutupan/puncak Hari Raya Tujuh Minggu
(49 hari) yang diwajibkan TUHAN untuk dilakukan umat Israel. Apa hubungannya itu dengan Paskah? Tanggal 14
Etanim/Nisan (bulan pertama kalender Israel, yang mulai di musim rontok) sore
hari sebelum Sabbat dilakukan Paskah (Penyembelihan domba Paskah). Malamnya
semua makan daging domba paskah. Tidak boleh ada yang tersisa. Kalau ada yang
tersisa (misalnya tulang-tulang kurban Paskah, semuanya harus dibakar habis).
Kemudian tgl 15 Etanim/Nisan (besoknya penyembelihan domba Paskah. Itu berarti
di hari Sabbat) dimulai Hari Raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN. Agar ada bahan
roti tersebut, waktu itu (di musim rontok) sudah selesai panen. Tujuh hari
lamanya perayaan ini, dan selama tujuh hari itu umat Israel memakan Roti Yang
Tidak Beragi. Hari pertama ada Pertemuan
Kudus. Di hari-hari itu (selama tujuh hari) ada mempersembahankan kurban
api-apian kepada TUHAN. Di hari ketujuh (Sabbat berikutnya) kembali ada
Pertemuan Kudus. Besoknya (sesudah Sabbat akhir
Hari Raya Roti Yang Tidak Beragi) umat Israel membawa persembahan hail
pertama panen agar ada untuk (makanan) kaum Lewi, dan orang asing. Dilanjut
dengan memberikan persembahan domba berumur setahun yang tidak bercela sebagai
korban bakaran bagi TUHAN, disertai korban sajian dan korban curahan, sebagai
persembahan yang harum bagi TUHAN. Di hari ini umat Israel tidak makan roti
atau bertih gandung atau gandum baru. Dihitung mulai hari Sabbat tanggal 15 Etanim/Nisan ada Hari Raya Tujuh Minggu (49 hari) dan
ditutup/puncaknya di hari kelimapuluh. Di 49 hari itu ada tujuh hari Hari Raya
Roti Tidak Beragi, minggu ke dua umat Israel membawa roti unjukan(dibuat dari
tepung terbaik, dicampur ragi lalu dibakar). Itulah persembahan hulu hasil bagi
TUHAN. Kemudian ada persembahan domba berumur setahun yang tak bercela,
persembahan seekor lembu jantan muda, dua ekor domba jantan, sebagai kurban bakaran
bagi TUHAN (menurut Kitab Bilangan, jumlah kurban ini berbeda: 2 ekor lembu
jantan muda, 1 ekor domba jantan, 7 ekor domba berumur setahun), disertai
kurban sajian, kurban curahan, kurban api-apian, yang baunya menyenangkan bagi
TUHAN. Kemudian di minggu-minggu itu ada mempersembahkan seekor kambing jantan sebagai kurban
penghapus dosa (menurut kitab Bilangan: untuk mengadakan pendamaian bagi yang
mempersembahkan), dan dua ekor domba berumur setahun sebagai kurban
keselamatan. (Menurut kitab Ulangan di Hari kelimapuluh itu umat membawa “sekedar persembahan sukarela, sesuai dengan
berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN”). Di hari itu ada pertemuan kudus,
sehingga “harus bersukaria di hadapan
TUHAN, Allahmu, engkau ini dan anakmu laki-laki serta anakmu perempuan, hambamu
laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, dan
orang asing, anak yatim dan janda, yang di tengah-tengahmu, di tempat yang akan
dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana” (Ulangan 16:11).
Hari ke-limapuluh itu adalah hari bersukaria bagi seluruh keluarga umat Israel.
Tetapi sukaria ini tidak diisi dengan minum minuman beralkohol.
