MINGGU ESTOMIHI TGL 7 PEBRUARI 2016, EVANGELIUM: 2 KORINTUS 3:12 – 4:2

04.37.00 0 Comments A+ a-

2 KORINTUS

3:12 Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian,
3:13 tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.
3:14 Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.
3:15 Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang   menutupi hati mereka.

3:16 Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya.

3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.
4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.
4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.
ROH YANG MEMERDEKAKAN
TONDI NA PALUAHON
(Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan/Ia disi Tondi ni TUHAN i, disi do haluaon,3:17)

Surat 2 Korintus
(1)    Mengenai kota Korintus dan permulaan jemaat Kristen di Korintus sudah diterangkan swaktu membahas 1 Korintus 13. Surat dua Korintus adalah surat Paulus yang kedua yang dimasukkan dalam Kanon Alkitab umat Kristen setelah dipilih dari berbagai surat Paulus ke jemaat Korintus. Apa alasan mengapa harus surat ini yang dipilih menjadi bagian kanon kepercayaan umat Kristiani di zaman jemaat mula-mula? Jemaat Kristen harus mempunyai penjelasan yang autentik dan memadai tentang kerasulan Paulus yang bagi banyak orang masih kontoversial (diperdebatkan). Surat Paulus ini sendirilah yang memberi jawaban bagi setiap orang yang mempertanyakan kerasulan Paulus, dan sekali gus memberi pedoman pemahaman bagi jemaat Kristen sepanjang masa tentang kerasulan sebagai pelayan perjanjian yang baru dalam Yesus Kristus. Dengan meyakini bahwa TUHAN sebagai “Gunungbatu dan kubu pertahanan” (bd. arti Estomihi) bagi Paulus dan kemudian bagi pengikut Yesus dalam memahami kerasulan Paulus, surat 2 Korintus menjadi perbekalan untuk masuk di pertahanan itu.
(2)    Selain alasan di atas, isi surat 2 Korintus dinilai berisi banyak ajaran-ajaran yang sangat berguna untuk kehidupan ber-huria, dan isinya itu sangat perlu dibuat menjadi pedoman bagi bagaimana mengamalkan iman percaya pengikut Yesus dalam hiruk pikuk kehidupan dunia. Beberapa dari ajaran penting itu, antara lain:
    1)      Menjadi rasul Kristus Yesus harus atas kehendak Allah (1:1)
  2)     Berlimpah dalam kesengsaraan Kristus, berlimpah juga dalam penghiburan dari Kristus. Menjadi teladan dalam turut menderita kesengsaraan Kristus yang dibebankan TUHAN dan mengalami penghiburan dari Kristus, agar orang lain berani ikut mengalami kesengsaraan Kristus dan penghiburan dari Kristus. Agar semua menaruh kepercayaan pada Allah yang membangkitkan orang mati, bukan pada diri sendiri (1:3-11).
    3)       Kemungkinan dapat berkunjung (berjumpa) diserahkan kepada “ya” dari TUHAN Allah dalam Kristus, sambil menunggu saat bisa bersukacita bersama. Surat bisa menjadi pengganti kunjungan (perjumpaan tatap muka) (1:12 – 2:4).
    4)            Harus diampuni orang yang bersalah (2:5-11)
   5)      Dalam keadaan yang bagaimanapun, selalu ada usaha menyebarkan keharuman pengenalan akan Yesus Kristus di mana-mana, dan menjadi bau kehidupan yang menghidupkan bagi orang yang mau diselamatkan (2:12-17).
   6)      Menjadi pelayan – pelayan perjanjian yang baru, yang walaupun berupa bejana tanah liat, dianugerahi dengan Roh Allah yang memerdekakan, dan diisi dengan harta rohani yang tidak terbinasakan oleh kekuatan apapun, demi keselamatan umat (3:1-4:15). 
   7)      Tidak tawar hati walau maut mengancam, sebab penderitaan sekarang akan diimbali dengan kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, yang lebih besar dari penderitaan sekarang. Allah menyediakan tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tgangan manusia, bagi yang percaya bukan karena melihat, dan yang tetap berkenan kepada TUHAN, dan di pengadilan akhir dinyatakan patut menerima upah sorgawinya  (4:16 – 5:10).
  8)  Yang ada dalam Kristus adalah ciptaan baru, dan kepadanya dipercayakan pelayanan pendamaian, agar semua umat memberi diri didamaikan dengan Allah (5:11-21).
    9)      Setiap pengikut Yesus kiranya seperti Paulus terus memanfaatkan kasih karunia Allah yang telah diterima, dalam keadaan apa dan bagaimanapun, sebab TUHAN memberi kebalikan dari segala jenis kepahitan yang dialami (6:1-10).
   10)   Pengikut Yesus harus berusaha menyempurnakan kekudusan diri dalam takut akan Allah dengan tidak mencampur aduk iman kepada Allah Bapa dalam Yesus Kristus dengan iman pada berhala (6:11-7:1).
    11)   Nasihat yang mendukakan tetapi membuat pertobatan, menghasilkan sukacita yang sangat  besar, baik bagi yang dinasihati maupun bagi yang menasihati, seperti Paulus dan jemaat Korintus (7:2-16).
    12)   Melakukan pelayanan kasih dengan ikhlas melalui kerelaan memberi bantuan dari apa yang dimiliki, demi mewujudkan keseimbangan antara yang masing-masing pihak ada berkekurangan (8:1-15).
    13)   Jemaat terpanggil untuk menunjukkan bukti kasih dan bukti kemegahan rasuli yang mereka miliki, dengan menyambut utusan rasul (dalam hal ini Titus) dan menopang kehidupan dan pekerjaannya (8:16-24).
    14)   Mengumpulkan bantuan bagi jemaat miskin merupakan buah iman yang mulia dan menjadi kemegahan rasuli. Itu perlu diurus dengan sebaik-baiknya (9:1-5).
     15)         Memberi dengan sukacita membawa berkat (9:6-15).
   16)   Pengikuit Yesus berjuang dengan menggunakan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, bukan secara duniawi. Itu tidak ditandai dengan keras atau lembutnya perkataan dan tindakan (10:1-11).
    17)     Memberitakan Injil hingga ke daerah ke mana TUHAN menuntun, tidak ada batas patok-patok daerah. Dan Hasil penginjilan dapat dinegahkan tetapi harus bermegah dalam TUHAN (10:12-11:6).
     18)         Adalah lebih baik menopang pelayan Kristus yang tidak mementingkan diri sendiri dari pada memuaskan semua keinginan para pelayan Iblis yang menyaru sebagai rasul Kristus pada hal adalah rasul palsu atau rasul Iblis. TUHAN menolong dan menyelamatkan (seperti dialami Paulus) dalam setiap marabahaya yang mengancam nyawa (11:7-33).
