MINGGU X SETELAH TRITINTAS, TGL. 31 JULI 2016, EVANGELIUM: KOLOSE 3: 1 – 11

07.56.00 0 Comments A+ a-

KOLOSE

3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.            
3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].
3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

YANG MENJADI CIPTAAN BARU DALAM KRISTUS HARUS TERUS MENERUS DIPERBAHARUI HINGGA TERCAPAI TINGKAT PENGETAHUAN YANG BENAR MENURUT KHALIK, PENCIPTA MANUSIA

1.      Setelah membahas, mensermonkan  dan kemudian mengkhotbahkan Kol.1:1-14 tgl 10 Juli 2016 dan  Kolose 2:6-15 di minggu yang lalu, kita lanjutkan lagi memahami apa nasihat Rasul Paulus kepada semua Huria Kristen dalam Kol.3:1-11 ini untuk dapat dikhotbahkan di minggu terakhir bulan Juli 2016 ini.

2.      Bagi Rasul Paulus sungguh sangat dalam arti karya Yesus Kristus bagi kemanusiaan, baik karya-Nya melalui ajaran-ajaran-Nya, penderitaan-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke sorga. Itu semua dia pahami dalam konteks ajaran dan harapan yang terkandung dalam Perjanjian Lama yang berisi janji keselamatan, dan dia melihat pemenuhannya dalam diri dan karya Yesus Kristus. Dalam dan melalui Yesus Kristus, Yahowa memberi “Perjanjian Baru” sebagaimana dinubuatkan oleh nabi Yeremia. Dalam Yesus, Yahowa memberi Hukum Yang Baru, yakni hukum kasih (kepada Yahowa, sesama dan kepada musuh). Dalam diri Yesus Rasul Paulus menemukan Adam Yang Baru, yang dari pada-Nya muncul keturunan manusia berupa “manusia-manusia baru”. Di dalam Yesus Kristus, Rasul Paulus melihat “terciptanya” langit dan bumi yang baru, yang berisi ciptaan-ciptaan baru. Dalam Surat kepada Huria Kristen Korintus, , Paulus menegaskan, bahwa siapa yang berada dalam Kristus adalah ciptaan baru (baca 2Kor.5:17)  dan dalam surat ke Huria Kristen Kolose ini pun dikatakan, bahwa pengikut Yesus Kristus adalah manusia baru (baca Kol.3:10). Tetapi bagaimana memahami ke-baru-an yang dimaksud oleh Rasul Paulus? Itu bukan hanya seperti pakai pakaian baru, yang dibeli dari toko lalu dipakai. Selain memakai pakaian yang baru, juga kemanusiaan yang pakai pakaian baru itu menjadi baru. Batin/rohani (bagian dalam diri) manusia benar-benar baru. Ibarat seorang perempuan dan laki-laki yang hendak menerima berkat pernikahan. Mereka berdua mengenakan pakaian baru (pakaian pengantin), lalu diri mereka berubah menjadi baru, yakni diri yang siap menjadi satu, dan benar-benar diri yang menjadi suami dan isteri. Mereka menanggalkan  diri kepemudaan mereka dan mengenakan diri hanatuatuaon (ke-tua-an). Batak Toba mengatakan, bahwa yang nikah itu sudah sohot, yakni so (berhenti dan menanggalkan) kepemudaan masing-masing, dan hot (tetap setia) dalam sebagai orang yang sudah berrumahtangga/berkeluarga.

3.      Menjadi manusia baru dalam Kristus, adalah ibarat manusia yang terus dialiri darah yang sehat. Darah yang sehat adalah darah yang bersih dari penyakit dan yang mengangkut vitamin-vitamin dari asupan yang dimakan dan diolah dalam perut manusia. Asupan yang sehat (empat sehat lima sempurna) memungkinkan darah mengangkut bahan-bahan yang akan digunakan untuk membaharui sel-sel tubuh yang rusak sehingga pulih. Darah yang berisi segala macam vitamin itu terus menerus memperbaharui sel-sel tubuh yang rusak dan membuat awet muda dan segar sampai tua. Tetapi kalau darahnya berhenti membaharui tubuh itu, maka orangnya tidak begitu lama menjadi rapuh dan keropos. Di dalam diri manusia yang diurapi Roh Kudus sewaktu menerima baptisan kudus, mengalir Firman Kristus, seperti darah mengalir dalam tubuhnya. Firman Tuhan itu yang terus menerus membaharui iman dan rohani orang tersebut, yang berdampak kepada kesehatan tubuhnya.  Makanya makanan  rohani, yakni Firman Tuhan, harus menjadi asupan harian setiap orang yang telah terbaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.

