MINGGU ADVENT PERTAMA TGL. 27 NOPEMBER 2016: EVANGELIUM YESAYA 2:1-5
YESAYA 2:1-5:
2:1 Firman yang
dinyatakan kepada Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem.
2:2 Akan terjadi
pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di
hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa
akan berduyun-duyun ke sana,
2:3 dan banyak
suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN,
ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan
supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan
firman TUHAN dari Yerusalem."
2:4 Ia akan
menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku
bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan
tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat
pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
2:5 Hai kaum
keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN!
|
JESAYA 2:1-5
2:1 On do hata na
niida ni si Jesaya, anak ni si Amos taringot tu Juda dohot Jerusalem.
2:2 Masa do sogot,
di ujung ni angka ari: Hot disi dipaojak dolok ni bagas ni Jahowa di punsu ni
akka dolok, jala huminsat sian akka robean, jadi marrongoman ma tusi sude akka
parbegu.
2:3 Jala torop
akka bangso mandapothon tusi akka na mandok: Beta hita tanakkoki ma dolok ni
Jahowa, tu bagas ni Debata ni si Jakkob, asa diajarhon tu hita akka dalanna,
jala mardalani hita di akka lapangna. Ai marharoroan sian Sion do sogot patik
i, jala sian Jerusalem hata ni Jahowa.
2:4 Jadi manguhum
ma ibana di tongatonga ni akka parbegu, jala toruanna torop akka bangso. Jadi
patopahononnasida ma podangnasida bahen gigi, jala hujurnasida bahen angka
sasabi; ndang be sintahon ni bangso dompak bangso podang i jala ndang be
guruhononnasida parmusuon.
2:5 Beta hamu, ale
pinompar ni si Jakkob! Mardalani ma hita di hatiuron ni Jahowa.
|
YANG HAUS
PENGAJARAN YANG BENAR NAIK KE GUNUNG JAHOWA, KE RUMAH TUHAN, DAN DI SANA MEREKA
MENIKMATI TERANG HIDUP
1.
Naik ke gunung TUHAN (Yahowa) Yesus Kristus
dalam bahasa Ibrani disebut hag,
karena berisi pesta, di mana pesertanya menari berkeliling ( = manortor liat). Dari kata itu berasal
kata “haji”, yang menjadi masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui bahasa Arab. Artinya
yang sebenarnya adalah ziarah untuk pesta/perayaan. Ziarah ke kota TUHAN tempat
didirikannya rumah TUHAN oleh Daud/Salomo. Sedikitnya sekali setahun, umat
Israel ziarah/naik ke Yerusalem, untuk merayakan hari Raya Paskah, dan
sekaligus memberikan berbagai persembahan sesuai dengan yang diaturkan oleh
Hukum Musa. Dalam perayaan Paskah itu, mereka merayakan keselamatan umat Israel
dari kematian yang ditebar malaikat maut di Mesir pada zaman Musa, karena
mereka mematuhi penyembelihan domba paskah dan pengolesan darahnya di ambang
atas pintu rumah masing-masing dan memakan dagingnya, dan membakar segala
daging maupun tulangnya yang tersisa. Dengan perayaan ini janji keselamatan
yang dikerjakan TUHAN bagi umat Israel diperbaharui, dan umat-Nya memperbaharui
janji kesetiaan mereka kepada Yahowa, TUHAN umat Israel. Sewaktu umat TUHAN
tiba di kaki gunung Sion, di jalan yang naik mendaki menuju Bait TUHAN, umat
yang ziarah/naik itu menyanyikan nyanyian – nyanyian ziarah (sir hamma‘alot) yang beberapa di antaranya
ada didokumenkan dalam kitab Mazmur (Mzm.120-134). Keselamatan yang diperoleh
sewaktu mengenang paskah keluaran Israel dari Mesir merupakan terang hidup yang
memotivasi setiap umat Israel lebih bersemangat dalam segala hal.
2.
Sekarang ini, banyak pengikut TUHAN Yesus
Kristus mengadakan ziarah ke Yerusalem, ke tanah Israel, ke Mesir, ke Yordania.
