MINGGU REMINISCERE, EVANGELIUM: FILIPI 3:17 – 4:1
FILIPI
3:17
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama
seperti kami yang menjadi teladanmu.
3:18 Karena,
seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula
sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
3:19
Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan
mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara
duniawi.
3:20 Karena
kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
3:21 yang
akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang
mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang
kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan,
hai saudara-saudaraku yang kekasih!
BERDIRILAH DENGAN TEGUH
DALAM TUHAN
TOGU MARHAJONGJONGAN DI BAGASAN TUHAN I
ISI RINGKAS SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT FILIPI:
Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus mengucap syukur setiap mengingat jemaat
Filipi, dan Paulus mengajak saling mendoakan. Paulus menceritakan bahwa dia
sudah di penjara dan dampaknya bagi kemajuan Injil, dan beban-beban yang
terjadi karena ada juga penginjil palsu (yang hanya mencari kepentingan/keuntungan
diri sendiri). Karena beratnya beban itu dia merasa lebih baik baginya mati,
tetapi hanya demi jemaat (termasuk demi jemaat Filipi) makanya dia tidak
diizinkan mati oleh Tuhan Yesus. Jemaat Filipi diajak terus gigih berjuang
menghadapi semua lawan-lawannya, dan rela menderita demi kemajuan Injil. Jemaat
itu diajak sehati sepikir, hidup dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dan tidak
ada yang cari kepentingan diri sendiri. Diharapkan jemaat Filipi mau dalam
hidup bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus, yang mau kenosis. Paulus mendorong jemaat Filipi untuk terus mengerjakan
keselamatan mereka, tanpa sungut-sungut dan perbantahan. Paulus mengajak jemaat
agar sama bersukacita dengan dia, karena kemajuan Injil. Paulus memberitahu
akan mengutus Timotius dan Efafroditus untuk mengunjungi jemaat itu demi
penguatan iman dan demi sukacita mereka. Paulus menasihatkan jemaat agar
waspada terhadap “pengajar sesat”, dan dia memaparkan keyahudiannya yang dulu
benar-benar dan sekarang sia-sia karena sudah mengikuti Yesus Kristus.
Yang lebih indah bagi Paulus adalah “panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus
Yesus”. Paulus memberi nasihat kepada jemaat Filipi, dan nasihat itu akan
menjadi renungan minggu ini. Paulus menyampaikan terimakasih atas pemberian
jemaat. Dan dia menyampaikan salam dari yang bersama dengan dia dan dari mereka
yang di istana Kaisar (bd.4:22; bd. Flp.1:13). Rupanya sudah ada orang Kristen yang sudah
berhasil menyusup bekerja di istana Kaisar, yang tentu saja waktu itu adalah
kaisar Claiudius dan Kaisar Nero.
MEMAHAMI TEKS Flp.3:17 – 4:1
Flp.3: 17 Saudara-saudara,
ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang
menjadi teladanmu.
(1)
Paulus menyapa Umat Kristen Filipi (UKF) dengan
“saudara-saudara” sebagai ungkapan persaudaraan dalam Kristus, yang begitu
akrab satu sama lain. Paulus mengajak mereka mejadi xummimetai
mou (dalam Latin: coimitatores mei) ( = para peniru-peniru-ku/ para
ko-imitator-ku). “Jadilah peniru-peniruku!”, kata Paulus. Paulus melihat dirinya sebagai imitatio Christi (yang meniru Kristus),
dan para pengikut Kristus yang merupakan buah penginjilannya diajaknya menjadi co-imitatio Christi (yang meniru Kristus
bersama-sama dengan dia) (sesama peniru Kristus). Dia mengajak UKF agar memperhatikan (Latin: observate; Yunani: skopeite) (= mengamati)
orang–orang yang menjalankan hidup mereka (Yun.: peripatountas; Latin: ita ambulant;
yang merantau) seperti UKF meneladani (echete
typos = memiliki teladan) kami (=Paulus dkk.). Paulus mengajak UKF menjadi “sesama
peniru”-nya dan menjadi pemilik “teladan”-nya. Dalam hal manakah Paulus diminta ditiru dan
dijadikan teladan (typos)?
a. Bertobat
menjadi pengikut Yesus Kristus (yang sebelumnya sangat dia bencii) dan
kefanatikannya mengikut Yesus semakin bertambah dari hari kehari, dan dia rela disiksa,
dipenjarakan dan senang kalau kehilangan nyawa (seperti Yesus yang diikutinya)
demi Tuhan Yesus Kristus.
b. Rela
meninggalkan kampungnya dan rumahnya yang serba berkecukupan, dan tanpa
didukung oleh lembaga manapun, tetapi dengan inisiatip sendiri dan bermodalkan
nafkah yang dimiliki, pergi berkeliling Asia Kecil hingga tembus ke kota-kota
di Eropah (daerah Yunani) untuk memberitakan Injil Yesus Kristus dan
kebenarannya. Demi pekerjaan itu dia rela dan tabah menghadapi dan menembus
semua tantangan dan hambatan dari kaum Yahudi yang anti-Kristen, dari
pemerintah Romawi dan dari orang-orang yang mengaku pengikut Yesus Kristus. Paulus
bangga apabila nyawanya dihilangkan oleh lawan-lawannya (kalau dia harus mati) demi
membela kebenaran Injil Kristus. Akhirnya dia memang mati disalibkan dengan
kepala ke bawah di kota Roma.
c. Paulus
menggunakan semua yang dimilikinya dan yang kemudian diperolehnya untuk
pelaksanaan Pekabaran Injil, pada waktu yang baik maupun pada waktu yang tidak
baik.
d. Paulus
tidak mengambil sedikitpun dari sumbangan-sumbangan yang dia kumpulkan untuk
kebutuhan jemaat-jemaat miskin, khususnya jemaat Kristen miskin di Yerusalem.
e. Paulus
memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan menggunakan dan mendayagunakan
keahliannya untuk mendapatkan uang memenuhi belanja rumahnya. (dia ahli
menenun).
f.
