MINGGU PENTAKOSTA II, TGL 16 MEI 2016, EVANGELIUM: MAZMUR 66:1-7

01.57.00 0 Comments A+ a-

MAZMUR

66:1   Untuk pemimpin biduan. Nyanyian Mazmur. Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi,
66:2  mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!
66:3 Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu.
66:4 Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." S e l a
66:5 Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia:
66:6  Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang-orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia,
66:7  yang memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya, yang mata-Nya mengawasi bangsa-bangsa. Pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan diri. S e l a

NYANYIKAN SYUKUR ATAS PEKERJAAN ALLAH
HATAHON PUJIAN ALA SOKKAL NI PAMBAHENAN NI JAHOWA DEBATA

1.       Sangat perlu membaca keseluruhan isi Mazmur 66. Dari itu dapat diketahui betapa pandainya pemazmur menggubah Mazmur ini dalam tiga bagian yang tiap bagian mempunyai ciri khas tertentu. Bagian pertama ayat 1-7; bagian kedua ayat 8 -12 dan bagian ketiga ayat 13-20. Di bagian pertama (ay. 1-7) pemazmur merangkai syair mazmur yang mengajak seluruh bumi dan bangsa-bangsa bermazmur  dan turut melihat pekerjaan-pekerjaan Allah  terhadap manusia. Dan pemazmur  menempatkan dirinya sebagai bagian dari bangsa-bangsa itu, sehingga dia berkata “kita” (ay. 6c: “Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia,...”). Di bagian kedua (ay.8-12) pemazmur merangkai kalimat-kalimat syair dengan kalimat-kalimat “kami”. Dia menuturkan perbuatan-perbuatan Allah kepada “kami” (yakni dirinya dan bangsanya, Israel), dan itu menjadi alasan baginya mengajak bangsa-bangsa untuk memuji “Allah kami” (ay.8).  Kemudian di bagian ketiga (ay.13-20) pemazmur menggubah teks mazmur yang sangat indah dengan menggunakan kalimat “aku”, yang menunjuk kepada diri pemazmur sendiri. Dengan kalimat “aku” (orang pertama tunggal), pemazmur memaparkan apa yang hendak dia lakukan untuk Allah, dalam rangka dirinya memuji Allah dan bermohon kepada Allah. Menurut Pemazmur, Allah mendengar dan memperhatikan doanya. Dalam Mazmur ini pemazmur selalu menggunakan nama ’Elohim (LAI: Allah) (yang dianggap sebagai nama yang dikenal di kalangan bangsa-bangsa semitis) untuk menyebut TUHAN yang dipujanya, sehingga bangsa-bangsa (goyim) dapat memahami ajakannya memuliakan-Nya. Dalam hari kedua merayakan Hari Pencurahan Roh Kudus  (Pentakosta Kristiani) tahun 2016 ini, peserta kebaktian  diajak untuk merenungkan bagian pertama dari Mazmur 66 (ayat 1-7), yang sekaligus menggerakkan Huria Kristen mengajak seluruh bangsa-bangsa melihat kedahsyatan pekerjaan-pekerjaan Allah, lalu turut merayakannya dan memuliakan, memuji, bermazmur dan bersoraksorai bagi Allah. Dalam memazmurkan nyanyian ini, penyanyi harus mengikuti arahan dari “pemimpin biduan” (Ibrani: Menaşşea), yakni seorang konduktor yang memimpin umat (penyanyi/song leader)  bernyanyi kombinasi dengan permainan musik (termasuk suara alat musik petik/denting dan yang lain-lainnya) sewaktu menyanyikannya. Dalam judul mazmur ini tidak hanya disebut mizmōr (mazmur), tetapi šyir mizmōr ( = Nyanyian Mazmur), untuk menunjukkan bahwa mazmur ini harus benar-benar dinyanyikan/dilantunkan, dan bukan hanya dibacakan. Sayang melodi asli dari mazmur ini tidak lagi ditemukan sekarang. Oleh karena melodinya tidak diketahui, yang sering dilakukan dalam memazmurkannya adalah melantunkannya dalam pembacaan. Masing-masing pelantun membuat melodinya sendiri (jadi hanya seorang melantunkannya dalam kebaktian). Pelantun terbaik adalah yang mengikuti tanda-tanda baca bahasa aslinya (bila dilantunkan dalam bahasa aslinya). Sungguh indah apabila mazmur ini juga dilantunkan sewaktu membacanya dalam bahasa yang digunakan dalam kebaktian itu (misalnya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Batak Toba, atau bahasa Mandarin atau bahasa Jawa, dll.).
