MINGGU REMINISCERE, EVANGELIUM: FILIPI 3:17 – 4:1

04.21.00 0 Comments A+ a-

FILIPI

3:17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
3:21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

BERDIRILAH DENGAN TEGUH DALAM TUHAN
TOGU MARHAJONGJONGAN DI BAGASAN TUHAN I

ISI RINGKAS SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT FILIPI:
Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus  mengucap syukur setiap mengingat jemaat Filipi, dan Paulus mengajak saling mendoakan. Paulus menceritakan bahwa dia sudah di penjara dan dampaknya bagi kemajuan Injil, dan beban-beban yang terjadi karena ada juga penginjil palsu (yang hanya mencari kepentingan/keuntungan diri sendiri). Karena beratnya beban itu dia merasa lebih baik baginya mati, tetapi hanya demi jemaat (termasuk demi jemaat Filipi) makanya dia tidak diizinkan mati oleh Tuhan Yesus. Jemaat Filipi diajak terus gigih berjuang menghadapi semua lawan-lawannya, dan rela menderita demi kemajuan Injil. Jemaat itu diajak sehati sepikir, hidup dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dan tidak ada yang cari kepentingan diri sendiri. Diharapkan jemaat Filipi mau dalam hidup bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang mau kenosis. Paulus mendorong jemaat Filipi untuk terus mengerjakan keselamatan mereka, tanpa sungut-sungut dan perbantahan. Paulus mengajak jemaat agar sama bersukacita dengan dia, karena kemajuan Injil. Paulus memberitahu akan mengutus Timotius dan Efafroditus untuk mengunjungi jemaat itu demi penguatan iman dan demi sukacita mereka. Paulus menasihatkan jemaat agar waspada terhadap “pengajar sesat”, dan dia memaparkan keyahudiannya yang dulu benar-benar dan sekarang   sia-sia karena sudah mengikuti Yesus Kristus. Yang lebih indah bagi Paulus adalah “panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”. Paulus memberi nasihat kepada jemaat Filipi, dan nasihat itu akan menjadi renungan minggu ini. Paulus menyampaikan terimakasih atas pemberian jemaat. Dan dia menyampaikan salam dari yang bersama dengan dia dan dari mereka yang di istana Kaisar (bd.4:22; bd. Flp.1:13).  Rupanya sudah ada orang Kristen yang sudah berhasil menyusup bekerja di istana Kaisar, yang tentu saja waktu itu adalah kaisar  Claiudius dan Kaisar Nero.

MEMAHAMI TEKS Flp.3:17 – 4:1
Flp.3: 17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
(1)    Paulus menyapa Umat Kristen Filipi (UKF) dengan “saudara-saudara” sebagai ungkapan persaudaraan dalam Kristus, yang begitu akrab satu sama lain. Paulus mengajak mereka  mejadi xummimetai mou (dalam Latin: coimitatores mei) ( = para peniru-peniru-ku/ para ko-imitator-ku).  “Jadilah peniru-peniruku!”,  kata Paulus. Paulus melihat dirinya sebagai imitatio Christi (yang meniru Kristus), dan para pengikut Kristus yang merupakan buah penginjilannya diajaknya menjadi co-imitatio Christi (yang meniru Kristus bersama-sama dengan dia) (sesama peniru Kristus).  Dia mengajak UKF agar memperhatikan (Latin: observate; Yunani: skopeite) (= mengamati)  orang–orang yang menjalankan hidup mereka (Yun.: peripatountas; Latin: ita ambulant; yang merantau) seperti UKF meneladani (echete typos = memiliki teladan) kami (=Paulus dkk.).  Paulus mengajak UKF menjadi “sesama peniru”-nya dan menjadi pemilik “teladan”-nya.  Dalam hal manakah Paulus diminta ditiru dan dijadikan teladan (typos)?
a.       Bertobat menjadi pengikut Yesus Kristus (yang sebelumnya sangat dia bencii) dan kefanatikannya mengikut Yesus semakin bertambah dari hari kehari, dan dia rela disiksa, dipenjarakan dan senang kalau kehilangan nyawa (seperti Yesus yang diikutinya) demi Tuhan Yesus Kristus.
b.      Rela meninggalkan kampungnya dan rumahnya yang serba berkecukupan, dan tanpa didukung oleh lembaga manapun, tetapi dengan inisiatip sendiri dan bermodalkan nafkah yang dimiliki, pergi berkeliling Asia Kecil hingga tembus ke kota-kota di Eropah (daerah Yunani) untuk memberitakan Injil Yesus Kristus dan kebenarannya. Demi pekerjaan itu dia rela dan tabah menghadapi dan menembus semua tantangan dan hambatan dari kaum Yahudi yang anti-Kristen, dari pemerintah Romawi dan dari orang-orang yang mengaku pengikut Yesus Kristus. Paulus bangga apabila nyawanya dihilangkan oleh lawan-lawannya (kalau dia harus mati) demi membela kebenaran Injil Kristus. Akhirnya dia memang mati disalibkan dengan kepala ke bawah di kota Roma.
c.       Paulus menggunakan semua yang dimilikinya dan yang kemudian diperolehnya untuk pelaksanaan Pekabaran Injil, pada waktu yang baik maupun pada waktu yang tidak baik.
d.      Paulus tidak mengambil sedikitpun dari sumbangan-sumbangan yang dia kumpulkan untuk kebutuhan jemaat-jemaat miskin, khususnya jemaat Kristen miskin di Yerusalem.