Di tahun 27
perayaan Hari Raya Paskah yang berlanjut ke Hari Raya Roti Tidak Beragi, Raya
Tujuh Minggu (yang diisi dengan pemberian hasil pertama, buah hulu panen,
selain mempersembahkan banyak jenis
persembahan) sungguh banyak peristiwa yang terjadi terhadap Yesus dan para
pengikut-Nya. Di Hari keenam (sekarang disebut Jumat) sebelum Sabbat, tgl 14
Etanim/Nisan tahun 27 (sewaktu Dia berumur 30 tahun), Yesus disalibkan di
Golgatha sebagai kurban penebus dosa dan kurban keselamatan. Sore harinya Yesus
dikuburkan. Malam harinya hingga hari ketiga kuburan Yesus disuruh dijaga oleh
tentara. Pagi subuh di hari ketiga setelah penguburan-Nya (= hari pertama/Ahad
di kalender) terjadi gempa bumi, dan kuburan Yesus terbuka, tentara yang
menjaga lari terbirit-birit, para wanita pengikut Yesus datang ke kuburan itu,
dan menemui bahwa kuburan Yesus terbuka dan sudah kosong, tetapi malaikat
memberitahu mereka bahwa Yesus sudah bangkit dan akan mendahului
murid-murid-Nya ke Galilea. Itu benar-benar terjadi. Lalu empat puluh hari
Yesus yang bangkit memulihkan kembali keyakinan dan kepercayaan para murid dan
pengikut-Nya, sehingga mereka percaya bahwa yang terjadi kepada Yesus adalah
pemenuhan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama. Di hari keempatpuluh setelah
kebangkitan-Nya, Yesus naik ke sorga dari bukit Zaitun disaksikan para
murid-Nya. Mereka diperintahkan tetap berdoa di Bait Allah (dan itu
memungkinkan karena hari-hari itu masih terhitung sebagai bagian dari Hari Raya
Tujuh Minggu), sambil menunggu Roh Penghibur yang dijanjikan Tuhan Yesus
Kristus akan dicurahkan kepada mereka, sesuai nubuat nabi Yoel dalam Perjanjian
Lama. Di hari kelimapuluh itu para murid dan pengikut Yesus Kristus berbaur
dengan orang banyak untuk turut bersukacita pada hari itu. Bersamaan dengan
sukacita semua lapisan umat itu, Tuhan Yesus Kristus memperbaharui dasar
sukacita para murid dan pengikut-Nya dengan mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada
mereka, dengan tanda: (1) api menyala di kepala mereka; (2) mereka lancar
berbahasa asing. Di antara murid Yesus itu ada yang bercakap dengan bahasa
Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus dan Asia,
Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan
Kirene, bahasa pendatang-pendatang dari Roma, Yahudi, bahasa orang Kreta,
bahasa orang Arab. Sedikitnya dalam 17 bahasa. Jadi bukan hanya murid Yesus
yang tingal 11 orang lagi itu yang dapat berbahasa asing, karena mereka
dicurahi Roh Kudus. Semua bahasa yang digunakan para murid dan pengikut Yesus
Kristus itu adalah bahasa yang dapat dipahami dan dimengerti oleh pengguna
bahasa tersebut. Jadi bukan seperti bahasa yang sering diigaukan orang yang
katanya kesurupan Roh Kudus (yang sudah dibuat-buat orang Kristen tak sehat
iman sejak di zaman Paulus dan ada juga sampai sekarang) yang tidak dipahami
oleh orang yang mendengarnya, dan Paulus menuntut agar bahasa seperti itu harus
diterjemahkan agar dimengerti pendengar.
(Penulis juga merasa lucu sewaktu melihat di Sekolah Tinggi Teologia
tertentu di Sumatera Utara, ada pelajaran khusus melatih para mahasiswa
tehologia ST tersebut berbahasa Roh. Masakan bahasa Roh harus dihafal dengan latihan).
