MINGGU JUDIKA TGL. 13 MARET 2016, EVANGELIUM: YESAYA 43: 16-21

06.56.00 0 Comments A+ a-

YESAYA 

43:16 Beginilah firman TUHAN, yang telah membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat,
43:17 yang telah menyuruh kereta dan kuda keluar untuk berperang, juga tentara dan orang gagah -- mereka terbaring, tidak dapat bangkit, sudah mati, sudah padam sebagai sumbu --,
43:18 firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!
43:19 Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.
43:20 Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku;
43:21 umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku."

UMAT YANG MEMBERITAKAN KEMASYHURAN TUHAN
BANGSO NA MAMARITAHON HAMULIAON NI JAHOWA

1.       Dalam Yes.43:16-21 ada empat hal yang sangat penting direnungkan dan dibuat menjadi isi kehidupan rohani umat TUHAN (Yesus Kristus), yakni:
a.  Mengetahui dengan pasti siapa TUHAN yang dulu, sekarang dan di masa yang akan datang, bekerja dan berkarya untuk umat-Nya (Yes.43:1-15 + 16-17);
b.  Membuat hal-hal yang dahulu tidak mengganggu keimanan dan hidup di masa sekarang menuju masa depan (Yes.43:18).
c.   Perhatikan rancangan TUHAN sekarang  dan di masa depan dan ikutlah di dalamnya Yes.43:19).
d.  Pemuliaan TUHAN oleh segala makhluk ciptaan-Nya (Yes.43:20-21).

     Meyakinkan diri/umat mengenai hal yang empat itu, akan menguatkan iman percaya mereka, bahwa TUHAN lah yang  bertindak membela (memberi keadilan/mangaluluhon)  kehidupan mereka dan menuntun mereka ke kehidupan yang lebih baik, yakni kehidupan, di mana semua ciptaan TUHAN dapat bersama-sama dalam sukacita memuliakan/memasyhurkan TUHAN. (Yudika bagi umat TUHAN).  
2.       Dalam perjalanan sejarah Israel, umat sering harus terlebih dahulu mengetahui siapa TUHAN (Allah) yang akan bertindak bagi mereka, barulah mereka mau dituntun oleh TUHAN dan mau mematuhi DIA. TUHAN pun mau memberitahu nama-Nya, yang sering didalamnya tersirat siapa dia, apa tindakan-Nya dan apa tujuan-Nya. Jadi dalam hal ber-Tuhan, berlaku juga pendapat ini: Tak kenal, maka dimaki; dikenal, maka dipatuhi. Misalnya. Sewaktu Musa hendak disuruh memimpin umat Israel keluar dari Mesir, Musa bertanya kepada TUHAN tentang siapa nama TUHAN Allah yang mengutusnya sehingga umat Israel percaya. Lalu TUHAN memberitahu namanya: ’ehyeh ’ašer ’ehyeh (AKUlah (yang) AKU, atau sering diterjemahkan “AKU ADALAH AKU” (LAI, Kel.3:14), AKU ADA YANG AKU ADA.  Lalu menyebut/memanggil TUHAN itu YHWH (YAHOWA) yang artinya “DIA ADA” atau DIA YANG ADA.  Artinya: DIA Eksis; DIA hidup. Dari itu TUHAN sering juga dipanggil: HU = DIA.  Yahowa adalah Allah HU. Nama TUHAN yang diperkenalkan itu bisa juga berarti AKU MEMBUAT ADA YANG AKU BUAT ADA. Sehingga Yahowa juga berarti: si “DIA MEMBUAT ADA” artinya si “PENCIPTA”. YAHOWA adalah Pencipta langit dan bumi serta segala isinya.  
Sewaktu TUHAN berencana menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa dan maut, dia memperkenalkan nama-Nya yang diri-Nya adalah FIRMAN yang menjadi manusia (daging), yakni YOSHUA (terjemahannya: Yesus, orang Arab melafaskannya: Isa), yang artinya Yahowa menyelamatkan. Dari nama itu Yesus sudah menyatakan diri sebagai Juruselamat.  