e.      Paulus memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan menggunakan dan mendayagunakan keahliannya untuk mendapatkan uang memenuhi belanja rumahnya. (dia ahli menenun).
f.        Paulus menggunakan semua ilmu yang dimilikinya (ilmu teologi PL dan pengetahuan Isi PL; ilmu kemasyarakatan (sosiologi), ilmu kelautan, ilmu geografi, ilmu ketatanegaraan, ilmu bahasa, ilmu jiwa, ilmu agama-agama, dan ilmu-ilmu serta keterampilan lainnya) dalam terang Injil Kristus Yesus, dan demi membela Yesus Kristus dan kebenaran serta ajaran Kristus.  Dia sama sekali tidak mau melangkahi Kristus, dan tidak dilakukannya seperti dilakukan pemberita Isa al-Masih alaihi salam. Paulus tetap melihat dirinya sebagai “hamba/pelayan” Kristus, rasul (apostel) Kristus,  yang semata-mata bekerja untuk Yesus Kristus, untuk untuk penyanjungan diri Paulus sendiri, bukan untuk membuat dirinya penjadi tokoh pendiri agama baru.
g.       Paulus menggunakan kepiawaiannya menulis dan membahas teologi dan etika yang dibutuhkan  pengikut Yesus yang benar dalam menjalankan kehidupan mereka.
h.      Paulus menunjukkan sifat dan sikap rendah hati di hadapan semua orang, baik di hadapan lawan-lawannya.
i.         Paulus menunjukkan dirinya sebagai seorang warga negara yang taat kepada hukum negara, walaupun pemerintahan pada zamannya kejam, diktator, menjajah, dan otoriter.
j.        Paulus memperlakukan dirinya sebagai seorang yang cinta damai, sesuai dengan ajaran-ajarannya tenang kasih dan damai.
k.       Paulus menunjukkan dirinya sebagai seorang yang mau menyesuaikan diri kepada orang-orang yang masuk dalam pergaulan hidupnya.
l.         Paulus tidak melihat para pemberita injil yang lain, terutama para murid Tuhan Yesus Kristus sebagai saingan dalam pelaksanaan tugas Pekabaran Injil.
m.    Paulus selalu suka menolong.
n.      Paulus tidak menjelek-jelekkan orang lain.
o.      Paulus tahan dan tabah dalam memikul derita yang dialaminya karena membela Yesus Kristus dan ajaran-Nya.
p.      Paulus tegas dalam kata dan perbuatan melawan segala bentuk ajaran yang menyesatkan para pengikut Tuhan Yesus Kristus.
q.      Paulus membuat “Kristus segala-galanya” dalam kehidupannya.
r.        Paulus punya iman yang tidak tergoyahkan oleh siapapun dalam mempercayai dan mengikut Yesus Kristus.
(2)    Dalam ayat 17 itu Paulus memakai kalimat paralelismus, dengan menggunakan kata xummimetai dan typos. Paulus meminta UKF memperhatikan orang yang memiliki keteladanan (typos) Paulus.  Kalau UKF menjadi peniru-peniru Paulus, yang lainnya menjadi manusia type-type Paulus. Mungkin dua macam orang ini tidak terlalu berbeda. Mungkin mereka berbeda hanya dalam hal mana dari sifat, perilaku, dan wawasan Paulus,  yang  lebih ditonjolkan masing-masing. Tetapi yang penting adalah: baik yang menjadi peniru Paulus maupun yang ber-type Paulus harus saling memperhatikan, dan menyatukan kekuatan, demi kemajuan jemaat dan penyebaran Injil keselamatan itu. 
Flp. 3:18: Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
a)      Kekompakan para peniru Paulus dan yang bertype Paulus di jemaat Filipi sangat dibutuhkan. Kalau mereka bersatu, maka jemaat dan Injil akan semakin teguh, tetapi kalau mereka retak-retak dan cerai-berai, maka jemaat itu akan runtuh dan Injil akan tumpul. Kesatuan jemaat (seperti dikatakan dalam Flp.2:2 dybb: sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dan saling memperhatikan kepentingan; dan menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Yesus Kristus), sangat penting, karena dari pengalamannya berkeliling memberitakan Injil, Paulus telah melihat “banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus”. Begitu pentingnya hal itu perlu diperhatikan, makanya Paulus sampai menangis dalam menasihatkannya. Paulus sangat prihatin melihat perkembangan negatif tersebut.
b)      Siapakah yang dimaksud dengan “orang yang hidup sebagai seteru (echthrous = para musuh) salib Kristus”? Paulus tidak menguraikannya. Disinyalir, mereka adalah: 1) yang tidak menyangkal Yesus sebagai Mesias (al-Masih), tetapi menyangkal bahwa Yesus tersalib untuk menyelamatkan manusia. 2) yang menyangkal Yesus sebagai Mesias, dan mengatakan bahwa Yesus itu disalibkan karena dia melakukan kejahatan keagamaan terhadap agama Yahudi. 3) Yang mengatakan Yesus itu hanya di dunia maya (dunia khayangan), dan tidak pernah ada di dunia realistis (aliran gnostik) 4) yang mengatakan Yesus itu salah seorang pengajar sesat, dan para pengikutnya harus dimusnahkan. 5) anti-Kristus, anti-Paulus dan anti-Kristen. 6) yang mengajarkan bahwa keselamatan duniawi dan keselamatan sorgawi hanya dengan melakukan  atau mematuhi hukum-hukum agama, bukan dengan menyambut makna pengampunan dosa dan penawaran keselamatan oleh Allah melalui ketersaliban Yesus Kristus (aliran Yudaisme). 7) para penganut agama politeis, animis, kepercayaan rangkap, dan ultra monoteis yang tidak memberi tempat adanya Yesus Kristus dalam tatanan kepercayaannya. 8) Yang bertuhankan perutnya, yakni para pelaku ekonomi yang atheist dan asosialist/egoist.  Terhadap delapan “seteru salib Kristus” tersebut UKF dan umat Kristen sekarang diminta tetap waspada.