Para murid dan pengikut Yesus Kristus berbicara dalam bahasa-bahasa itu, tetapi
semua pendengar (yang memahami bahasa yang didorong oleh Roh Kudus digunakan
masing-masing murid dan pengikut Yesus Kristus ) mendapat satu kesan dan berita
yang mereka dengar, yaitu: “kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa
kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah"
(Kis.2:11b). Melihat tanda ajaib itu, khalayak ramai berkumpul, dan kesempatan
itu digunakan Petrus untuk berkhotbah menjelaskan Apa dan Siapa Yesus Kristus
yang disalibkan limapuluh hari sebelum
hari sukacita itu. Reaksi manusia
terhadap peristiwa pentakosta dan khotbah Petrus selalu dua macam: (1) ada yang
mengagumi perbuatan TUHAN dan bersedia menjadi pengikut Yesus; dan (2) ada yang
mencibir para murid Yesus itu dan menuduh mereka sebagai “yang sedang mabuk
karena anggur” dan sebagai “pengajar ajaran yang berlawanan dengan ajaran agama
Yahudi”. Peristiwa Pentakosta yang dialami para murid dan pengikut Yesus
Kristus memberi petunjuk bahwa: 1) Yang dicurahi Roh Kudus akan memberitakan
perbuatan-perbuatan besar TUHAN Allah dalam Yesus Kristus; 2) Yang dicurahi Roh
Kudus dari Yesus Kristus akan menjadi saksi Yesus Kristus dan siap menghadapi
tantangan yang datang dari lawan-lawan
Yesus (atau yang kurang mengenal/memahami Yesus Kristus).
3. Hari
ini umat Huria Kristen merayakan Hari Pencurahan Roh Kudus. Apa sebenarnya yang
diharapkan setiap peserta perayaan terjadi pada diri pribadi masing-masing dan
pada umat Kristen umumnya? Apa yang dapat diperoleh dan dialami dari perayaan
ini kini dan di sini? Adalah normal, apabila ada yang mengharapkan agar dirinya
atau umat Pengikut Yesus merasakan sentuhan-sentuhan Roh Kudus, dan mereka
dapat melihat tanda-tanda kehadiran Roh Kudus berdampak pada peserta perayaan.
Tetapi bagaimana hal-hal itu bisa terpenuhi? Roh Kudus tidak bisa dipaksa
menghinggapi seseorang atau merasuk Huria Kristen dan menunjukkan dampak
kehadiran-Nya lebih luar biasa. Yang bisa dipaksa
adalah diri masing-masing orang yang ingin dicurahi Roh Kudus, oleh orang yang
bersangkutan itu sendiri. Setiap orang yang ingin dicurahi Roh Kudus (lebih
nyata dari yang biasa, karena setiap pengikut Kristus sebenarnya didiami Roh
Kudus), harus memaksa dirinya menjadi orang yang siap dicurahi Roh Kudus. Yesus
Kristus sendiri harus mempersiapkan diri-Nya untuk dimasuki Roh Kudus. Yesus,
yang dikandung daripada Roh Kudus, harus datang di Sungai Yordan kepada Yohanes
Pembaptis, dan menyediakan diri dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, menggenapkan
seluruh kehendak Allah, lalu Roh Kudus hinggap kepada-Nya. Para murid, beberapa
perempuan, Maria yang melahirkan Yesus dan saudara-saudara Yesus berkumpul
setelah kenaikan Yesus ke sorga, mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa
bersama-sama, dalam menantikan Roh Kudus yang dijanjikan Yesus Kristus (bd.
Kis. 1:12-14). Kesehatian dan doa bersama-sama
itu menjadi persiapan diri mereka menerima Roh Kudus waktu itu.
Kornelius, perwira pasukan Romawi di Kaisarea, melatih dirinya menjadi orang
saleh, dan bersama seisi rumahnya menjadi orang yang takut akan Allah dan melakukan banyak amal saleh (sedekah) dan
senantiasa berdoa kepada Allah, dan sewaktu ditemui Petrus, dia dan seisi
rumahnya percaya kepada Yesus Kristus melalui khotbah Petrus, lalu Roh Kudus berkenan turun kepada mereka
semua (bd. Kis.10). Ini hanya beberapa contoh orang, kepada siapa Roh Kudus
berkenan datang dan memasuki diri orang tersebut. Kalau ada orang kini dan di
sini ingin mengalami tanda-tanda yang
lebih nyata yang menunjukkan Roh Kudus turun atasnya, dia harus memperhatikan
apa yang dilakukannya dengan melihat contoh-contoh tersebut.