Paulus menggunakan semua ilmu yang dimilikinya
(ilmu teologi PL dan pengetahuan Isi PL; ilmu kemasyarakatan (sosiologi), ilmu
kelautan, ilmu geografi, ilmu ketatanegaraan, ilmu bahasa, ilmu jiwa, ilmu
agama-agama, dan ilmu-ilmu serta keterampilan lainnya) dalam terang Injil
Kristus Yesus, dan demi membela Yesus Kristus dan kebenaran serta ajaran
Kristus. Dia sama sekali tidak mau
melangkahi Kristus, dan tidak dilakukannya seperti dilakukan pemberita Isa
al-Masih alaihi salam. Paulus tetap melihat dirinya sebagai “hamba/pelayan”
Kristus, rasul (apostel) Kristus, yang
semata-mata bekerja untuk Yesus Kristus, untuk untuk penyanjungan diri Paulus
sendiri, bukan untuk membuat dirinya penjadi tokoh pendiri agama baru.
g. Paulus
menggunakan kepiawaiannya menulis dan membahas teologi dan etika yang
dibutuhkan pengikut Yesus yang benar
dalam menjalankan kehidupan mereka.
h. Paulus
menunjukkan sifat dan sikap rendah hati di hadapan semua orang, baik di hadapan
lawan-lawannya.
i.
Paulus menunjukkan dirinya sebagai seorang warga
negara yang taat kepada hukum negara, walaupun pemerintahan pada zamannya
kejam, diktator, menjajah, dan otoriter.
j.
Paulus memperlakukan dirinya sebagai seorang
yang cinta damai, sesuai dengan ajaran-ajarannya tenang kasih dan damai.
k. Paulus
menunjukkan dirinya sebagai seorang yang mau menyesuaikan diri kepada
orang-orang yang masuk dalam pergaulan hidupnya.
l.
Paulus tidak melihat para pemberita injil yang
lain, terutama para murid Tuhan Yesus Kristus sebagai saingan dalam pelaksanaan
tugas Pekabaran Injil.
m. Paulus
selalu suka menolong.
n. Paulus
tidak menjelek-jelekkan orang lain.
o. Paulus
tahan dan tabah dalam memikul derita yang dialaminya karena membela Yesus
Kristus dan ajaran-Nya.
p. Paulus
tegas dalam kata dan perbuatan melawan segala bentuk ajaran yang menyesatkan
para pengikut Tuhan Yesus Kristus.
q. Paulus
membuat “Kristus segala-galanya” dalam kehidupannya.
r.
Paulus punya iman yang tidak tergoyahkan oleh
siapapun dalam mempercayai dan mengikut Yesus Kristus.
(2)
Dalam ayat 17 itu Paulus memakai kalimat
paralelismus, dengan menggunakan kata xummimetai
dan typos. Paulus meminta UKF
memperhatikan orang yang memiliki keteladanan (typos) Paulus. Kalau UKF menjadi peniru-peniru Paulus, yang
lainnya menjadi manusia type-type Paulus. Mungkin dua macam orang ini tidak
terlalu berbeda. Mungkin mereka berbeda hanya dalam hal mana dari sifat,
perilaku, dan wawasan Paulus, yang lebih ditonjolkan masing-masing. Tetapi yang
penting adalah: baik yang menjadi peniru Paulus maupun yang ber-type Paulus
harus saling memperhatikan, dan menyatukan kekuatan, demi kemajuan jemaat dan
penyebaran Injil keselamatan itu.
Flp. 3:18: Karena,
seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula
sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
a)
Kekompakan para peniru Paulus dan yang bertype
Paulus di jemaat Filipi sangat dibutuhkan. Kalau mereka bersatu, maka jemaat
dan Injil akan semakin teguh, tetapi kalau mereka retak-retak dan cerai-berai,
maka jemaat itu akan runtuh dan Injil akan tumpul. Kesatuan jemaat (seperti dikatakan
dalam Flp.2:2 dybb: sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
dan saling memperhatikan kepentingan; dan menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Yesus Kristus), sangat penting, karena dari pengalamannya
berkeliling memberitakan Injil, Paulus telah melihat “banyak orang yang hidup
sebagai seteru salib Kristus”. Begitu pentingnya hal itu perlu diperhatikan,
makanya Paulus sampai menangis dalam menasihatkannya. Paulus sangat prihatin
melihat perkembangan negatif tersebut.