Flp. 3:19: Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
1)      Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa kesudahan dari pada “seteru salib Kristus’ adalah kebinasaan (Yun.: apoleia; Latin: interitus = menjadi tidak berarti apa-apa; sia-sia). Mungkin sekali  yang delapan seteru salib Kristus, di masa Paulus dan juga sekarang ini sungguh sangat jaya ditinjau dari segala sudut. Tetapi nanti kesudahannya adalah kebinasaan. Salah satu contoh adalah ajaran Marxis-Leninis  yang menjelma menjadi ideologi Komunisme Unisovjet. Tujuh puluh tahun berjaya, akhirnya jatuh kepada kebinasaan. Dulu ajaran pemujaan kepada dewa Ra di Mesir kuno sangat jaya. Peninggalannya hanya berupa mummi dan piramide. Demikian juga pemujaan kepada dewa Baal dan Zeus di Timur Tengah maupun Roma sekitarnya. Semuanya hilang ditelan zaman. Karena apa? Seperti dikatakan Paulus, Tuhan mereka ialah perut. Segala sesuatunya diperjuangkan, dipujakan, dibangun, hanya untuk memenuhi keinginan “perut” dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan kata “perut” (stoikia) di sini dicakup semua ambisi  dan nafsu manusia. Tampaknya semua usaha yang dibuat mereka sungguh sangat “mulia”. Karena mereka membangun negara sangat maju tetapi menindas orang yang tidak seide dan seagama dengan pemerintah; mereka membangun kuil-kuil yang luar biasa besar, indah dan megahnya. Tetapi akhirnya semua menjadi reruntuhan, karena di dalamnya diajarkan kebencian, bukan cinta kasih (agave). Mereka sangat mulia bila mengatakan dan melaksanakan “gigi ganti gigi”, tetapi kemuliaan seperti itu yang menjadi aib bagi mereka, karena mereka tidak mengenal pengampunan, lalu generasi demi generasi selalu dijejali dengan dendam dan usaha melampiaskan dendam itu.  Orang yang hanya ingin mengisi perut atau yang diperbudak perutnya, selalu memikirkan segala perkara duniawi (Yun.: epigeia; Latin: terrenaI = yang sekitar bumi saja). Keagamaan merekapun diarahkan untuk menguasai dunia dan hal-hal duniawi saja. Kematian mereka pun hanya mengantar ke alam barzah (dunia kematian) di dunia ini. Persoalan sorgawi tidak menjadi urusan mereka. Yang penting berbahagia di bumi (waktu hidup dan waktu mati). Ada budaya orang seperti ini, dari dulu sampai sekarang, peti mati seorang yang meninggal dijejali dengan sagala harta yang dimiliki orang itu sewaktu hidupnya, lalu dikuburkan. Katanya, agar harta duniawi itu menjadi nafkahnya di dunia kematian itu. Yesus Kristus menilai budaya seperti ini (yang bertuhankan perut, mencari kemuliaan duniawi semata-mata, hanya memikirkan perkara duniawi saja) sebagai budaya kebodohan, sewaktu DIA menceritakan Lazarus yang miskin dan seorang kaya (baca: Lukas 16:19-31), dan menceritakan tentang Orang Kaya Yang Bodoh (Lukas 12:13-21).  Yesus menaseihatkan kepada setiap orang yang masih hidup di dunia, tanpa kecuali: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat. 6:33).
Flp. 3:20-21 : Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
a)      Tanah air para Pengikut Yesus Kristus selalu jelas, yakni di negara di mana dia dilahirkan atau di negara di mana dia bekerja, dan di sorga (Yun.: ouranos; Latin: caelis; Ibrani: šamayim = tempat tinggal TUHAN/Yesus Kristus). Setiap pengikut Yesus memiliki dua tanah air sekaligus. Demikian juga kewargaan. Satu kewargaan di negeri tempat pengikut Yesus berada (biasanya dibuktikan dengan mendapat surat kewarga-negaraan karena kelahiran, atau karena diurus kepada pemerintah setempat kalau negeri itu tidak tempat kelahirannya. Biasanya bukti untuk itu adalah Kartu Tanda Penduduk atau Paspor). Kemudian kewargaan yang satu lagi adalah di negeri sorga, yang Rajanya adalah TUHAN (Yesus Kristus). Kewargaan di sini bisa juga karena kelahiran dan karena dilamar  agar diberikan. Bukti kewargaan itu adalah Surat Baptis. Tanah air dan kewargaan ini, dua-duanya bisa hilang, kalau tidak dijaga dengan baik. Pindah dan berganti tanah air dan berganti kewargaan bisa juga dilakukan. Presiden dan undang-undah negara di bumi tidak melarang, dan Raja di sorga dan peraturan sorgawi juga tidak melarang. Pengikut Yesus Kristus diajari tentang “kebebasan memilih/menentukan tanah airnya dan kewargaannya”. Yang penting, jangan sampai ada penggantian tanah air dan kewargaan di bumi dan di sorga itu bermotifkan penghianatan, kedurhakaan, pemberontakan kepada tanah air dan kewargaan itu.  Indah memang menjadi pengikut Yesus dan sangat menguntungkan; tidak ribet; segalanya praktis dan mudah. Apalagi segala urusan tentang kewargaan sorgawi dan tanah air sorga tersebut, sangat indah dan menyenangkan, karena Rajanya yang mengurusi semua; warganya tinggal menikmati saja dengan setia.  