Mereka mengunjungi Yerusalem, menziarahi
tempat-tempat bersejarah yang diceritakan dalam Kitab Suci Alkitab, seperti
Gunung Sinai, tempat-tempat di mana Yesus
bekerja (Kana, Kapernaum, Jerikho, Betania, Yerusalem, Galilea), Golgatha,
Tabor dan lain-lain. Setiap perjalanan ziarah itu sebenarnya tidak memberikan
“pahala” kepada umat beriman, tetapi dengan ziarah itu peziarah dapat lebih
mendekatkan diri kepada berita – berita keimanan yang ada dalam Kitab Suci
Alkitab. Walaupun mereka menemukan adanya dua tempat yang dikatakan sebagai
bukit Golgatha, tempat Yesus disalibkan (Satu yang ditradisikan sejak Ratu
Helena mengatur perjalanan via dolorosa (jalan penderitaan) yang ditempuh Yesus
dari Tempat Pengadilan hingga ke
Golgatha; dan satu lagi yang ditradisikan sejak Jenderal Gordon yang datang
dari Inggris melihat suatu bukit yang berlubang, dan lubang itu kalau dilihat
dari jauh benar-benar seperti bentuk tengkorak (Golgatha disebut juga Bukit
Tengkorak) dan didekatnya ada kuburan yang dipercayai sebagai kuburan Yesus.
Melihat kenyataan ini, umat percaya memahaminya sebagai satu sebagai tempat
yang asli, dan yang satu lagi sebagai tempat yang digunakan untuk perayaan). Iman
umat percaya tidak terganggu dengan melihat kenyataan ini; tetapi memahami
kenyataan itu sebagai pertanda, bahwa situs-situs itu hanya sebagai alat bantu
untuk memahami kehidupan Yesus dan perjumpaan TUHAN dengan umat-Nya. TUHAN
Yesus Kristus sendiri tidak terikat dengan kuburan-Nya, sebab DIA di sorga.
Pemahaman peziarah bisa semakin terang. Tetapi pengalaman ziarah ke puncak
Sinai, yang diyakini sebagai tempat Yahowa bertemu dengan Musa, punya arti
tersendiri. Gunung itu didaki pada malam hari (agar sejuk), menapaki batu-batu
yang hanya muat telapak kaki, satu kilometer ke atas dari kakinya. Di puncak,
yang pada malam hari sangat dingin, para peziarah berdoa dan berdoa, sambil
menunggu terbitnya matahari. Di puncak itu ada bangunan darurat kecil yang
dikatakan sebagai rumah ibadah, dan didekatnya ada timbunan-timbunan batu yang
dipercayai sebagai sisa-sisa mezbah. Sewaktu hari sudah mulai subuh, diufuk
timur embun mulai berwarna emas, peziarah bernyanyi, hati menjadi hangat dan
seiring naiknya matahari di horizon, tubuh yang lelah mendaki, dan hati yang
beku karena angin dingin yang berembus, kembali hangat menyambut sinar terang
yang mulai menyingsing. Bersamaan dengan terang matahari, para peziarah turun
sebelum matahari terik, dan semuanya yang ada di sekitar dapat dilihat dengan
terang, lalu dipahami betapa setiap pendaki itu telah berhasil mengalahkan
kegelapan malam melalui jalan setapak yang berlekuk-lekuk mendaki, dan sekarang
berada dalam terang dan terang itu akan dipakai untuk turun dari bukit itu.
Alam dan hati para peziarah sungguh menjadi sangat indah, karena terang itu
telah bersinar. Itu menggambarkan terang TUHAN yang menembus hingga menerangi
hati yang gelap.
3.
Dalam Yes.1 nabi telah menggambarkan situasi
hidup umat Yehuda di zaman raja Ahas sudah seperti Sodom dan Gomora, dan mereka
akan dimusnahkan. Yerusalem akan dihukum, karena sudah menjadi sundal.
Hukuman-hukuman selanjutnya dinubuatkan dalam Yes. 2:6-3:26. Tetapi di tengah
nubuat-nubuat hukuman ini ditaruh nubuat
tentang tetap tegaknya Sion sebagai pusat Kerajaan Damai (Yes.2:1-5).