Menurut keyakinan
umum Huria Kristen, sebenarnya setiap orang yang terbaptis di dalam nama Allah
Bapa, Anak dan Roh Kudus, telah dicurahi Roh Kudus sejak pembaptisannya dan
sepanjang hidupnya. Roh Kudus dan Firman TUHAN yang menuntun setiap yang
terbaptis hidup dalam keadaan normal, tetap percaya kepada Kristus, menjadi
manusia yang baik menurut ukuran peradatan di mana dia hidup. Orang yang menginginkan
agar dampak kehadiran Roh Kudus lebih nyata dalam pengalaman hidupnya,
sebenarnya itu adalah pergumulan orang yang bersangkutan agar Roh Kudus yang
menyertainya lebih memberdayakan dirinya dalam melakukan hal-hal yang
menakjubkan. Pada umumnya orang yang anti-Yesus akan dijauhi Roh Kudus, kecuali
kalau TUHAN ingin memaksa orang tersebut bertobat atau untuk dihukum. Kalau
turut merayakan Hari Raya Pencurahan Roh Kudus berarti ikut masuk di suasana
sukacita bahwa penebusan dosa dan keselamatan telah dianugerahkan Tuhan Yesus
Kristus, serta kembali memperbaharui tekadnya menjadi pengikut Yesus yang
disertai dengan Roh Kudus dan Firman-Nya, dan untuk menyegarkan semangatnya
menjadi saksi Yesus Kristus di tengah-tengah dunia ini.
4. Untuk
Perayaan Hari Pentakosta 2016 Huria Kristen diarahkan untuk merayakannya dengan
merenungkan Roma 8:14-17. Perikop ini
merupakan penggalan penjelasan Paulus tentang Hidup oleh Roh (Judul yang
diberikan LAI). Hidup oleh Roh berbeda dengan Hidup oleh daging. Dalam uraian
Paulus di sini, dia tidak membagi manusia atas tubuh (soma) dan jiwa (psyche),
tetapi atas daging (sarx) dan roh (pneuma). Daging dan roh manusia masih
merupakan satu kesatuan di hadapan Roh Tuhan.
Dalam konteks pemahaman Paulus, daging dan roh manusia (yang dalam hal
ini disebut saja “diri” manusia) sudah seutuhnya dikuasai oleh hukum dosa dan
hukum maut, sejak kejatuhan Adan dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Daging yang
dikendalikan oleh roh manusia atau roh manusia yang dikendalikan daging masih merupakan
manusia duniawi (sarx). Hukum Taurat
dan semua syariatnya tidak berhasil atau tidak berdaya membebaskan “diri”
manusia itu dari hukum dosa dan hukum maut. “Diri” manusia
yang dimasuki dan dikuasai Roh Tuhan belum termasuk kepada manusia yang
dikendalikan oleh Roh Tuhan (Roh Kudus). “Apa yang dilahirkan dari daging,
adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (Yohanes 3:6). Adanya roh (pneuma) dalam diri
manusia (Zak. 12:1) memungkinkan Roh Tuhan (pneuma
tou theou) masuk ke dalam diri manusia (bd. Kej.2:7). Roh manusia harus
dibantu oleh Roh Tuhan agar roh manusia dapat mengendalikan daging menjadi
daging untuk mematuhi Tuhan yang adalah Roh.
“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24). “Demikianlah kita mengenal Roh Allah:
setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia,
berasal dari Allah dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari
Allah” (I Yohanes 4:2-3). Menurut Paulus
Roh Tuhan yang masuk ke dalam diri (sarx
dan pneuma) manusia adalah Roh yang
memberi hidup, yang dalam Kristus memerdekakan
orang yang dimasukinya dari hukum dosa dan hukum maut. Dalam Roma 8:3-8
menjelaskan bagaimana proses pemerdekaan “diri” manusia dari hukum dosa dan
hukum maut. Penjelasan itu hanya dapat dipahami dari sudut keimanan dalam dan
kepada Kristus. TUHAN mengutus Anak-Nya dalam daging (= manusia, bd. Yoh.1:14),
serupa dengan daging yang dikuasai dosa ( = dijadikan dosa yang tidak mengenal
dosa), kemudian Dia dihukum karena dosa manusia itu, agar manusia tidak lagi
terhukum karena dosa-dosa mereka, sebab dosa mereka ditebus. Dengan demikian tuntutan
Hukum Taurat terpenuhi. Hukum dosa dan hukum maut kepada manusia dibatalkan.