b)      Kalau warga negara sorga masih di bumi, dia tetap punya komunikasi dengan Rajanya di sorga. Berkomunikasi dengan Raja itu tidak pernah terhambat oleh protokol-protokolan atau oleh pasukan pengamanan Raja (paspamra). Semua urusan dapat langsung disampaikan kepada raja itu. Pasukannya bertugas untuk mengurusi kepentingan pengikut Yesus Kristus. Raja sorga itu juga di atas segala raja atau segala kepala pemerintahan (presiden, perdana menteri dan lain-lain) yang ada di bumi. Makanya sangat wajar apabila semua pengikut Yesus menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat (bukan sebagai pembantai) ke bumi, ke negeri-negeri tempat pengikut Yesus Kristus berada. Sudah ada buku yang beredar mengatakan bahwa Yesus Kristus (mereka sebut Isa al-Masih a.s.) tidak datang. Tetapi walaupun seluruh penduduk bumi, termasuk pengikut Yesus, mengatakan bahwa Yesus tidak datang, dengan menggunakan segala argumen yang dimiliki, bukan itu ketentuannya. Bahwa Yesus Kristus pasti datang ada di tangan atau dalam ketentuan Yesus Kristus sendiri. Tidak ada teori dan kekuatan yang dapat menghalanginya. Yesus Kristus pasti datang. Maranatha. Haleluya. Tugas umat manusia adalah mempersiapkan sesgala sesuatunya menyambut Raja segala raja tersebut. Kalau presiden Amerika Serikat atau Paus dari Roma hendak datang  mengunjungi suatu negara, semua rakyat dan pemerintah negara yang akan dikunjungi itu mempersiapkan segala sesuatunya agar tamu yang akan datang itu senang, walau kunjungan itu hanya satu atau dua hari saja. Sedangkan menyambut kedatangan kepala negara di bumi demikian hebatnya, apalagi hendak menyambut kedatangan Raja di atas segala raja. Harus benar-benar hebat, royalis, dan mulia. Jangan sampai persiapan-persiapan yang dilakukan mempermalukan rakyat dan kepala pemerintahan negara yang akan dikunjungi itu sendiri. Sebenarnya tidak sulit agar hebat, royalis dan mulia. Yang perlu dilakukan adalah: a) semua agama menjadi agama KASIH, agama shalom, dan agama pecinta kemanusiaan dan ciptaan. b) semua rakyat dan pemerintah tidak melakukan pencurian, pembunuhan, perzinahan, pendustaan dalam bentuk apapun atau dalam arti yang seluas-luasnya. c)  satu negara tidak bermusuhan dengan negara manapun, tetapi semua negara hidup dalam ikatan damai sejahtera. d) tidak perlu lagi ada gerakan separatisme di satu negara, dan setiap negara harus membuat suasana di negara itu agar semua bisa merasa memiliki negara itu dan menjadi sumber damai dan kesejahteraan bagi mereka. e) Hak-hak azasi manusia, perlindungan azasi bagi semua ciptaan, pemeliharaan lingkungan di setiap negara benar-benar dijalankan sesuai tujuan. f).  Semua agama dan penganut-penganutnya tidak lagi bersaing satu sama lain, tidak saling bermusuhan, tetapi benar-benar rukun, toleran, dan selalu mendahulukan kebaikan untuk semua pihak. Masing-masing agama menjalankan ajarannya untuk kebaikan, kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia (penganutnya dan yang bukan penganutnya). Masih banyak lagi yang dapat dikatakan, tetapi garis besarnya yang enam butir itu. Mari ikut bersiap menyambut kedatangan Yesus Kristus ke bumi.
c)       Yesus datang sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh manusia yang hina sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Dengan kedatangan Yesus dalam Roh dan Firman-Nya  juga sudah dapat mewujudkan “pendahuluan” dari apa yang dikatakan Paulus itu. Roh TUHAN dan Firman TUHAN membuat “tubuh hina” menjadi “tubuh mulia” di bumi ini. Nanti di sorga tinggal hanya kesempurnaannya yang tampak. Roh Kudus menawarkan Keselamatan yang telah dikerjakan Yesus Kristus melalui kealhiran, pekerjaan, penyaliban, kematian dan kebangkitan-Nya. Firman TUHAN menjelaskannya, sehingga bisa masuk ke dalam diri dan hati setiap manusia. Siapa yang menyambutnya akan menjadi “ciptaan baru”, menjadi “anak-anak Allah” di bumi.  Tubuhnya pasti disucikan, sehingga tidak hina lagi oleh dosa yang dulu melekat di sana, melainkan menjadi mulia, karena kuasa Kristus yang memenuhinya, dan seterusnya akan melakukan hal-hal yang mulia. Nanti dalam kedatangan Yesus yang kedua kali, yang juga datang  sebagai Juruselamat, akan membuat semuanya menjadi sempurna (bd. 1 Tes.4:13-18; 1 Kor.13:12).
