MINGGU KAMIS PUTIH, TGL 24 MARET 2016, EVANGELIUM: KELUARAN 29:31-46
KELUARAN
29:31 Domba jantan
persembahan pentahbisan itu haruslah kauambil dan dagingnya kaumasak pada suatu
tempat yang kudus.
29:32 Haruslah
Harun dan anak-anaknya memakan daging domba jantan itu serta roti yang ada di
dalam bakul di depan pintu Kemah Pertemuan.
29:33 Haruslah
mereka memakan semuanya itu yang dipakai untuk mengadakan pendamaian pada waktu
mereka ditahbiskan dan dikuduskan, tetapi orang awam janganlah memakannya,
sebab persembahan kudus semuanya itu.
29:34 Jika ada yang
tinggal dari daging persembahan pentahbisan dan dari roti itu sampai pagi,
haruslah kaubakar habis yang tinggal itu dengan api, janganlah dimakan, sebab
persembahan kudus semuanya itu.
29:35 Maka haruslah
kauperbuat demikian kepada Harun dan kepada anak-anaknya, tepat seperti yang
Kuperintahkan kepadamu; selama tujuh hari haruslah kautahbiskan mereka.
29:36 Tiap-tiap
hari haruslah engkau mengolah seekor lembu jantan menjadi korban penghapus dosa
untuk mengadakan pendamaian dan haruslah kausucikan mezbah itu, dengan
mengadakan pendamaian baginya; haruslah engkau mengurapinya untuk
menguduskannya.
29:37 Tujuh hari
lamanya haruslah engkau mengadakan pendamaian bagi mezbah itu; haruslah engkau
menguduskannya, maka mezbah itu akan menjadi maha kudus; setiap orang yang kena
kepada mezbah itu akan menjadi kudus."
29:38 "Inilah
yang harus kauolah di atas mezbah itu: dua anak domba berumur setahun, tetap
tiap-tiap hari.
29:39 Domba yang
satu haruslah kauolah pada waktu pagi dan domba yang lain kauolah pada waktu
senja.
29:40 Dan beserta
domba yang satu kauolah sepersepuluh efa tepung yang terbaik dengan minyak
tumbuk seperempat hin, dan korban curahan dari seperempat hin anggur.
29:41 Domba yang
lain haruslah kauolah pada waktu senja; sama seperti korban sajian dan korban
curahannya pada waktu pagi harus engkau mengolahnya sebagai persembahan yang
harum, suatu korban api-apian bagi TUHAN,
29:42 suatu korban
bakaran yang tetap di antara kamu turun-temurun, di depan pintu Kemah Pertemuan
di hadapan TUHAN. Sebab di sana Aku akan bertemu dengan kamu, untuk berfirman
kepadamu.
29:43 Di sanalah
Aku akan bertemu dengan orang Israel, dan tempat itu akan dikuduskan oleh
kemuliaan-Ku.
29:44 Aku akan
menguduskan Kemah Pertemuan dan mezbah itu, lalu Harun dan anak-anaknya akan
Kukuduskan supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku.
29:45 Aku akan diam di tengah-tengah
orang Israel dan Aku akan menjadi Allah mereka.
29:46 Maka mereka
akan mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allah mereka, yang telah membawa mereka
keluar dari tanah Mesir, supaya Aku diam di tengah-tengah mereka; Akulah TUHAN,
Allah mereka."
ALLAH BAPA SEDANG MEMPROSES
PENGURBANAN
KURBAN KESELAMATAN DAN
PENGAMPUNAN DOSA
Saudara-saudara yang
dikasihi TUHAN dalam Yesus Kristus, dengan kerelaan-Nya, seperti domba, kurban
yang diserahkan kepada imam untuk disembelih, demi pengampunan dosa dan
keselamatan dunia!