b)
Siapakah yang dimaksud dengan “orang yang hidup
sebagai seteru (echthrous = para musuh) salib Kristus”? Paulus tidak
menguraikannya. Disinyalir, mereka adalah: 1) yang tidak menyangkal Yesus
sebagai Mesias (al-Masih), tetapi menyangkal bahwa Yesus tersalib untuk
menyelamatkan manusia. 2) yang menyangkal Yesus sebagai Mesias, dan mengatakan
bahwa Yesus itu disalibkan karena dia melakukan kejahatan keagamaan terhadap
agama Yahudi. 3) Yang mengatakan Yesus itu hanya di dunia maya (dunia
khayangan), dan tidak pernah ada di dunia realistis (aliran gnostik) 4) yang
mengatakan Yesus itu salah seorang pengajar sesat, dan para pengikutnya harus
dimusnahkan. 5) anti-Kristus, anti-Paulus dan anti-Kristen. 6) yang mengajarkan
bahwa keselamatan duniawi dan keselamatan sorgawi hanya dengan melakukan atau mematuhi hukum-hukum agama, bukan dengan
menyambut makna pengampunan dosa dan penawaran keselamatan oleh Allah melalui
ketersaliban Yesus Kristus (aliran Yudaisme). 7) para penganut agama politeis,
animis, kepercayaan rangkap, dan ultra monoteis yang tidak memberi tempat
adanya Yesus Kristus dalam tatanan kepercayaannya. 8) Yang bertuhankan
perutnya, yakni para pelaku ekonomi yang atheist dan asosialist/egoist. Terhadap delapan “seteru salib Kristus”
tersebut UKF dan umat Kristen sekarang diminta tetap waspada.
Flp. 3:19: Kesudahan
mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka
ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
1)
Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa kesudahan
dari pada “seteru salib Kristus’ adalah kebinasaan (Yun.: apoleia; Latin: interitus
= menjadi tidak berarti apa-apa; sia-sia). Mungkin sekali yang delapan seteru salib Kristus, di masa
Paulus dan juga sekarang ini sungguh sangat jaya ditinjau dari segala sudut. Tetapi
nanti kesudahannya adalah kebinasaan. Salah satu contoh adalah ajaran Marxis-Leninis
yang menjelma menjadi ideologi Komunisme
Unisovjet. Tujuh puluh tahun berjaya, akhirnya jatuh kepada kebinasaan. Dulu
ajaran pemujaan kepada dewa Ra di Mesir kuno sangat jaya. Peninggalannya hanya
berupa mummi dan piramide. Demikian juga pemujaan kepada dewa Baal dan Zeus di
Timur Tengah maupun Roma sekitarnya. Semuanya hilang ditelan zaman. Karena apa?
Seperti dikatakan Paulus, Tuhan mereka ialah perut. Segala sesuatunya
diperjuangkan, dipujakan, dibangun, hanya untuk memenuhi keinginan “perut”
dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan kata “perut” (stoikia) di sini dicakup semua ambisi dan nafsu manusia. Tampaknya semua usaha yang
dibuat mereka sungguh sangat “mulia”. Karena mereka membangun negara sangat
maju tetapi menindas orang yang tidak seide dan seagama dengan pemerintah;
mereka membangun kuil-kuil yang luar biasa besar, indah dan megahnya. Tetapi
akhirnya semua menjadi reruntuhan, karena di dalamnya diajarkan kebencian,
bukan cinta kasih (agave). Mereka sangat mulia bila mengatakan dan melaksanakan
“gigi ganti gigi”, tetapi kemuliaan seperti itu yang menjadi aib bagi mereka,
karena mereka tidak mengenal pengampunan, lalu generasi demi generasi selalu
dijejali dengan dendam dan usaha melampiaskan dendam itu. Orang yang hanya ingin mengisi perut atau
yang diperbudak perutnya, selalu memikirkan segala perkara duniawi (Yun.: epigeia; Latin: terrenaI = yang sekitar bumi saja). Keagamaan merekapun diarahkan
untuk menguasai dunia dan hal-hal duniawi saja. Kematian mereka pun hanya
mengantar ke alam barzah (dunia kematian) di dunia ini. Persoalan sorgawi tidak
menjadi urusan mereka. Yang penting berbahagia di bumi (waktu hidup dan waktu
mati). Ada budaya orang seperti ini, dari dulu sampai sekarang, peti mati
seorang yang meninggal dijejali dengan sagala harta yang dimiliki orang itu
sewaktu hidupnya, lalu dikuburkan. Katanya, agar harta duniawi itu menjadi
nafkahnya di dunia kematian itu. Yesus Kristus menilai budaya seperti ini (yang
bertuhankan perut, mencari kemuliaan duniawi semata-mata, hanya memikirkan
perkara duniawi saja) sebagai budaya kebodohan, sewaktu DIA menceritakan
Lazarus yang miskin dan seorang kaya (baca: Lukas 16:19-31), dan menceritakan
tentang Orang Kaya Yang Bodoh (Lukas 12:13-21). Yesus menaseihatkan kepada setiap orang yang
masih hidup di dunia, tanpa kecuali: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33).
Flp. 3:20-21 : Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita
menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengubah tubuh
kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut
kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
a)
Tanah air para Pengikut Yesus Kristus selalu
jelas, yakni di negara di mana dia dilahirkan atau di negara di mana dia
bekerja, dan di sorga (Yun.: ouranos; Latin: caelis; Ibrani: šamayim
= tempat tinggal TUHAN/Yesus Kristus). Setiap pengikut Yesus memiliki dua tanah
air sekaligus. Demikian juga kewargaan. Satu kewargaan di negeri tempat
pengikut Yesus berada (biasanya dibuktikan dengan mendapat surat
kewarga-negaraan karena kelahiran, atau karena diurus kepada pemerintah
setempat kalau negeri itu tidak tempat kelahirannya. Biasanya bukti untuk itu
adalah Kartu Tanda Penduduk atau Paspor). Kemudian kewargaan yang satu lagi
adalah di negeri sorga, yang Rajanya adalah TUHAN (Yesus Kristus). Kewargaan di
sini bisa juga karena kelahiran dan karena dilamar agar diberikan. Bukti kewargaan itu adalah
Surat Baptis. Tanah air dan kewargaan ini, dua-duanya bisa hilang, kalau tidak
dijaga dengan baik. Pindah dan berganti tanah air dan berganti kewargaan bisa
juga dilakukan. Presiden dan undang-undah negara di bumi tidak melarang, dan
Raja di sorga dan peraturan sorgawi juga tidak melarang. Pengikut Yesus Kristus
diajari tentang “kebebasan memilih/menentukan tanah airnya dan kewargaannya”.