d)      Sewaktu hendak naik ke sorga, Yesus berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Mat. 28:18).  Paulus dan semua pengikut Yesus yang paham, mempercayai itu. Yesus menurut kuasa yang ada pada-Nya “dapat menaklukkan  segala sesuatu kepada diri-Nya”. Tetapi DIA tidak mau selalu pamer kekuasaan. Kadang DIA mengulur waktu hingga ratusan tahun bahkan ribuan tahun, baru DIA tampakkan kuasa-Nya menaklukkan sesuatu itu kepada diri-Nya. Bayangkanlah misalnya, ada satu agama yang sangat membenci dan sangat anti Kristus, tetapi setelah lebih ribuah tahun agama itu sudah mulai melakukan ini ajaran Tuhan Yesus Kristus, yaitu kasih, belajar menjadi agama shalom. Ada agama yang dulu-dulunya tidak mengenal Yesus Kristus, tetapi akhir-akhir ini sudah membuat patung Yesus Kristus  dalam deretan patung-patung dewa-dewi yang dipuja mereka. Yahudi yang sangat anti Yesus semakin mengakui bahwa hidup mereka akan lebih baik bila mempraktekkan Kibbutz mereka sesuai ajaran Yesus Kristus, putera bangsa Yahudi yang paling luar biasa itu. Umat manusia tidak perlu mengkuatirkan kuasa Yesus Kristus, apabila Dia datang “sekarang maupun nanti”, karena kuasa-Nya datang sebagai Juruselamat, yang menyelamatkan setiap agama menjadi agama yang KASIH pro deo, patria et omni gentes et creaturae (agama KASIH untuk TUHAN, tanah air, dan segala bangsa serta segala ciptaan). Yesus datang tidak untuk menghapus agama-agama, sama seperti Dia datang tidak untuk menghapus agama Yahudi, melainkan untuk menyelamatkan mereka semua. Yang perlu adalah, bahwa mereka menyambut keselamatan yang ditawarkan Yesus, dan masing-masing menjabarkannya menurut ajaran kasih yang terkandung dalam agama tersebut dan membuat agama itu naik kelas. Kelas tertinggi suatu agama (dan juga peradaban) adalah bila mencapai kelas “menjadi agama (peradaban) KASIH dan DAMAI”. Dua-duanya yang berasal dari Yesus Kristus, bukan dari dunia ini.  
Flp.4:1 : Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!
1)      Paulus lebih menegaskan lagi, bahwa UKF bukan hanya “saudara – saudara” (adelpoi), melainkan “saudara-saudara ku yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku” (adelfoi mou agapetoi kai epipothetoi, chara  kai stefanos mou; Latin: fratres mei carissimi et desideratissimi, gaudium et corona mea; Ibrani: ’aḥay, ha’ahubyim, wehayeqaryim, śimḥatyi wa‘atheret  ro’šyi). Luar biasa ungkapan ini. Pengikut Yesus perlu meneladaninya dalam menyebut saudara-saudaranya sedemikian rupa. Jangan hanya kepada anak-anaknya sendiri dikatakan demikian. Ikutlah dikatakan demikian kepada teman-teman se-huria, seagama, atau sebangsa. Inilah ungkapan kedekatan orang bersaudara, bukan hanya karena diikat oleh kasih storge, filia maupun eros, melainkan karena sudah diikat oleh KASIH AGAVE. Adelpoi itu sudah disebut agapetoi, bukan filiaoi, sturgeoi atau erosoi. Mereka yang sudah adelpoi agapetoi itulah bukan lagi merasa sedarah-sedaging, atau teman sekerja biasa, teman sehuria biasa, atau teman seperburuan saja, melainkan sudah mencapai tingkat “sehidup semati”, seperjuangan, sepengharapan, setujuan, yang diikat dalam kasih TUHAN.           
2)      Paulus mengajak UKF supaya “berdiri teguh dalam Tuhan”. Paulus juga menasihatkan hal sedemikian kepada jemaat Korintus (1 Kor.15:58); jemaat Galatia (Gal.5:1); jemaat Kolose (Kol.1:23), jemaat Tesalonika (2 Tes. 2:15). Nasihat seperti itu juga dijumpai dalam surat kepada Ibrani, Surat Petrus, Surat Yakobus. Teguh dalam TUHAN sungguh sangat perlu bagi setiap pengikut Yesus Kristus. Teguh dalam TUHAN itu setingkat lebih kuat lagi dari pada teguh dalam iman, teguh dalam ajaran. Iman bisa goyah, ajaran bisa usang, tetapi TUHAN (Tuhan) tidak pernah goyah atau usang. Benar yang dikatakan penulis Ibrani: Kristus tetap sama, baik kemarin, maupun hari ini dan samapi selama-lamanya (Ibr.13:8). Dialah batu karang yang teguh. Para rasul-Nya mendirikan jemaat-Nya di atas batukarang ini dan menjadi batukarang yang teguh (bd. Mat.16:18). Huria Tuhan Yesus didirikan di atas batu karang yang teguh ini. Bebahagialah orang yang mendirikan rumah dan imannya di atas batu karang ini, karena dia akan teguh selama-lamanya. Umat Kristen Filipi (UKF) dan setiap jemaat atau huria yang ada di dunia sekarang ini diharapkan juga teguh sampai selama-lamanya. Berjuanglah.