4.      Beberapa hal mengenai diri orang Kristen yang dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Ro Kudus, dikatakan Rasul Paulus, yaitu: 1) mati dan dibangkitkan bersama Kristus. Bila manusia lama dari pengikut Kristus telah mati, itu berarti sebelum dia dibangkitkan bersama Kristus, diri orang tersebut “tersembunyi bersama Kristus”  di dalam Allah. Artinya diri orang tersebut benar-benar di dalam penguasaan Allah sendiri. Sewaktu dia dibangkitkan bersama Kristus, maka diri orang itu mengalami kemuliaan seperti kemuliaan Kristus yang bangkit itu. Kristus telah bangkit, dan orang yang dibaptis dalam nama-Nya (Yahowa Bapa, Anak dan Roh Kudus) juga sudah bangkit dari kematian manusianya yang lama. 2) Kristus adalah hidup orang Kristen yang terbaptis itu.  Dia hidup dalam Kristus dan Kristus hidup di dalam dirinya. Makanya orang beriman itu disebut bukan sekedar Nazrani (=tunas dari Yesus Kristus, orang Nazareth itu), melainkan Kristen, yang bukan hanya menandakan orang itu pengikut Kristus, melainkan juga untuk menyatakan bahwa dia hidup dalam Kristus dan Kristus hidup di dalam dirinya.  Pemahaman ini merupakan suatu bahasa teologis dari Rasul Paulus, yang hanya dapat diimani, dan ditunjukkan dalam corak kehidupan sehari-hari.
5.      Ada enam hal yang harus dilakukan oleh orang beriman, yang ada dalam Kristus dan Kristus di dalam dia.
1)      Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Kristus, yang didalam-Nya pengikut Yesus yang percaya, berada di sorga dan duduk di sebelah kanan Allah. Maka yang ada di dalam Kristus, diwajibkan mencari perkara yang di atas, di mana Kristus ada, bukan perkara yang di bumi. Yesus mengatakan: “Carilah  dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat.6:33). “Carilah Aku, maka kamu akan hidup! Janganlah mencari mencari Batel, .... Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup!” (Amos 5:5c. 6a). Perkara yang di atas adalah corak kehidupan sorgawi yang dapat dipraktekkan di bumi. Pengikut Kristus wajib terus menerus mengkaji, menganalisa, dan menemukan corak kehidupan sorgawi itu dari apa yang sudah diajarkan dalam Kitab Suci (Alkitab: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) dan dari Firman TUHAN aktual yang didengarnya melalui pergaulannya dengan TUHAN sehari-hari. Itu lebih baik dari pada mengkaji, menganalisa dan menemukan corak hidup duniawi, walaupun mungkin corak hidup duniawi itu sangat menggiurkan, dan membiarkan pelampiasan nafsu-nafsu bejat manusia. Pengkajian perkara yang di atas (= perkara sorgawi) harus dilakukan sehubungan dengan kebutuhan bernegara, berbangsa, bermasyarakat dan ber-huria/ber-gereja Kristus. Itu meliputi hal-hal yang berhubungan dengan: lingkungan, penggunaan sumber daya alam, fungsi dan tugas, hak dan kewajiban sumber daya manusia; penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi; bagaimana sebaiknya beragama menurut Kristus; pembaharuan dan pengembangan kehidupan sosial dan budaya umat manusia; bagaimana sebenarnya hidup beradat dan bermartabat menurut Kristus; bagaimana sebenarnya hidup berpolitik menurut Kristus, seperti dianjurkan nabi Yeremia: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia  29:7);  dan tidak lanjut perintah Yesus sewaktu mengutus murid-murid-Nya pergi memberitakan Injil kepada segala makhluk, menjadikan semua bangsa murid-Nya, dan mengajar mereka melakukan apa yang sudah diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya (bd. Mrk.16:5; Mat.28:19-20). Anjuran Yeremia dan perintah Yesus Kristus ini adalah salah satu bahasa politik. Kajian dan praktek politik-sorgawi yang harus dipraktekkan di bumi, harus dikaji dan dilaksanakan pengikut Kristus. Demikian juga kajian mengenai ideologi-sorgawi untuk menyinari dan menggarami ideologi negara yang sedang diterapkan. Misalnya bagaimana menurut Kristus untuk menterapkan ideologi pancasila di bumi Indonesia. Kalau dikatakan: “Tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu”, itu berarti bahwa teologi yang sedang diajarkan oleh Huria dan para teolog Kristen harus membumi, bukan ajaran duniawi yang disahkan oleh teologi atau diteologikan.  Ajaran teologi tidak baik apabila hanya “men-sorga” dan tidak “membumi”. Sorga harus membumi. Itu tujuan kedatangan Yesus Kristus. Kebaikan sorgawi harus menjadi kebiasaan dalam hidup umat Kristen, bukan kebiasaan duniawi yang dijadikan menjadi kebaikan sorgawi. Hasil kajian dan temuan dari perkara-perkara yang di atas (yang sorgawi) itu menjadi bagian terpenting dalam usaha terus menerus memperbaharui kehidupan manusia (manusia baru) untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik, Yahowa Allah Pencipta Langit dan bumi serta isinya.