   19)   Bermegah karena sdr Kristen masuk sorga, tetapi di dunia bermegah atas kelemahan-kelemahan diri (bahkan atas duri yang ditancapkan Iblis kepada tubuh), sehingga semakin nyata kuasa TUHAN semakin sempurna menguatkan orang percaya (12:1-10).
    20)    Berusaha agar tidak menjadi beban bagi orang lain, untuk membangun iman orang lain itu (12:11-21).
     21)    Menguji  dan menyelidiki diri apa kah tegak dalam iman  dan apakah Kristus Yesus ada dalam diri itu, agar bisa melangkah menuju kesempurnaan. Jadilah sempurna! (13:1-11).
      22)      Berkat dari TUHAN adalah kasih karunia, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus (13:13).
Salah satu dari duapuluh dua ajaran penting ini menjadi hal yang sangat perlu direnungkan di minggu estomihi ini, sehingga semakin nyata bahwa TUHAN lah andalan dalam hidup ini sebagai gunung batu yang dapat sebagai kubu (benteng) pertahanan. Kepada pengikut Yesus Kristus sebagai pelayan Perjanjian yang baru diberi Roh yang memerdekakan. Bagi yang sudah merdeka, 21 butir lagi ajaran Paulus di dalam 2 Korintus haruslah dihayati dan diamalkan, sebagai buah dari keselamatan yang diterima.

(3)    Teks 2 korintus 3”12 – 4:2 termasuk teks yang tidak terlalu banyak mengalami kesalahan salin atau sisipan dalam usaha memperjelas maksud Paulus. Di ayat 13 sebelum kata autou (=nya) di naskah  Alef, D dan M ada kata eautou (= nya sendiri), dan sebelum kata telos di naskah A pc b f* vg (bomss) ada kata prósōpon (wajah) dan urutan tempat kata itu berbeda dengan di naskah asli. Bila perbaikan ini diterima ma terjemahan ayat 13 :  tidak seperti Musa, yang menutup sendiri wajahnya, supaya mata orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya wajah yang sementara itu. Dari kalimat asli tidak beda arti. Dari ayat 14 kata  hemeras (= hari) hilang di naskah Ψ M  syp. Walau demikian arti teks itu masih dapat dipahami : “Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai ini selubung ini masih menyelubungi mereka, ....” Lebih jelas apabila kata hemeras ada dalam kalimat itu. Dari ayat 15 kata an (= kendati pun; LAI: setiap kali) hilang di naskah D F G 0243 M et. Dengan adanya kata itu dalam kalimat ini, semakin jelas tekanan isi kalimat.  Di ayat 15 ini kata kerja  dengan konjugasi –ketai  sesudah kata an  di kalimat ini seperti ada dalam naskah F G 0243 M. lain urutannya  dengan di naskah asli. Toh juga kata kerja ini dalam bentuk orang ketiga tunggal, dan tidak mengubah arti.  Di ayat 17 ada kata to hagion sesudah kata pneuma di naskah L dan urutannya berbeda dengan teks asli. Kata ini memperjelas bahwa Roh yang dimaksud adalah pnuema ton hagion (Roh Kudus). Usul ini semakin mendukung teks asli. Lalu naskah D1 F G   Ψ M lat syh sa; Epiph, menyisipkan kata ekei (= ada) sebelum kata eleutheria. Dengan demikian semakin jelas maksud kalimat ini, bahwa di mana ada Roh Tuhan maka ada kemerdekaan. Daari ayat 18 dalam naskah P46 vgms ; Spec, kata pantes (=semua) hilang. Itu dimungkinkan karena pantes adalah penjelasan untuk hemeis (=kita), sehingga kalaupu  kata pantes  tidak dipakai, tidak apa-apa.  Kemudian dalam ayat 18 itu juga ada naskah-naskah (33) yang menggunakan kata kerja yang sama dengan naskah asli  tapi berbeda konjugasinya, yakni naskah 33: katoptrizometha; katoptrizometha oi (P46  et) untuk kata katoptrizomenoi. Ini tidak mengubah arti, sebab usulan perbaikan ini untuk menyesuaikan dengan subjek kalimat (orang pertama jamak/hemeis), sedangkan naskah asli yang pakai bentuk partizip untuk menyesuaikan dengan subjek pantes. Selanjutnya untuk kata metamorfoumetha dalam naskah P46 A 614; Or digunakan bentuk partizip: metamorfoumenoi. Alasannya seperti di atas. Dan untuk kathaper dalam naskah B dipakai kata kathōsper, suatu usaha untuk memilih kata penghubung pembanding yang lebih tepat dari dua kata yang sinonim. Di pasal 4 ayat 1 kata egkakoumen (tawar hati) di perbaiki menjadi ekkakoumen dan naskah C Ψ0243 M sebagai usaha mempertepat tense kalimat. Dan di 4:2 kata sunintanontes (menyerahkan, bentuk partizip) diperbaiki dengan kata sunistantes dalam naskah Alef C D* F G 33. 81. 326 pc dan dengan kata sunistōntes dalam naskah D Ψ M yang artinya sebenarnya tidak berbeda. Dari semua yang dikatakan tentang usul perbaikan kata-kata itu dapat disimpulkan bahwa naskah yang disalin dalam Novum Testamentum adalah teks asli yang dipelihara dengan baik sepanjang  umur kekristenan.
(4)    Isi dan Pesan 2 Korintus 3:12 – 4:2
Pasal 3 ayat 12-13: Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian, tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.
a)      Pengharapan apa yang dimiliki Paulus dan teman sekerjanya? Dalam ayat sebelum perikop ini Paulus menerangkan pengharapannya dengan penuh kayakinan bahwa (1) umat Kristen di Korintus adalah surat Kristus yang ditulis dengan pelayanan Paulus dkk, yang ditulis  dengan Roh dari Allah yang hidup pada hati manusia (yang berupa loh-loh daging) bukan pada loh-loh batu; (2) Paulus dkk telah disanggupkan  menjadi  pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang terdiri dari Roh yang menghidupkan (bukan hukum tertulis yang mematikan); (3) Kemuliaan yang menyertai pemberian jabatan pelayan perjanjian baru oleh Roh, jauh melebihi kemuliaan yang menyertai pemberian jabatan menjadi pelayan hukum yang tertulis di loh batu (Taurat Musa), oleh karena kemuliaan oleh Roh tidak pernah pudar, sedangkan kemuliaan yang menyertai loh-loh batu itu segera pudar.  