Keberadaan dan tegaknya Sion sangat
diperlukan, sebagai tindak lanjut dari ajakan TUHAN kepada bangsa Yehuda dan
bangsa-bangsa untuk bertobat (1:16-19), dan tindak lanjut dari pada pengampunan
dosa yang dianugerahkan TUHAN kepada umat manusia (Yes.1:18.26.27). Kalau ada kumpulan manusia yang bertobat, dan
diampuni dosa-dosanya, mereka membutuhkan tempat mempelajari Firman TUHAN yang
benar dengan benar dan penterapannya yang benar dalam kehidupan mereka yang
benar. Yesaya bin Amos menubuatkan suatu
hal yang pasti akan datang dan terjadi di Yehuda dan Yerusalem, yakni adanya
suatu pertobatan massal, dan kerinduan massal bangsa-bangsa, yang merindukan
suatu hal yang pasti terjadi di RUMAH TUHAN di Yersalem, yakni adanya
pengajaran yang benar tentang jalan-jalan TUHAN (Yes.2:1-5). Advent berarti Dia
sudah datang dan akan tiba. Bangsa-bangsa diharapkan menyambut kedatangan-Nya
itu dan tibanya sang Pengajar Ajaran dan Firman TUHAN. Orang yang mengenal
Yahowa ’Elohim (TUHAN Allah) mengenal Tuhan Yesus Kristus sang Firman TUHAN yang menjadi manusia, sang
Pengajar Firman TUHAN.
4.
Di sini perlu dikatakan untuk dicamkan: “Janganlah
kawatirkan awal perjalanan hidupmu dan pergumulan-pergumulanmu dalam perjalanan
hidupmu, tetapi risaukanlah tentang “ending”
(akhir) dari perjalanan hidupmu. Ke mana dan bagaimana?” Bagian “ending”
(akhir) itu yang paling menentukan. Nyanyian Rohani Batak Toba bertanya dengan
lantunan: Tudia ho, dung mate ho? Alusi ma, alusi ma!.... Sai pikkir ma tu dia
ho? (HG 202,1). Pengkhotbah berpengharapan, indah pada endingnya: “Ia membuat
segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati
mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah
dari awal sampai akhir” (Pkh. 3:11). Bangsa-bangsa, termasuk bangsa Yehuda dan
penghuni Yerusalem, dalam pergaulan hidup mereka, saling hantam-menghantam,
sering terjadi perang di antara satu
terhadap yang lain, tetapi “ending”-nya (pada
hari-hari terakhir), bukan hanya di eskhaton (yang sering dibahas dalam
ilmu Eskhatologi), tetapi juga di dunia ini, semua bangsa-bangsa itu berdamai,
dan benar-benar sadar, bahwa perang hanya merusak kemanusiaan di dua belah
pihak yang berperang, lalu berjanji tidak lagi saling berperang. Di hari-hari terakhir itu akan terjadi sedikitnya tiga hal: (1) gunung
tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang
tinggi di atas bukit-bukit; (2) segala bangsa dan banyak suku-suku bangsa akan
berduyun-duyun pergi dan naik ke rumah
TUHAN di gunung TUHAN di Sion (Yerusalem) untuk belajar Firman TUHAN; dan (3)
TUHAN (Yahowa Yesus Kristus) menjadi HAKIM antara bangsa-bangsa dan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa.