2.       Hadiah besar yang diperoleh peserta kebaktian di hari pertama perayaan Pentakosta Kristiani 2016 adalah status “anak Allah” karena dimasuki Roh Kudus, berdasarkan Roma 8:14-17.  Mudah-mudahan dengan merenungkan Mazmur 66:1-7 di hari kedua perayaan Hari Pentakosta Kristiani 2016, setiap yang merenungkannya mendapat “hadiah yang membahagiakan” dari TUHAN Allah (Yesus Kristus). Hadiah itu dapat ditelusuri dari isi perikop ini.
(1)    Pemazmur mengajak “seluruh bumi” (kōl ha’areş = seluruh negeri serta segala isinya, segala ciptaan, yang bergerak dan yang tidak bergerak, yang ada di dalam mereka masing-masing) untuk bersoraksorai bagi Allah, memazmurkan kemuliaan nama Allah, memuliakan Allah dengan puji-pujian (ay.1-2). Hanya yang bersukacita dapat melakukan hal-hal seperti itu. Allah masih memberikan kesempatan bersukacita  dan menikmati sukacita serta mengekspresikan sukacita kepada seluruh isi bumi, kepada semua yang ada di setiap negeri yang ada di bumi. Kecuali kalau penghuni bumi/setiap negeri yang ada itu merusak infrastruktur atau prasyarat-prasyarat untuk bersukacita  di bumi/negeri mereka masing-masing, yang menyebabkan sukacita itu menjadi hilang. Beberapa penyebab hilangnya sukacita karena ulah manusia adalah: permusuhan, perang, perusakan lingkungan, pembiaran orang miskin semakin miskin, ketidakadilan, korupsi, perusakan manusia dengan narkoba, perbuatan-perbuatan amoral terhadap sesama atau ciptaan lainnya, perilaku kebinatangan manusia. Sedangkan beberapa hal yang dapat menuntun kepada sukacita dan melestarikan sukacita yang sudah ada adalah: perdamaian/ kedamaian, keamanan, pemeliharaan/pelestarian lingkungan, pembebasan orang miskin dari kemiskinan mereka, keadilan, kehidupan/penyelenggaraan hidup tanpa korupsi, hidup dan lingkungan hidup yang bersih dari narkoba, perbuatan-perbuatan bermoral terhadap sesama/ciptaan lainnya sesuai ajaran yang dianut, perilaku manusia selaku penyandang harkat/ citra/fitrah sebagai “gambar dan rupa” Allah.  Hal-hal ini perlu dilakukan manusia dalam menyambut sukacita dan melestarikannya. Nanti akan dijelaskan bahwa Allah menganugerahkan sukacita.
(2)    Ada tiga cara mengekspresikan (menunjukkan) sukacita menurut pemazmur, yakni: bersoraksorai bagi Allah; memazmurkan kemuliaan nama Allah; memuliakan Allah dengan puji-pujian. Tiga pengekspresian sukacita ini dapat ditunjukkan sekaligus: sambil bersorak-sorai, yang bersukacita memazmurkan mazmur pemuliaan nama Allah dan mengumandangkan puji-pujian memuliakan Allah. Misalnya, yang bersukacita menyorakkan ayat-ayat Mazmur seperti: Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! (Mazmur 146:1); Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu" (Mazmur 147:1); "Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!" (Mazmur 150:6); "Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya" (Mazmur 106:1). Penganut agama lain sering menyorakkan: Allahu Akbar! Tetapi bagi Huria Kristen itu aneh, apabila -seperti sering terjadi – kalimat itu disorakkan juga sewaktu mereka membunuh manusia. Huria Kristen sering menyorakkan kalimat “Mahabesar TUHAN!” (Ibrani: ha’el hagadōl atau Gadōl YHWH, baca: Gadōl ’adonay), “Tung na sokkal do Ho TUHAN!”, atau “Haleluya/Puji TUHAN”, karena mengagumi perbuatan-perbuatan TUHAN dan karena keselamatan serta pengampunan dosa yang dianugerahkan-Nya. Huria Kristen (pengikut Yesus) dilarang keras (tidak boleh) menyorakkan kalimat seperti itu, apabila terjadi pembunuhan manusia, baik waktu perang maupun waktu pembalasan dendam, walaupun yang mati terbunuh itu dipandang sebagai anti-Kristus atau kafir atau pasukan Iblis. Pengikut Kristus bersorak meneriakkan kata-kata seperti itu sewaktu menikmati keselamatan, keberuntungan, keindahan yang dianugerahkan TUHAN.