Hari ini, kita
mengenang puncak penderitaan Yesus Kristus, yang dituduh oleh tokoh-tokoh agama
kelas berat sebagai penodai agama, dan didakwa oleh penguasa Romawi karena
Yahudi menuduh DIA sebagai pemberontak. Kolusi pemimpin agama dan pemimpin
negara membuat Yesus sangat menderita, bahkan berdasar pada teriakan para
anti-Yesus, DIA dijatuhi hukuman mati dengan disalibkan. Penyusun Almanak Huria Lutheran dan Anggota
Sekber UEM memilih Kel.29:31-46 sebagai firman yang akan menghantar umat TUHAN
merenungkan penderitaan Yesus di malam terakhir sebelum DIA disalibkan pada
hari keenam di minggu itu. Dalam cerita penciptaan, manusia dijadikan pada hari
keenam, sebagai “mahkota” seluruh ciptaan yang dijadikan TUHAN. Ada proses
panjang untuk itu (Tuhan mengambil debu tanag, membentuknya, lalu menghembuskan
nafas kehidupan ke dalam hidungnya, sehingga menjadi makhluk hidup). Yesus disalibkan
pada hari keenam (di Indonesia dikenal sebagai hari Jumat Agung) sebagai puncak
pekerjaan TUHAN dalam rangka membuat manusia menjadi “ciptaan baru”. Ciptaan
baru adalah manusia yang telah ditebus, dihapus dosa-dosanya dan dianugerahi
keselamatan dari belenggu dosa dan dari kuasa maut dan Iblis. Pekerjaan ini
juga menjalani proses yang panjang, dan TUHAN menempuh methode (cara) baru
untuk merealisasinya. Karena keinginan menjadi “manusia yang dihapus
dosa-dosanya” sudah ada di kalangan umat Israel di zaman permulaan bangsa
Israel (zaman Musa/Harun/Yosua), dan proses itu dilakukan berdasarkan perintah
TUHAN untuk mempersembahkan kurban penghapus dosa. “Tiap-tiap hari haruslah
engkau mengolah seekor lembu jantan menjadi korban penghapus dosa untuk mengadakan
pendamaian dan haruslah kausucikan mezbah itu, dengan mengadakan pendamaian
baginya; haruslah engkau mengurapinya untuk menguduskannya” (Keluaran 29:36).
Perintah TUHAN di Perjanjian Lama ini dapat membantu umat TUHAN masa sekarang
memahami “pengurbanan Yesus” (yang berpuncak di kayu salib) sebagai “kurban
penghapus dosa, sekali untuk semua dan berlaku selamanya. Proses penyampaian
kurban penghapus dosa dipaparkan dalam Kel.29:10-14: “Kemudian haruslah kaubawa lembu jantan itu ke depan Kemah Pertemuan,
lalu haruslah Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala lembu
jantan itu. Haruslah kausembelih lembu jantan itu di hadapan TUHAN di depan
pintu Kemah Pertemuan. Haruslah kauambil
sedikit dari darah lembu jantan itu dan kaububuh dengan jarimu pada
tanduk-tanduk mezbah, dan segala darah selebihnya haruslah kaucurahkan pada
bagian bawah mezbah. Kemudian
kauambillah segala lemak yang menutupi isi perut, umbai hati, kedua buah
pinggang dan segala lemak yang melekat padanya, dan kaubakarlah di atas mezbah.
Tetapi daging lembu jantan itu, kulitnya dan kotorannya haruslah kaubakar habis
dengan api di luar perkemahan, itulah korban penghapus dosa.” Ritus ini
pasti sangat berat, dan sulit dipenuhi, terutama bagi dan oleh orang-orang
miskin. Sehingga dosa-dosa orang miskin tidak mungkin lagi dihapus, karena
mereka tidak dapat memenuhi pemberian kurban penghapus dosanya. Disamping itu
masih ada lagi kurban-kurban yang harus disampaikan (kurban pagi dan kurban
petang, Kel.29:38-46), agar hidup ini bisa lega. Tetapi ternyata tidak bisa
lega.