b)      Dengan pengharapan tersebut, Paulus dkk bertindak dengan penuh keberanian, yakni berani “manantang” dan menerobos  segala rintangan, hambatan, penderitaan dan ancaman penghilangan nyawa, demi umat Kristen Korintus; dan juga berani terbuka dan mencurahkan segala isi hatinya tentang pelayanannya dan tentang dirinya kepada uamt Kristen Korintus. Paulus berani membukakan rahasia Allah yang memilih dia menjadi rasul atas kehendak Allah sendiri. Paulus berani memberitakan Injil yang benar, yang tidak dipalsukan; bukan demi mendapat nafkah, tetapi demi keselamatan setiap orang yang mau percaya. Paulus berani menunjukkan kemuliaan Allah semata-mata yang bekerja dalam dirinya dan kawan sekerjanya, dan kemuliaan Allah itulah yang semakin nyata dan bersinar-sinar mereka perbuat. Tidak ada yang terselubungi.  Yang dilakukan Paulus dkk jauh beda dengan yang dilakukan oleh Musa sewaktu turun dari gunung Sinai, setelah menerima loh batu berisi sepuluh Hukum Taurat, dan  sesudahnya, setiap kali berada di tengah umat Israel (bd. Kel.34:29-35). Kulit muka Musa memancarkan cahaya kemuliaan TUHAN yang sangat dahsyat sewaktu dia turun membawa loh Hukum Taurat kepada umat Israel. Umat Israel dan semua pemimpin mereka takut dan tidak tahan melihat sinar/cahaya kemuliaan itu. Hanya di pertemuan pertama mereka tahan, karena mereka dipanggil Musa mendekat. Tetapi sesudahnya, Musa harus menutupi/menyelubungi wajahnya yang memancarkan cahaya kemuliaan TUHAN, apabila dia telah selesai bertemu dengan TUHAN, dan hendak menyampaikan apa yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Dengan demikian umat Israel dan para pemimpinnya tidak takut dan dapat mendekat kepada Musa, untuk mendengar perintah TUHAN. Paulus memahami hal ini, bahwa walaupun perintah TUHAN disampaikan kepada umat Israel oleh Musa, masih ada yang terselubung, dan selalu terselubung bagi umat Israel, umat Perjanjian Lama itu. Tetapi dalam Yesus Kristus dan Injilnya yang disampaikan  Paulus dkk, selubung itu ditanggalkan, dan kemuliaan TUHAN sangat nyata benar di hadapan umat Kristen, yakni umat Israel baru, umat Perjanjian yang baru. Orang yang percaya kepada Injil Kristus dianugerahi kemampuan melihat cahaya kemuliaan TUHAN yang menyertai Injil, yang diperintahkan TUHAN dalam Yesus Kristus untuk diberitakan. Dalam Yesus Kristus cahaya kemuliaan TUHAN dibukakan dan bersinar terang dan menghidupkan, dan tidak seperti cahaya kemuliaan TUHAN yang tampak dari wajah Musa merupakan cahaya yang mematikan. Setiap orang yang melihat cahaya kemuliaan TUHAN yang dibukakan dan dipancarkan oleh karena Kristus, akan mendapat hidup yang sanggup menahan segala derita/sengsara di dunia ini dan memperoleh kemenangan serta kebahagiaan yang luar biasa di bumi dan di sorga.
Pasal 3 ayat 14 – 15: Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka.
(a)    Selubung yang menutupi wajah (kulit muka) Musa, membuat orang tidak tahu apakah cahaya kemuliaan TUHAN yang memancar dari kulit muka itu masih ada atau sudah hilang. Cahaya kemuliaan itu hanya sebentar dapat disaksikan oleh mata umat Israel, yakni pada pertama kali Musa turun dari gunung Sinai membawa loh batu itu. Dari itu Paulus dapat mengatakan, bahwa kemuliaan TUHAN yang menyertai perintah/taurat TUHAN itu hanya sementara, dan selanjutnya masih terus terselubung, bahkan sampai “pada hari ini selubung itu masih menyelubungi”, yakni menyelubungi “wajah Musa”, yang sekali gus menyelubungi perintah TUHAN yang dibacakan kepada umat Israel dari kitab Musa (Perjanjian Lama itu), dan menyelubungi pikiran dan keimanan umat Israel. Kalau pengetahuan iman dan makna firman TUHAN selalu terselubung atau sengaja dibuat terselubung (seperti dilakukan oleh nabi-nabi palsu, dan pernah dibuat gereja sewaktu Kitab Suci dilarang diterjemahkan dari bahasa Latin ke bahasa yang dimengerti rakyat atau bangsa yang diinjili, dan liturgi ibadah Kristen harus menggunakan bahasa Latin yang tidak dipahami umat), maka pikiran umat akan tumpul dan semakin tumpul, dan umat akan menjadi seperti lembu dicucuk hidung diperlakukan oleh para rohaniawan mereka. Mungkin juga selubung yang dibuat menutupi/menyelubungi itu berupa mal-theologi atau teologi yang asal dikatakan, teologi yang tidak alkitabiah. Mungkin juga selubung itu berupa mal-ibadah, yakni ibadah pemuasan nafsu-rohani pemimpin dan umat yang beribadah itu saja, dan tidak  sampai kepada pemuliaan TUHAN.  Pikiran umat Israel menjadi tumpul, karena pemenuhan pengharapan Mesias yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama masih terus dibuat para pemimpin agama Yahudi itu tetap terselubung, dan tidak berani menyaksikan bahwa pemenuhan pengharapan Mesias itu telah digenapi dalam Yesus Kristus. Mereka takut dan tidak berani, sebab mereka berdosa kepada Yesus Kristus dan tidak mau bertobat. Paulus berani mengatakan: “... sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan,...” (ayat 14b).  “Bahkan sampai hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka” (ayat 15).Selubung apa itu? Selubung itu berupa doktrin-doktrin Yahudi yang menyangkal kemesiasan, ke-Anak-Allah-an, dan ke-Juruselamat-an, dan ke-Tuhan-an Yesus Kristus. Selubung itu berupa kesaksian dan ajaran mereka, bahwa ajaran kristen itu sesat, ajaran Paulus itu sesat dan si Paulus itu adalah Yahudi yang sesat.  Kaum Yahudi di zaman Paulus, penganut ajaran Perjanjian Lama, mencap Paulus sebagai seorang penghianat kejahudian, dan dia harus dibunuh atau sedikitnya dipenjarakan. Kaum Yahudi, penganut ajaran Perjanjian Lama, sampai “hari ini” hanya mampu mengatakan bahwa Yesus dari Nazareth itu hanyalah seorang putera Yahudi yang luar biasa, pengajar ajaran damai, penganjur mengasihi musuh, dan yang punya pengikut yang luar biasa banyaknya. Tetapi mereka tidak mampu, dan pikiran mereka tumpul, bila berbicara sampai kepada Yesus adalah Anak Allah, Yesus adalah Juruselamat, Yesus adalah Tuhan (’adonay/kyrios). Tidak ubahnya mereka seperti Paulus (yang dulu bernama Saulus) sebelum bertobat menjadi pengikut Yesus.  Di zaman sekarang ini, juga ada umat yang terus menerus menyelubungi diri mereka dengan teologi dan teori keagamaan mereka, dengan penyangkalan-penyangkalan mereka, sehingga mereka hanya mampu mengenal Yesus Kristus hanya sebagai “Nabi Isa al-Masih alaihi salam”.  Ajaran Alkitab yang mengatakan Yesus itu Tuhan (’adonay/ Kyrios) dan Anak Allah dipandang sebagai “berlebihan”.  Dan pengenalan itupun tidak menghantar mereka melihat kemuliaan TUHAN Allah (Yahowa ’Elohim) dalam Isa al-Masih itu. Bagi Yahudi modern dan pengaku Nabi Isa al-Masih a.s. masih perlu penyingkapan selubung agar mereka melihat Kemuliaan Allah yang memancarkan DAMAI dan KASIH AGAVE itu. Kalau TUHAN yang mengatakan (mengajarkan) dan Firman/ajaran TUHAN itu diikuti, maka tidak ada yang “berlebihan”, yang ada adalah “hal yang tidak masuk akal orang yang mengandalkan ratio/pemikiran keagamaan atau ratio/pemikiran manusia saja”.