2)      Kewajiban yang kedua, yang harus terjadi dalam diri pengikut Kristus adalah “mematikan dalam dirinya segala sesuatu yang duniawi”. Rasul Paulus menyebutkan beberapa hal yang duniawi tersebut, yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat,  keserakahan,  penyembahan berhala,  semua yang mendatangkan murka Allah; marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut, saling mendustai. Banyak lagi hal-hal duniawi yang lain, seperti dikatakan Rasul Paulus dalam Galatia 5:20-21:  percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Ini semua disebut  oleh Rasul Paulus sebagai perbuatan daging (keinginan daging). Korupsi juga terhitung sebagai perkara duniawi, atau perbuatan/keinginan daging karena berakar pada keserakahan.
Sebelum menjadi pengikut Kristus, Huria Kristen Kolose, menurut Paulus, pernah melakukan hal-hal duniawi yang disebutkan Paulus itu dalam kehidupan mereka. Setelah menjadi pengikut Kristus, mereka menanggalkan hal-hal duniawi ini, dan menggantinya dengan hal-hal sorgawi.
Mematikan hal-hal duniawi ini merupakan pekerjaan yang mudah, dan sama sekali tidak sulit. Syarat mematikannya hanya satu: Yang bersangkutan mau mematikannya dalam dirinya. Caranya misalnya: percabulan diganti dengan pernikahan resmi dan kesetiaan kepada isteri satu-satunya.  Kenajisan diganti dengan kesucian hidup yang diajarkan Kristus. Hawa nafsu diganti dengan semangat rohani kristiani. Nafsu jahat diganti dengan nafsu baik. Keserakahan diganti dengan memikili dengan cara-cara legal menurut aturan. Penyembahan berhala diganti dengan penyembahan Yahowa dalam Kristus. Semua yang mendatangkan murka Allah diganti dengan semua yang menyenangkan hati Allah. Marah-marah diganti dengan ramah-ramah. Geram diganti dengan lembut. Kejahatan diganti dengan kebaikan. Fitnah diganti dengan pujian yang benar. Kata-kata kotor diganti dengan kata-kata indah, berhikmat dan membangun. Saling mendustai diganti dengan saling menyatakan/mengatakan kebenaran. Mematikan keinginan daging yang disebutkan Rasul  Paulus dalam Galatia 5:20-21 itu mudah saja menurut Paulus. Cukup saja dengan melakukan apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam Gal.5:22-23, yakni melakukan buah-buah Roh, yaitu:  kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Jadi mematikan hal-hal duniawi itu dalam diri pengikut Kristus sebenarnya semudah membalik tangan, asal mau. Penyakit banyak pengikut Kristus di masa sekarang adalah : tidak mau melakukan hal-hal sorgawi dan buah-buah Roh dalam kehidupannya. Sehingga mematikan hal-hal duniawi itu  bagi yang tidak mau itu menjadi sesulit memindahkan gunung, karena yang bersangkutan tidak mau mematikan hal-hal duniawi itu dalam dirinya, dan bahkan hal-hal duniawi itu dianggapnya sebagai hal yang lebih enak baginya. (Dia katakan: Lebih enak di neraka nanti, karena di sana bebas melampiaskan segala nafsu kejahatan dan itu menyenangkan. Dia pikir di neraka masih bisa berbuat demikian, selain menerima siksaan dan hukuman).   Untuk mudah memindahkan gunung ke lembah agar menjadi rata, dibutuhkan iman sebesar biji sesawi, tetapi yang hidup; tak perlu sebesar gajah tetapi mati. Untuk mampu mematikan segala hal duniawi atau keinginan daging dalam diri pengikut Kristus, yang dibutuhkan adalah iman sebesar biji sesawi yang hidup itu. Berbahagialah orang yang berhasil memasang imannya mematikan segala sesuatu yang duniawi dan keinginan dagingnya.  Dengan mematikan segala sesuatu yang duniawi dalam diri pengikut Kristus, maka hidup di dunia ini akan sangat indah, sangat maju, sangat berlimpah berkat, dan kekristenan akan terpuji dan TUHAN pasti dimuliakan umat manusia.
