MINGGU ADVENT KETIGA, TGL. 11 DESEMBER 2016, EVANGELIUM: YESAYA 35:1-10
YESAYA
35:1 Padang gurun dan padang kering akan bergirang,
padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga;
35:2 seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat,
akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai. Kemuliaan Libanon
akan diberikan kepadanya, semarak Karmel dan Saron; mereka itu akan melihat
kemuliaan TUHAN, semarak Allah kita.
35:3 Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan
teguhkanlah lutut yang goyah.
35:4 Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati:
"Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan
pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan
kamu!"
35:5 Pada waktu itu mata orang-orang buta akan
dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
35:6 Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat
seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar
di padang gurun, dan sungai di padang belantara;
35:7 tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam,
dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan
tumbuh tebu dan pandan.
35:8 Di situ akan ada jalan raya, yang akan
disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan
orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya.
35:9 Di situ tidak akan ada singa, binatang buas
tidak akan menjalaninya dan tidak akan terdapat di sana; orang-orang yang
diselamatkan akan berjalan di situ,
35:10
dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN
akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi
meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan
keluh kesah akan menjauh.
IKUT BERJALAN DI JALAN KUDUS, YANG
PENUH DENGAN SORAK SORAI DAN
KEINDAHAN ALAM
1.
Yang membaca Yesus 35 dan Yesaya 11 akan
tersentak dan berdecak: Mungkinkah itu terjadi, di suatu negeri seperti Israel,
yang terdiri dari padang gurun, padang kering, tanah tandus, padang belantara, yang sangat jarang
kedatangan hujan, binatang juga sangat langka, dan temperaturnya di siang hari antara
32 hingga 45 derajat Celcius, tetapi di malam hari bisa menjadi 4 derajat
Celcius? Cuacanya saja sudah mematikan tanaman-tanaman. Tetapi tanah Israel (Tanah
Perjanjian) itu diciptakan TUHAN untuk dapat mewujudkan nubuat-nubuat nabi-nabi-Nya.
Mungkin abad 21 termasuk menjadi abad pemenuhan nubuat-nubuat itu, 21 abad
setelah TUHAN memenuhi kedatangan Yahowa dalam TUHAN Yesus Kristus untuk menyelamatkan
umat-Nya dan menyatukan semua bangsa-bangsa di bawah panji Damai Sejahtera.
Diinspirasi oleh adanya jalan Kudus di tanah suci itu, Republik Israel telah
membangun jalan tol, Jln. Ishak Rabin, mulai dari kota paling selatan (Aqaba) hingga
ke kota paling utara di negeri Israel (Dan), yang panjangnya hampir empat ratus
kilometer. Pelabuhan Udara di Tell-Aviv menjadi lapangan terbang internasional,
tempat berlabuh pesawat terbang dari semua negara sahabat Israel, yang membawa umat
manusia dari segala bangsa. Di negeri Israel berdiam manusia dari segala bangsa
dan menjadi warga negaranya, (yakni dari negeri-negeri Arab, termasuk suku
Palestina, keturunan dari penduduk di negeri-negeri di Eropa, Afrika, Asia, Amerika, Australia), dan penganut dari
berbagai agama (Yahudi, Islam, Kristen, Bahai). Yang terbanyak adalah penganut
agama Yahudi (-/+ 8 juta) . Kedua terbanyak penganut agama Islam (terutama
keturunan Arab) (-/+ 1,5 juta), kemudian penganut agama Bahai (-/+ seratus
ribu); Druze (-/+ 1 juta); hanya sedikit penganut agama Kristen (-/+ 500 ribu).
Yang Kristen kebanyakan orang –orang Palestina. Orang Yahudi yang Kristen
hampir tidak ada). Walaupun seorang keturunan Yahudi beragama Kristen di
Amerika, Eropa, Australia, tetapi sejak dia menginjakkan kaki di Israel, mereka
segera menunjukkan diri bahwa mereka
penganut agama Yahudi. Hambatan yang
paling sulit dalam rangka mewujudkan damai seperti digambarkan dalam Yes.11
adalah sulitnya diwujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina, yang
dilatarbelakangi sentimen tanah air, bukan karena sentimen agama. Mudah-mudahan
penyelesaian damai itu dapat segera tercapai. Sebab singa dan rusa dan
macantutul/leopard, menurut Yesaya, bisa berdamai dan hidup berdampingan, tanpa
saling mengganggu, bahkan sama-sama “merumput”. Segala bangsa harus hidup dalam
damai di tanah suci, Israel Raya.