(b)   TUHAN, melalui dan dalam Yesus Kristus,  telah menyingkapkan selubung yang menyelubungi kemuliaan TUHAN yang dulu dan sekarang masih terselubung bagi Yahudi dulu maupun Yahudi modern dan bagi semua pengaku nabi Isa al-Masih a.s., bagi kaum pelbegu, bagi pengaku adanya “Raja Nasiakbagi” dan bagi semua penganut mal-teologi. “Hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya”, demikian Paulus  (di ayat 14c). Penyingkapan itu dimuali dari berita akan dikandungnya Yesus di kandungan Maria karena Roh Kudus, bukan karena malaikat Jibril. (Roh Allah bukan Jibril. Kalau Jibril itu Roh Kudus Allah, berarti Jibril itu sudah melangkahi Allah, karena membuat dirinya sebagai oknum yang mampu mencipta manusia yang luar biasa seperti Isa al-Masih. Dalam berita mereka itu ada yang terselubung oleh ratio keagamaan). Dalam peristiwa Betlehem-Efrata, kemuliaan TUHAN bersinar, dan dalam kelahiran Yesus semakin disingkapkan lagi, yang dinyatakan dalam nyanyian malaikat: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi, di antara manusia yang berkenan kepada-Nya!” dan berita yang disampaikan malaikat itu kepada para gembala (Lukas 2: 9-14). Kemuliaan TUHAN Allah itu semakin bersinar dalam dan melalui perbuatan dan pengajaran yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus. Dan cahaya Kemuliaan TUHAN Allah itu semakin nyata dan begitu menghidupkan sewaktu masa berkarya, masa sengsara, penyaliban, kematian, penguburan, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus ke sorga, serta pengutusan para rasul-Nya. Peristiwa Pentakosta menyingkap selubung yang menutupi umat manusia tentang rencana penyelamatan yang dilakukan TUHAN demi memenuhi janji-Nya. Kemuliaan TUHAN tampak dan bercahaya dalam peristiwa jalan ke Damaskus, yakni saat penangkapan Paulus menjadi rasul Kristus, dan kemudian  melalui Injil Kristus yang diberitakan Paulus dkk (Injil yang sebenarnya, dan bukan Injil palsu seperti dituduhkan lawan-lawan Paulus, dulu sampai sekarang), dan melalui sengsara yang dialami oleh Paulus demi pemberitaan Injil Kristus.  Lihat lah pemuliaan TUHAN dalam karya Paulus: Walaupun dia yang paling berjasa mengajarkan tentang Yesus, dia sama sekali tidak mau menjadi rasul yang harus ditinggikan melebihi Yesus Kristus; bukan seperti yang dilakukan pengaku dan pengajar tentang Nabi Isa al-Masih a.s., di mana mereka membuat Isa al-Masih menjadi senyap dan terselubung, sehingga keselamatan hanya melalui amal saleh dan pahala yang diraih, seperti diajarkan kaum Yahudi dulu dan sekarang. Usaha menyingkapkan kemuliaan TUHAN Allah sampai ke ujung-ujung bumi yang telah dimulai Yesus Kristus masih harus terus dikerjakan. Agar setiap manusia dapat menikmati kebahagiaan sejati di bumi dan di sorga.
Pasal 3:16 :  Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya.
Kesempatan untuk berbalik kepada TUHAN senantiasa ada dan terbuka. Berbalik kepada TUHAN berarti bertobat. Tetapi bertobat ke arah mana. Ada-ada saja orang mengatakan dirinya bertobat, padahal dia melepaskan diri dari cengkeraman mulut buaya, lalu lari ke cengkeraman kuku dan taring singa, yang ingin mematikan dan  menelannya. Seruan bertobat kearah yang diserukan dalam kitab Yeheskiel, dan yang diserukan dalam Wahyu kepada Yohanes. “Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!" (Yehezkiel 18:32). “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?” (Yehezkiel 33:11). “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!  (Wahyu  3:19).  “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu  3:20). Bertobat dari status orang fasik menjadi “pelaku firman”, dari hidup menuju kematian menjadi hidup menuju kehidupan yang disediakan TUHAN; dari seorang yang sudah dinasihati/ditegor menjadi seorang yang bisa menasihati orang lain agar hidup ber-agave dan mengikut Yesus. Dalam konteks 1 Korintus 2:16 bertobat dari keimanan yang diselubungi (yang berarti juga terbelenggu oleh hal-hal yang bisa menyelubungi yang disebutkan di atas) berpindah ke keimanan yang bercaya terang benderang terbuka dan merdeka, karena hidupnya bersama TUHAN dalam Yesus Kristus, Juruselamat. Indah sekali apabila kehidupan sehari-hari, kehidupan beragama, kehidupan ber-ipoleksosbudiptekling tidak terselubung, tetapi diisi dengan kehidupan kemerdekaan sejati yang dianugerahkan TUHAN, yakni kemerdekaan yang membuka pembangunan kemanusiaan yang rukun dan damai dalam kemajemukan (ke-bhinneka tunggal ika-an). Sejahtera dan bahagia dalam ke-gotong-royong-an.  Indah berprogram atau ber-UUD atau ber-UU atau ber-GBHN apabila tidak terselubung bagi pejabat negara dan bagi rakyat. Indah berdialog apabila tidak terselubung bagi masing-masing peserta dialog dan rakyat/umat pendukung masing-masing.  Dialog yang diselubungi adalah, dialog yang dibaliknya ada niat untuk melarang mitra dialog dan umatnya bereksistensi (seperti dialog yang dibuat pemda Singkil dalam rangka membongkar semua rumah ibadah yang telah dibakar dan dibongkar itu, tahun 2015). Perkenankan Yesus menyingkap setiap jenis selubung yang mentumpulkan pikiran sehat umat dan yang menumpulkan iman manusia. Dengarlah seruan Yesus, dan mauilah seruan itu, yang tertulis dalam Mat.11:28. Jangan biarkan dirimu termasuk kepada orang yang disebut Yesus dalam Mat.11:25a.