3)      Huria Kristen Kolose berhasil menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dari dalam diri mereka. Karena itu mereka mendapat pujian dari Rasul Paulus. Mereka menjadi segelintir orang suci yang hidup di keramaian para penafsu duniawi di kota Kolose. Kesucian mereka sangat berbeda dengan kesucian para penyembah Aprodite dan penyembah dewi Diana. Penduduk Kolose terheran-heran melihat pola hidup orang Kristen Kolose. Dari itu banyak penduduk Kolose menjadi pengikut Yesus Kristus, hanya karena melihat kesucian hidup dan sukacita kristiani yang ditunjukkan Huria Kristen Kolose dalam hidup sehari-hari mereka. Hal-hal duniawi bukanlah yang dibawa manusia sejak lahir, tetapi merupakan hal-hal yang dimasukkan manusia ke dalam dirinya. Demikian juga hal-hal sorgawi tidak yang dibawa lahir manusia, walaupun manusia itu diciptakan menurut gambar dan rupa Yahowa Allah, melainkan hal-hal yang dimasukkan manusia ke dalam dirinya. Sebenarnya, karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Yahowa Allah, manusia akan lebih mudah memasukkan hal-hal sorgawi (perkara-perkara yang di atas) ke dalam dirinya. Hanya sangat disayangkan, bahwa manusia (yang sekarang) sering seperti Hawa, lebih mendengar dan lebih patuh kepada bisikan-bisikan Iblis, sehingga manusia itu mengatakan bahwa hal-hal duniawi itu lebih enak dan lebih menjanjikan daripada hal-hal sorgawi. Bahkan karena bisikan Iblis, banyak manusia mengatakan: “Buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, yang sangat enak dan bahkan dapat menghantar manusia menjadi sama dengan allah,  sudah di depan mata, mengapa kesempatan dilewatkan, dimakan saja!”, katanya. Akhirnya manusia itu larut dalam perkara-perkara duniawi saja, dan merasa perkara-perkara sorgawi merupakan hal-hal yang sangat sulit diraih dan sangat sulit diturunkan di dunia. Begitulah anak-anak dunia berpikir dan berbuat. Tetapi anak-anak terang, anak-anak sorgawi tidak berpikir demikian, melainkan berprinsip dan berpendapat: “Walaupun sulit meraih hal-hal sorgawi – yang sebenarnya memang tidak sulit – hal-hal itu harus diraih dan diterapkan di dunia, di dalam kehidupan sehari-hari, karena dampaknya: “bukan hanya enak di bumi, melainkan enak juga di sorga”. “Untuk apa hanya mendapat satu, apabila dimungkinkan mendapat dua sekaligus”, kata anak-anak sorgawi. Dari itu, sangat indah dan sungguh bahagia hidup orang yang menanggalkan hal-hal duniawi dari dirinya dan mengkenakan dan hidup dengan hal-hal-sorgawi dalam hidupnya sehari-hari.