Yang penting, jangan sampai ada penggantian tanah air dan kewargaan di bumi dan
di sorga itu bermotifkan penghianatan, kedurhakaan, pemberontakan kepada tanah
air dan kewargaan itu. Indah memang
menjadi pengikut Yesus dan sangat menguntungkan; tidak ribet; segalanya praktis
dan mudah. Apalagi segala urusan tentang kewargaan sorgawi dan tanah air sorga
tersebut, sangat indah dan menyenangkan, karena Rajanya yang mengurusi semua;
warganya tinggal menikmati saja dengan setia.
b)
Kalau warga negara sorga masih di bumi, dia
tetap punya komunikasi dengan Rajanya di sorga. Berkomunikasi dengan Raja itu
tidak pernah terhambat oleh protokol-protokolan atau oleh pasukan pengamanan
Raja (paspamra). Semua urusan dapat langsung disampaikan kepada raja itu.
Pasukannya bertugas untuk mengurusi kepentingan pengikut Yesus Kristus. Raja
sorga itu juga di atas segala raja atau segala kepala pemerintahan (presiden,
perdana menteri dan lain-lain) yang ada di bumi. Makanya sangat wajar apabila
semua pengikut Yesus menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus sebagai
Juruselamat (bukan sebagai pembantai) ke bumi, ke negeri-negeri tempat pengikut
Yesus Kristus berada. Sudah ada buku yang beredar mengatakan bahwa Yesus
Kristus (mereka sebut Isa al-Masih a.s.) tidak datang. Tetapi walaupun seluruh
penduduk bumi, termasuk pengikut Yesus, mengatakan bahwa Yesus tidak datang,
dengan menggunakan segala argumen yang dimiliki, bukan itu ketentuannya. Bahwa
Yesus Kristus pasti datang ada di tangan atau dalam ketentuan Yesus Kristus
sendiri. Tidak ada teori dan kekuatan yang dapat menghalanginya. Yesus Kristus
pasti datang. Maranatha. Haleluya. Tugas umat manusia adalah mempersiapkan
sesgala sesuatunya menyambut Raja segala raja tersebut. Kalau presiden Amerika
Serikat atau Paus dari Roma hendak datang
mengunjungi suatu negara, semua rakyat dan pemerintah negara yang akan
dikunjungi itu mempersiapkan segala sesuatunya agar tamu yang akan datang itu senang,
walau kunjungan itu hanya satu atau dua hari saja. Sedangkan menyambut
kedatangan kepala negara di bumi demikian hebatnya, apalagi hendak menyambut
kedatangan Raja di atas segala raja. Harus benar-benar hebat, royalis, dan
mulia. Jangan sampai persiapan-persiapan yang dilakukan mempermalukan rakyat
dan kepala pemerintahan negara yang akan dikunjungi itu sendiri. Sebenarnya
tidak sulit agar hebat, royalis dan mulia. Yang perlu dilakukan adalah: a)
semua agama menjadi agama KASIH, agama shalom, dan agama pecinta kemanusiaan
dan ciptaan. b) semua rakyat dan pemerintah tidak melakukan pencurian,
pembunuhan, perzinahan, pendustaan dalam bentuk apapun atau dalam arti yang
seluas-luasnya. c) satu negara tidak
bermusuhan dengan negara manapun, tetapi semua negara hidup dalam ikatan damai
sejahtera. d) tidak perlu lagi ada gerakan separatisme di satu negara, dan
setiap negara harus membuat suasana di negara itu agar semua bisa merasa
memiliki negara itu dan menjadi sumber damai dan kesejahteraan bagi mereka. e)
Hak-hak azasi manusia, perlindungan azasi bagi semua ciptaan, pemeliharaan
lingkungan di setiap negara benar-benar dijalankan sesuai tujuan. f). Semua agama dan penganut-penganutnya tidak
lagi bersaing satu sama lain, tidak saling bermusuhan, tetapi benar-benar
rukun, toleran, dan selalu mendahulukan kebaikan untuk semua pihak. Masing-masing
agama menjalankan ajarannya untuk kebaikan, kemakmuran dan kesejahteraan umat
manusia (penganutnya dan yang bukan penganutnya). Masih banyak lagi yang dapat
dikatakan, tetapi garis besarnya yang enam butir itu. Mari ikut bersiap
menyambut kedatangan Yesus Kristus ke bumi.
c)
Yesus datang sebagai Juruselamat, yang akan
mengubah tubuh manusia yang hina sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia.
Dengan kedatangan Yesus dalam Roh dan Firman-Nya juga sudah dapat mewujudkan “pendahuluan”
dari apa yang dikatakan Paulus itu. Roh TUHAN dan Firman TUHAN membuat “tubuh
hina” menjadi “tubuh mulia” di bumi ini. Nanti di sorga tinggal hanya
kesempurnaannya yang tampak. Roh Kudus menawarkan Keselamatan yang telah
dikerjakan Yesus Kristus melalui kealhiran, pekerjaan, penyaliban, kematian dan
kebangkitan-Nya. Firman TUHAN menjelaskannya, sehingga bisa masuk ke dalam diri
dan hati setiap manusia. Siapa yang menyambutnya akan menjadi “ciptaan baru”,
menjadi “anak-anak Allah” di bumi. Tubuhnya pasti disucikan, sehingga tidak hina
lagi oleh dosa yang dulu melekat di sana, melainkan menjadi mulia, karena kuasa
Kristus yang memenuhinya, dan seterusnya akan melakukan hal-hal yang mulia. Nanti
dalam kedatangan Yesus yang kedua kali, yang juga datang sebagai Juruselamat, akan membuat semuanya
menjadi sempurna (bd. 1 Tes.4:13-18; 1 Kor.13:12).
d)
Sewaktu hendak naik ke sorga, Yesus berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.”