Lalu kepada daging (sarx) itu diberi
Roh, sehingga daging (sarx) yang
telah dihapus dosa itu hidup dalam Roh, yang berarti hidup dalam damai
sejahtera, tidak lagi menjadi seteru Allah, melainkan menghasilkan buah-buah
Roh (Gal.5:22: kasih, sukacita,damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri). Dengan tindakan TUHAN tersebut,
setiap orang yang menyambut penebusan yang dilakukan TUHAN tersebut, mewarisi
semua anugerah TUHAN dalam Yesus Kristus. Beberapa dari anugerah itu dikatakan
Paulus dalam perikop yang akan direnungkan dalam perayaan Pentakosta ini.
5. Hadiah
terbesar yang diberikan TUHAN dalam Perayaan Pentakosta hari ini bagi setiap
orang dari semua umat Huria Kristen adalah status “anak Allah”. Status ini
masih lebih tinggi dan lebih mulai dari status ‘raja’ yang diterima oleh semua
laki-laki dewasa di tanah Batak. Status ini juga lebih mulia dari status nabi,
hamba Allah, kalifah, apostel/rasul, atau status-status lainnya yang diberikan
dunia ini kepada seseorang. Status ini menjadi status yang sangat sulit
dipahami dan berterima bagi orang lain, apalagi bagi orang yang di luar Huria
Tuhan. Sebab status “anak Allah” atau “anak TUHAN” memang suatu status yang
diluar kemampuan manusia memberikannya kepada sesamanya manusia. Status itu
juga dipandang kontroversial karena Allah tidak pernah diperanakkan. Atau
status itu dipandang hendak mengembalikan para penerima status tersebut kembali
kepada keyakinan kuno di kalangan raja-raja Mesir yang mengatakan bahwa raja
(firaun) mereka adalah anak dewa, seperti Ramses = Anak dewa Ra. Penerima
status “anak Allah” sendiri juga sering mengalami kesulitan menerangkan status
yang dimilikinya, karena memang demikian hal yang sebenarnya. Harus pemberi
status itu yang dapat menjelaskan status itu. Bagi penerimanya, status itu
tetap menjadi misteri. Penjelasan paling tepat yang dapat diberikan penerima
status itu hanyalah dengan meniru dan mengikut jejak hidup, ajaran dan
cita-cita Pemberi status tersebut, yakni Tuhan Yesus melalui Roh
Kudus-Nya. Oleh karena itu, walaupun
status ini begitu tinggi, luhur dan mulia, status itu tidak boleh disombongkan, untuk menghindari
ada orang lain yang tersinggung, dan karena penganugerahan status itu adalah
panggilan kepada pemegang status itu untuk menjadi pelayan untuk semua (Bukan
untuk menjadi budak untuk semua). Allah Bapa memberi status “Anak Allah” kepada
Yesus Kristus, dan Yesus Kristus menganugerahkan status itu juga kepada para
pengikut-Nya. Yesus sebagai Anak Allah, datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani. Demikian juga pengikut Yesus Kristus yang dianugerahi status
“anak Allah”.