UNTUK DAPAT LEBIH MEMPERDALAM LAGI
     (a)    Melihat ribuan naskah-naskah salinan Surat Filipi dari sepanjang zaman, ada satu koreksi di Flp. 3:18, kemudian dua koreksi di ayat 21, dan satu koreksi di Flp.4:1.  Dalam naskah P46 disisipkan kata blepete (= kalian lihatlah/perhatikanlah) di antara  kata lego, dan tous exthrous, sehingga frasa itu “dan sambil menangis saya katakan, lihatlah para seteru salib Kristus”. Penyisipan kata blepete tidak mengubah arti kalimat tersebut.  Dan di Flp. 3:21 menurut naskah D2 ΨM sy; Ambr, disisipkan kata eis to genesthai auto  (= sehingga itu menjadi) di antara kata hemōn dan summofron sehingga frasa itu menjadi berarti: “akan mengubah tubuh yang hina kita sehingga itu menjadi  serupa kepada tubuh-mulia-Nya”.  Kemudian di ayat 21 itu masih, ada pembacaan yang berbeda untuk kata autō (kepadanya) yang di akhir kalimat, menjadi eautō (kepada dirinya sendiri). Teks berbunyi: dan dia menaklukkan kepadanya segala sesuatu”, menjadi “dia menaklukkan kepada dirinya sendiri segala sesuatu”. Semakin jelaslah. Di Flp. 4:1 ada juga perbedaan bacaan  untuk kata agapetoi (saudara-saudara) yang di akhir kalimat, dalam naskah B 33 syp dibaca agapetoi mou (= saudara-saudaraku). Agar semakin jelas, Paulus itu benar-benar dekat dengan UKF tersebut.
(b)   Kota Filipi (Philippi)  kota yang pada mulanya berdiri sebagai kota kecil sejak abad ke-7 sebelum Masehi. Tetapi setelah kerajaan Yunani meluas dipimpin Raja Philippus II (ayah Alexander Agung) dan menguasai daerah Makedonia, kota kecil ini yang sebelumnya tidak bernama Filipi dibuat bernama Filipi demi menghormati Raja Philippus II (356 seb,M) dan kota ini dibangun dan dijadikan sebagai ibukota daerah Makedonia Timur. Alexander Agung (336-323 Seb.M) semakin membangun kota ini karena di Pegunungan Pangaeus yang di dekat kota ini bisa menambang emas dan perak.  Kota ini tetap dalam pengaruh budaya hellenis (Yunani), walaupun kerajaan yang dipimpin oleh para pengganti Alexander Agung dari dinasti Seleukos berakhir tahun 83 seb,M dan  dari dinasti Ptolomeus berakhir tahun 30 seb.M, hingga  ke masa kejayaan Kerajaan Romawi, di zaman Kaisar Agustus (yang sudah menguasai seluruh daerah yang dikuasai Alexander Agung yang dulu. Bahasa sehari-hari tetap bahasa Yunani, dan bahasa pemerintahan dipakai bahasa Latin. Tahun 146 seb.M, kota Filipi menjadi ibukota propinsi Makedonia di kekaisaran Romawi. Augustus memerintah tgl. 16 Januari 27 seb.M. sampai 19 Agustus 14 Masehi. (Republik Romawi dimulai tahun 510 seb.M. dan bertahan sebagai republik sampai tahun 27 seb. Masehi. Caesar tampil sebagai pemimpin di Roma masih dengan sistem Republik tahun 47 hingga tahun 44 seb. Masehi. Lalu tahun27 seb.M. Augustus mengubah Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi). Kaisar Augustus bukan hanya memperluas daerah, tetapi mewajibkan ada kuil-kuil Romawi di setiap kota yang ditaklukkannya sebagai tempat pemujaan kepada dewa-dewi yang dipuja kaisar Augustus. Kota Filipi menjadi semakin penting di kekaisaran Romawi, karena di luar kota ini dibangun jalan trans makedonia–asia yakni jalur Egnasia, “jalan tol” yang menghubungkan pelabuhan Byzantium di tepi laut Aegea (bagian Eropa dan Asia), di pantai paling timur daerah Makedonia hingga ke kota Dyrhakium di tepi Laut Adriatik, pantai terbarat daerah Makedonia. Di kota Filipi berdiri banyak kuil Romawi. Kota ini kota agamis romawi, kota perdagangan Asia-Eropa, kota politik, kota kubu tentara romawi, tempat para pensiunan tentara menikmati masa pensiunnya. Kaisar Agustus digantikan Kaisar Tiberius (17 Sept. 14 s/d 16 Maret 37). Tiberius digantikan Gaius Caesar (Caligula) (16 Maretr 37 s/d 24 Jan. 41. Gaius Caesar digantikan Kaisar Claudius ( 24 Jan. 41 s/d 13 Okt. 54 Masehi), dan Claudius digantikan oleh Kaisar Nero (13 Okt. 54 M s/d 9 Juni 68 m). Kemudian dalam tahun 69 terjadi pergantian kaisar-kaisar Romawi sebanyak 4 kali karena perebutan tahta: Galba (10 Juni 68 – 15 Jan 69); Otho (15 jan 69 – 14 April 69), Vitellius (2 Jan.68 – 20 Des.69), dan Vespasian (1 Juli 69 – 24 Juni 79). Dari 1 Juli 69 – 20 Des. 69 ada dua kaisar Romawi. Kemudian setelah Vespasian, naik tahtalah Titus menjadi kaisar (24 Juni 79 – 13 Sept. 81), dan kemudian Domitianus (14 Sept 81 – 16 Sept. 96). Hampir semua Kaisar-kaisar tersebut terhitung sebagai anti-Kristen.  