Sewaktu TUHAN memberitahu umat Israel di pembuangan di masa nabi (penubuat Yesaya Jilid Kedua Yes.40-55), bahwa DIA akan membuat sesuatu yang baru, membuat jalan di padang gurun, dan sungai-sungai di padang belantara (Yes.43:19), TUHAN  menegaskan siapa diri-Nya, apa dan bagaimana DIA bagi umat Israel.  Dari Yes.43:1-17 dapat diketahui YAHOWA adalah:
-          Yang menciptakan Yakub (ay.15), dan membentuk Israel (ay.1);
-          Yang menebus Israel/Yakub (ay.2.14), yang memanggil namanya, dan yang memilikinya (ay.2).
-          Yang menyertai Israel/Yakub (ay.2.5) sehingga tak hanyut oleh air, tak dihanguskan api;
-          Dialah Yahowa ’Elohim, Yang mahakudus, Allah Israel, Juruselamat Israel (ay.3.12), Yang menebus Israel dari Mesir (ay.3);
-          Yang mendatangkan dan menghimpun anak cucu Israel dari timur dan dari barat (ay.5);
-          Dia yang tetap (ay.13) (bd. Ibrani 13:8), TUHAN (ay.11), Allah (ay.12).
-          Penebus, Yang Mahakudus, Allah Israel (ay.14.15);
-          Raja (ay.15)

Kemudian dari bagian perikop Yes.43:16-21 Yahowa memperkenalkan diri sebagai:
-          Yang telah membuat jalan melalui laut (ay.16);
-          Yang telah membuat jalan melalui air yang hebat (ay.16)
-          Yang telah menyuruh kereta  dan kuda; tentara dan orang gagah keluar untuk berperang (ay.17). dan membuat mereka mati, dan padam (ay. 17).

Perkenalan diri TUHAN ini sangat menolong umat-Nya untuk memiliki iman yang pasti dan teguh, serta berdampak. Dengan mengenal TUHAN tepat seperti itu, umat TUHAN (Israel) dapat yakin bahwa TUHAN dapat atau sanggup melakukan hal-hal yang baru demi masa depan umat Israel. Percaya kepada TUHAN yang demikian, mereka perlu bersiap-siap untuk ikut dan turut dalam “rancangan damai sejahtera” (bd. Yer.29:11) yang akan dilakukan TUHAN Yahowa. Demikian halnya dengan umat TUHAN  zaman sekarang. Kalau mereka mengenal Tuhan Yesus Kristus secara benar dan pasti, mereka akan  mengikut Yesus dengan setia. Misalnya, kalau setiap pengikut Yesus mengenal Yesus Kristus, Tuhan, Juruselamat, Penebus dosa, Pengampun dan penyayang, dan Yang mampu menang dalam kelemahannya yang amat sangat, maka pengikut Yesus pasti akan setia kepada Yesus dalam situasi kehidupan yang bagaimanapun. Pengenalan akan TUHAN sebagaimana dipaparkan dalam isi Pengakuan Iman Rasuli, sangat perlu selalu diperdalam, dihayati dan diamalkan oleh pelayan huria dan umat Huria. Diharapkan  agar para pengkhotbah memperkenalkan Yesus Kristus secara pasti dan tanpa keraguan sedikitpun, sehingga mata iman para pengikut Yesus terbuka melihat rencana atau rancangan TUHAN demi masa depan umat-Nya sedikitnya dalam millenium ketiga ini.