(Mat. 28:18). Paulus dan semua pengikut
Yesus yang paham, mempercayai itu. Yesus menurut kuasa yang ada pada-Nya “dapat
menaklukkan segala sesuatu kepada
diri-Nya”. Tetapi DIA tidak mau selalu pamer kekuasaan. Kadang DIA mengulur
waktu hingga ratusan tahun bahkan ribuan tahun, baru DIA tampakkan kuasa-Nya
menaklukkan sesuatu itu kepada diri-Nya. Bayangkanlah misalnya, ada satu agama
yang sangat membenci dan sangat anti Kristus, tetapi setelah lebih ribuah tahun
agama itu sudah mulai melakukan ini ajaran Tuhan Yesus Kristus, yaitu kasih, belajar
menjadi agama shalom. Ada agama yang dulu-dulunya tidak mengenal Yesus Kristus,
tetapi akhir-akhir ini sudah membuat patung Yesus Kristus dalam deretan patung-patung dewa-dewi yang
dipuja mereka. Yahudi yang sangat anti Yesus semakin mengakui bahwa hidup
mereka akan lebih baik bila mempraktekkan Kibbutz mereka sesuai ajaran Yesus
Kristus, putera bangsa Yahudi yang paling luar biasa itu. Umat manusia tidak perlu
mengkuatirkan kuasa Yesus Kristus, apabila Dia datang “sekarang maupun nanti”, karena
kuasa-Nya datang sebagai Juruselamat, yang menyelamatkan setiap agama menjadi
agama yang KASIH pro deo, patria et omni gentes et creaturae (agama KASIH untuk
TUHAN, tanah air, dan segala bangsa serta segala ciptaan). Yesus datang tidak untuk menghapus agama-agama, sama
seperti Dia datang tidak untuk menghapus agama Yahudi, melainkan untuk
menyelamatkan mereka semua. Yang perlu adalah, bahwa mereka menyambut
keselamatan yang ditawarkan Yesus, dan masing-masing menjabarkannya menurut
ajaran kasih yang terkandung dalam agama tersebut dan membuat agama itu naik
kelas. Kelas tertinggi suatu agama (dan juga peradaban) adalah bila mencapai
kelas “menjadi agama (peradaban) KASIH dan DAMAI”. Dua-duanya yang berasal dari
Yesus Kristus, bukan dari dunia ini.
Flp.4:1 : Karena
itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan
mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang
kekasih!
1)
Paulus lebih menegaskan lagi,
bahwa UKF bukan hanya “saudara – saudara” (adelpoi),
melainkan “saudara-saudara ku yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan
mahkotaku” (adelfoi mou agapetoi kai
epipothetoi, chara kai stefanos mou;
Latin: fratres mei carissimi et
desideratissimi, gaudium et corona mea; Ibrani: ’aḥay, ha’ahubyim, wehayeqaryim, śimḥatyi wa‘atheret ro’šyi). Luar biasa ungkapan ini.
Pengikut Yesus perlu meneladaninya dalam menyebut saudara-saudaranya sedemikian
rupa. Jangan hanya kepada anak-anaknya sendiri dikatakan demikian. Ikutlah dikatakan
demikian kepada teman-teman se-huria, seagama, atau sebangsa. Inilah ungkapan
kedekatan orang bersaudara, bukan hanya karena diikat oleh kasih storge, filia
maupun eros, melainkan karena sudah diikat oleh KASIH AGAVE. Adelpoi itu sudah
disebut agapetoi, bukan filiaoi, sturgeoi atau erosoi. Mereka yang sudah
adelpoi agapetoi itulah bukan lagi merasa sedarah-sedaging, atau teman sekerja
biasa, teman sehuria biasa, atau teman seperburuan saja, melainkan sudah
mencapai tingkat “sehidup semati”, seperjuangan, sepengharapan, setujuan, yang
diikat dalam kasih TUHAN.
2)
Paulus mengajak
UKF supaya “berdiri teguh dalam Tuhan”. Paulus juga menasihatkan hal sedemikian
kepada jemaat Korintus (1 Kor.15:58); jemaat Galatia (Gal.5:1); jemaat Kolose
(Kol.1:23), jemaat Tesalonika (2 Tes. 2:15). Nasihat seperti itu juga dijumpai
dalam surat kepada Ibrani, Surat Petrus, Surat Yakobus. Teguh dalam TUHAN
sungguh sangat perlu bagi setiap pengikut Yesus Kristus. Teguh dalam TUHAN itu
setingkat lebih kuat lagi dari pada teguh dalam iman, teguh dalam ajaran. Iman
bisa goyah, ajaran bisa usang, tetapi TUHAN (Tuhan) tidak pernah goyah atau
usang. Benar yang dikatakan penulis Ibrani: Kristus tetap sama, baik kemarin,
maupun hari ini dan samapi selama-lamanya (Ibr.13:8). Dialah batu karang yang
teguh. Para rasul-Nya mendirikan jemaat-Nya di atas batukarang ini dan menjadi
batukarang yang teguh (bd. Mat.16:18). Huria Tuhan Yesus didirikan di atas batu
karang yang teguh ini. Bebahagialah orang yang mendirikan rumah dan imannya di
atas batu karang ini, karena dia akan teguh selama-lamanya. Umat Kristen Filipi
(UKF) dan setiap jemaat atau huria yang ada di dunia sekarang ini diharapkan
juga teguh sampai selama-lamanya. Berjuanglah.