6. Menurut
Paulus pemberian status “anak Allah” bagi setiap pengikut Yesus berlangsung
dengan bersedianya Roh Allah memimpin pengikut Yesus. Roh Allah yang diterima
para pengikut Yesus itu membuat mereka masing-masing menjadi anak Allah. Roh Allah itu adalah yang diutus Yesus menyatu
dengan roh manusia yang ada dalam “diri” manusia. Roh manusia itu diperkuat
oleh Roh Allah yang datang, sehingga kombinasi daripada roh itu dapat menundukkan
daging (manusia duniawi/manusia budak) yang ada dalam diri manusia. Kehadiran
Roh Allah (yang adalah Roh Keberanian/Roh Hikmat/Roh Kemerdekaan, bukan Roh
Perbudakan/Roh Ketakutan) menyertai roh manusia itu memberi keberanian yang
luar biasa kepada roh manusia, sehingga roh manusia yang sudah dikuatkan Roh
Allah memerintah dalam diri manusia. Sebagai tanda pertama bahwa roh manusia
telah turut kepada Roh Allah yang menyertainya dan memerintah dalam daging itu,
adalah seruan orang itu mengatakan: “Ya Abba, ya Bapa!” kepada TUHAN dan tidak
mengatakan: “Ya Tuan, ya Bos!” Hubungan
manusia yang sudah disertai Roh Allah dengan TUHAN-nya menjadi hubungan anak
dan Bapa, bukan lagi hubungan “budak” dan “tuan”. Perubahan status budak
menjadi anak di dalam “keluarga besar Allah” atau penganugerahan status “anak”
kepada seseorang di dalam “keluarga besar Allah” merupakan alasan bersukacita
yang paling besar bagi setiap pengikut Tuhan Yesus Kristus di hari Pentakosta
dan selanjutnya. Dengan menjadi “anak Allah” di hadapan Allah, pengikut Tuhan
Yesus menjadi orang yang paling terpercaya
(Batak Toba: dihaposi), yang paling
dibanggakan, yang paling berhak, di
“rumah” Allah, dan menjadi “saudara” dan “saudari” Tuhan Yesus Kristus di dalam
“keluarga besar Allah” (bd. Mat.12:49-50 par.). Menurut Paulus, dengan status menjadi “anak
Allah”, setiap pengikut Yesus Kristus menjadi “ahli waris” atas semua
janji-janji Allah. Mereka akan menerima realisasi janji-janji itu bersama-sama
dengan Kristus. Setiap pengikut Yesus mendapat surat wasiat, yang meterainya
lebih kuat dari meterai surat wasiat yang dikenal di dunia. Hanya satu hal yang
dapat membatalkan surat wasiat itu, dan atau menganulir status sebagai “anak
Allah” itu, yakni “kemurtadan” atau apabila pengikut Tuhan Yesus Kristus itu
murtad, dan tidak mau lagi terhitung sebagai “anak Allah”, dengan menolak
segala penyertaan Roh Kudus/Roh Allah. Orang yang murtad seperti itu adalah
orang yang berdosa kepada Roh Kudus, dan apabila dia sama sekali tidak mau
berbalik membuka diri kepada Roh Kudus, maka dosanya tidak lagi diampuni. Akhir
perjalanan hidupnya adalah neraka. Tuhan Yesus Kristus mengharapkan bahwa semua
pengikut-Nya tetap setia sebagai “anak Allah” di dunia dan sampai akhirnya di
sorga.
7. Dengan
berstatus “anak Allah”, setiap pengikut Tuhan Yesus Kristus adalah “ahli waris”
segala janji Allah, segala harta kekayaan Allah di bumi dan di sorga. Dari
kesaksian/pemberitaan Alkitab, warisan yang dapat diperoleh “anak Allah”
(pengikut Yesus) sungguh sangat banyak, yang disimpulkan dalam kata “maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat.6:33). Dalam Ulangan 28:1-14 (tolong
teks ini dibaca) disebutkan barbagai berkat yang akan diterima “ahli waris”
dalam rumah Tuhan. Tuhan Yesus Kristus memberitahu apa yang menjadi upah mengikut
DIA (baca Mat.19:27-29 par.). Tetapi dalam Roma 8:17, Paulus memberitahu, bahwa
warisan bagi “anak-anak Allah” masih lebih mulia dari semua janji berkat yang
dikatakan dalam kitab Ulangan dan kitab Matius itu. Menurut Paulus warisan yang
akan diterima itu ada dua macam yang saling terkait satu sama lain, yakni: (1)
menderita bersama-sama dengan Kristus; dan (2) dipermuliakan bersama-sama
dengan Kristus (a Roma 8:17b).
8. Mewarisi
penderitaan Kristus merupakan kebanggaan bagi setiap pengikut Yesus yang sudah
menjadi anak Allah. Karena penderitaan seperti itu bukan seperti
penderitaan-penderitaan yang biasa, melainkan penderitaan yang luar biasa. Itulah penderitaan bukan karena melakukan yang
tidak baik, tetapi justru karena melakukan yang terbaik bagi sesama umat
manusia. Penderitaan ini bukan hanya siksaan badan, siksaan kemiskinan,
kehinaan, dan tetapi juga penderitaan berupa siksaan rohani dan batin, siksaan
karena memikul kesalahan orng lain. Tetapi penderitaan yang diwarisi itu bukan
penderitaan “konyol”, melainkan penderitaan yang bernilai “penyelamatan” bagi
orang lain. Menderita kemiskinan agar orang lain menjadi kaya. Menderita
siksaan agar orang lain tidak tersiksa. Menderita hinaan agar orang lain tidak
terhina. Menderita pemenjaraan agar orang lain menikmati kebebasan. Menderita
pengucilan agar orang lain tidak terkucil. Menderita hukuman agar orang lain
tidak terhukum. Si anak Allah mengatakan: “Biarlah saya sendiri yang menderita
dan menanggung derita yang seharusnya ditanggungkan kepada orang lain itu.” Dan
memang si “anak Allah” benar-benar memikul derita itu sebagai ganti dari pada
orang yang seharusnya menanggung derita itu.