3.       Nabi (penubuat Yes. 40-55) mengatakan: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!” (ay.18). Perjalanan hidup umat TUHAN pasti terisi dengan pengalaman-pengalaman hidup yang menyenangkan dan yang mengerikan; yang manis dan yang pahit. Bersama TUHAN tidak membuat hidup umat-Nya sangat mulus tanpa masalah, tetapi justru sering sebaliknya sangat tertimpa berbagai masalah. Pertanyaan: Perlukah itu diingat-ingat dan diperhatikan? Atau lebih baik mematuhi ajakan nabi yang dikatakan di sini?  Kehidupan umat Israel di Mesir, di padang gurun, di tanah Kanaan, di masa Kerajaan Saul, Daud dan Salomo, di masa pemerintahan raja-raja Kerajaan Samaria (Israel Utara) dan raja-raja Kerajaan Yehuda (Israel Selatan), di masa pembuangan, menunjukkan betapa menyenangkan dan betapa mengerikan sebenarnya kehidupan umat TUHAN. Seorang beriman bisa mengatakan: “Lebih banyak sakitnya daripada enaknya.” Di zaman Perjanjian Baru juga demikian halnya. Tuhan Yesus Kristus telah menunjukkan pengalaman hidup yang di dalamnya banyak hal-hal yang menyenangkan, tetapi banyak juga penderitaan. Kehidupan jemaat Kristen mula-mula sungguh sangat indah, tetapi juga banyak menderita, karena kesetiaan mereka mengikut Tuhan Yesus Kristus. Pengalaman hidup yang penuh kebahagiaan dan penderitaan  masih terus berlanjut silih berganti di abad 21 ini. Kalau orang berkesimpulan bahwa mengikut TUHAN mengundang lebih banyak penderitaan daripada kebahagiaan, pertanyaan itu masih berlanjut: Jadi mengapa begitu banyak orang rela dan memberikan dirinya masuk dalam hidup yang lebih banyak penderitaan ini? Perlu diketahui bahwa yang dimaksud penderitaan umat TUHAN di sini tidak berarti mudarat (kerugian yang sia-sia). Jadi kesimpulan itu tidak tepat. Sebab hidup bersama TUHAN lebih banyak senangnya daripada deritanya. Karena bagi orang beriman, penderitaan yang dialaminya adalah juga kebahagiaan yang menyenangkan. Abraham, Musa rela menderita. Yesus justru mengejar penderitaan itu. Demikian juga Paulus karena kesetiaannya mengikut Yesus.  Bangsa Israel sering hendak menjauhkan diri dari kehidupan bersama TUHAN Yahowa, tetapi tidak bisa. Mereka ditarik lagi ke kancah kehidupan itu. Dari sejak Yudas Iskariot, selalu ada juga orang yang menghianati Yesus dan ingin menjauhkan diri dari kehidupan penuh derita karena mengikut Yesus. Tetapi ternyata semakin banyak pula orang yang mau dan rela dengan tulus hati mau mengikut Yesus yang menderita. Memang mengikut TUHAN (Yesus Kristus) mengalami derita tetapi membawa nikmat; membawa nikmat bagi seluruh umat manusia. Umat TUHAN, dulu dan sekarang, rela menderita karena memperjuangkan hidup yang benar, hidup tanpa dosa, hidup yang penuh keselamatan bagi seluruh umat manusia. Doa umat TUHAN akan menjadi duakli lipat kalau mereka tidak rela berjuang bahkan rela menderita demi “kebaikan dan keselamatan” seluruh umat manusia. Tetapi perlukan semuanya itu diingat-ingat dan diperhatikan? Atau tidak perlu? Tentu perlu! Semua catatan pengalaman manusia yang tertulis dalam Alkitab, merupakan usaha mengingat semua perjuangan, kebahagiaan dan derita membawa nikmat yang dialami umat TUHAN (Yesus Kristus). Jadi bagaimana memaknai seruan nabi di Yes. 43:18: ’al-tizkerû ri’šonōt, weqadmoniyyōt ’al-titbonanû (janganlah ingat hal-hal yang lampau, dan hal-hal purbakala janganlah kamu perhatikan!). Kata Ibrani zakar (mengingat) mengajak agar membuat sesuatu itu selalu paling menentukan. Kata Ibrani byn (memperhatikan) mengajak agar membuat sesuatu itu sebagai bahan pendidikan. Jangan mengingat bukan berarti melupakan. Jangan memperhatikan bukan berarti membuang. Bercokol-cokol di hal-hal yang lalu, bisa saja membuat umat TUHAN selalu ingin kembali menikmati hal-hal yang lalu itu (seperti orang Israel yang sudah berada di Padang Gurun dipimpin oleh Musa, merindukan kembali menikmati kehidupan di Mesir bersama Firaun). Lihatlah bahayanya kehidupan sekarang ini, karena ada kelompok radikal atas nama agama membuat pengikutnya harus hidup seperti di zaman rasul mereka atau kembali hidup seperti di zaman primitif; dan kemajuan yang dipelopori ilmu pengetahuan di Amerika/Eropah/ Jepang/Cina tidak boleh dinikmati oleh para pengikutnya (Misalnya: Boko Haram). Mencegah agar tidak terjadi hal sedemikian dalam hidup bangsa Israel, maka nabi menyerukan ayat 18 tersebut. Dari pengalaman masa lalu, yang sangat perlu dipegang adalah “siapa TUHAN yang bekerja di pengalaman masa lalu tersebut”. Itu perlu untuk masa depan. Hal-hal yang menyenangkan dan yang menyakitkan atau penderitaan, bisa saja sangat mengganggu dalam kehidupan masa kini, kalau sempat hal-hal masa lalu itu yang perlu diulangi di masa kini. Yang terbaik perlu disadari bahwa masa kini selalu merupakan masa membuat yang baru. Kalau bersama TUHAN hal-hal yang  baru itu dialami, itulah hidup yang paling indah. Maka visi huria adalah menjadi huria yang kuat iman, misioner, modern dan dedikatif sebagai abdi Kristus (Visi HKI). Modern berarti selalu menyambut hal-hal yang baru yang dianugerahkan TUHAN dalam perjalanan waktu masa kini, dan menggunakannya untuk Kerajaan TUHAN yang datang di dunia.