UNTUK DAPAT LEBIH
MEMPERDALAM LAGI
(a)
Melihat ribuan naskah-naskah salinan Surat
Filipi dari sepanjang zaman, ada satu koreksi di Flp. 3:18, kemudian dua
koreksi di ayat 21, dan satu koreksi di Flp.4:1. Dalam naskah P46 disisipkan kata blepete (= kalian
lihatlah/perhatikanlah) di antara kata lego, dan tous exthrous, sehingga frasa itu “dan sambil menangis saya
katakan, lihatlah para seteru salib
Kristus”. Penyisipan kata blepete tidak
mengubah arti kalimat tersebut. Dan di
Flp. 3:21 menurut naskah D2 ΨM
sy; Ambr, disisipkan kata eis to
genesthai auto (= sehingga itu
menjadi) di antara kata hemōn dan summofron sehingga frasa itu menjadi berarti: “akan mengubah tubuh
yang hina kita sehingga itu menjadi
serupa kepada tubuh-mulia-Nya”. Kemudian di ayat 21 itu masih, ada pembacaan
yang berbeda untuk kata autō (kepadanya) yang di akhir kalimat,
menjadi eautō (kepada dirinya
sendiri). Teks berbunyi: dan dia menaklukkan kepadanya segala sesuatu”, menjadi
“dia menaklukkan kepada dirinya sendiri segala sesuatu”. Semakin jelaslah. Di
Flp. 4:1 ada juga perbedaan bacaan untuk
kata agapetoi (saudara-saudara) yang
di akhir kalimat, dalam naskah B 33 syp dibaca agapetoi mou (= saudara-saudaraku). Agar semakin jelas, Paulus itu
benar-benar dekat dengan UKF tersebut.
(b)
Kota Filipi (Philippi) kota yang pada mulanya berdiri sebagai kota
kecil sejak abad ke-7 sebelum Masehi. Tetapi setelah kerajaan Yunani meluas
dipimpin Raja Philippus II (ayah Alexander Agung) dan menguasai daerah Makedonia,
kota kecil ini yang sebelumnya tidak bernama Filipi dibuat bernama Filipi demi
menghormati Raja Philippus II (356 seb,M) dan kota ini dibangun dan dijadikan
sebagai ibukota daerah Makedonia Timur. Alexander Agung (336-323 Seb.M) semakin
membangun kota ini karena di Pegunungan Pangaeus yang di dekat kota ini bisa
menambang emas dan perak. Kota ini tetap
dalam pengaruh budaya hellenis (Yunani), walaupun kerajaan yang dipimpin oleh
para pengganti Alexander Agung dari dinasti Seleukos berakhir tahun 83 seb,M
dan dari dinasti Ptolomeus berakhir
tahun 30 seb.M, hingga ke masa kejayaan
Kerajaan Romawi, di zaman Kaisar Agustus (yang sudah menguasai seluruh daerah
yang dikuasai Alexander Agung yang dulu. Bahasa sehari-hari tetap bahasa
Yunani, dan bahasa pemerintahan dipakai bahasa Latin. Tahun 146 seb.M, kota
Filipi menjadi ibukota propinsi Makedonia di kekaisaran Romawi. Augustus
memerintah tgl. 16 Januari 27 seb.M. sampai 19 Agustus 14 Masehi. (Republik
Romawi dimulai tahun 510 seb.M. dan bertahan sebagai republik sampai tahun 27 seb.
Masehi. Caesar tampil sebagai pemimpin di Roma masih dengan sistem Republik
tahun 47 hingga tahun 44 seb. Masehi. Lalu tahun27 seb.M. Augustus mengubah
Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi). Kaisar Augustus bukan hanya
memperluas daerah, tetapi mewajibkan ada kuil-kuil Romawi di setiap kota yang
ditaklukkannya sebagai tempat pemujaan kepada dewa-dewi yang dipuja kaisar
Augustus. Kota Filipi menjadi semakin penting di kekaisaran Romawi, karena di
luar kota ini dibangun jalan trans makedonia–asia yakni jalur Egnasia, “jalan
tol” yang menghubungkan pelabuhan Byzantium di tepi laut Aegea (bagian Eropa
dan Asia), di pantai paling timur daerah Makedonia hingga ke kota Dyrhakium di
tepi Laut Adriatik, pantai terbarat daerah Makedonia. Di kota Filipi berdiri
banyak kuil Romawi. Kota ini kota agamis romawi, kota perdagangan Asia-Eropa,
kota politik, kota kubu tentara romawi, tempat para pensiunan tentara menikmati
masa pensiunnya. Kaisar Agustus digantikan Kaisar Tiberius (17 Sept. 14 s/d 16
Maret 37). Tiberius digantikan Gaius Caesar (Caligula) (16 Maretr 37 s/d 24
Jan. 41. Gaius Caesar digantikan Kaisar Claudius ( 24 Jan. 41 s/d 13 Okt. 54
Masehi), dan Claudius digantikan oleh Kaisar Nero (13 Okt. 54 M s/d 9 Juni 68
m). Kemudian dalam tahun 69 terjadi pergantian kaisar-kaisar Romawi sebanyak 4
kali karena perebutan tahta: Galba (10 Juni 68 – 15 Jan 69); Otho (15 jan 69 –
14 April 69), Vitellius (2 Jan.68 – 20 Des.69), dan Vespasian (1 Juli 69 – 24
Juni 79). Dari 1 Juli 69 – 20 Des. 69 ada dua kaisar Romawi. Kemudian setelah
Vespasian, naik tahtalah Titus menjadi kaisar (24 Juni 79 – 13 Sept. 81), dan
kemudian Domitianus (14 Sept 81 – 16 Sept. 96). Hampir semua Kaisar-kaisar
tersebut terhitung sebagai anti-Kristen.