Ke kota “metro” yang penuh dengan hiruk-pikuk keagamaan yang hebat-hebat, daerah militerisme, tempat pergaulan antar bangsa, penduduk yang tidak mau tahu tentang kristen, yang kehidupan rakyat dan pembangunan kota diatur menyerupai yang ada di Roma, di sana ada anti-Kristen karena hasutan Yahudi yang anti Kristen.  Di kota ini waktu itu telah ada satu tempat berdoa kaum Yahudi, tetapi belum sekelas Synagoge. Salah satu dari keluarga Yahudi itu bernama Lidia. Paulus dan Lukas dan Silas dan Timotius mendatangi kota ini (tahun 51 Masehi) dalam perjalanan keliling yang kedua untuk mengabarkan Injil di Asia lalu tembus ke Eropa. (Didorong oleh penglihatannya yang diberitakan Lukas dalam  Kis.16:9 dyb. Kota Filipi, yang terletak di benua Eropa menjadi kota pertama yang dibuat Paulus dkk menjadi tempat pekabaran Injil. Mereka mendapat persinggahan di rumah Lidia, orang pertama menjadi pengikut Yesus di Filipi. Paulus dkk tidak berbulan-bulan berada di Filipi, tetapi mereka berhasil  menghimpun beberapa keluarga (dari Yahudi dan dari Yunani) yang mau percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat, dan mulailah berdiri satu jemaat kecil Kristen di kota tersebut. Berita berdirinya jemaat itu merebak, sehingga  mereka semakin banyak. Paulus mengunjungi jemaat ini dua kali dalam perjalanannya yang ketiga melakukan Pekabaran Injil (Kis.20:1 dan 20:6). Dari pelabuhan Filipi Paulus berlayar menuju Yerusalem, dan di Yerusalem Paulus ditangkap, ditawan untuk diadili dan dibuat tahan rumah di Roma. Huria Filipi yang muda itu juga tidak luput dari serangan Iblis dari dalam jemaat itu sendiri. Pemberita Injil yang lain, termasuk yang anti Paulus juga datang ke kota tersebut. Setelah Paulus pergi dari Filipi, ada anggota jemaat itu yang  cekcok (seperti Euodia dan Sintikhe (Flp.4:2), tetapi perpecahan jemaat tidak separah di Korintus. Jemaat Filipi sangat dikasihi Paulus, bukan hanya karena jemaat ini sebagai hasil Pekabaran Injilnya yang pertama di Eropah, tetapi juga karena Paulus sangat merasakan kedekatan jemaat ini kepada dirinya, dan ketulusan jemaat ini  memperdulikan  dan menopang Paulus dalam dana untuk pekerjaannya memberitakan Injil. Surat kepada jemaat Filipi merupakan ungkapan kedekatan itu, dan sekaligus memberi beberapa ajaran teologis dan petunjuk hidup sekaligus ucapan terimakasih Paulus kepada jemaat itu.
RENUNGAN
Ø  Marilah merenung sejenak, mencoba melihat dengan mata iman dan mata pengalaman, apakah masih ada yang dapat dijadikan teladan bagi para pengikut Yesus Kristus di zaman sekarang ini? Dari yang masih hidup sekarang: Paus, Bishop/uskup, pendeta/pastor/gembala/royis, tokoh agama? Raja/ratu, presiden, perdana menteri, menteri, pejabat/aparat negara, tokoh masyarakat? Ketua/Anggota DPR/DPRD I/DPRD II? Dukun, Tabib, dokter, ahli pijat refleksi, tukang urut? Dari yang telah mati: Yesus Kristus, Dharta Gautama, Muhammad s.a.w, 11 Murid Yesus, Matias, Paulus,  para kalifah, para buddha (yang sudah almarhum), IL.Nommensen, Mahatma Gandhi, Maria Theresa, Nelson Mandela, George Washinton, Abdul Rahman Wahid, Soekarno, Soeharto? Ayah atau ibu kita masing-masing? Atau masih adalah yang lain? Daftar ini bisa diperpanjang. Dari setiap orang yang disebutkan itu pasti ada yang bisa diteladani. Itu tidak perlu disangkal.  Pasti ada kesamaan dan kelebihan satu sama lain, dari semua orang yang dapat kita daftarkan itu dalam hal keteladanan. Paulus dapat dipahami, apabila dia mengajak jemaat Kristen untuk menjadi peniru dirinya dan agar menjadi pemilik keteladanan yang dia tunjukkan. Meniru Paulus dan meneladani diri Paulus akan menuntun peniru dan yang meneladani itu sekaligus meniru Yesus Kristus dan meneladani Yesus Kristus. Dari pengkajian yang telah berulang kali dilakukan manusia di bumi, bahkan dari polling yang pernah dilakukan, Yesus Kristus masih unggul dalam hal keteladanan, dalam hal-hal yang perlu ditiru. Dalam konteks itu juga meneladani Paulus.