4)      Hal yang keempat yang harus dilakukan orang beriman/pengikut Yesus Kristus, yaitu: Mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.” Kalau darah seorang manusia macet mengalir dalam tubuhnya, maka ajalnya akan tiba. Biasanya, darah dapat segera macet dan berhenti mengalir, apabila ke dalam darah itu disuntikkan bisa (racun) (dengan gigitan) ular beracun (misalnya bisa ular sendok/kobra atau bisa ular hijau, atau bisa binatang berbisa lainnya). Karena bisa yang masuk ke dalam darah, darah itu bergumpal-gumpal dan tidak bisa lagi mengalir, lalu jantung berhenti dan orangnya mati. Pertolongan tercepat adalah mensuntikkan anti-bisa yang tepat (tidak asal penawar racun/bisa). Darah yang sudah terracun dan bergumpal tidak mungkin lagi bekerja dalam usaha diri manusia membaharui organ-organ dan sel-sel tubuhnya yang sudah aus dan rusak.  Maka darah harus diusahakan terus mengalir sehat (tidak darah tinggi dan tidak darah rendah), dan mengalir sehat tanpa mengandung penyakit (misalnya anemia dan HIV/AIDS). Demikian gambaran manusia baru yang harus selalu memperbaharui dirinya sampai dia menemukan pengetahuan yang benar menurut (bukan: tentang) Khaliknya. Makanan rohani baginya adalah Firman TUHAN, yang diangkut oleh “darah”-nya (yaitu kekuatan rohani atau imannya) ke seluruh tubuhnya, sehingga firman TUHAN itu membaharui semua bagian tubuh dan rohaninya yang aus dan rusak, sehingga kembali baru dan lancar untuk digunakan. Proses itu harus berlangsung sepanjang hidupnya di bumi dan di sorga (di kekekalan). Kalau imannya kemasukan racun/bisa dengan dimasukkannya ajaran-ajaran sesat dari luar dan meracuni imannya, maka imannya itu akan beku dan menggumpal dan tidak bisa lagi mengalirkan firman TUHAN yang sehat ke seluruh tubuh dan rohnya. Lalu Firman TUHAN menjadi hal yang tidak berguna bagi dirinya, dan akhirnya imannya mati dan diri orang itu terhitung sebagai mati walaupun masih bernafas. Para pelayan pastoral harus segera menolong orang yang imannya sudah kena suntik racun (bisa) Iblis, agar imannya dapat kembali mengalirkan firman TUHAN  membaharui hidup (jasmani dan rohani)-nya yang sempat dibuat rusak atau aus. Untuk itu, setiap pelayan pastoral harus menjadi “tabib” luar biasa (berintegritas), yang dapat “mengintegrasikan’ segala yang ada demi kesembuhan iman orang yang sempat kena bisa (racun) sengatan Iblis. Berbahagialah pengikut Kristus yang senantiasa sehat “darah”nya (imannya), yang mampu berfungsi mengalirkan vitamin-vitamin Firman TUHAN ke seluruh tubuh jasmani dan tubuh rohaninya, yang dengannya tubuh dan rohaninya senatiasa dibaharui, hingga menemui puncak hidupnya, yakni pengetahuan yang benar sebagaimana diajarkan oleh Sang Khalik (Yahowa Allah dalam Kristus).  Mengetahui betapa indah dan enaknya menjadi pengikut Yesus Kristus  yakni sebagai manusia baru yang terus menerus dibaharui, harus menjadi target setiap pengikut Kristus di akhir hayatnya di bumi ini.