4.       Kalau TUHAN yang dipuja umat Israel mampu membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat (dalam sejarah Israel, ini merujuk kepada penyeberangan Laut Merah (Laut Taberau), dan penyeberangan Sungai Yordan oleh umat Israel atas pertolongan kuasa TUHAN dalam menuju Tanah Perjanjian), TUHAN yang sama akan mampu membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara “di zaman sekarang”. Tentu saja hal ini adalah hal yang baru, karena hal seperti itu belum pernah dijanjikan TUHAN akan dibuatnya bagi umat Israel. Di zaman nabi penubuat Yesaya 40-55, proyek  itu dikerjakan TUHAN melalui tangan penguasa baru (Ker. Persia), demi menjawab kebutuhan umat TUHAN. Proyek ini sedang dikerjakan  atas perintah  raja Koresy dari Persia. Tujuannya agar siapapun yang akan kembali ke tanah air (negeri asal) mereka, sebagai dampak dari Edik yang dikeluarkan Raja Koresy, dapat berjalan lebih mulus dan tidak mengalami terlalu banyak penderitaan, walaupun jalan itu lebih panjang dari yang pernah dilalui kakek moyang Israel. (Panjang jalan itu hampir 900 kilometer).
5.       Segurun-gurunnya suatu daerah seperti guru Sahara, di bawahnya selalu ada air yang mengalir, dan dengan teknik tertentu air itu dapat dibuat muncrat ke atas permukaan tanah.  Sewaktu umat Israel kembali ke Yerusalem dari pembuangan, mereka mendapat cukup air dalam perjalanan mereka. Itu semua berkat dan perbuatan TUHAN.  Tetapi yang dimaksud dengan sungai-sungai di padang belantara (gurun) (seperti diharapkan di gurun Negep atau di gurun Sinai), mungkin akan terwujud di tahun 2025-2030 yang akan datang dengan proyek-proyek yang sedang dikerjakan oleh negara Israel sekarang ini. Tetapi harus diketahui, bahwa didorong oleh nubuat Yesaya Jilid Kedua ini, banyak orang Israel yang tergerak kembali ke tanah Yehuda setelah Raja Koresy mengeluarkan Edik, yang mengatakan, bahwa para buangan dapat kembali ke tanah air mereka masing-masing (dalam hal ini termasuk bangsa Israel/Yehuda). Mereka dipimpin Ezra, Yesua bin Yozadak dan Yerubabel, pulang dari Persia (Pusan, ibukota Persia) ke Yerusalem. Jalan itu dipahami sebagai jalan yang dibangun oleh TUHAN.  Mata air yang menjadi sumber minum mereka di perjalanan merupakan pemberian TUHAN. Itu pengakuan dan pemahaman orang beriman.
6.       Sebenarnya, apalah tujuan pengikut TUHAN (Yesus Kristus) menganut suatu agama, dan memegang sekuat-kuatnya kepercayaan kepada TUHAN (Yesus Kristus)? Dari firman TUHAN dalam Yes.43:20-21 dapat dipetik tiga hal, yaitu:
a.       Binatang-binatang ( dkl. segala hewan) (peliharaan, dan terutama binatang liar) (di sini disebut: binatang hutan, serigala, burung unta) memuliakan TUHAN. Mereka tidak boleh punah atau dipunahkan, walaupun mereka kadang-kadang menjadi pengganggu kehidupan manusia. Mereka harus dilestarikan, bukan di sangkar, atau di kebun binatang, melainkan di habitat mereka yang alami. Mereka harus bisa “bernyanyi” memuji TUHAN, Pencipta mereka, dengan memakai bahasa mereka masing-masing.