(3)    Bagaimana Allah menganugerahkan sukacita bagi bangsa-bangsa, diberitahukan pemazmur dalam ayat 3 dan ayat 5-7.  Agar penghuni bumi bersukacita, Allah melakukan perbuatan – perbuatan dahsyat dan besar. Terhadap apa yang dikerjakan Allah demi sukacita seluruh bumi, penghuni bumi (terutama oleh bangsa-bangsa) harus cermat memperhatikan perbuatan-perbuatan Allah terhadap alam dan terutama terhadap manusia (ay.5c)  dan mengakui semuanya itu di hadapan Allah. “Katakanlah kepada Allah: Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu...” (ay.3); “Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia” (ay.5), demikian ajakan pemazmur. Beberapa dari perbuatan Allah yang dahsyat itu, dipaparkan oleh permazmur, antara lain: 1) kekuatan yang besar dari Allah membuat musuh Allah tunduk menjilat kepada Allah (ay.3b). Dalam benak pemazmur pasti ada yang dia ketahui musuh Allah dibuat menjilat kepada Allah. Kejayaan Kerajaan Israel di zaman Daud dan Salomo, membuat bangsa-bangsa datang belajar ke Yerusalem. Setelah Goliat dikalahkan oleh Daud, Palestina tunduk kepada Israel. Kerajaan Babel yang kejam di bawah pimpinan Raja Nebukadnezar II akhirnya tunduk kepada Persia. Kerajaan Persia menghormati Allah yang dipuja di Yerusalem. Israel mengandalkan kekuatan Allah dalam menundukkan musuh-musuh mereka, selain kekuatan tentara dan kecanggihan senjata mereka.  Itu masih berlaku sampai sekarang. 2) Dan membuat seluruh bumi sujud menyembah kepada Allah, dan bermazmur bagi Allah memazmurkan nama Allah (ay.4). Di sini pemazmur sedikit hyperbola. Karena dalam sejarah kemanusiaan, belum pernah terjadi hal seperti  yang dikatakan dalam ayat 4 ini. Yang pernah terjadi adalah, bahwa dengan adanya gerakan proselitisme, dari setiap bangsa-bangsa di sekitar Israel, sudah ada yang menjadi pemeluk agama Yahowa dan dengan demikian turut memuliakan Allah.  Dalam keyakinan pemazmur bahwa alam semesta selaku ciptaan Allah, pasti sujud menyembah Allah  dan memuliakan nama Allah. Tujuan pemulihan “Eden Yang Hilang” adalah agar seluruh bumi sujud menyembah Allah, bermazmur bagi Allah, memazmurkan nama Allah. 3) Allah mengubah laut menjadi tanah kering. Dalam benaknya pemazmur mengingat peristiwa penciptaan darat  menurut Kej.1, di mana air berkumpul di satu tempat, sehingga kelihatan tanah kering (Kej.1:9-10). Tetapi juga peristiwa ketika umat Israel menyeberangi Laut Merah (Laut Taberau) sewaktu umat itu keluar dari Mesir menuju Sinai, tempat mereka melakukan ibadah kepada Yahowa.  4) Oleh tindakan Allah orang-orang berjalan kaki dapat menyeberangi sungai (yang menjadi kering). Melatarbelakangi kalimat ini dapat disimak dalam peristiwa ketika umat Israel menyeberangi Sungai Yordan, sewaktu hendak memasuki tanah Kanaan, dibawah pimpinan Yosua, dengan mengandalkan kesaktian Tabut Perjanjian, sebagai simbol kehadiran dan penyertaan Yahowa (bd. Yos.3:1-17). Selain itu adalah peristiwa sewaktu Elia dan Elisa menyeberangi sungai Yordan, Elia memukulkan jubahnya ke sungai itu, sehingga sungai itu kering , dan kemudian Elisa mengambil jubah Elia yang tertinggal di tanah sewaktu Elia naik ke sorga, lalu Elisa membantingkan jubah itu ke sungai Yordan, lalu sungai itu di bagian yang dibanting tersebut menjadi kering, dan Elisa bisa melewatinya dengan berjalan kaki (bd. 2 Raj. 2:1-14).   5) Allah memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya.  Sewaktu bangsa Israel dikalahkan Nebukadnezar II, dan dibuang ke Babel, dan Bait Allah dihancurkan, itu dipahami umat Israel bukan kelemahan TUHAN Allah, melainkan keperkasaan Allah. Sebab Dia lah yang menggerakkan Tentara Nebukadnezar II untuk menyerbu Yehuda/ Yerusalem untuk menghukum Israel karena dosa Yerobeam yang juga sudah merasuk raja-raja Yehuda. Niniwe dan pertobatan mereka diambil sebagai contoh bahwa Allah yang dipuja Israel memerintah bangsa-bangsa dengan perkasa. Tentara Sanherib mundur dari mengepung Yerusalem karena TUHAN Allah campurtangan terhadap pemerintahan Assyur. Kerajaan Mesir juga dipandang sebagai dalam pengendalian TUHAN Allah. Apalagi Kerajaan Persia dibawah pemerintahan Raja Koresy (yang disebut juga Hamba TUHAN Allah), diyakini sebagai bagian dari pemerintahan TUHAN Allah yang perkasa.  