Ke kota “metro” yang penuh dengan hiruk-pikuk keagamaan yang
hebat-hebat, daerah militerisme, tempat pergaulan antar bangsa, penduduk yang
tidak mau tahu tentang kristen, yang kehidupan rakyat dan pembangunan kota
diatur menyerupai yang ada di Roma, di sana ada anti-Kristen karena hasutan
Yahudi yang anti Kristen. Di kota ini
waktu itu telah ada satu tempat berdoa kaum Yahudi, tetapi belum sekelas
Synagoge. Salah satu dari keluarga Yahudi itu bernama Lidia. Paulus dan Lukas
dan Silas dan Timotius mendatangi kota ini (tahun 51 Masehi) dalam perjalanan
keliling yang kedua untuk mengabarkan Injil di Asia lalu tembus ke Eropa.
(Didorong oleh penglihatannya yang diberitakan Lukas dalam Kis.16:9 dyb. Kota Filipi, yang terletak di
benua Eropa menjadi kota pertama yang dibuat Paulus dkk menjadi tempat pekabaran
Injil. Mereka mendapat persinggahan di rumah Lidia, orang pertama menjadi
pengikut Yesus di Filipi. Paulus dkk tidak berbulan-bulan berada di Filipi,
tetapi mereka berhasil menghimpun
beberapa keluarga (dari Yahudi dan dari Yunani) yang mau percaya kepada Yesus
Kristus sebagai Juruselamat, dan mulailah berdiri satu jemaat kecil Kristen di
kota tersebut. Berita berdirinya jemaat itu merebak, sehingga mereka semakin banyak. Paulus mengunjungi
jemaat ini dua kali dalam perjalanannya yang ketiga melakukan Pekabaran Injil
(Kis.20:1 dan 20:6). Dari pelabuhan Filipi Paulus berlayar menuju Yerusalem,
dan di Yerusalem Paulus ditangkap, ditawan untuk diadili dan dibuat tahan rumah
di Roma. Huria Filipi yang muda itu juga tidak luput dari serangan Iblis dari
dalam jemaat itu sendiri. Pemberita Injil yang lain, termasuk yang anti Paulus
juga datang ke kota tersebut. Setelah Paulus pergi dari Filipi, ada anggota
jemaat itu yang cekcok (seperti Euodia
dan Sintikhe (Flp.4:2), tetapi perpecahan jemaat tidak separah di Korintus.
Jemaat Filipi sangat dikasihi Paulus, bukan hanya karena jemaat ini sebagai
hasil Pekabaran Injilnya yang pertama di Eropah, tetapi juga karena Paulus
sangat merasakan kedekatan jemaat ini kepada dirinya, dan ketulusan jemaat ini memperdulikan dan menopang Paulus dalam dana untuk
pekerjaannya memberitakan Injil. Surat kepada jemaat Filipi merupakan ungkapan
kedekatan itu, dan sekaligus memberi beberapa ajaran teologis dan petunjuk
hidup sekaligus ucapan terimakasih Paulus kepada jemaat itu.
RENUNGAN
Ø
Marilah merenung sejenak, mencoba melihat dengan
mata iman dan mata pengalaman, apakah masih ada yang dapat dijadikan teladan
bagi para pengikut Yesus Kristus di zaman sekarang ini? Dari yang masih hidup
sekarang: Paus, Bishop/uskup, pendeta/pastor/gembala/royis, tokoh agama?
Raja/ratu, presiden, perdana menteri, menteri, pejabat/aparat negara, tokoh
masyarakat? Ketua/Anggota DPR/DPRD I/DPRD II? Dukun, Tabib, dokter, ahli pijat
refleksi, tukang urut? Dari yang telah mati: Yesus Kristus, Dharta Gautama,
Muhammad s.a.w, 11 Murid Yesus, Matias, Paulus,
para kalifah, para buddha (yang sudah almarhum), IL.Nommensen, Mahatma
Gandhi, Maria Theresa, Nelson Mandela, George Washinton, Abdul Rahman Wahid, Soekarno,
Soeharto? Ayah atau ibu kita masing-masing? Atau masih adalah yang lain? Daftar
ini bisa diperpanjang. Dari setiap orang yang disebutkan itu pasti ada yang
bisa diteladani. Itu tidak perlu disangkal. Pasti ada kesamaan dan kelebihan satu sama
lain, dari semua orang yang dapat kita daftarkan itu dalam hal keteladanan. Paulus
dapat dipahami, apabila dia mengajak jemaat Kristen untuk menjadi peniru
dirinya dan agar menjadi pemilik keteladanan yang dia tunjukkan. Meniru Paulus
dan meneladani diri Paulus akan menuntun peniru dan yang meneladani itu
sekaligus meniru Yesus Kristus dan meneladani Yesus Kristus. Dari pengkajian
yang telah berulang kali dilakukan manusia di bumi, bahkan dari polling yang
pernah dilakukan, Yesus Kristus masih unggul dalam hal keteladanan, dalam hal-hal
yang perlu ditiru. Dalam konteks itu juga meneladani Paulus.