5)      Hal yang kelima yang harus dicamkan dan dilakukan para pengikut Kristus di dunia ini adalah: Di dalam Kristus “tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.” Kesimpulan yang dibuat oleh Rasul Paulus ini merupakan dampak dari pemahaman dan pengenalan diri manusia itu sebagai manusia baru. Karya keselamatan dan pengampunan dosa yang dikerjakan Yesus Kristus dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya, membuat semua pengikut Yesus Kristus menjadi satu keturunan, yaitu keturunan Kristus, yang diberi marga satu-satunya bagi mereka semua marga kristen, atau kadang-kdang diberi marga Nazrani. Dari Adam Pertama, yakni dari manusia yang diciptakan TUHAN Yahowa dan ditempatkan di Taman yang ada di Eden, lahir keturunan yang pada mulanya tidak ada yang disebut orang Yunani, orang Yahudi, orang bersunat, orang tidak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, dan dari keturunan Adam itu tidak ada yang disebut budak. Semuanya satu sebagai keturunan Adam dan Hawa, dan diberi marga ’adam (manusia). Dosa manusia sewaktu pembangunan Menara Babel membuat manusia terkotak-kotak, dan saling membeda-bedakan dan dibeda-bedakan. Dosa manusia yang berupa dosa pembangunan menara Babel (yakni dosa ingin menjadi dewa), juga dihapus dan diampuni oleh Yahowa Allah, dalam dan melalui karya Tuhan Yesus Kristus, sehingga manusia dipersatukan kembali dalam satu “bangsa”, yakni bangsa dan warga Kerajaan Yahowa Allah, yang disebut manusia-baru ( Yunani: tòn néon  tòn anakainoúmenon (= yang baru yang dibarukan); Ibrani: ’adam haḥadaš); yang sekarang bermarga Kristen atau kadang-kadang disebut Nazrani (tunas orang Nazareth = tunas Yesus Kristus). Manusia baru (manusia yang dibarukan) itu terjadi menurut pengenalan (pengetahuan atau penciptaan) menurut  rupa dari Dia yang menciptakan dia / eis epignōsin kat’ eikona tou ktisantos auton; Ibraninya: hahôlak umitḥades beda‘at  lepi şelem bōr’ō) (Bahasa Yunaninya kurang hurufiah diterjemahkan oleh LAI). Dalam dan melalui Yesus Kristus ada penciptaan yang baru untuk manusia. Yang diciptakan dalam dan melalui Kristus adalah ciptaan baru atau manusia baru, dan sekarang diberi marga bukan lagi hanya marga adam tetapi ’adam haḥadaš  dan juga marga kristen. Orang yang tidak mau bermargakan marga ini adalah orang-orang yang menolak karya keselamatan dan pengampunan dosa yang dianugerahkan Yahowa Allah dalam dan melalui karya Yesus Kristus. Adalah benar kalau mengikuti kesimpulan Rasul Paulus, bahwa di kalangan manusia bermarga’adam haḥadaš atau  Kristen¸ tidak ada lagi yang harus dibedakan kekristenannya atau ke-’adam haḥadaš –annya sebagai Yunani, Yahudi, bersunat, tak bersunat, Barbar, Skit, Batak, Papua, Dayak, Sunda, Arab, Inggris, Jerman, apalagi yang disebut sebagai budak atau tuan (orang merdeka. Sebutan-sebutan bagi umat Kristen dengan nama-nama ini hanya sebagai petunjuk untuk daerah tempat mereka berada dan tempat mereka bersekutu, atau tempat mereka bekerja (misalnya yang menjadi pelayan bukan lagi budak; yang menjadi bos bukan lagi diktator), bukan lagi pembeda untuk hakikat mereka sebagai Kristen. Itu juga tidak menjadi pembeda untuk menyatakan ) yang sudah lahir baru atau tidak lahir baru. Juga adanya temuan teologi yang dilakukan para teolog Kristen  (seperti: teologi temuan Augustinus, Martin Luther, Johannes Calvin, Rudolf Bultman, Johannes Wellhausen, para Paus,  LaMBaS, dan ribuan teolog-teolog lain yang tak tersebutkan namamereka di sini ) bukan alasan pembeda-bedaan apalagi pemisah-misahan bagi umat Kristen. Teologi-teologi yang ada itu hanya merupakan warna mozaik gambar utuh manusia bermarga Kristen. Demikian juga dengan adanya nama-nama denominasi gereja dan huria Kristen. Nama daerah, uraian teologi, label denominasi, semuanya harus dipahami  sebagai warna mozaik gambar tubuh Kristus yang utuh, yaitu gambar utuh semua manusia bermarga Kristen atau yang bermarga ’adam haḥadaš (sebab semua umat Kristen sudah lahir baru, ciptaan baru). Semuanya mereka, tanpa kecuali, adalah pelayan terhadap yang lain, dan semuanya adalah merdeka dari yang lain. Maka mereka (yang bermarga Kristen itu) tidak ada yang dicap budak (walaupun pelayan terhadap sesamanya), dan tidak ada juga yang dicap  “orang merdeka” (tuan), walaupun setiap dari mereka “merdeka” satu dari yang lainnya. Setiap manusia bermarga Kristen adalah pelayan dan sekali gus “tuan” (orang merdeka) di tengah-tengah dunia ini. Marga Kristen atau ’adam haḥadaš  yang disandang setiap manusia mempersatukan seluruh pengikut Yesus Kristus. Dari itu dapat dipahami apabila Yesus memerintahkan setiap manusia bermarga Kristen, atau ’adam haḥadaš  agar membuat semua bangsa menjadi pengikut Yesus Kristus. Waspadalah, hai umat Kristen, jagalah dirimu agar tidak jatuh kepada dosa para pembangun menara Babel! Jadilah pembangun tubuh Kristus yang sehat dan luar biasa, bermozaik yang utuh dan integratif satu dengan yang lain dan berintegritas.