Warisan yang
kedua adalah dipermuliakan bersama-sama dengan Kristus. Turut menikmati
kemuliaan Kristus adalah kesempatan terindah dari yang paling indah dalam
sejarah kemanusiaan. Kalau pengikut Kristus mendapat pujian yang berisi
kemuliaan, dia selalu mendahulukan kemuliaan Kristus, dan dia sudah sangat
senang apabila dia kepercikan dari kemuliaan Kristus tersebut. Dalam segala
prestasinya, pengikut Tuhan Yesus selalu mengatakan: “Ya TUHAN, Engkau akan
menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan,
Engkaulah yang melakukannya bagi kami” (Yesaya
26:12). Kemuliaan yang terindah adalah yang disediakan TUHAN sebagai
jawaban TUHAN atas kesediaan pengikut Tuhan Yesus menderita bagi orang lain. Pengikut
Tuhan Yesus sebagai “anak Allah” juga mengikut jejak Tuhan Yesus dalam mencari
kemuliaan bagi-Nya, seperti dikatakan Paulus dalam Filipi 2: 5-11: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah
sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala
nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk
lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah
bumi, dan segala lidah mengaku:
"Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Yesus
menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus bahkan rela mati di
kayu salib, maka kepada Yesus diberikan tempat yang paling mulia di sorga dan
di bumi, seperti diakui juga dalam kitab suci kaum Kedar, penganut agama
tetangga kita. Yesus adalah yang paling mulia di sorga. Yang dicari manusia
dalam kehidupan atau dalam perjuangan
hidupnya, tak lain tak bukan, adalah
kemuliaan. Semua diinginkan bermuara kepada kemuliaannya. Memiliki kekayaan
agar dimuliakan; memiliki banyak sahabat agar dimulianan; memiliki banyak ilmu, pengetahuan dan keterampilan agar
dimuliakan, dan seterusnya. Tetapi kemuliaan yang dicari melalui jalan dan
cara-cara sedemikian adalah kemuliaan terbatas. Kemuliaan yang tanpa batas dan
dinikmati di bumi dan di sorga adalah kemuliaan yang dianugerahkan Yesus
Kristus, karena mengikut jejak-Nya sebagai Anak Allah.
Di hari Perayaan
Pentakosta 2016 ini, Tuhan Yesus mencurahkan Roh-Nya yang Kudus kepada setiap
yang mempersiapkan dirinya menjadi tempat Roh itu, dan dengan kehadiran Roh-Nya
Tuhan Yesus menganugerahkan status “anak Allah” bagi pengikut-Nya dan sekaligus
memberikan surat wasiat sebagai ahli waris, yang berhak mewarisi segala harta
benda dan harta rohani yang ada di rumah Allah, demi kemaslahatan dan keselamatan
seluruh umat manusia.
RENUNGAN
1. Tuhan
Yesus Kristus mengirim Roh-Nya Yang Kudus ke dunia untuk memasuki para
pengikut-Nya, untuk membuat para pengikut-Nya menjadi “anak Allah”, ahli waris
Kerajaan Allah yang ada di bumi dan di sorga. Roh Kudus Tuhan menguatkan roh
setiap pengikut Yesus agar tubuh dan roh mereka berseru kepada TUHAN: “Ya Abba,
ya Bapa!” Dengan demikian akan semakin banyak yang mengenal TUHAN Allah (Yahowa
’Elohim) dengan benar, dan semakin banyak yang rela menderita dalam pekerjaan
pemberitaan kebenaran itu kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus,
bahkan kepada orang-orang yang menyangkal pengenalan yang benar tentang Kristus
Yesus.