Ø  Teladan dan yang perlu ditiru dari Yesus (yang sekaligus menjadi teladan dan yang perlu ditiru dari Paulus) merupakan landasan-landasan kuat dan teguh, bagi setiap orang yang mau benar-benar meneladaninya dan menirunya. Hidupnya akan tangguh menghadapi segala tantangan hidup yang datang menerpa. Para peneladan Yesus dan Paulus akan senantiasa punya hikmat dan ulet dalam kehidupannya. Mereka akan tetap berkecukupan dan rela membantu orang lain walaupun dalam keadaan masih berkekurangan. Sebab TUHAN selalu ada sebagai Juruselamat mereka.  Dengan meneladani Yesus dan Paulus mereka akan mengalami revolusi mental yang luar biasa, dari mental menjahati, menjadi mental memperjuangkan kebaikan-kebaikan, dari mental mengacau menjadi mental mendamaikan, dari mental sok menjadi mental rendah hati, dari mental malas menjadi mental rajin, dan seterusnya. Para peneladan Kristus dan Paulus akan menghimpun kekompakan untuk merubah dunia menjadi dunia yang lebih baik, dunia yang selamat, dunia yang layak huni bagi seluruh umat manusia tanpa kecuali, tanpa ada diskriminasi ras, warna kulit, makanan, asal usul, maupun etnis dan budaya. Semua untuk semua, semua untuk satu dan satu untuk semua. Untuk mencapai itu, semua manusia diajak menjadi peneladan Yesus Kristus dan Paulus.
Ø  Umat manusia, terutama yang Kristen sudah sepantasnya ikut menangis melihat pekembangan yang sedang terjadi sekarang ini. Kelompok-kelompok radikal, pelaku-pelaku teroris mulai menggunkan isu agama untuk melakukan kekerasan, genocida dan religiocida. Sekarang mulai muncul gerakan-gerakan Neo-nazi untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap pengungsi. Muncul lagi kelompok anti-facis untuk menghadapi gerakan neo nazi. Semua ini menjadi “seteru salib Kristus di zzaman sekarang. Mengapa? Sebab suara Yesus Kristus yang berdengung dari salib itu adalah “pengampunan”: Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Siapa yang tidak mau saling mengampuni di zaman sekarang adalah seteru salib Kristus. Maka kita sangat bersyukur mendengar pengumuman Paus dari Roma yang mengatakan bahwa beliau tgl 31 Oktober 2016 akan menghadiri Ulang Tahun Lutheran World Federation di Lund dan sekaligus ikut dalam kebaktian pengenangan 499 tahun reformasi Martin Luther. Itu pertanda itikat baik dari gereja Roma Katolik untuk saling mengampuni dengan kaum Reformasi Lutheran. Karena beliau akan menyampaikan maaf kepada seluruh umat protestan bahwa perang 30 tahun (yang dikenal sebagai perang Reformasi) telah terjadi di masa lalu dan memakan korban manusia begitu banyak. LWF sendiri telah mengadakan “saling memaafkan” dengan gereja-gereja Anabaptis (yakni gereja-gereja Pembaptis Ulang). Suara perdamaian dan suara ajakan saling mengampuni, akan terus dikumandangkan huria lutheran di abad duapuluh satu ini. Itu sebagai pertanda kewaspadaan dan keikutsertaan menangis melihat ulah para pelaku teroris, kekerasan dan diskriminasi atas nama agama di zaman sekarang, yang dapat dikategorikan sebagai “seteru salib Kristus”. Mari bekerja untuk meneruskan Suara yang berkumandang dari salib Kristus.
Ø  Bumi harus tuntas sebelum kita masuk sorga. Bumi harus damai, makmur, sejahtera, selamat, sejahtera, sebelum kita masuk sorga. Tempat kita di sorga sudah tersedia. Setiap Pengikut Yesus Kristus tidak usah lagi mencarinya. Itu sudah ditangan. Yang penting, jangan sampai hilang. Kuncinya rumah pengikut Yesus di sorga pun jangan sampai hilang. Namamu telah dituliskan di setiap ambang pintu rumahmu di sorga. Suratnya sudah ada di tanganmu. Selama masih di bumi, usahakan agar kunci dan sertifikat rumahmu itu tidak hilang. Bisa hilang bila namamu berganti tidak lagi seperti yang dituliskan dalam buku kehidupan. Kuncimu bisa hilang kalau imanmu berganti dan tidak lagi beriman kepada Yesus Kristus dan tidak lagi meneladaninya.
Ø  Maka berdirilah dengan teguh dalam TUHAN (Yesus Kristus). Jangan kau hanya jugul dalam teologimu dan imanmu yang masih harus disempurnakan. Tuhan Yesus Kristus itu hidup, dan selalu bersedia menyertaimu dalam perjalanan hidupmu. Makanya perlu kau buat hatimu pegang Firman-Nya dan jantungmu pegang Roh-Nya. Tak cukup memegang Tuhan Yesus hanya dengan tangan kiri dan tangan kanan saja, harus dengan hari dan jantung masing-masing.  Dengarlah nasihatku melalui khotbah ini hai suadara-saudarku yang kukasihi, yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku. Selamat meneladani Paulus yang sekaligus meneladani Yesus Kristus. Di situlah engkau kuat dan teguh, jaya, makmur dan sejahtera.  Amin.
Ruang Kerja, tgl. 3 Pebruari 2016.

Pdt. Langsung Maruli Sitorus (Pdt. LaMBaS).