Pasal 3:17 : Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. (ho de kurios to pneuma estin; ou de to pneuma (to hagion) kuriou, eleutheria).
a.       Semua agama dan kepercayaan mengaku bahwa TUHAN mempunyai Roh. Dan Roh itu merupakan diri TUHAN itu sendiri. Alkitab mengenal sebutan-sebutan untuk Roh yang merupakan diri TUHAN itu: Ruaḥ YHWH (Roh Yahowa/Roh TUHAN), Ruaḥ ’Elohim (Roh Allah), pneuma hagion (Roh Kudus), atau hanya RUAḤ atau PNEUMA.  Bahasa Inggris memberi terjemahan yang kurang cocok: Holy Ghost; Holy Spirit. Lebih tepat terjemahan Batak Toba dari terjemahn Inggris itu: Tondi ni Yahowa (bukan: Begu Nabadia); Tondi ni Debata (bukan : Spirit Nabadia). Ho Kyrios = Yahowa, TUHAN, YHWH, terjemahannya: YHWH hu’ haRuaḥ.  Kalau demikian halnya, kalimat Paulus ini dapat dipahami sebagai berikut: “... di mana ada TUHAN (YHWH), di situ ada kemerdekaan.” Mengapa harus ROH Allah yang harus di situ baru ada kemerdekaan? Apakah ada bedanya di antara kehadiran tersebut? Bedanya adalah dalam metode yang TUHAN gunakan, dan tujuan TUHAN menggunakan metode itu. Kalau ada bedanya, mengapa kehadiran TUHAN sebagai diri-Nya (secara langsung)  tidak memerdekakan dan kehadiran-Nya sebagai Roh memerdekakan? Kesaksian Perjanjiaan Lama memang menunjukkan bahwa kehadiran langsung dari TUHAN di suatu tempat atau di hadapan manusia, dilakukan dengan “pendekatan keras” (hard-introduction), dan pendekatan ini akan dengan sendirinya membelenggu manusia itu sendiri, sebab manusia harus memberi diri kepada suasana kehadiran itu. Itulah yang menjadi belenggu bagi manusia. Belenggu yang paling utama adalah wajah-Nya yang bisa mematikan, kemudian kekudusan-Nya, hukum-hukum-Nya/Taurat-Nya. Kehadiran TUHAN secara langsung memaksa manusia “kehilangan” otoritas manusia itu sendiri, sebab hanya otoritas TUHAN yang harus tampak. Itu mutlak terjadi. Sedangkan kehadiran TUHAN dengan ROH-Nya, merupakan “pendekatan lembut” (soft-introduction) oleh TUHAN kepada manusia.  Manusia diperlakukan sebagai manusia, dan dibuat menjadi mitra bicara TUHAN. Bagi manusia diberi kebebasan mengutarakan isi hatinya, bahkan berargumentasi kepada TUHAN. Manusia itu bisa hidup di hadapan TUHAN, dan benar-benar bahagia karena dia merdeka sebagai anak TUHAN. Roh itu membimbing, dan bukan menindas. Contoh dari berita PL adalah pengalaman Saul dan Daud yang dihinggapi Roh TUHAN. Mereka merdeka dalam kesetiaan masing-masing kepada TUHAN. Nabi dalam Yesaya 61:1 mengatakan: Roh Tuhan ALLAH (YAHOWA) ada padaku. TUHAN mengurapi dia menjadi utusan yang merdeka untuk menyampaikan kabar baik, dan tugasnya adalah membawa “kemerdekaan” bagi setiap yang “terbelenggu” (oleh sengsara, keremukan hati, tawanan, penjara, kesialan tahun, kesedihan), dan mereka akan menjadi “pohon tarbantin kebenaran”, “tanaman TUHAN”, yang merdeka.
b.      Benar yang dikatakan: “di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan”. Itulah kemerdekaan “anak-anak TUHAN”, kemerdekaan di rumah Bapa, bukan kemerdekaan untuk melakukan kejahatan. Paulus menerangkan kemerdekaan Kristen dalam Galatia 5, merdeka dari belenggu Hukum Taurat yang syariatis dan hukum Taurat yang “memperbudak” penganutnya. Lalu merdeka yakni hidup dalam kasih karunia (anugerah) TUHAN yang konsekwensinya lebih mengabdi kepada TUHAN yang mahakasih dengan merdeka, yakni melayani seorang akan yang lain oleh dan dalam KASIH AGAVE.  Di sana tidak ada hukum yang membelenggu, tetapi hukum yang menghidupkan dan yang membuat hukum menjadi palayan KASIH Agave, dan bukan pelayan hukum-hukum dan aturan-aturan keagamaan. Dengan adanya kemerdekaan, semua umat yang merdeka itu benar-benar dapat membangun kehidupan dan semua liku kehidupan itu, hingga terwujud bangsa yang cerdas, umat beragama yang taat/bertaqwa menurut ajaran agama masing-masing, dan mampu hidup berdampingan dalam masyarakat majemuk; terwujud masyarakat adil dan makmur, serta damai sejahtera di bumi. Karena adanya kelompok-kelompok yang merasa dirinya belum merdeka di bumi Indonesia tercinta, maka muncul yang menyatakan dirinya Gerakan-gerakan Kemerdekaan (dulu ada GAM, sekarang masih ada GPM, mungkin masih ada lagi nanti yang akan muncul), juga semakin marak  gerakan radikalisme yang menyalahgunakan agama. Gerakan radikalisme itu, yang keranjingan mempraktekkan bom bunuh diri, bom mobil, membunuhi orang yang tidak bersalah, melakukan perjuangannya karena ada yang membelenggu mereka, yakni fanatisme ajarannya yang mengkafirkan kelompok-kelompok agama lain, bukan fanatisme Kasih Agama mereka. Betapa indah hidup mereka apabila selubung yang membelenggu mereka itu direlakan untuk disingkapkan, sehingga mereka dapat melihat dunia yang indah itu dengan merdeka dan tidak seperti kuda yang dikenakan kaca mata kuda.
Pasal 3:18 :   Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.