Gunung Sinai dipilih TUHAN menjadi awal pertemuan-Nya dengan Musa. Lalu di
sana Hukum Taurat diberikan oleh TUHAN dan nama TUHAN (’ehyeh ’aser ’ehyeh > yahweh > Yahowa = si DIA ADA atau si
DIA MEMBUAT ADA) diperkenalkan kepada
Musa di sana. Tetapi bukan Gunung Sinai terpilih sebagai gunung tempat Nama TUHAN
berdiam. TUHAN memilih gunung Sion > Yerusalem (tempat bekerjanya imam
Melkisedek/Rajaku Adil) menjadi tempat pembangunan RUMAH/BAIT YAHOWA, di tempat mana NAMA TUHAN
(YAHOWA) berdiam dan diabadikan. Dari sejak selesai dibangun oleh Salomo hingga
di zaman raja-raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia (masa bekerjanya
Yesaya), Bait TUHAN di Yerusalem masih tetap kokoh berdiri dan selalu kembali
menjadi pusat pengajaran Firman Yahowa dan ajaran-ajaran TUHAN, walaupun sering
dicemarkan oleh raja-raja Yehuda yang membelakangi TUHAN dan pada zaman Yesaya dicemarkan
oleh raja Ahas karena/demi kepatuhannya
kepada raja Tiglath Pileser dari Assyur. TUHAN membersihkan RUMAH-Nya kembali
dari noda-noda pencemaran oleh para orang murtad (ada reformasi Uzia, reformasi
Hiskia, reformasi Yosia). Dunia dan umat TUHAN dapat berbahagia, apabila RUHAN
TUHAN di Yerusalem menjadi pusat pengajaran Firman TUHAN dan ajaran-ajaran
TUHAN Yesus Kristus di zaman dulu dan/hingga di zaman sekarang. Di antara bukit-bukit di Yudea, bukit Zion
menjadi bukit yang lebih tinggi dan menjadi bukit yang spesial (khusus), karena
kehadiran Bait TUHAN yang kokoh berdiri dan NAMA TUHAN ada di sana.
Keistimewaan gunung Zion ini kembali dipertegas sewaktu bukit Golgatha (sebagai
bagian dari gunung Sion) dipilih oleh TUHAN sebagai tempat di mana Anak-Nya
yang Tunggal itu (Yesus Kristus) disalibkan (dikurbankan) untuk memenuhi/
menyelesaikan semua tuntutan Kurban Paskah dan Kurban Keselamatan, Kurban
Penghapus Dosa, demi keselamatan seluruh umat manusia. Sejak itu sebenarnya
gunung Sion menjadi arah ke mana segala bangsa dan banyak suku bangsa
berduyun-duyun datang berjiarah dan naik haji, karena ingin bertemu dengan
Firman TUHAN dan ajaran-ajaran TUHAN yang benar. Kiblat semua pengikut agama
abrahamistis harusnya ke Yerusalem (bukit Sion, bukit Golgatha), apabila agama
itu terhitung sebagai agama yang benar. Tetapi sangat disayangkan, karena
faktor keamanan, dan faktor perselisihan antar agama-agama abrahamistis, umat
TUHAN (terutama dari kaum pengikut TUHAN Yesus Kristus) menjadi sulit datang
berduyun-duyun pergi dan datang ke Bukit tempat Rumah TUHAN berdiri tegak. Sebenarnya soal keamanan dapat segera
diciptakan oleh siapapun yang menjadi pemerintah di Israel/Yerusalem. Tetapi
yang sulit adalah menciptakan adanya keinginan baik dan luhur para pengikut/pemimpin-pemimpin
kaum penganut agama-agama abrahamistis menyelesaikan segala perselisihan yang
dipicu oleh mereka dalam mengajarkan agama-agama abrahamistis itu sendiri. Perselisihan
itu membuat Bait TUHAN di Yerusalem tidak bisa dimiliki dan digunakan atau
diziarahi bersama atau bergantian oleh para pengikut agama-agama abrahamistis
(Yahudi, Kristen, Islam). Tetapi TUHAN telah berfirman, bahwa bangsa-bangsa
akan datang berduyun-duyun datang ke Yerusalem, untuk menyambut TUHAN yang
datang melawat. Suatu saat, kaum penganut agama Yahudi, Kristen dan Islam akan
dapat bersama-sama merayakan hari kelahiran (Natal) Tuhan Yesus Kristus atau
Milad nabi Isa Al-Masih, atau ulang tahun putera Yahudi yang paling luarbiasa
(Yeshua ben Yoseph), di Yerusalem atau di mana saja di dunia ini.