2. Mengenal
dan memanggil TUHAN sebagai Bapa bukan berarti TUHAN itu adalah bapa lahiriah
bagi yang memanggilnya. Dalam kalau pengikut Yesus melihat diri mereka sebagai
“anak Allah”, bukan berarti mereka memperanakkan TUHAN Allah, dan tidak berarti
bahwa mereka menjadi anak-anak lahirian
daripada TUHAN Allah. Dalam hal ini, tidak ada
relasi lahiriah antara Allah sebagai Bapa dan pengikut Yesus sebagai
anak Allah; tidak ada memperanakkan Allah dan manusia diperanakkan. Pemikiran
seperti itu sangat jauh dari pemahaman tentang Abba/Bapa dan anak Allah di
sini. Memang tidak ada vistigia (contoh) yang dapat digunakan sebagai bandingan
relasi Allah Bapa dan anak Allah, sebagai dampak kehadiran Roh Kudus Tuhan
dalam diri pengikut Yesus. Ada “anak mata” tetapi tidak ada Bapa mata. Kelopak
mata yang ada. Ada ibu jari tetapi tidak ada anak jari. Kelingking yang ada. Ada
anak kunci tetapi tidak ada bapa/ibu kunci. Perkuncian yang ada. Ada anak korek
api, tetapi tidak ada ibu/bapa korek api. Bungkus korek api yang ada. Memang di
kalangan manusia ada “anak”, ada “bapa”, tetapi itu juga tidak cocok sebagai
gambaran relasi antara “Allah Bapa” dan “anak Allah”. Allah disebut “Bapa” karena Dia lah Pencipta
Langit dan Bumi, Yang menyediakan segala sesuatunya bagi ciptaan-Nya; Yang
mencintai umat manusia lebih dari pada seorang ayah mencintai anak-anaknya. Pengikut
Tuhan Yesus Kristus berstatus “anak Allah”, bukan karena dirinya sendiri, bukan
karena dirinya mengandung keilahian (keallahan), tetapi karena rohnya dicurahi
dan dicerahi oleh Roh Kudus Tuhan. Pengikut Yesus yang berstatus “anak-anak
Allah” adalah para manusia yang
diharapkan dan bertekad hidup sebagaimana Tuhan Yesus Kristus hidup dalam
pelayanan-Nya di bumi.
3. Kepada
“anak-anak Allah” diwariskan langit dan bumi serta segala isinya, untuk mereka
urus, usahakan, dan pelihara untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat
manusia dan untuk sukacita bagi TUHAN Allah. Warisan-warisan itu bukan untuk dipansuasaehon atau dibuang-buang atau
diboroskan dengan sia-sia. Para “anak Allah” harus rela menderita, seperti
Tuhan Yesus rela menderita, bahkan rela sampai mati di kayu salib, demi
penyelamatan seisi dunia, dan demi tidak semakin berkuasanya iblis dan
dosa-dosa atau maut di tengah-tengah dunia.
4. Kepada
“anak-anak Allah” diwariskan kemuliaan tertinggi, sama seperti tingginya
kemuliaan Kristus Yesus. Tujuannya adalah agar para anak Allah menarik semakin
banyak umat manusia menjadi pemilik kemuliaan yang dari Yesus Kristus itu. Kemuliaan
itu bukan hanya dinikmati di sorga melainkan juga di dunia yang telah
diselamatkan oleh Yesus Kristus ini.
5. Perayaan
Pencurahan Roh Kudus mengajak semua pengikut Yesus dan yang turut merayakannya
membuka diri (daging dan roh)-nya untuk dimasuki oleh Roh Kudus. Dengan
pencurahan Roh Kudus itu, harkat dan martabat (status) para pengikut Yesus
(atau yang dicurahinya) diangkat menjadi yang tertinggi dan termulia. Harkat dan
martabat (status) manusia harus diangkat oleh para pengikut Yesus, agar tidak
mengalami degradasi oleh karena godaan-godaan dunia yang sedang melanda. Tuhan
Yesus memberkati.
Pematangsiantar,
6 Maret 2016.
Pdt. LaMBaS.