Ø
Teladan dan yang perlu ditiru dari Yesus (yang
sekaligus menjadi teladan dan yang perlu ditiru dari Paulus) merupakan
landasan-landasan kuat dan teguh, bagi setiap orang yang mau benar-benar
meneladaninya dan menirunya. Hidupnya akan tangguh menghadapi segala tantangan
hidup yang datang menerpa. Para peneladan Yesus dan Paulus akan senantiasa
punya hikmat dan ulet dalam kehidupannya. Mereka akan tetap berkecukupan dan
rela membantu orang lain walaupun dalam keadaan masih berkekurangan. Sebab
TUHAN selalu ada sebagai Juruselamat mereka. Dengan meneladani Yesus dan Paulus mereka akan
mengalami revolusi mental yang luar biasa, dari mental menjahati, menjadi
mental memperjuangkan kebaikan-kebaikan, dari mental mengacau menjadi mental
mendamaikan, dari mental sok menjadi mental rendah hati, dari mental malas
menjadi mental rajin, dan seterusnya. Para peneladan Kristus dan Paulus akan
menghimpun kekompakan untuk merubah dunia menjadi dunia yang lebih baik, dunia
yang selamat, dunia yang layak huni bagi seluruh umat manusia tanpa kecuali,
tanpa ada diskriminasi ras, warna kulit, makanan, asal usul, maupun etnis dan budaya.
Semua untuk semua, semua untuk satu dan satu untuk semua. Untuk mencapai itu,
semua manusia diajak menjadi peneladan Yesus Kristus dan Paulus.
Ø
Umat manusia, terutama yang Kristen sudah
sepantasnya ikut menangis melihat pekembangan yang sedang terjadi sekarang ini.
Kelompok-kelompok radikal, pelaku-pelaku teroris mulai menggunkan isu agama
untuk melakukan kekerasan, genocida dan religiocida. Sekarang mulai muncul
gerakan-gerakan Neo-nazi untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap pengungsi.
Muncul lagi kelompok anti-facis untuk menghadapi gerakan neo nazi. Semua ini
menjadi “seteru salib Kristus di zzaman sekarang. Mengapa? Sebab suara Yesus
Kristus yang berdengung dari salib itu adalah “pengampunan”: Ampunilah mereka
karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Siapa yang tidak mau saling
mengampuni di zaman sekarang adalah seteru salib Kristus. Maka kita sangat
bersyukur mendengar pengumuman Paus dari Roma yang mengatakan bahwa beliau tgl
31 Oktober 2016 akan menghadiri Ulang Tahun Lutheran World Federation di Lund
dan sekaligus ikut dalam kebaktian pengenangan 499 tahun reformasi Martin
Luther. Itu pertanda itikat baik dari gereja Roma Katolik untuk saling
mengampuni dengan kaum Reformasi Lutheran. Karena beliau akan menyampaikan maaf
kepada seluruh umat protestan bahwa perang 30 tahun (yang dikenal sebagai
perang Reformasi) telah terjadi di masa lalu dan memakan korban manusia begitu
banyak. LWF sendiri telah mengadakan “saling memaafkan” dengan gereja-gereja
Anabaptis (yakni gereja-gereja Pembaptis Ulang). Suara perdamaian dan suara
ajakan saling mengampuni, akan terus dikumandangkan huria lutheran di abad
duapuluh satu ini. Itu sebagai pertanda kewaspadaan dan keikutsertaan menangis
melihat ulah para pelaku teroris, kekerasan dan diskriminasi atas nama agama di
zaman sekarang, yang dapat dikategorikan sebagai “seteru salib Kristus”. Mari
bekerja untuk meneruskan Suara yang berkumandang dari salib Kristus.
Ø
Bumi harus tuntas sebelum kita masuk sorga. Bumi
harus damai, makmur, sejahtera, selamat, sejahtera, sebelum kita masuk sorga.
Tempat kita di sorga sudah tersedia. Setiap Pengikut Yesus Kristus tidak usah
lagi mencarinya. Itu sudah ditangan. Yang penting, jangan sampai hilang.
Kuncinya rumah pengikut Yesus di sorga pun jangan sampai hilang. Namamu telah
dituliskan di setiap ambang pintu rumahmu di sorga. Suratnya sudah ada di
tanganmu. Selama masih di bumi, usahakan agar kunci dan sertifikat rumahmu itu
tidak hilang. Bisa hilang bila namamu berganti tidak lagi seperti yang
dituliskan dalam buku kehidupan. Kuncimu bisa hilang kalau imanmu berganti dan
tidak lagi beriman kepada Yesus Kristus dan tidak lagi meneladaninya.
Ø
Maka berdirilah dengan teguh dalam TUHAN (Yesus
Kristus). Jangan kau hanya jugul
dalam teologimu dan imanmu yang masih harus disempurnakan. Tuhan Yesus Kristus
itu hidup, dan selalu bersedia menyertaimu dalam perjalanan hidupmu. Makanya
perlu kau buat hatimu pegang Firman-Nya dan jantungmu pegang Roh-Nya. Tak cukup
memegang Tuhan Yesus hanya dengan tangan kiri dan tangan kanan saja, harus
dengan hari dan jantung masing-masing. Dengarlah nasihatku melalui khotbah ini hai
suadara-saudarku yang kukasihi, yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku.
Selamat meneladani Paulus yang sekaligus meneladani Yesus Kristus. Di situlah
engkau kuat dan teguh, jaya, makmur dan sejahtera. Amin.
Ruang Kerja,
tgl. 3 Pebruari 2016.
Pdt. Langsung
Maruli Sitorus (Pdt. LaMBaS).