Segala bangsa dan banyak suku bangsa adalah semua bangsa dan suku bangsa
dari semua ras dan bahasa, yang pernah dikenal di bumi ini. Segala juga mencakup pengertian semua
bangsa dan suku bangsa, yang sudah menganut salah satu agama abrahamistis dan
yang belum menganutnya. Mereka akan rindu datang ke Sion, rumah TUHAN di gunung
TUHAN, dengan berbagai motivasi dan alasan. Alasan-alasan itu bisa alasan
sekuler (misalnya karena ingin tour/wisata sambil belajar tentang bagaimana
manusia zaman dulu membuat suatu tempat menjadi sumber devisa di zaman
sekarang), dan ada juga karena alasan rohani (misalnya karena ingin melakukan
wisata rohani ke Gunung TUHAN, sekaligus memperkuat iman kepercayaannya). Bisa
saja ada alasan-alasan lainnya, seperti alasan ingin belajar dalam banyak hal. Alasan
yang kurang baik adalah alasan ingin berkuasa di Yerusalem, sehingga Yerusalem
itu harus diperangi dan diduduki, dikuasai dan ditaklukkan, sehingga RUMAH
TUHAN berada dalam pengaturannya setelah Yerusalem dikuasainya. Inilah
kesalahan yang dilakukan penganut agama abrahamistis dalam sejarah panjang
kemanusiaan, sehingga perang selalu terjadi, demi merebut Yerusalem. Suatu
saat, umat manusia (terutama para pengikut agama abrahamistis) akan berpikir
jernih, dan seia sekata membuat Yerusalem (Kota Damai, seperti namanya), di
mana manusia tidak merasa terancam keluar masuk kota itu dan dapat beribadah di
RUMAH TUHAN dengan sangat tenang. Sudah saatnya semua pengikut agama
abrahamistis bekerjasama dan bahu membahu membangun satu rumah ibadah yang
dapat menampung lima juta orang (di dalam dan di pelatarannya) di Yerusalem,
yang dapat diziarahi dan digunakan setiap pengikut agama abrahamistis itu
merayakan Firman TUHAN yang telah diajarkan kepada mereka masing-masing.
TUHAN akan menjadi hakim bagi bangsa-bangsa dan menjadi wasit bagi banyak
suku bangsa, di gunung TUHAN tempat segala bangsa dan banyak suku bangsa
berziarah. Bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa itu tidak lagi berperang, tetapi
hidup dalam damai, dan masing-masing menjalankan ibadah dan ajaran luhur yang
mereka peroleh dari TUHAN. Mereka seolah-olah para atlit (olah ragawan) yang
sedang bertanding merebut medali, sewaktu mereka melakukan ibadah, merumuskan
teologi/ajaran, dan melakukan ajaran TUHAN dalam kehidupan sehari-hari, dan
dalam berziarah. Mereka tidak perlu saling mengklaim, bahwa ibadah, teologi dan
perilaku/ perbuatan mereka masing-masinglah yang benar dan sesuai kehendak
TUHAN. Mereka tidak perlu saling mencibir atau saling menyikut dalam hal-hal
keagamaan mereka. Tugas mereka adalah mempelajari Firman TUHAN, menghayatinya
dan mengamalkannya. Yang menjadi HAKIM dan WASIT dalam pertandingan itu adalah
Yahowa ’Elohim (TUHAN Allah). Makanya para pengikut TUHAN Yesus Kristus (Allah)
dilarang saling menghakimi. Yesus berkata: "Jangan kamu menghakimi, supaya
kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk
menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan
diukurkan kepadamu" (Matius 7:1-2).
"Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan
janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu
akan diampuni" (Lukas 6:37). Yang menjadi HAKIM adalah Tuhan Yesus Kristus:
"Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman
itu seluruhnya kepada Anak,.... Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk
menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia" (Yohanes 5:22.27). Hal itu juga
ditandaskan oleh rasul Paulus: Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan
menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh
kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya” (II Timotius 4:1). “Karena
itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan
menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan
memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan
menerima pujian dari Allah” (I Korintus 4:5). Kalau Penghakiman biasanya dilakukan
untuk menentukan vonnis akhir terhadap pelanggar aturan pertandingan, tetapi
wasit bekerja untuk menegor atau menentukan hukuman kepada atlit yang sedang
bertanding, dan setelah tegoran/hukuman itu dipahami, lalu atlit itu diizinkan
lagi melanjutkan pertandingannya. Kecuali kalau hukuman itu sudah kartu merah. TUHAN
mewasiti para penganut agama abrahamistis dan umat Kristen dengan dan melalui
Firman TUHAN dan ajaran-ajaran yang digali dan dikembangkan dari atau
berdasarkan Firman itu. Oleh karena itu, dalam pertandingan “beragama”,
pertandingan “beriman”, yang perlu dicamkan dan dikerjakan oleh para penganut
agama (abrahamistis) maupun para orang beriman adalah “selalu kembali kepada
Firman TUHAN dan ajaran dari/berdasarkan Firman TUHAN”; tidak perlu sikut
menyikut atau saling tendang (apalagi melakukan kekerasan) dalam menanggapi
teologi, perilaku/perbuatan dan ibadah penganut agama yang lain atau yang
berbeda rumusan keimanannya.
5.
Sudah sangat cocok dan sangat bagus apabila
semua bangsa-bangsa, kaum beragama, yang abrahamistis (termasuk yang kristiani)
maupun yang tidak abrahamistis, mengatakan: "Mari, kita naik ke gunung
TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya,
dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran
dan firman TUHAN dari Yerusalem." Di Yerusalem dapat ditemukan TUHAN
(Yahowa), Allah Yakub, Allah yang universal, Allah seluruh bangsa-bangsa, yang
sering memperkenalkan diri melalui nama dewa tertinggi yang disembah suatu bangsa
menurut agamanya masing-masing. (Seperti: Dewa Ta/Mulajadi Nabolon di kalangan
Batak pelbegu; Allah di dunia Arab; Elohin di dunia Kanaan, Lowalangi di suku
Nias; dan lain-lain). Bangsa-bangsa yang menyembah Yahowa secara tidak disadari
karena menyembah dewa/ilah tertinggi mereka, perlu menyempurnakan pengenalan,
pengetahuan atau teologi mereka dengan pengenalan, pengetahuan dan teologi yang
disuguhkan oleh Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dengan demikian
mereka temukan TUHAN yang mahasempurna, dan yang membuat hidup mereka di bumi
dan di sorga sungguh luar biasa sempurna. Umat Huria Kristen juga harus terus
menerus memperkaya pengetahuan, keimanan mereka kepada Yahowa Yesus Kristus,
sehingga mereka menjadi teladan dalam ibadah, pengajaran (teologi) dan
perbuatan/perilaku. Tanpa demikian, mana mungkin umat yang masih di luar
kekristenan mau dengan suka rela menjadi pengikut Yahowa Yesus Kristus. Segala bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa haus
akan pengajaran jalan-jalan TUHAN (Yahowa) yang menuntun ke kehidupan sempurna
di bumi dan sempurna kekal di sorga. Mereka mengharapkan bahwa dari Sion keluar
pengajaran dan Firman TUHAN yang benar-benar memanusiakan manusia, dan yang mensejahterakan
umat manusia keseluruhan. Jadi umat Kristiani harus berusaha terus menerus agar
tidak ada “ajaran yang menyesatkan umat manusia” di dalam setiap
ajaran-ajarannya. Yahowa Yesus Kristus telah mengajarkan ajaran yang luar biasa
sempurnanya, yang dapat menuntun manusia hidup dalam damai, yakni damai yang
tidak dari dunia, melainkan damai dari TUHAN, sewaktu dia mengajarkan: "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu” (Mat.22:37). “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri” (Mat.22:39). "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh
hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat.7:12). "Tetapi kepada kamu, yang
mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang
yang membenci kamu” (Lukas 6:27). “Yang
Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak
menghukum orang yang tidak bersalah” (Mat.12:7). Tidak ada lagi ajaran-ajaran
yang mengungguli ajaran-ajaran ini. Yang dituntut adalah penterapannya dalam
kehidupan umat manusia. Yesus memerintahkan kepada pengikut-Nya: “Aku
memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh.