Sekarang ini telah direncanakan mengalirkan air tawar yang ada di danau
Galilea ke gurun Negep di tengah hingga ke Gurun Sinai di selatan. Apabila air Danau Galilea kurang, maka akan
dibangun sungai yang mengalirkan air dari Laut Tengah ke Danau Galilea, tetapi
sebelum air itu sampai di danau Galilea (yang rendahnya lebih 150 meter di
bawah permukaan laut), air itu akan dibuat menjadi pembangkit listrik tenaga
air dan arus listrik yang dihasilkan itu akan digunakan untuk membuat air laut
itu menjadi tawar. Garamnya dikeluarkan dari air tersebut, dan ditimbun menjadi
bahan industri, air tawarnya dimasukkan di Danau Galilea. Air tawar (setawar
air Aqua) yang dimasukkan ke Danau Galilea akan ada sebesar air tawar yang
dialirkan sungai Asahan dari Danau Toba ke laut. Di sungai buatan dari Laut
Tengah ke Danau Galilea (65 km) kapal-kapal laut sebesar Kapal Laut Kambuna,
dan armada tanker-tanker akan bisa saling berpapasan tanpa bergesekan, dan dapat
berlabuh dengan baik. Air tawar yang ditampung di Danau Galilea itu akan dialirkan
ke gurun-gurun dan padang belantara di seluruh Israel. Dengan demikian padang
gurun, padang kering dan padang belantara yang dialiri air itu menjadi tanah
yang paling subur, dan menjadi daerah pertanian yang subur. Lalu bunga mawar
akan bisa ditanam dan bunganya mekar-mekar. Mata air akan memancar di padang
gurun, karena digerakkan oleh pompa-pompa air yang super canggih. Sungai (selokan-selokan)
di padang belantara menjadi ada. Tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam
tempat memelihara ikan. Tanah kersang menjadi sumber-sumber air, karena sudah
diairi. Di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan, karena tanah
itu sudah menjadi subur dan cukup air. Sungai Yordan yang sekarang sudah
kering, akan kembali mengalir dengan kapasitas penuh. Sehingga Laut Mati akan kembali kepada luasnya yang semula.
Memang kalau TUHAN berfirman, manusia terpanggil untuk merealisasikan isi
firman itu.
2.
Padang
gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak
dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak,
ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai. Kemuliaan Libanon akan diberikan
kepadanya, semarak Karmel dan Saron; mereka itu akan melihat kemuliaan TUHAN,
semarak Allah kita. Apa yang dikatakan dalam ayat ini, bisa terjadi
terhadap padang gurun, padang kering dan padang belantara, apabila terjadi musim
hujan berkepanjangan di seluruh negeri Israel (sedikitnya enam bulan). Tetapi
itu hanya sebentar saja. Paling-paling satu musim saja. Menyadari dan melihat
kenyataan itu, dan didorong oleh nubuat para nabi (terutama Yesaya), Israel di
zaman modern menggunakan segala teknologi yang mereka temukan untuk
merealisasikan nubuat nabi, sehingga Tanah Perjanjian itu benar-benar sebagai
tanah yang penuh susu dan madu, dan dapat mengadai bahan sembako di dalam
negeri dan mengekspor ke seluruh negeri di tetangganya (Mesir, Syria, Libia,
Libanon, Palestina/Gaza, Turki, Italia, dan lain-lain). Sekarang saja, dengan
pertanian modern mereka, belum semodern yang direncanakan yang disebut di atas,
Israel telah mengekspor hasil pertanian mereka ke seluruh dunia (misalnya;
pisang, jeruk, delima, mangga, dll.). Padang
gurun akan begirang karena sudah bisa ditumbuhi oleh pohon-pohon terbaik dari
seluruh dunia, dan pohon-pohon itu akan “bernyanyi” karena dihembus oleh angin,
dan hidup mereka tidak tergantung lagi pada musim hujan, tetapi bergantung pada
keadaan damai sejahtera di negeri itu. Kalau damai itu selalu ada, maka tidak
ada manusia yang akan merusak teknologi yang sudah digunakan untuk menopang
seluruh kehidupan di negeri itu. Bunga –bungaan dari seluruh dunia menjadi bisa
tumbuh di tanah Perjanjian itu, sehingga bunga mawar, bunga melati, semua selalu
segar dan bersenang hati. Kemuliaan Libanon ada, karena terkenal sebagai penghasil
kayu-kayu terbaik (pohon sanobar), sehingga kayu-kayu yang dibutuhkan membangun
Bait TUHAN di Yerusalem diimpor dari Libanon. Kemuliaan Libanon merupakan
dampak dari hutannya yang lestari dan indah.
Semarak Karmel dan Saron ada karena di sana TUHAN menyatakan diri.