Demi keselamatan
semua orang, tanpa membedakan siapapun, TUHAN mengubah perintah-Nya. Bukan lagi
umat-Nya yang diperintahkan-Nya untuk menyampaikan kurban penghapus dosa,
melainkan diri-Nya sendiri, didorong oleh kasih-Nya kepada umat manusia,
seperti dikatakan Yohanes 3:16: “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Lalu Tuhan Yesus, Anak Tunggal
Bapa: “mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib. Itulah sebabnya Allah sangat
meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi, dan
segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan
Allah, Bapa!” (Flp.2:7b-11). TUHAN mengurbankan Anak Tunggal-Nya untuk
menghapus dosa dunia, dan memberi keselamatan gratis (sola gratia) kepada seluruh manusia, dan setiap orang yang
menerimanya, akan menikmati keselamatan itu.
Manusia tidak perlu lagi melakukan ritus pengurbanan seperti diaturkan
dalam Kel.29:10-14. Karena TUHAN telah melakukan semua proses-proses itu
sewaktu DIA mengurbankan Anak-Nya Yang Tunggal itu, sebagai pengganti semua
ritus pengurbanan kurban penghapus dosa menurut hukum Musa.
Ibarat “lembu
jantan” yang dipilih menjadi kurban penghapus dosa, Yesus dibawa ke depan Bait
Allah (ke hadapan para imam). Para imam memeriksa Yesus (ibarat Harun dan
anak-anaknya meletakkan tangan mereka ke kurban itu). Para imam menyerahkan Yesus
kepada Pontius Pilatus, diputuskan untuk dihukum mati di kayu salib di luar
kota (di Golgatha). (Seperti kurban penghapus dosa diputuskan untuk disembelih
di depan kemah pertemuan/Bait Allah). Lalu Yesus diarak ke Golgatha (ke luar
kota), seperti bagian dari kurban
penghapus dosa diarak ke luar kota karena
harus dibakar di sana. Yesus mati di
kayu salib, setelah ditimpakan kepada-Nya seluruh dosa manusia (dengan anggur
asam yang mematikan itu). Lalu lambungnya (bagian pembungkus jantung-hati-Nya)
ditikam dengan lembing, dan dari lambung itu mengucur darah dan air, yang
membasuh dosa manusia, dan mengalir hingga ke Bait Allah, terpercik di mezbah
Bait Allah. Itulah yang terjadi di malam hari keenam oleh imam-imam dan kepala
pemerintahan dan di hari keenam itu di Golgatha. Dengan demikian tuntaslah
pengurbanan Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa, sebagai kurban penghapus dosa
manusia.
Kalau Yesus rela
mengalami penderitaan yang sepahit-pahitnya sebagai kepatuhan-Nya terhadap
Allah Bapa yang akan menyediakan keselamatan gratis (sola gratia) kepada
seluruh umat manusia, apa lagi yang harus dikerjakan oleh manusia itu dalam
hidupnya beragama, beriman, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara? Saya
mengenal seorang ayah dari limabelas orang anak-anaknya. Dia masuk menjadi
pengikut Yesus tahun 1930. Sebelumnya dia adalah komandan (pimpinan) penganut
agama pelbegu (sipelebegu) di
kampungnya. Dia sangat disegani, dihormati sebagai pelaku kejujuran, dan yang
selalu rela menolong orang lain. Dia selalu diminta mengusir roh-roh jahat yang
merasuk manusia, karena talentanya
memang bisa mengatur begu atau roh-roh jahat, agar tidak menjahati
manusia. Tetapi dia harus memberikan sesajen kepada setiap begu agar bisa dia
atur. Karena itu, dia merasa diperbudak oleh para begu tersebut, dan dia merasa
hidupnya dan hidup anak-anaknya tetap terancam, apabila dia tidak memberikan