b.      Memungkinkan hal yang tidak mungkin bisa terjadi. Misalnya  “air memancar di padang gurun, dan sungai-sungai di padang belantara”.  Mungkin kah ini terjadi entah kapan di Israel yang sebagian negeri itu adalah tanah gurun dan padang belantara. Di Tapanuli Selatan, ada dulu namanya ‘Halongonan’ (Yang tidak dihuni manusia), sekarang sudah dengan sendirinya tidak lagi halongonan, bahkan sudah menjadi satu kecamatan (Kecamatan Halongonan), karena sudah mulai padat penduduknya. Di padang gurun dan belantara yang ada Israel bisa juga menjadi ada sungai-sungai besar yang mengalirkan air tawar ke seluruh gurun itu, sehingga nantinya bukan hanya Sungai Yordan lagi sungai yang mengalir terus menerus di sana. Kejadiannya misalnya : Perbedaan tinggi permukaan Laut Tengah dan Danau Galilea ada lebih dari duaratus meter, dan selisih permukaan air Laut Tengah dan permukaan Laut Mati ada lebih 500 meter. Gurun pasir Negep dan Gurun Pasir Sinai (di bagian Israel Selatan) masih dibawah permukaan Danau Galilea. Kalau dibuat Sungai dari Laut Tengah ke Danau Galilea sepanjang 65 km kurang-lebih sebesar Sungai Asahan (lebar 200 meter dan kedalaman 100 meter), maka airnya dapat diterjunkan ke Danau Galilea. Tetapi sebelum air dari laut itu masuk di Danau Galilea, air itu terlebih dahulu dibuat menjadi air tawar, dengan menggunakan tenaga listrik yang pembangkitnya dibangun di Air Terjun di ujung sungai yang dibangun tersebut. Kalau air yang di-tawar-kan itu masuk ke Danau Galilea sebesar air yang keluar dari Danau Toba di Sungai Asahan, dan air itu dialirkan ke Padang Gurun Negep dan Padang Gurun Sinai, maka terjadilah sungai-sungai di padang gurun tersebut. Dan Sungai Yordan pun akan meluap, sehingga mengairi gurun di sekitarnya dan cukup untuk mengisi Laut Mati lagi. Lalu Laut Mati tidak semakin  kering lagi seperti sekarang, yang hanya sepertiga lagi yang berisi air.  Kejadian seperti ini masih belum seberapa bagi TUHAN dengan menggerakkan umat-Nya Israel yang kecil itu. Apalagi kalau TUHAN menggerakkan bangsa-bangsa atau negara-negara yang besar (negara adikuasa)  membuat hal-hal baru, maka yang baru, yang belum pernah terjadi akan menjadi kenyataan. Itu sudah terjadi dalam sejarah dunia. Hanya kaum areligious dan atheis yang menyangkal dan tidak mengakui bahwa hal-hal yang baru yang sedang dan akan terjadi di dunia ini merupakan bagian dari karya TUHAN. Orang beriman dapat melihat karya TUHAN dalam segala hal yang baru, yang memang dapat “memberi minum” (dalam arti seluas-luasnya) umat TUHAN. Sebenarnya, mengikut TUHAN di zaman sekarang berarti  bersama TUHAN (Yesus Kristus) berkreasi membuat hal-hal yang baru (yang kecil-kecilan maupun yang besar-besaran atau yang super) di waktu “sekarang”, demi pembangunan manusia dan kemanusiaan dan alam semesta.