Semarak TUHAN yang terjadi di sana akan dipindahkan ke negeri Perjanjian, ke
Israel, ke Yerusalem. Padang belantara tidak lagi hanya menumpuhkan
rumput-rumput yang hidup segan mati tak mau, melainkan menghasilkan
rumput-rumput yang segar-segar dan dapat menjadi tempat merumput ternak
peliharaan (lembu, kambing, domba dll), yang pada akhirnya menghasilkan
hewan-hewan ekspor ke seluruh dunia. Itu semua bisa terjadi, kalau manusia
benar-benar bekerja sesuai dengan kehendak TUHAN Yahowa, yang cinta perdamaian
bagi seluruh bangsa-bangsa. Masa depan yang indah sedemikian menjadi alasan
untuk terus memberitakan kehendak TUHAN, dan menguatkan kehidupan berbangsa,
bermasyarakat, beragama dan bernegara di negeri Perjanjian.
3.
“Kuatkanlah
tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada
orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah,
Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri
datang menyelamatkan kamu!" Membayangkan keras, kejam dan buasnya padang
gurun dan padang kering, yang tidak memperkenankan tumbuh apapun, banyak orang
yang gentar, lesu, lututnya goyah dan
tawar hati, apabila dia harus mengarungi padang gurun, padang kering dan padang
belantara yang buas tersebut. Kalau gurun, tanah kering dan belantara itu merupakan kiasan untuk lingkungan hidup
manusia, suatu lingkungan yang tidak
memungkinkan kehidupan yang baik, bahkan sudah menjadi lingkungan yang
mematikan segala kehidupan yang ada di sana, maka banyak sekali dari umat TUHAN
yang gentar, lesu, lututnya goyah dan tawar hatinya menjalankan kehidupannya mengarungi
“gurun” kehidupan ini. Dalam konteks Proto Yesaya (1-39), dan mengingat nabi
Yesaya bekerja di zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda, bangsa
Israel (Yehuda) mengalami kegentaran apabila membayangkan ancaman-ancaman yang memusnahkan yang datang
dari raja Assyur, Tiglath-Pileser. Raja Hizkia mulai gentar dan lesu melihat
perkembangan baru yang terjadi di Assyur sewaktu Salmanasser menjadi raja, lalu
dia mendekatkan diri kepada Babel, kerajaan yang mulai bangkit dan dia anggap
dapat mengatasi Assyur. Hizkia memperkenankan utusan Babel melihat semua
perbendaharaan istana Hizkia dan peralatan-perlatan emas di Rumah TUHAN. Yesaya menegor raja Hiskia atas sikapnya
terhadap utusan Babel tersebut. Dalam kegentaran Hiskia itu, Yesaya memberikan
nubuat Firman TUHAN. Yesaya datang untuk menguatkan Hiskia yang gentar
menghadapi Assyur. TUHAN tidak ingin membiarkan Hiskia, yang setia kepada YUHAN
itu, menjadi letih-lesu, gentar dan takut. TUHAN telah membuktikan
penyertaan-Nya kepada Hizkia, sewaktu TUHAN berjanji bahwa penyakitnya sembuh
dan TUHAN memperpanjang usianya. Pengalaman ini sebenarnya sudah harus bisa
menguatkan hati Hiskia dalam keyakinan bahwa TUHAN akan melindungi kerajaan
Yehuda. Tetapi TUHAN menyuruh Yesaya lagi datang kepada Hiskia (dan sekaligus
kepada seluruh rakyat Yehuda) untuk mengatakan kepadanya (mereka): "Kuatkanlah hati, janganlah takut! TUHAN
menginginkan pengikut-pengikut-Nya benar-benar kuat dalam segala hal. Beberapa
dari segala hal itu: kuat iman, kuat phisik, kuat mental, kuat rohani, kuat
ilmu, kuat ketaatan, kuat pengabdian,
kuat teknologi. Memiliki
kekuatan-kekuatan itu menolong pengikut TUHAN
untuk berani, yakni berani berbuat baik dan berani menangkal segala
sesuatu yang jahat. Menangkal yang jahat tidak identik dengan melakukan pembalasan terhadap orang jahat karena
kejahatan-kejahatan mereka. Pembalasan adalah hak TUHAN, bukan wewenang para pengikut-Nya. Kalau pengikut TUHAN masih
kurang kuat agar tidak takut, Yesaya menubuatkan: Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran
Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" Kedatangan TUHAN melakukan pembalasan dan
memberi ganjaran serta menyelamatkan
sedang terjadi, dan orang percaya dapat melihatnya sekarang dan di sini
(hic et nunc). Ada tiga hal yang
dikerjakan TUHAN, dalam waktu DIA datang, yaitu: (2) pembalasan); (2) ganjaran;
(3) menyelamatkan. Para penjahat akan mendapat pembalasan dari TUHAN, agar
mereka tidak lagi menjahati. Ganjaran yang dimaksud adalah ganjaran bagi
pedosa, dan ganjaran bagi orang baik.