13:34). TUHAN mengasihi umat manusia seperti dikatakan dalam firman: “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16). Umat manusia, para
pengikut agama abrahamistis, terutama kaum Huria Kristen dengan penuh sukacita
menyambut dan merayakan kasih TUHAN ini.
Ajak semua umat manusia ikut merayakannya, ziarah menemukan Firman TUHAN
dalam setiap perayaan itu.
6.
Kalau umat manusia sudah saling mengasihi,
bahkan mengasihi musuh masing-masing, perang akan dengan sendirinya lenyap dan
umat manusia pasti hidup dalam damai. Bangsa-bangsa
tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi
belajar perang, kata Yesaya. Suasana damai itu akan mendorong umat manusia
dari bangsa manapun agar menempa
pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau
pemangkas. Perlombaan senjata tidak akan terjadi lagi. Manusia tidak akan
membangun pabrik-pabrik senjata lagi untuk dijual demi devisa negara mereka.
Mereka akan mengubah panser-panser menjadi traktor-traktor pengolah tanah,
pembangun jalan, alat mengatasi longsor dan bencana alam. Pengetahuan mereka
tentang nuklir tidak lagi digunakan untuk membuat senjata (bom) nuklir, tetapi
cukup saja untuk membantu pengadaan listrik, dan penggunaan alat-alat medis. Itulah
yang direnungkan dan didorong untuk diwujudkan manusia zaman sekarang.
Agama-agama pun tidak lagi alat memotivasi perang dan permusuhan, melainkan
sebagai alat untuk mempertemukan umat manusia yang dibiarkan oleh TUHAN sangat
majemuk dalam segala hal. Ketapel pun tidak lagi digunakan untuk mengketapel
burung dan ali-ali (ambalang) tidak
lagi digunakan untuk membidik “Goliat”, melainkan akan digunakan dalam
perlombaan olahraga mengketapel dan meng-ali-ali sasaran yang ditentukan.
Juaranya akan mendapat hadiah yang besar. Dengan demikian bukan hanya lagi
memanah menjadi salah satu olah raga di olimpiade, tetapi perlombaan mengketapel
dan meng-ambalang juga menjadi bagian dari pesta olah raga
tersebut. Sungguh meriah hidup umat manusia yang hidup dalam kasih dan penuh
kedamaian.
7.
Hidup damai dan penuh kasih itu dapat
diwujudnyatakan apabila keturunan Yakub, keturunan Abraham, para pengikut agama
abrahamistis, para pengikut Yahowa Yesus Kristus, berjalan dalam terang TUHAN (Yahowa).
Itu sudah terbukti dari peristiwa di
padang gurun sewaktu TUHAN (Yahowa) menyediakan tiang api untuk menerangi
perjalanan umat Israel pada waktu malam hari. Mereka tidak saling mencurigai
lagi, dan mereka saling mengenal, saling mengasihi, saling berlomba berbuat
baik, walaupun di sekitar mereka ada dalam kegelapan. Terang TUHAN dapat/mampu
dan mumpuni menerangi semua teologi yang membangun separatisme di kalangan umat
beragama, di kalangan bangsa-bangsa, agar teologi itu tidak menggelapkan
kehidupan dan pergaulan umat manusia (bangsa-bangsa). Sehingga dengan demikian,
umat manusia (bangsa-bangsa/ suku-suku bangsa) dapat saling bahu membahu
memajukan ekonomi dunia dan membendung kemerosotan ekonomi global, dan setiap
bangsa berkesempatan mengalami kemajuan ekonomi yang mensejahterakan semua
bangsa itu di negera di mana mereka berada. Benar seruan Yesaya, mewakili TUHAN
dia menyerukan: Mari kita berjalan di dalam terang TUHAN. Itu seruan di
masa-masa Advent dan menjelang puncak perayaan Natal (milad) Yesus Kristus.
Amin.
Pematangsiantar tgl. 10 Nopember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus
(Pdt. LaMBaS).