c.       Tindakan manusia (umat TUHAN) melestarikan hewan-hewan ciptaan TUHAN dan perbuatan manusia (umat TUHAN) bersama TUHAN membangun hal-hal yang baru, merupakan tindakan-tindakan manusia (umat TUHAN) memberitakan kemasyhuran (= memuliakan) TUHAN. Yang terbaik bagi kehidupan manusia (umat TUHAN) adalah membuat Soli Deo Gloria ( Kemuliaan bagi Allah saja), tidak cukup hanya Soli Patria Gloria (Kemuliaan bagi Tanah Air saja). Dan ilmu yang dapat diraih manusia (umat TUHAN) sangat jauh dari tujuannya apabila ilmu itu hanya membuat Soli Scientia Gloria (Kemuliaan bagi Ilmu Saja). Karena dalam Soli Deo Gloria, akan dengan sendirinya terjadi Patria Gloria (kemuliaan bagi tanah air/negeri) dan Scientia Gloria (kemuliaan bagi Ilmu/Pengetahuan, Hikmat). Tetapi Patria Gloria maupun Scientia Gloria belum tentu membuat Deo Gloria. Perli disadari umat TUHAN (manusia umumnya) bahwa segala yang kehilangan atau yang menghilangkan Deo Gloria dalam proses-proses dan pewujudannya, akhirnya nanti akan menjadi sia-sia.
Sewaktu TUHAN menciptakan segala jenis tumbuh-tumbuhan, dia memerintahkan tumbuh-tumbuhan itu mengahsilkan biji-bijian (atau cara masing-masing berkembang biak) sehingga setiap tumbuhan itu memperbanyak dirinya sendiri. Tetapi setelah setiap tumbuhan dapat berbuat demikian, tumbuh-tumbuhan itu memberikan kemuliaan bagi TUHAN. Setelah segala jenis hewan diciptakan, mereka diperintahkan untuk mereproduksi dan berkembang biak sendiri atau dengan bantuan manusia atau hewan (dalam hal ini termasuk dengan cara evolusi, revolusi, parasit, cangkok, okulasi, biji/bibit; memecah diri). Dalam setiap cara perkembangbiakan itu, campur tangan TUHAN dalam perkembangan biakan mereka, tidak mereka lupakan. Segala hewan itu memberikan kemuliaan bagi TUHAN dan mereka memasyhurkan TUHAN. Segala hal yang belum terbuka untuk manusia, dalam hal perkembang-biakan makhluk, masih perlu dipelajari oleh manusia dari TUHAN (otoritas tertinggi yang diakui manusia itu).
Setelah manusia selesai diciptakan oleh TUHAN, kepada mereka diberi perintah untuk berkembang biak, memelihara taman karya TUHAN, dan menaklukkan serta menguasai segala makhluk ciptaan. Dalam perkembangbiakan mereka, manusia tidak pernah mampu terlepas dari otoritas yang lebih tinggi dari pada diri mereka. TUHAN selalu berperan dalam karya-karya kreatif daripada  manusia. Dalam bingkai pemahaman ini, manusia – menyadarinya atau tidak menyadarinya, selalu memasyhurkan TUHAN.  Itu kodrat manusia. Kalau manusia melawan kodratnya tersebut, maka “kualat” menjadi akhir hidupnya. Adalah tugas setiap penganut iman yang benar (khususnya pengikut Yesus Kristus) mengingatkan setiap manusia agar dalam pemasyhuran itu, setiap manusia benar-benar memasyhurkan TUHAN Alah yang benar.  Medewakan/memper-tuhan agama, ilmu, heroisme, ideologi, lalu mengatakan bahwa TUHAN Allah sudah dimasyhurkan, itu sama sekali kesesatan, tidak benar.
7.       RENUNGAN
(1)    Mewajibkan setiap manusia memasyhurkan TUHAN Allah di zaman sekarang memiliki alasan yang kuat. Beberapa alasan itu sebagai berikut:
a)      Sampai sekarang manusia sudah membuktikan bahwa Allah (’ilah) yang benar, dan patut dipercaya, adalah Yahowa ’Elohim (Yesus Kristus) yang diberitakan  Kitab Suci Alkitab.
b)      Sampai sekarang manusia masih merupakan ciptaan TUHAN Allah (Yahowa ’Elohim).
c)       Sampai sekarang manusia masih diperkenankan oleh TUHAN sebagai mitra/partner-Nya dalam mengkreasi yang baru, dan memelihara dengan baik hal-hal yang sudah ada, demi kemanusiaan dan demi manusia. Ini terjadi sesuai dengan firman-Nya yang mengatakan: Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu (Wahyu 21:5). Siapa di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2 Kor.5:17).
d)      Sampai sekarang penebusan manusia oleh TUHAN Allah dari belenggu kuasa Iblis dan maut masih berlaku.
e)      Sampai sekarang pengampunan dosa oleh TUHAN terhadap manusia masih berlaku, sehingga bagi manusia selalu ada kesempatan kembali ke jalan yang benar (jalan bersma TUHAN) kalau sempat ada usaha manusia berkreasi sendiri disertai penyangkalan terhadap TUHAN Allah.
f)       Sampai sekarang bagi manusia lebih baik memasyhurkan TUHAN Allah yang benar itu daripada menyangkalnya.