Pedosa akan diganjar dengan
neraka, dan orang yang baik menerima ganjaran berupa kesempatan masuk
Firdaus/Sorga. Keselamatan yang dilatarbelakangi
dengan pengampunan dosa dan kehidupan baru dianugerahkan. Peristiwa datangnya
TUHAN membawa tiga misi ini, dipernyata dan diperjelas dalam peristiwa
kedatangan Firman Yang Menjadi Manusia atau Keberadaan dan karya TUHAN Yesus
Kristus. Sejak itu, umat percaya dapat
melihat kedatangan TUHAN untuk melakukan pembalasan, pemberian ganjaran dan
penyelamatan. Siapa yang dapat melihat kedatangan TUHAN itu dengan mata rohani
dan mata imannya, akan mendapat berkat yang melimpah.
4.
Bahwa TUHAN datang untuk mengadakan pembalasan,
ganjaran dan penyelamatan, ditandai dengan : (1) Hal-hal yang akan dialami
manusia: Pemulihan orang – orang yang difable (cacat): Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga
orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti
rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai;. Kalau manusia mengakui,
bahwa membuat orang buta (sejak lahir, atau karena kecelakaan) menjadi celik
(dapat melihat) merupakan salah satu pekerjaan yang paling sulit di dunia
medis, maka manusia pasti akan terkagum-kagum apabila mengetahui bahwa TUHAN
Yesus Kristus membuat orang-orang buta dapat melihat, dengan cara yang sangat
sederhana. (Baca: Bartimeus dapat melihat, Mrk.10:46-52 par.; orang buta di Betsaida
menjadi dapat melihat, Mrk.8:22-26). Tetapi kalau TUHAN datang, bukan hanya
orang buta secara fisik yang disembuhkan/dicelikkan, melainkan juga orang-orang
yang buta huruf, buta ilmu, buta kesadaran lingkungan, buta iman, buta
kebenaran, buta kasih, buta pengharapan, buta keadilan, dan kebutaan-kebutaan
lainnya, dicelikkan atau dihilangkan. Dengan kehadiran TUHAN, umat manusia
bekerja agar semua dapat membaca, punya ilmu, sadar lingkungan, beriman yang
kuat, membela kebenaran, saling mengasihi, berpengharapan masa depan yang baik,
menjadi pelaku keadilan, dan memiliki kecerdasan-kecerdasan lainnya. Dengan
kebersamaan dengan TUHAN, manusia dapat melakukan tugasnya dengan baik, yakni
tugas: “mengusahakan tanah” (Kej.2:5)
atau “mengusahakan dan memelihara taman” (Kej.2:15) yang diserahkan
TUHAN kepada manusia; dan tugas: Beranakcucu
dan bertambah banyak; memenuhi bumi dan menaklukkan itu, berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi (bd. Kej.1:28).
Dari sejak purbakala hingga sekarang, manusia tuli tidak mendengar apa
yang dikatakan pihak lain kepadanya. Ketulian sangat merugikan kemanusiaan. Di
zaman sekarang, teknologi tercanggih belum dapat benar-benar mengatasi
ketulian. Untuk sekedar membantu agar yang tuli dapat mendengar, sudah ada
teknologi canggih. Transplantasi gendang pendengar sudah bisa dilakukan. Kalau
TUHAN datang, orang tuli dapat mendengar. Itu sudah dibuktikan dalam kedatangan
TUHAN dalam diri Yesus Kristus. Ada dua macam ketulian yang dihilangkan TUHAN
Yesus Krisus dari diri manusia, yaitu ketulian telinga fisik dan ketulian
telinga rohani atau telinga hati. Yesus menyembuhkan atau membuat orang tuli
menjadi mendengar (baca: Mrk.7:31-37; Mat.11:5//Luk.7:5). Selain orang yang
tuli telinganya perlu disembuhkan, dan ilmu kedokteran yang sekarang harus
terus melanjutkan misi TUHAN Yesus Kristus, juga misi-Nya membuat telinga
rohani / telinga hati yang tuli bisa jelas mendengar di zaman sekarang ini harus diteruskan.
Sewaktu Yesus di dunia dan bekerja di kalangan umat Yahudi di Yudea dan
Galilea, telinga hati tokoh-tokoh agama Yahudi (Sanhedrin, Imam Kepala, para
imam, kaum Lewi, Saduki, Farisi, alhi-ahli Taurat) sungguh sangat tuli dan
tidak bisa mendengar Firman TUHAN yang disampaikan Yesus Kristus dan pemenuhan
nubuat nabi Perjanjian Lama dalam diri TUHAN Yesus Kristus. Ketulian seperti
ini tidak berbeda dengan ketulian orang sewaktu mendengar pemberitaan Firman
dari mimbar. Rohani/hati orang tidak bisa mendengar, karena hati dan pikirirannya
dipenuhi oleh pendapat-pendapat dan angan-angan yang berjejal-jejal dalam
otaknya. Misalnya, sewaktu pengkhotbah menerangkan tentang “bagaimana mengikut
TUHAN Yesus Kristus sekarang”, otak pendengar dipenuhi dengan
pandangan-pandangan tentang “bagaimana mendapat uang sebanyak-banyaknya”.