Dari setiap pengikut Yesus, selubung yang menutupi wajahnya telah disingkapkan. Itu diekspresikan dengan tidak adanya lagi kerudung menutupi wajah setiap orang yang menjadi pengikut Yesus. Biarlah wajah (muka) mereka yang adalah  gambar “rupa” Allah menjadi jelas kelihatan kepada dunia ini atau kepada sesamanya manusia.  Mereka bukan pamer aurat dalam hal seperti itu, melainkan mereka membiarkan cahaya kemuliaan TUHAN terpancar dari kulit muka masing-masing ke dunia sekitarnya. Dan dengan cahaya kemuliaan TUHAN yang terpancar itu, suasana dan rasa damai terjadi di kalangan sesama manusia. Memang sangat tidak baik (bahkan terkutuklah orang itu), apabila dia yang tidak diselubungi wajahnya tidak mencerminkan (memancarkan) kemuliaan TUHAN, tetapi memancarkan nafsu kebuasan singa atau memancarkan cahaya kegeraman Iblis. Orang yang tidak menyelubungi wajahnya tetapi wajahnya tidak mencerminkan (memancarkan) cahaya kemuliaan TUHAN, adalah orang yang menghina TUHAN. Karena keadaannya yang sedemikian menunjukkan sikapnya yang menolak kemuliaan yang datangnya dari TUHAN yang adalah Roh. Dia tidak membiarkan ROH TUHAN bekerja dalam dirinya. Kepada/bagi orang seperti ini tidak boleh ada kemerdekaan, agar kemanusiaan tidak semakin rusak.  Apabila seseorang pengikut Yesus benar-benar menyambut kemuliaan  yang datangnya dari TUHAN yang adalah ROH, wajahnya yang semula akan diubah menjadi serupa dengan gambar dan rupa TUHAN. Karena siapa di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru telah datang (5:17). Kristus adalah gambar Allah, dan setiap pengikut Yesus yang benar-benar percaya kepada-Nya adalah gambar Kritus. Kemuliaan yang terpancar dari kulit muka pengikut Yesus yang menjadi gambar Allah, sungguh luar biasa, semakin besar dan semakin besar. Inilah manusia Perjanjian yang baru. 
Pasal 4 ayat 1:   Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.
Paulus diubah dari manusia perjanjian lama bukan hanya menjadi manusia perjanjian baru, tetapi juga menjadi pelayan perjanjian baru itu.  “Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru... (3:6). Dia sanggup menerima status ini hanya “oleh kemurahan Allah”.  Dia mengaku bahwa hanya oleh kehendak Allah dia menjadi rasul Yesus Kristus (1:1), bukan karena kehendaknya sendiri. Adanya perjanjian baru yang dibuat Allah dengan umatnya Israel telah dinubuatkan oleh Yeremia, yang mengatakan: “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (Yer.31:33-34). Inilah kemurahan hati Allah, bahwa Roh TUHAN telah menaruh Taurat TUHAN di batin pengikut Yesus dan menuliskannya dalam hati mereka; dan TUHAN tetap menjadi Allah mereka dan mereka adalah umat TUHAN. Sebagai pelayan perjanjian baru, Paulus –dalam pelayanannya- sebenarnya tidak mengajar mereka (orang percaya) agar mereka mengenal TUHAN, sebab mereka telah mengenal TUHAN, dan dosa/kesalahan mereka telah diampuni TUHAN dan tidak mengingat dosa itu lagi. Dalam pelayanannya, Paulus hanya mengingatkan kembali apa (firman/taurat, yakni hukum kasih) yang sudah ditaruh dalam batin para pengikut Yesus dan yang sudah dituliskan dalam hati mereka. Pemahaman dan keyakinan ini membuat Paulus dkk tidak tawar hati. Dia tidak ragu sedikitpun tentang kebenaran Firman/Injil yang dia beritakan, sebagai Injil keselamatan, Injil pengampunan dosa, dan Injl pemulihan kembali status pengikut Yesus sebagai Israel baru, umat perjanjian baru. Kemerdekaan dari kungkungan Taurat yang mematikan, tidak membawa para pengikut Yesus untuk mengenal TUHAN yang baru, tetapi TUHAN yang sama (yang diberitakan dalam Perjanjian Lama) tetapi yang bertindak secara baru dan menyampaikan firman yang baru, yang telah melaksanakan janji-Nya membuat Perjanjian Baru, yakni firman pengampunan, bukan firman penghukuman. Umat pengikut Yesus juga tidak perlu tawar hati dalam jalan yang sedang mereka tempuh, sebab jalan itu (walaupun penuh pendertiaan, tantangan dan sengsara) adalah jalan keselamatan, jalan menuju dunia yang terbaik di sini dan di sorga.
Pasal 4 ayat 2:   Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.
     1.       Transparansi (keterbukaan) merupakan semangat yang sedang dikampanyekan di zaman anti korupsi sekarang ini. Hanya aurat yang memalukan (bagian dada sampai lutut) yang tidak perlu transparan. Segala hal lain dalam liku kehidupan perlu transparan, tetapi hal membuka yang masih perlu dirahasiakan harus punya aturan untuk membuatnya menjadi transparan (diketahui oleh umum). Di zaman dulu pun transparansi telah digalakkan. Yesus telah memulainya. Yesus membukakan semua rahasia Allah yang dibutuhkan untuk keselamatan manusia dan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia tanpa kecuali. Paulus menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan, tetapi yang tidak memalukan (kalau dirasa perlu) harus dibukakan dan tidak perlu disembunyikan. Perbuatan tersembunyi yang memalukan adalah segala penyalah-gunaan nafsu seksual yang tidak sesuai dengan ajaran TUHAN.  Korupsi (Yunani: krupta = yang disembunyikan; Latin: occulta) (misalnya mengkorupsikan kolekte jemaat untuk membantu jemaat Yerusalem) juga merupakan contoh dari perbuatan yang memalukan. Contoh lain untuk perbuatan tersembunyi yang memalukan adalah menjelek-jelekkan sesama pemberita Injil; merencanakan penginjilan hanya untuk kepentingan diri sendiri, untuk memperkaya diri sendiri. Penyembahan berhala atau memberhalakan TUHAN/teologi juga perbuatan memalukan yang tersembunyi. Mungkin masih banyak contoh lainnya. Semua perbuatan seperti itu ditolak oleh Paulus. Kami menolak (Yunani: apeipametha; Latin: abdicavimus; Ibrani: sillaqnu) berarti tidak membiarkan sesuatu ide, pendapat atau wacana (biasanya yang jelek atau yang tampaknya baik tapi ada yang jahat dibaliknya) masuk dalam rancangan, metode maupun pelaksanaan suatu pekerjaan. Hanya hal-hal yang baik dan mendukung kehidupan penuh kasih agave yang dimasukkan dalam rancangan, metode dan pelaksanaan suatu pekerjaan.
2.       Tidak berlaku licik berarti tidak mengakal-akali orang lain agar kepentingan diri sendiri terpenuhi. Yang tidak berlaku licik adalah orang yang tulus dan jujur menjalankan tugas yang disampaikan kepadanya; dia rela menghadapi rintangan dan sengsara apapun, demi kejujuran dan ketulusannya melaksanakan tugas yang diembannya. Tidak ubahnya seperti Tuhan Yesus Kristus, yang tulus dan jujur mengemban tugas “minum cawan” yang diberikan Bapa-Nya kepada-Nya. Yesus tidak seperti dugaan orang yang anti-Kristus di dunia ini, dengan mengatakan bahwa sewaktu penangkapan-Nya di Getsemane, Yesus mengubah rupa-Nya, untuk menghindari penyaliban yang sudah diancamkan kepada-Nya, dan dengan kelicikan Yesus itu Dia lolos tidak tertangkap. Lalu muncul teori mereka yang disebut teori “pengganti”: Yesus digantikan dengan orang lain, yang wajahnya diubah menjadi seperti wajah Yesus, sehingga bukan Yesus yang tersalib di Golgatha itu. Bila demikian halnya, itu adalah kelicikan, dan cerita itu dibangun untuk mengatakan bahwa Yesus itu bukan Juruselamat, tetapi hanya seorang nabi. Kalaupun Yesus mereka akui sebagai nabi, dengan membuat teori pengganti itu, mereka membuat Yesus sebagai nabi yang licik, nabi yang tidak berani menghadapi  tantangan dalam pengembanan tugasnya. Dengan teori “pengganti” yang mereka buat, mereka dengan sendirinya menghina Yesus selaku nabi Isa al-Masih.