sesajen. Tetapi setelah misonaris datang ke kampungnya, dan menceritakan kepadanya
bahwa ada keselamatan gratis, dan kemampuan melawan balas dendam para begu/roha
jahat, apabila tidak diberikan sesajen lagi kepada para begu/roha jahat itu,
yakni keselamatan yang dianugerahkan Tuhan Yesus Kristus. Misionaris
mengatakan, bahwa Tuhan Yesus Kristus itu sangat baik. Dia akan melindungi
seluruh keturunannya dari gangguan begu/roh jahat, apabila si ayah tersebut mau
menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya. Lalu dia mau
dibaptiskan, dan sejak itu dia sangat rajin berdoa, baca bagian-bagian Alkitab
yang diberikan missionaris. Setelah si ayah menceritakan pertobatannya itu, dia
ditanya: Mengapa dia mau menjadi Kristen dan tidak menjadi penganut agama lain,
yang juga sudah datang ke kampungnya menyebarkan ajaran mereka? Dia menjawab
dengan tegas: Di agama lain itu tidak ada pengampunan dosa, tidak ada keselamatan
sebagai pemberian gratis dari Tuhan, dan Tuhan agama lain itu kejam dan
mengajak pengikutnya berkelahi dengan orang lain. “Tuhan Yesus itu sangat baik”,
kata si ayah. Kemudian si ayah ini ditanya lagi tentang apa jawaban yang dia
berikan kepada keselamatan dan pengampunan dosa yang telah dianugerahkan Tuhan
Yesus Kristus kepadanya. Dia memberi keterangan, dan keterangannya itu benar
menurut teman sekampungnya: Waktu itu, menurut si ayah, di kampungnya mulai
merebak keinginan untuk merdeka dari penjajahan Belanda dan juga merdeka dari
kepemimpinan missionaris. Dia memang kepala kampung. Lalu bersama-sama dengan
saudara-saudaranya mendirikan sebuah gereja untuk bius mereka (1933). Si Ayah
mengajak empat kepala negeri, yang kebetulan punya hubungan kekerabatan
dengannya, bergabung dengan kelompoknya. Lalu mereka bangun rumah ibadah di
pertengahan daerah empat kepala negeri itu agar terjangkau dari semua daerah.
Si ayah menjadi bendahara pembangunannya. Dan dia katakan bahwa dia menumpahkan
semua yang ada padanya, untuk kerajaan Tuhan Yesus Kristus, untuk membangun
rumah ibadah mereka. Karenanya dia berkali-kali ditangkap oleh Belanda. Walaupun
dia sering ditangkap polisi Belanda, dia tetap pulang ke rumah dengan selamat.
Waktu masa PRRI pun katanya dia pernah diculik pemberontak, tetapi kemudian
dilepas karena mereka tahu bahwa si ayah itu sudah merdeka sejak 1933. Di masa
pendudukan Jepang, masa hidup yang paling menyedihkan, si ayah ini harus
berjuang untuk kehidupan rakyatnya, terutama yang setia di dalam gerejanya.
Menurut beliau semua yang dibuatnya itu masih belum seberapa, dibanding dengan
keselamatan dan pengampunan dosa serta
berkat yang telah dia terima dari pada Tuhan Yesus Kristus. Di masa sekarang
pun masih dibutuhkan manusia-manusia yang memahami tindakan penyelamatan
manusia dan pengampunan dosa dunia yang dilakukan TUHAN Allah dengan Tuhan
Yesus Kristus yang rela menderita, dan kemudian dia mau dibaptiskan, serta
dengan sungguh-sungguh beramal dan berbuat berbagai perbuatan baik, sebagai tanda
syukurnya bahwa keselamatan telah dianugerahkan kepadanya dan kepada
keturunan-keturunannya. Tuhan Yesus
Kristus memberkati kita semua. Amin.
Firman-Mu
berkatilah...
Marilah kita berdoa:
....
Pematangsiantar,
17 Pebruari 2016
Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt.
LaMBaS).