6)      Hal yang keenam menurut Kol.3:1-11 ini yang harus diketahui dan disaksikan oleh pengikut Kristus dalah: “Tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.”  Apa bedanya ini dengan kepercayaan Batak Kuno, yang mengatakan: “Segala sesuatunya punya roh.” (Martondi do ganup na adong). Agama Batak kuno mengajarkan: Setiap macam batu, setiap macam tumbuhan, setiap gunung, setiap hewan, setiap laut/lautan, setiap rumah/istana, dan benda apapun itu punya roh. Apakah itu sama  dengan “Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu”? Ada juga teolog Kristen mengatakan bahwa di dalam diri manusia ada semen (unsur; Grundstoff) ilahi, tetapi ciptaan-ciptaan lainnya, apapun itu, tidak memiliki unsur ilahi. Itukah yang alkitabiah? Hati-hati, jangan asal samakan dan jangan asal ya-kan saja! Paulus mengatakan: allà [tà] pánta kaì en pâsin Christós (tetapi semua dan di dalam semua Kristus); Ibrani: ’ella’ hammašiaḥ hû’ hakol ûbakol, tetapi Dia, Mesias adalah semua dan di dalam semua). Di sini Rasul Paulus tidak bicara tentang roh, dan tidak bicara juga tentang semen (unsur) ilahi. Rasul Paulus berbicara tentang Kristus/Mesias, berarti Dia berbicara tentang kemesiasan/kekristusan, yaitu hal diurapi. Semua (segala sesuatu) telah diurapi menjadi ciptaan baru dan manusia itu menjadi manusia baru. Adalah sangat tepat dan sangat aik, apabila semua yang ada itu, dan semua manusia baru itu dipahami sebagai yang menunjukkan dan menyaksikan Kristus sebagai penciptanya, dan di dalam dan dari semua (segala sesuatu) itu yang terbaca adalah Kristus. Yesus Kristus mengurapi semua yang ada itu menjadi milik-Nya. Dengan demikian ditegaskan bahwa Kristus adalah pemilik semua yang ada itu. Mereka semua yang trelah diurapi Kristus adalah milik Tuhan Yesus Kristus atau yang sering disebut kyriake ( > huria = milik Kyrios/Tuhan; dan Tuhan itu adalah Yesus Krisus). Batu yang bertindih membangun rumah Tuhan misalnya adalah milik Tuhan. Huria bukan hanya orang/manusia baru-nya tetapi juga benda-benda yang ada itu. Bagian teks nyanyian “Aku gereja, kau pun gereja”, mengatakan: “Gereja bukanlah gedungnya, gereja adalah orangnya.” Itu benar, karena orangnyalah yang dipanggil. Tetapi berdasarkan apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam Kol.3:11 ini, dapat dikatakan: Gedungnya, uangnya juga huria, orangnya pun juga huria. Karena semua itu adalah milik Tuhan, milik Kristus, yang mendapat pengurapan dari Tuhan Yesus sebagai milik-Nya. Berdasarkan apa yang dikatakan Rasul Paulus, bahwa allà [tà] pánta kaì en pâsin Christós (tetapi semua dan di dalam semua Kristus), para pengikut Yesus Kristus tidak mempermainkan apa yang ada itu (termasuk dirinya sendiri dan hartanya) sebagai miliknya sendiri, tetapi memperlakukan semua yang ada itu sebagai milik Kristus, milik Tuhan. Dan dengan demikian para pengikut Kristus akan semakin diberkati, mempunyai hidup dengan penuh kelimpahan (Yoh.10:10) lebih daripada yang mereka harapkan.

Pematangsiantar, tgl. 25 Juli 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).