Paulus mengikut jejak TUHAN yang menangkapnya menjadi rasul-Nya. Paulus tidak mengakal-akali para pendengar pemberitaannya agar mereka senang menyambutnya. Paulus  justru  membukakan rahasia kejahatan yang dilakukan orang Yahudi kepada Yesus, dan membukakan tindakan pengampunan yang dilakukan TUHAN kepada umat-Nya Yahudi. Paulus tidak takut bahwa dia menjadi buronan bagi orang Yahudi oleh karena pemberitaan Injil yang terus terang, menelanjangi dosa umat Yahudi, dan para penyangkal Yesus Kristus. Dia berbeda dengan para pemberita Injil yang lain, yang hanya menyenang-nyenangkan telinga para pendengarnya, lalu mendapat sanjungan-sanjungan yang hebat. Para rasul palsu itulkah yang licik.
3.       Paulus tidak memalsukan firman Allah. Tuduhan bahwa Paulus memalsukan firman Allah dari sejak dulu sampai sekarang masih terus dilontarkan pada anti Kristen. Dari sejak zaman nabi-nabi Perjanjian Lama hingga ke zaman Paulus bahkan sampai zaman sekarang memang selalu ada nabi atau rasul palsu yang memalsukan firman Allah. Mereka itu bernubuat walaupun TUHAN tidak berbicara kepada mereka. Nabi palsu itu menggunakan formula penyampaian Firman TUHAN seperti dilakukan oleh nabi benar (nabi TUHAN): “Beginilah Firman TUHAN:...”; “demikianlah Firman TUHAN.”,  kata mereka, pada hal bukan TUHAN yang menyuruh mereka bernubuat. Rasul palsu memberitakan bahwa Yesus tidak tersalib, sebab terlalu mulialah dia disalibkan; TUHAN menyelamtkan dia dari penyaliban;  bahwa Yesus bukan Anak Allah, hanya seorang “Anak Manusia” saja;  bahwa Yesus hanya seorang nabi biasa, yang banyak membuat tanda mujizat seperti nabi mereka;  bahwa Yesus bukan Juruselamat, melainkan yang diselamatkan; bahwa Yesus tidak mati, dikuburkan dan bangkit dari mati lalu naik ke sorga, tetapi kuburannya di Kashmir; bahwa Yesus bukanlah hakim di hari penghakiman nanti di hari kiamat, tetapi hakim yang akan datang nantinya adalah seorang yang lain. Demikianlah  Para nabi palsu atau rasul palsu lah  memalsukan firman Allah.  Mereka membangun cerita-cerita yang masuk akal, dan menghilangkan keagungan tindakan TUHAN dalam pekerjaan Yesus yang sebenarnya. Rasul-rasul palsu itu membuat “Injil” yang sama sekali lain dari Injil yang ada di dalam Alkitab. Lalu mereka menuduh Paulus sebagai orang yang memalsukan Injil. Paulus menyangkal dan menolak tuduhan-tuduhan itu dengan tegas melalui surat-surat yang dia tulis dan menjadi ukuran kebenaran iman (kanon kepercayaan) orang Kristen yang benar sepanjang zaman. Kalau dibandingkan misalnya isi Injil Barnabas dengan Injil yang diberitakan Paulus, sangat jelas bahwa isi kitab Injil Barnabas itu merupakan Injil palsu. Injil yang diberitakan Paulus adalah Injil yang benar.
4.       Paulus menyatakan kebenaran (aletheia), yaitu kebenaran  yang dari TUHAN Allah dalam Kristus. Kebenaran TUHAN adalah segala sesuatunya yang ditentukan TUHAN, entah itu tidak masuk akal manusia atau masuk akal manusia; entah itu sesuai dengan ratio keagamaan atau ratio kerohanian manusia atau tidak. Sungguh sangat banyak berita Injil Kristus yang tidak sesuai dengan ratio keagamaan dan ratio kerohanian umat beragama, tetapi semua pemberitaan Injil yang didokumenkan dalam kitab Perjanjian Baru, itu adalah kebenaran Allah (bd. 2 Tim.3:16). Memang harus diakui, bahwa sulitnya manusia menerima Injil Kristus sedikit banyak diakibatkan banyaknya hal-hal yang tidak masuk akal dan yang tidak sesuai dengan ratio keagamaan atau ratio kerohanian umat beragama. Banyak juga orang Kristen yang tidak memahami kebenaran Injil itu karena dirinya diselubungi oleh, dan selalu mengandalkan akal, ratio keagamaan atau ratio kerohaniannya. Mereka masih perlu dicurahi Roh Kudus, yang memerdekakakn mereka dari belenggu selubung tersebut. Semua jemaat TUHAN harus tunduk kepada kebenaran TUHAN dalam Kristus. Bila demikian halnya, maka di tengah jemaat TUHAN, bahkan di kalangan umat beragama, akan tidak ada penonjol-nonjolan kelompok, tidak ada pengkafiran kelompok lain, tidak ada perselisihan, tetapi semuanya akan hidup bersama dalam damai sejahtera dari TUHAN, dan semua mendapat hidup yang sejati indahnya.
5.       Kebenaran TUHAN yang dikandung oleh setiap ajaran, teologi dan etika, akan menjadikan ajaran, teologi dan etika itu “tidak boleh tidak” harus dipertimbangkan semua orang, apakah mereka akan menganut, mematuhi, atau mempraktekkannya. Kebenaran ideologi, atau kebenaran politik belum tentu membuat orang lain mempertimbangkan apakah ideologi atau politik itu akan dijalankan atau dipatuhi. Karena kebenaran Injil, yang adalah kebenaran TUHAN dalam Kristus, mengandung teologi, ajaran dan etika yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia untuk kehidupan mereka yang benar, dan kebenaran injili itu menggugat setiap kebenaran yang dikandung oleh teologi, ajaran dan etika non alkitabiah/non Injili, maka – dengan mengakuinya atau dengan tidak mengakuinya – teologi, ajaran dan etika mana pun itu  pasti mengkritisi atau pasti harus mempertimbangkan kebenaran injili  itu di hadapan atau atas nama Allah yang dipercayai setiap agama, teologi, ajaran dan etika yang manapun itu yang ada di dunia ini.  Kebenaran Injil pasti akan mempertahankan dirinya (kebenarannya), ibarat gunung kokoh atau gunung-gunung batu yang mempertahankan dirinya dari serangan badai yang bagaimanapun hebatnya, dan gunung batu itu pasti menang. Oleh karena itu kebenaran Injil yang diilhamkan oleh Roh Kudus, dan yang memerdekakan itu, adalah gunung batu, perlindungan kokoh bagi setiap pengikut Yesus yang percaya. Di sana dapat ditemukan hidup yang penuh kemerdekaan, bukan pemerkosaan kebebasan setiap individu atas nama agama.  