6) Mata Allah mengawasi bangsa-bangsa (goyim) (ay.7b).  Latarbelakang peristiwa Sodom dan Gomora, peristiwa Air Bah,  pertobatan penduduk Niniwe, dapat dijadikan petunjuk tentang kebenaran dari apa yang dikatakan pemazmur dalam Mzm.66:7b.   7) Oleh tindakan Allah para pemberontak tidak dapat meninggikan diri (ay. 7c). Kegagalan pemberontakan Absalom, kegagalan pemberotakan Raja Zedekia terhadap pemerintahan Kerajaan Babel (Raja Nebukadnezar II) merupakan petunjuk bahwa pemberontak-pemberontak tidak dapat meninggikan diri. Menurut pemazmur tujuh contoh perbuatan dahsyat dari Allah tersebut menjadi alasan bagi seluruh bumi bersukacita, sehingga pemazmur mengajak mereka semua bersukacita (“Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia” (ay. 6c).  Mengapa ada sukacita karenanya? Karena masing-masing dari tujuh tindakan/perbuatan dahsyat Allah tersebut  selalu mewujudkan  keselamatan bagi siapapun (bagi bangsa-bangsa, bagi penghuni bumi) yang berlindung kepada-Nya atau bagi yang percaya kepada-Nya dan mematuhi perintah-perintah-Nya.
3.       Pemazmur masih memberikan banyak alasan bersukacita bagi umat Israel (yang dia sebut “kami”) dan bagi dirinya sendiri (yang berbicara sebagai “aku” dalam mazmur ini).  Tetapi karena dalam perayaan ini pengikut TUHAN Allah diajak merenungkan perbuatan-perbuatan Allah yang perlu didilihat oleh penghuni bumi, maka yang perlu dipaparkan lagi adalah perbuatan-perbuatan dahsyat dari Allah terhadap seluruh umat manusia (seluruh bumi) di masa sekarang, sehingga ada alasan pengikut Tuhan Yesus Kristus mengajak seluruh bumi turut dalam sukacita yang dianugerahkan TUHAN di hari Perayaan Pentakosta Kristiani, agar penghuni bumi yang sekarang turut bersoraksorai bagi Allah, bermazmur bagi Allah, memazmurkan kemuliaan nama Allah, memuliakan Allah dengan pujipujian dan menyembah Allah.
(a)    Sampai sekarang pencurahan Roh Kudus tetap masih merupakan perbuatan dahsyat dari Allah, yang membuat setiap manusia yang ada di bumi bersukacita.  Tanpa kehadiran Roh Kudus dalam diri setiap pemimpin negeri yang ada di bumi, kehidupan manusia tidak seperti sekarang, melainkan sudah hancur-hancuran. Dikala manusia radikal agamis dan para teroris menyulut  perang di Syria, Irak, Libia, roh Iblis gentayangan menyebar maut  terhadap orang-orang lemah yang tidak berdosa. Hanya perlindungan Allah yang menolong orang-orang yang selamat. Orang-orang yang sempat mengungsi dihantar hingga dapat mendarat di Eropah. Seluruh dunia digerakkan (yang menurut keyakinan pengikut Yesus, itu digerakkan Roh Kudus) melalui PBB agar menolong kaum pengungsi tersebut, sampai tiba waktunya kelak mereka dapat pulang ke tanah air mereka dalam kedamaian. Para teroris yang menyusup bersama pengungsi itu pasti  akan terhukum.
(b)   Sekarang ini musuh-musuh Tuhan Yesus Kristus masih banyak, tidak beda dari sewaktu Yesus masih bekerja di Yudea dan Galilea. Musuh itu ada yang mengatasnamakan ideologi, agama, humanisme, dan kemajuan ilmu pengetahuan bahkan karena sentimen. Roh Kudus menuntun Huria-Nya untuk terus bersabar dan menyadarkan para lawan-lawan Yesus, bahwa permusuhan yang mereka lakukan terhadap Yesus tidak beralasan. Bahkan ajaran Yesus mendorong mereka semakin memperbaiki ajaran dan rencana-rencana mereka berdasarkan ajaran kasih agave dan damai sejahtera yang diajarkan oleh Yesus Kristus, sehingga ajaran mereka sempurna dan sukacita mereka penuh. Yesus ingin mengalahkan musuh-musuh-Nya tidak dengan senjata kekerasan, melainkan dengan suguhan dasar kehidupan terindah dan kedamaian yang sejati.