Dengan demikian, apa yang dikatakan pengkhotbah dari mimbar tidak sempat masuk
telinga kiri keluar telinga kanan pendengar, tetapi “terpental” dari kulit
kepala pendengar. Lalu apabila pendengar ditanya tentang apa yang dikatakan
pengkhotbah, dia samasekali tidak dapat mengatakan apa-apa. Yahudi di zaman
Yesus, apabila mendengar penjelasan-penjelasan Yesus tentang Firman TUHAN dari
Perjanjian Lama, dan mengenakannya kepada diri-Nya, otak/pikiran para Yahudi
itu dipenuhi pengharapan Mesias tentang datangnya Elia berupa malaikat, bukan
berupa manusia, sehingga apapun yang dikatakan Yesus tentang kemesiasan-Nya,
sama sekali tidak masuk akal kaum Yahudi tersebut. Telinga hati atau telinga
rohani mereka tuli. Reaksi mereka berikutnya adalah, bahwa kabar yang
disampaikan Yesus dianggap sebagai
pelecehan terhadap Firman atau nubuat TUHAN. Beberapa dari mereka yang mau
mengosongkan otaknya dan mendengar kabar baik yang disampaikan Yesus Kristus,
mereka mendapat keselamatan dan pemenuhan pengharapan mereka. Sekarang ini,
ketulian manusia dan agama-agama
terhadap Injil harus dibongkar-bangkir; ketulian manusia dan agama-agama
terhadap nilai-nilai luhur Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan
kerakyatan Republik Indonesia, harus dihapuskan. Apabila ketulian itu terhapus, diharapkan
bahwa setiap warga Indonesia, setiap agama di Indonesia, mampu menyerap Injil
Keselamatan itu; mampu menyerap nilai-nilai luhur Pancasila, UUD RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Kerakyatan RI,
lalu dapat menjelaskannya menurut ajaran agama masing-masing, dan menurut way of life setiap individu bangsa
Indonesia.
Pada waktu itu orang lumpuh akan
melompat seperti rusa, kata Yesaya. Di zaman sekarang, orang yang mendapat
rehablitasi lumpuh, dengan kaki-kai palsu, belum tentu dapat melompat-lompat
seperti rusa. Sebagai tindak lanjut penyembuhan orang lumpuh yang sudah
dilakukan Yesus Kristus dulu (bd. Mrk.2:1-12 par), sekarang sudah bisa
ditukangi tulang paha, tulang kaki, dan saraf-saraf yang melekat ke
tulang-tulang itu sudah dapat dipulihkan kembali. Dan setelah bertahun-tahun,
orang lumpuh itu dapat berjalan normal, dan juga melompat-lompat. TUHAN Yesus
Kristus sudah memberi harapan kepada ilmu kedokteran, bahwa orang lumpuh dapat
disembuhkan. Para dokter atheis pun mengakui, bahwa TUHAN Yesus Kristus masih
lebih unggul dari mereka dalam hal menyembuhkan orang lumpuh, dan membuat orang
lumpuh dapat melompat-lompat seperti rusa. Bersama TUHAN memang orang lumpuh
punya harapan yang teguh, bahwa mereka dapat normal berjalan seperti
orang-orang lain. Tetapi bukan hanya kelumpuhan fisik yang (ingin) disembuhkan
oleh TUHAN Yesus Kristus. DIA menginginkan agar juga kelumpuhan-kelumpuhan
lainnya tidak dialami oleh umat manusia. Misalnya: kelumpuhan ekonomi,
kelumpuhan transportasi, kelumpuhan ilmu pengetehuan, kelumpuhan politik,
maupun kelumpuhan agama, dan
kelumpuhan-kelumpuhan lainnya. TUHAN Yesus Kristus menginginkan, agar semuanya
dapat berjalan normal dan lancar. Negara Venezuela sudah pernah mengalami
kelumpuhan ekonomi. Mereka kaya minyak, tetapi miskin sandang pangan. Walau
uang banyak, tidak ada bahan makanan yang dapat dibeli. Ekonomi mereka lumpuh
total. Untung negara tetangganya Kolumbia datang menolong. TUHAN Yesus Kristus
menginginkan agar Indonesia tidak mengalami kelumpuhan-kelumpuhan yang disebutkan
tadi. Jadi Ekonomi Indonesia harus berjalan, dan maju; pertumbuhannya kalau
boleh sedikitnya hingga mencapai delapan persen; tidak cukup kalau hanya 5,4
persen pertahun. Transportasi di Indonesia diharapkan dapat berjalan lancar.
Maka jalan tol darat, jalan tol laut, jalan tol udara dibangun secepar mungkin.
Walaupun sekarang itu dimulai, itu masih belum terlambat. Tetapi tugas
pelancaran transportasi bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga tugas
rakyat. Mentalitas membuat jalan sempit ke rumah-rumah, harus diganti dengan
mentalitas membangun jalan-jalan lebar hingga ke lorong-lorong. Untuk itu
rakyat harus merelakan tanahnya diganti rugi dengan normal agar jalan-jalan itu
dapat diperlebar. Sudah ternyata, jalan sempit dengan kendaraan yang sangat
banyak, membuat transportasi lumpuh. Menyembuhkannya, semua harus gotongroyong.
Ilmu pengetahuan sering lumpuh karena tidak bisa diterapkan, terutama di
negara-negara miskin. Sarana-sarana penunjang untuk penterapan ilmu pengetahuan
tidak tersedia. Kerjasama negara-negara maju dalam ilmu dan penterapannya,
harus membantu negara-negara miskin, sehingga ilmu pengetahuan di negara miskin
tidak lumpuh, tetapi dapat bekerja untuk membangun kemanusiaan. Penduduk negara
miskin pun harus betul-betul ip-tek-minded.
Lagi tanda kehadiran TUHAN bersama manusia
dikatakan: dan mulut orang bisu akan
bersorak-sorai. Kemanusiaan dapat dikatakan adil, kalau orang-orang bisu bersama orang yang
dapat bicara dapat bersorak-sorai, bukan hanya bercakap-cakap. Bersorak-sorai
merupakan ungkapan sukacita yang mendalam dan sungguh-sungguh. Seseorang itu
bisu, apabila peralatan bicaranya di kerongkongan dan mulutnya tidak berfungsi
dengan baik. Ada yang bisu karena anak lidahnya tidak di tempatnya yang
sebenarnya, atau lidahnya jatuh ke kerongkongannya; dan/atau ada yang karena
saraf bicaranya rusak (bahasa Alkitab: karena dirasuk setan). Menurut berita
dalam Alkitab (PB), membuat orang bisu dapat bicara bukan hal yang sulit bagi
TUHAN Yesus Kristus (bd. Mrk.9:14-29; Luk.7:22). Semua mengakuinya sebagai
pekerjaan ilahi, yang dilakukan oleh TUHAN Yesus Kristus. Tetapi kebisuan
terhadap korupsi, pemerasan, ketidak adilan, dan perkosaan-perkosaan HAM,
terhadap penyelewengan, dan penyalah-gunaan agama, harus juga diretas, sehingga manusia harus
bicara tentang hal-hal yang menghambat mereka menjadi manusia yang sebenarnya,
atau yang membuat manusia tidak diperlakukan sebagai manusia. Pengikut TUHAN
Yesus Kristus harus “berbicara” untuk
menghapus korupsi, ketidak adilan, pemerasan, perkosaan HAM, penyelewengan, penyalah-gunaan
agama, penyalah-gunaan ganja dan terus berbicara agar kehidupan umat manusia
penuh dengan kejujuran, keadilan, saling-tolong-menolong, penegakan HAM,
berjalan di jalan yang benar, dan membuat agama dan ganja menjadi berkat bagi
seluruh umat manusia. Itulah sorak-sorai kaum bisu yang melek bicara. Bekerjalah
Huria untuk hal-hal itu.
5.
(2) Hal-hal yang akan terjadi pada alam: Sebab mata air memancar di padang gurun,
dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan
tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan
tumbuh tebu dan pandan. Walau sungguh baik fisik manusia keseluruhan (tidak
ada yang cacat), itu menjadi tak berguna, apabila alam tidak memberi mereka air
jernih, dan tidak ada sungai mengalirkan air, tidak ada tanah yang dapat
dijadikan kolam, dan tidak ada tanah yang dapat ditanami tanaman berguna bagi
manusia. Manusia yang sehat jasmani dan rohani tidak bisa lepas dari apa yang
disediakan TUHAN dapat diberikan oleh alam. Manusia dapat membantu alam untuk
memproduksi hal-hal yang baik bagi seluruh umat manusia. Apabila manusia
merusak alam, maka manusia itu sendiri yang terancam bahaya yang mengerikan.
Maka lebih baik memelihara alam, daripada merusaknya. Kalau TUHAN datang ke
dunia, maka alam dijadikan menjadi berkat dan menjadi penolong bagi kehidupan
umat manusia. Memang dari sejak penciptaan, niat baik TUHAN membuat alam
menjadi penopang kehidupan manusia telah ditunjukkan, dan tujuan baik ini harus
berkesinambungan sepanjang manusia masih ada di bumi. Di atas telah diterangkan
bagaimana tanah Israel yang tandus itu dapat dibuat berlimpah air jernih dan
segala penopang kehidupan manusia yang di atasnya, atau manusia di bumi. Dari
padang gurun Sahara dan Gurun Gobi, manusia tidak dapat mengharap banyak demi
kehidupan umat manusia. Tetapi kalau TUHAN datang dan bersama manusia, Gurun
Sahara dan Gurun Gobi dapat menjadi sumber kesejahteraan seluruh umat manusia
sejagat. Bayangkan saja, karena percaya pada pertolongan TUHAN, manusia membuat
seluruh permukaan gurun Sahara dan gurun Gobi menjadi tempat pembangkit listrik
tenaga matahari, yang listrik yang dihasilkannya, selain dapat menerangi
seluruh bumi, juga dapat digunakan oleh manusia untuk mengangkat air yang ada
di bawah tanah kedua gurun tersebut. Dengan demikian, sungai akan mengalir di
gurun itu, dan tanah yang telah dipayungi dengan lempengan pembangkit listrik
tenaga matahari itu dapat ditanami, karena suhunya sudah sudah bisa menjadi
tigapuluh derajat. Di permukaan tanah itu dapat dibuat kolam tempat memelihara
ikan yang dibutuhkan umat manusia untuk kesehatannya. Apa yang dinubuatkan oleh
Yesaya itu bukan suatu hal yang omong kosong, tetapi dapt menjadi realitas yang
membuat manusia kagum atas prestasinya, kalau hidup bersama TUHAN Yesus
Kristus, khalik langit dan bumi. Karena manusia kurang percaya kepada TUHAN dan
tidak yakin atas penyertaan TUHAN dalam membangun daerah-daerah tempat
tinggalnya, maka kebalikan dari yang dinubuatkan Yesaya terjadi di daerah
mereka hidup, yaitu daerah hutan menjadi gundul dan menjadi gurun, seperti
daerah Samosir yang semakin tandus, dan pedalaman Kalimantan yang tidak lama
lagi menjadi gurun. Tetapi sebelum terlambat, TUHAN Yesus Kristus sudah datang
ke dunia, dan bersama DIA, manusia dapat mencegah penggurunan pulau Samosir dan
pedalaman Kalimantan. Pegunungan Samosir dan pegunungan Kalimantan harus dikembalikan
menjadi sumber-sumber air sepanjang
waktu. Di sana flora dan fauna harus
mendapat sukacitanya yang sempurna. Demikian juga tempat-tempat di mana Huria
Kristen berada.
6.
(3) Hal-hal yang dibangun TUHAN bagi umat
manusia, dan siapa yang menggunakannya: Di
situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak
tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di
atasnya. Di situ tidak akan ada
singa, binatang buas tidak akan menjalaninya dan tidak akan terdapat di sana;
orang-orang yang diselamatkan akan berjalan di situ, dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion
dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan
sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh. Dalam
sejarah pembangunan di negara manapun, pembangunan jalan atau infrastruktur
merupakan hal yang paling utama. Tanpa infrastruktur, semua pembangunan akan
terhambat atau sedikitnya melambat. Di Israel telah dibangun jalan tol Ishak Rabin
yang menguhubungkan daerah paling selatan ke daerah paling utara. Dari jalan
tol ini seluruh pelosok Israel sudah dapat dijangkau. Di Jerman telah dibangun
bukan hanya jalan tol darat, tetapi juga jalan tol sungai. Kapal-kapal besar
dapat mengarungi seluruh sungai besar buatan manusia yang menghubungkan seluruh
daerah yang ada di Jerman. Schleuse (= pintu air) menjadi tempat kapal
berpindah dari sungai yang lebih tinggi ke sungai yang lebih rendah dan
sebaliknya, untuk melanjutkan pengarungannya. Di Indonesia masih dalam
perencanaan apa yang disebut jalan tol laut. Di semua jalan tol itu, tidak
boleh ada yang membawa kendaraan tanpa Surat Izin Mengemudi. Kedaraannya pun
harus sesuai dengan yang dibutuhkan jalan tol tersebut. Tidak boleh lewat
kendaraan yang reot-reot.
Dalam membangun kemanusiaan, TUHAN datang ke dunia ini juga membangun
jalan tol bagi manusia, yang menghubungkan sorga dan bumi. Jalan tol ini
dinamai Jalan Kudus. Ada agama yang mengatakan bahwa agamanya itu lah jalan tol
tersebut yang mereka kenal sebagai “jalan lurus”. Tetapi Alkitab mengajarkan
bahwa jalan yang menghubungkan sorga dan bumi itu bukanlah suatu agama
(termasuk agama Kristen), melainkan DIA sendiri yang adalah TUHAN. TUHAN Yesus
mengatakan, bahwa diri-Nya sendiri “jalan” itu, sewaktu DIA bersabda: "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku” (Yoh.14:6). Bahwa jalan itu jalan kudus, diketahui
dari sabda TUHAN sendiri. TUHAN (Yahowa) bersabda: “Sebab Akulah TUHAN yang
telah menuntun kamu keluar dari tanah Mesir, supaya menjadi Allahmu; jadilah
kudus, sebab Aku ini kudus (Imamat 11:45).” Penuntun it adalah jalan. Yang
berjalan di jalan itu harus kudus. "Berbicaralah kepada segenap jemaah
Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
kudus” (Im.19:2). “Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab
Akulah TUHAN, Allahmu” (Im.20:7). Petrus menegaskan kembali ketentuan tertulis
tersebut: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (I Petrus 1:16). Orang kudus sudah
menjadi orang tahir atau orang suci, tetapi orang suci dan orang tahir belum
tentu orang kudus. Yesaya mengatakan, bahwa orang
yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan
mengembara di atasnya. Orang tahir atau orang suci saja belum tentu diizinkan
berjalan di jalan Kudus tersebuit, apalagi orang yant tidak tahir dan orang
pandir. Manusia harus benar-benar orang kudus barulah bisa berjalan di jalan
Kudus tersebut. Bagaimana bisa menjadi orang kudus? Mudah saja, yakni mau dan
rela dikuduskan oleh TUHAN. Menjadi tahir dan menjadi suci itu tidak cukup,
karena ketahiran dan kesucian merupakan karya manusia melalui ritus-ritus
keagamaan. Tetapi kekudusan benar-benar murni karya atau perbuatan TUHAN
terhadap manusia. Syarat pertama dan utama dapat menjadi kudus adalah percaya
kepada TUHAN Yesus Kristus dan membuka diri terhadap karya Roh Kudus yang menguduskan orang percaya tersebut.
Itulah orang-orang yang diselamatkan,
yang akan berjalan di situ, di jalan Kudus
tersebut. Orang yang diselamatkan atau orang-orang
yang dibebaskan TUHAN inilah yang akan pulang dan masuk ke Sion dengan
bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita
akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh. Sion yang ada
di bumi maupun yang ada di sorga adalah tempat TUHAN berada. Tiada sukacita
yang lebih besar lagi daripada sukacita apabila orang percaya tiba di Sion dan
boleh hidup bersama TUHAN. Sukacita mereka
merupakan sukacita abadi seperti TUHAN yang abadi. Di mana ada sukacita,
di situ tidak ada lagi kedukaan (dukacita) dan keluh kesah akan menjauh.
Berbahagialah orang yang dapat (diizinkan) berjalan di jalan kudus TUHAN,
karena jalan itu akan menuntun dia hingga sampai di Sion yang ada di bumi
maupun Sion yang ada di sorga. Kebahagiaan yang penuh sukacita akan
menyertainya sepanjang masa.
Di situ tidak akan ada singa,
binatang buas tidak akan menjalaninya dan tidak akan terdapat di sana. Singa
dan binatang buas adalah ciptaan TUHAN yang mengancam bisa hidup manusia.
Hewan-hewan yang mengancam hidup manusia tidak diperkenankan ada di jalan Kudus
yang dibangun oleh TUHAN. Semua hewan yang ada di situ menjadi hewan yang
menunjang kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Itu bisa terjadi apabila singa
dan binatang buas itu diubahkan menjadi binatang jinak, bahkan dapat
bersama-sama dengan lembu atau kambing domba merumput. TUHAN sendiri yang dapat
membuat demikian, seperti digambarkan dalam Yesaya 11. Sebenarnya, itulah
gambaran dunia yang ideal, sebagaimana manusia bersama semua hewan-hewan di
taman Eden sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. TUHAN Yesus Kristus datang di
dunia untuk menyampaikan pengampunan dosa kepada seluruh umat manusia. Taman
Eden yang baru disediakan bagi umat manusia. Adalah kehendak bebas manusia,
apakah tawaran itu diterima atau ditolak. Tetapi barang siapa yang menolak
tawaran keselamatan dan pengampunan dosa dari TUHAN, dia akan mendapat hukuman
pembalasan dan ganjaran yang pahit dari TUHAN. Tetapi siapa yang menyambut
keselamatan dan pengampunan dosa yang ditawarkan oleh TUHAN tersebut, dia akan
mengalami sukacita abadi bersama TUHAN di tempat TUHAN berada. Itulah kehidupan
yang sempurna. Jadi tidak percuma apabila manusia berupaya ikut berjalan di
jalan Kudus yang dibangun oleh TUHAN, yakni dengan menyambut Yesus, TUHAN yang
datang di tengah-tengah umat manusia.
Pematangsiantar, tgl. 1 Desember 2016. Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus
(Pdt. LaMBaS).