Mengkhotbahkan/Renungan
a.       Apabila daya pertahanan NKRI dilengkapi dengan modernisasi alutsista yang lebih tangguh dan lebih canggih dari yang dimiliki Amerika Serikat, China, Rusia dan Eropah Barat, dan dengan personal Aparat Bersenjata RI yang lebih ulet dari yang dimiliki negara-negara itu, pasti warga negara Indonesia akan semakin dapat menikmati kemerdekaannya dengan kehidupan bangsa yang cerdas, bertaqwa, damai, adil dan sejahtera, keberagamannya dalam segala hal (terutama keberagaman dalam agama, budaya dan etnik serta asal usul) akan menjadi berkat bagi bangsa Indonesia dan bagi manusia seluruh dunia. Memang adanya pertahanan yang mantap dan tak tergoyahkan dari dalam dan dari luar, membuat suatu bangsa dapat cepat mencapai cita-citanya mewujudkan masyarakat adil dan makmur, cerdas dan sejahtera, erat bersatu, semakin demokratis, dan toleran dalam bertaqwa kepada TUHAN Allah. Daya pertahanan suatu bangsa akan semakin kuat dan semakin dicintai rakyatnya, apabila pembangunan pertahanan itu dilakukan tidak terselubung, melainkan terbuka, dan semua lapisan rakyat dapat berpartisipasi, dan apabila daya pertahanan itu tidak menjadi alat aparat pemerintah menindas rakyatnya melainkan jujur menjadi kubu pertahanan dan perlindungan yang mengayomi seluruh lapisan rakyat tanpa kecuali.
b.      Apabila kubu pertahanan umat percaya benar-benar tangguh dan kuat, akan membuat setiap orang percaya dapat menikmati kemerdekaan kehidupan keagamaannya, untuk menopang kehidupan seluruh umat manusia semakin bersatu, toleran, maju, serdas, aman, damai, adil dan sejahtera. Kemerdekaan dalam hidup beragama pasti tidak menjerumuskan kelompok-kelompok agama bersikap semakin brutal terhadap kelompok-kelompok di luar dirinya, melainkan mereka akan semakin saling menghargai dan semakin menghormati, dan berlomba-lomba untuk menyuguhkan kehidupan beragama yang terbaik dan menjadi contoh terbaik bagi umatnya sendiri dan bagi umat beragama lain. Kubu pertahanan yang paling tangguh bagi umat percaya bukanlah bom bunuh diri, atau negara agama, atau bunker tahan bom nuklir atau pakaian anti peluru tajam dan pakaian penangkal gas racun mematikan. Kubu pertahanan pengikut Yesus yang setia adalah Yahowa ’Elohim (TUHAN Allah) dalam Yeshua Hammasiah (Yesus Kristus) dengan segala pemahaman teologi yang benar darinya dan tentang DIA, serta pola hidup yang bersesuaian dengan DIA dan pemuliaan dan pengaturan-Nya yang tidak terselubung, tetapi transparan demi kemuliaan-Nya dan damai sejahtera di bumi, di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.
c.       Agar Yahowa ’Elohim dapat menjadi kubu pertahanan pengikut Yesus yang percaya dan setia, Dia tidak membiarkan diri-Nya terselubung dalam FIRMAN yang berkata-kata, melainkan nyata dan terang benderang bercahaya kemuliaan TUHAN dalam FIRMAN yang manjadi manusia, yakni yang sangat dikenal dalam manusia Yesus Kristus (Ibraninya: Yeshua Hammasiah) (Dia bukan hanya nabi, melainkan juga Anak Allah Yang dikasihi, Yang didiami ROH ALLAH, Juruselamat, Tuhan/Kyrios, Alpha dan Omega). Para rasul (terutama rasul Paulus) dan para penulis Injil telah menyampaikan berita yang membuat cahaya kemuliaan TUHAN tidak lagi ditutup-tutupi oleh teologi do ut des atau agama imbal-jasa dan oleh hukum-hukum kausalistik dan syariatis. Pemberitaan itu bukan sekedar pemberitaan manusia semata-mata, melainkan pemberitaan yang diilhamkan oleh Roh Kudus, yang memerdekakan semua pemberita Injil itu dari ketakutan terhadap kuasa dan penguasa dunia yang selalu ingin memusnahkan mereka. Para pemberita Injil kebenaran itu telah menang, dan kemenangan mereka harus dirayakan sepanjang zaman, sambil memenangkan semakin banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus yang benar dan dengan benar, dari generasi ke generasi.
d.      Perjanjian Baru dari Yahowa ’Elohim merombak segala paradigma keagamaan yang lama. Ruang mahakudus TUHAN telah dijebol, lalu TUHAN ke luar dari sana menjumpai umat manusia (seperti digambarkan oleh peletakan altar dan podium di setiap rumah ibadah HKI yang lutheran),  dan setiap pengikut Yesus terpanggil menjadi pelayan perjanjian baru tersebut di tengah-tengah dunia (yakni membuat nyata kemuliaan TUHAN melalui pemberitaan firman TUHAN/ pemberitaan tentang karya Yesus Kristus di tempat-tempat manusia berada). Firman itu dituliskan dalam hati manusia, semua tahu tentang TUHAN dan kehendak-Nya. Manusia tanpa dikomando akan menghasilkan buah-buah dari cahaya kemuliaan yang dianugerahkan TUHAN kepada setiap orang yang hati(-nurani)nya telah ditulisi Firman TUHAN. Pelayan Perjanjian Baru bekerja dengan gigih mengingatkan setiap individu akan anugerah keselamatan yang telah ditanamkan dalam dirinya, sehingga setiap individu itu hidup sesuai dengan “hati nurani”-nya yang telah diperbaharui tersebut.
e.      Walaupun kegigihan memberitakan Injil dan kesetiaan menjadi pelayan Perjanjian Baru bukan untuk menanam jasa di hadapan TUHAN, melainkan untuk memberi ucapan syukur kepada TUHAN,  setiap pelayan Perjanjian Baru akan semakin gigih dan kokoh dan penuh kemerdekaan, dan bukan secara terpaksa, melakukan pekerjaan pemberitaan Injil, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik di kalangannya dan di hadapan para pembencinya. TUHAN menjadi kubu pertahanannya dan gunung batu perlindungannya. Karya-karyanya tidak akan sia-sia melainkan akan berbuah ratusan kali lipat baginya dan bagi orang percaya yang sungguh-sungguh.  Amen.
Pematangsiantar, tgl. 27 Januari 2016
      Ditulis oleh: Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).