(c)    Bila dulu laut (sungai) dikeringkan agar dapat dilalui orang pejalan kaki, sekarang ini angkasa luar  telah bisa diarungi dan manusia berjalan-jalan di sana. Walaupun sekeras-kerasnya astronot Yurigagarin yang ateis itu menyangkal adanya perbuatan Tuhan dalam kesuksesan manusia mengarungi angkasa luar, penyangkalan itu tetap sebagai bahan tertawaan bagi seluruh umat manusia yang berhati nurani. Kehadiran Tuhan di pusat-pusat antariksa yang dimiliki negara-negara penjelajah angkasa luar (disadari atau tidak disadari, disangkal atau diaminkan) mendorong semua orang yang terlibat dalam proyek itu untuk terus meningkatkan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mereka miliki, sehingga proyek itu semakin memberikan sukacita bagi seluruh bumi atau seluruh umat manusia.
(d)   Setelah Perang Dunia Kedua membinasakan begitu banyak penghuni bumi, disadari atau tidak disadari oleh manusia, Tuhan menghajar manusia agar tidak terlalu menyombongkan kekuasaan yang diberikan kepada mereka. Manusia disadarkan agar menjungjung tinggi hak-hak azasi manusia, dan setiap yang melanggarnya harus dihukum berat (Ingat DUHAM) . Jerman dan Italia, yang waktu itu merupakan negara yang penduduknya mayoritas beragama Kristen (Katolik dan Protestan) melakukan pertobatan, dan menjadi negara yang paling terdepan mencegah terjadinya perang di manapun di dunia.  Amerika yang menduduki Jerman dan Jepang tidak lagi menjadi penindas bagi penduduk negara yang didudukinya, melainkan menjadi sumber berkat dan kemajuan yang sangat berguna untuk kemanusiaan. Semuanya itu dipahami oleh orang beriman kepada Tuhan Yesus sebagai perbuatan-perbuatan Tuhan yang dahsyat. Dan sampai sekarang, melalui kekuatan-kekuatan yang digunakan Tuhan di bumi ini, Tuhan mengawasi  bangsa-bangsa (termasuk seperti Korea Selatan, Israel, Iran, negara-negara pemilik senjata nuklir, kelompok-kelompok yang keranjingan berperang) agar tidak menjadi perusak kehidupan kemanusiaan.
(e)   Setelah umat manusia dibebaskan dari belenggu keagamaan yang membungkam kreatifitas manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Manusia semakin dapat menunjukkan dirinya seperti yang dikatakan pemazmur dalam Mazmur 8, sebagai manusia yang Tuhan buat (jadikan) “hampir sama seperti Allah”.  TUHAN Allah adalah CREATOR (PENCIPTA), dan manusia dibuat sebagai “creator” (pencipta). Sebagai “creator” manusia telah dapat membuat kloning, alat komunikasi tercanggih; alat-alat terbang tercanggih; makanan tercanggih, obat termujarab, dan lain-lain yang tercanggih.  Kemampuan manusia sebagai “pencipta/creator” masih akan terus berkembang, walaupun manusia itu pasti tidak akan mampu menyamai CREATOR mereka. Kesempatan manusia bisa demikian tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Jadi dengan melihat dan merenungkan perjalanan seluruh bumi dalam kurun waktu abad ke-20 dan di awal abad ke-21 ini, sudah sepantasnya seluruh umat manusia bersukacita, dan mengekspresikan sukacita mereka dengan mengumandangkan pujian-pujian dalam bahasa yang dapat mereka pergunakan (bahasa mulut, bahasa karya, bahasa peradaban/budaya dan bahasa isyarat), sesuai dengan ajaran agama dan keimanan masing-masing.  Hadiah terbesar yang diberikan TUHAN Allah dalam Yesus Kristus di hari kedua  Perayaan Hari Pentakosta Kristiani tahun 2016 ini adalah sukacita, kesempatan mendapat sukacita, kesempatan menikmati sukacita dan mengekspresikan sukacita yang dianugerahkan itu. Kiranya seluruh bumi, menyanyikan syukur atas pekerjaan Allah, yang disadari atau tidak disadari,  yang disangkal atau diaminkan, oleh setiap penghuni bumi/di setiap negeri.

Pematangsiantar, tgl. 23 Maret 2016. Pdt. LaMBas.