(2)    Bagaimana memasyhurkan TUHAN Allah di masa sekarang? TUHAN Allah menginginkan umat-Nya menjadi saksi-saksi yang memasyhurkan nama-Nya (YAHOWA/Yesus Kristus) ( bd. Yes.43:9.10.12; 44:8).  Menjadi saksi pemasyhur berita di media adalah biasa. Menjadi saksi pemasyhur di pengadilan juga biasa. Menjadi saksi pemasyhur seorang nabi adalah luar biasa. Tetpi menjadi saksi pemasyhur TUHAN Allah dalam Yesus Kristus, Juruselamat, Raja dan Hakim di Akhirat adalah sangat luar biasa. Beberapa hal tentang pemasyhuran TUHAN Allah dalam Yesus Kristus disebutkan di sini (dan hal-hal lain bisa ditambahkan yang ingin menambahkannya):  
(a)    Setiap kreasi baru (entah itu diciptakan orang yang atheis, areligious, yang belum kenal Yesus kristus atau oleh yang anti Kristen maupun oleh pengikut Yesus Kristus) pada hakikatnya adalah demi pemuliaan TUHAN Allah, dan dapat dijadikan sebagai alat memasyhurkan atau memuliakan TUHAN Allah.
(b)   Dibutuhkan orang (terutama dari kalangan saksi Kristus) untuk menjelaskan setiap kreasi baru itu dari sudut “pemasyhuran TUHAN Allah dalam Yesus Kristus). Keterangan itu sebaiknya disebarluarkan melalui segala media komunikasi yang dikenal  dan masih digunakan oleh manusia seluruh dunia.
(c)    Memasyhurkan TUHAN Allah dalam Yesus Kristus di masa sekarang ini akan sukses apabila menggunakan semua bahasa yang dikenal dan dipahami oleh manusia: (1) bahasa yang dapat dilafaskan dengan suara dan ditransfer menjadi tulisan (bahasa Indonesia, bahasa Batak Toba, bahasa Inggris dan ribuan bahasa lainnya). (2) bahasa isyarat dan kode-kode dan foto-foto/lukisan atau karya. (3) bahasa perbuatan, perilaku dan budaya. (4) bahasa peralatan.  Semua bahasa ini sangat ampuh dalam memasyhurkan TUHAN Allah dalam Yesus Kristus. Umat TUHAN harus berlatih sungguh-sungguh agar bahasa-bahasa itu dapat digunakan dengan sangat mahir setiap dibutuhkan. Melatih umat TUHAN agar mampu demikan, adalah  tugas setiap gereja/huria sekarang, kini dan di sini.
(d)   Di manakah perlu TUHAN Allah dalam Yesus Kristus dimasyhurkan? Di gunung di lembah, di kota di desa, di hutan, di padang tandus, di laut, di darat, di udara di angkasa. Di Resto, di Cafe, di sarang penyamun, di tempat yang kudus, di sarang narkoba, di tempat pengobatan, di laboratorium, di tempat pemasaran, di pusat penelitian, di tempat penterapan ilmu, di pasar modal, di per-bank-kan, di kalangan gelandangan, di kalangan kaum elit/konglomerat,  di kalangan LGBT, di kalangan paranormal, di kalangan manusia maupun ciptaan lainnya, dan lain-lain. Dengan singkat: Di semua liku kehidupan manusia, dan yang berkaitan dengan semuanya itu. Manusia dan hewan dan apa (benda) yang ada di tempat-tempat itu dibuat menjadi alat memuliakan / memasyhurkan TUHAN. Itulah pekerjaan termulia, dan yang paling luar biasa. Dampaknya: agar semua diselamatkan, dan tidak ada yang nantinya menjadi sia-sia, tetapi berhasil-guna, demi Soli Deo Gloria. Itu merupakan cara terbaik dari TUHAN untuk membuat keadilan bagi umat-Nya.
Pematangsiantar, 9 Pebruari 2016.
Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS)