MINGGU LETARE TGL 6 MARET 2016, EVANGELIUM : 2 KORINTUS 5 : 16 – 21

06.43.00 0 Comments A+ a-

2 KORINTUS 

5:16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.
5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

HIDUP DI DALAM KRISTUS SEBAGAI CIPTAAN BARU
MANGOLU DI BAGASAN KRISTUS BOTULBOTUL NATINOMPA NAIMBARU

1.       Perikop ini merupakan bagian dari penjelasan Paulus tentang  perlunya perdamaian dan Pelayanan untuk Pendamaian. Ayat yang sering dipandang menonjol dalam perikop ini adalah ayat 17, yang mengatakan: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru....” Tetapi sebenarnya lebih sangat penting lagi, anjuran dalam perikop ini: “... berilah dirimu didamaikan dengan Allah!” (ay. 20b). Memang  apakah perlu perdamaian dan  ada pelayanan untuk pendamaian? Sangat penting. Apa hubungannya dengan status sebagai ciptaan baru? Agar pihak-pihak tidak lagi bercokol dalam paradigma lama. Berbicara tentang pelayanan pendamaian, tidak lepas dari adanya perseteruan, di mana dua belah pihak mutlak perlu didamaikan atau berdamai. Apa perseteruan manusia (kita) dengan TUHAN rupanya? Selalu terjadi perebutan kekuasaan oleh manusia dan  pemberontakan manusia terhadap TUHAN. Dalam penghentian perseteruan ini, dan pewujudan perdamaian Allah dan manusia, harus dihitung juga untung ruginya di antara pihak-pihak yang berseteru dan kemudian didamaikan.

2.       Sewaktu Gerakan Aceh Merdeka masih belum mau diajak ke meja perdamaian dengan NKRI, sering terjadi adu tembak atau perang antara GAM dan Aparat keamanan RI. Aceh menjadi DOM di NKRI. Perseteruan GAM dengan RI adalah keinginan Aceh merdeka dari Indonesia dan ketidakmauan Indonesia memerdekakan Aceh. Hukum-hukum mana yang harus diterapkan di Aceh? GAM menuntut agar Hukum Islam yang diberlakukan di Aceh, NKRI meminta agar Hukum Nasional Indonesia diberlakukan di Aceh sama seperti di daerah-daerah lain. Banyak lagi alasan-alasan perselisihan GAM dan NKRI. Akibat perselisihan itu, rakyat tidak merasa aman, dan sering menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bertempur. Akibatnya juga pembangunan tidak bisa berjalan. Akhirnya perseteruan itu mempermiskin rakyat. Pemberontak dikendalikan dari luar negeri. Aparat keamanan RI dikendalikan dari Ibukota. Perdamaian sangat sulit dicapai, karena masing-masing pihak selalu bercokol pada paradigma lama masing-masing. Tetapi sesudah ada sikap-sikap baru, perdamaian mulai dicari dengan sungguh-sungguh. Untuk mencari perdamaian, delegasi Indonesia harus pergi ke luar negeri. Mungkin juga ada hikmahnya terjadi tsunami di Aceh, sehingga ada niat baik GAM untuk berdamai. Bila demikian halnya, iItu namanya celaka membawa berkah. Berkat kepiawaian delegasi Indonesia dan pemerintah Norwegia di Oslo, serta kemauan baik wakil-wakil GAM, dan semua pihak membuang paradigma lama diganti dengan paradigma baru, terwujudlah perdamaian antara pihak GAM dan NKRI. Para wakil-wakil itu bekerja sebagai pelayan pendamaian. Dengan perdamaian itu, mantan GAM pun bisa menjadi gubernur di Aceh, rakyat lebih merdeka sekarang membangun ekonominya. Tetapi masih banyak yang harus dibenahi, terutama kebebasan hidup beragama dan menjalankan ibadah masing-masing umat beragama masih harus diwujudkan di Aceh. Contoh Aceh ini menjadi bandingan untuk perlunya perdamaian antara TUHAN dan manusia dan pentingnya ada pelayan pendamaian untuk mewujudkan perdamaian itu.

3.       Agama yang tidak mengenal adanya perseteruan manusia dengan TUHAN, pasti tidak berbicara tentang perdamaian allah (sesembahan) mereka dengan mereka umatnya. Lain halnya dengan sikap TUHAN Allah yang dipuja Israel dan beberapa agama lain terhadap manusia. Sejarah keagamaan (terutama sejarah keagamaan Israel) menunjukkan bahwa memang TUHAN Allah pencipta langit dan bumi itu sering berseteru dengan manusia, walaupun manusia itu diciptakan-Nya menurut gambar dan rupa-Nya. Perseteruan itu terjadi setiap kalikalau ada perbedaan kepentingan Allah dengan kepentingan manusia, atau dengan kepentingan umat TUHAN sendiri. Perseteruan paling sengit terjadi apabila umat TUHAN murtad dan pergi mengikut dewa/allah asing, selain menyembah TUHAN Allah.Dosa manusia membuat terjadi perseteruan manusia dan TUHAN. Dosa terbesar adalah perbuatan murtad dari hadapan/kehendak Allah. Bagi manusia/umat TUHAN  pada dasarnya di hadapan TUHAN Allah tidak ada kebebasan beragama atau kebebasan pindah jadi menganut agama lain atau memuja Allah lain.Kecemburuan TUHAN menggerakkan diri-Nya untuk menghukum atau memusnahkan manusia berdosa/murtad. Maka setiap kali terjadi perseteruan Allah dan manusia, maka dibutuhkan perdamaian dan pelayan pendamaian, agar manusia tidak dimusnahkan. Perseteruan itu terjadi sejak Hawa dan Adam jatuh ke dalam dosa. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini; antara keturunanmu dan keturunannya,...”, demikian TUHAN kepada ular itu. Apabila keturunan Adam mengikut “ular”, maka permusuhan manusia kepada ular beralih menjadi kepada Allah.  Dosa membuat manusia terusir dari Taman Eden, dan jalan ke “pohon kehidupan” ditutup rapat. Manusia menjadi sangat menderita dalam kehidupannya, lalu manusia mencari jalan “selamat” dari penderitaannya. Timbullah agama-agama  dan pemujaan allah-allah asingyang dianggap menawarkan jalan keselamatan”.  Manusia ingin merdeka dari TUHAN Allah yang menciptanya, tetapi keinginan itu membuat perseteruan terhadap TUHAN semakin seru. Memang manusia sudah mencoba membuat “beribu-ribu jalan ke keselamatan”, tetapi Alkitab mengatakan, tidak satu pun jalan itu menghantar sampai ke keselamatan itu. Banyak agama itu menjadi “elusan indah” bagi penganut-penganutnya, tetapi akhirnya ternyata semua merupakan kesia-siaan.

4.       Sebenarnya mengapa TUHAN mau pusing kepala dengan manusia yang selalu bersifat berseteru dengan DIA? Apa untungnya bagi TUHAN? Sebenarnya TUHAN mencampuri hidup manusia, bukan karena ingin mencari keuntungan pribadinya, tetapi karena didorong rasa belas kasihan-Nya kepada manusia ciptaan-Nya itu. Hanya itu alasannya. Rasa belas kasihan itu mendorong TUHAN membangun suatu jalan menuju keselamatan bagi seluruh umat manusia. Itulah yang dapat dibaca dalam Kitab Suci Alkitab. Tanpa mengetahui itu, tidak mungkin memahami apa yang dikatakan Paulus dalam perikop khotbah ini. TUHAN tidak rela manusia yang dicipta-Nya selalu menuju kesia-siaan. Hidup manusia harus penuh berkah dan dapat menikmati kehidupan di Eden dulu, di bumi dan di sorga. Kehidupan Edeni itu adalah kehidupan yang luar biasa indahnya, bahagianya, adil-sejahteranya, majunya, akrabnya (karibnya) sesama ciptaan dan juga dengan TUHAN. Untuk itulah TUHAN memilih umat-Nya. TUHAN menegakkan keagamaan yang menyelamatkan di tengah umat pilihan-Nya, tetapi keagamaan mereka jatuh lagi kepada keagamaan yang sia-sia. Pemberian korban kepada TUHAN menjadi komersialisasi ibadah di Bait Allah. TUHAN menyuruh para nabi-Nya untuk menuntun mereka ke kehidupan Eden yang telah hilang itu, tetapi umat-Nya lebih mencintai nabi-nabi palsu. Agar nabi-nabi palsu mendapat bayaran, mereka mengembangkan teologi hukum-hukum, teologi “kau beri maka saya beri”. Akhirnya agama Perjanjian Lama itu menjadi agama amal dan jasa. Korban di Bait Allah tidak lagi menghapus dosa, tetapi menambah dosa. Perbuatan itu menyenangkan bagi manusia, tetapi sudah menjadi jenis perseteruan baru antara TUHAN dan umat-Nya. Rencana TUHAN menunjukkan  jalan keselamatan kepada semua bangsa-bangsa di dunia melalui umat-Nya menjadi sirna. Agama Israel menjadi agama suku, agama sebangsa, dan tidak mau menjadi agama seluruh umat manusia. TUHAN kembali kasihan melihat manusia. Dia membentangkan lagi satu jalan keselamatan, sebagai jalan terakhir bagi manusia, apabila ingin menikmati kehidupan edeni dan keselamatan. Jalan itu yang ditemukan pengikut Yesus dalam apa yang dikerjakan TUHAN dalam diri Yesus Kristus. Mereka bersaksi: Yoh.3:16; Flp. 2:5-9.Dan seterusnya. Kesaksian itu harus berlanjut terus, hingga semua lidah mengaku, bahwa supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp.2:10-11). Itu keuntungan besar bagi umat manusia. Agama tidak lagi melelahkan manusia.

5.       Untuk itu perseteruan antara TUHAN dan manusia harus dihentikan. Perdamaian TUHAN dan manusia sudah dikerjakan dalam kehidupan Yesus Kristus (yakni dalam kelahiran, pekerjaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya serta pemerintahan-Nya sepanjang masa).Perdamaian ini harus dilestarikan. Demi perdamaian itu, TUHAN telah menghilangkan segala kepentingan-Nya dan mendahulukan segala kepentingan manusia. TUHAN menghapus segala bentuk korban yang pernah diminta-Nya agar dilaksanakan di bait Allah demi keselamatan manusia. Gantinya, TUHAN sendiri membuat Anak-Nya yang Tunggal menjadi korban keselamatan, sekali untuk semua dan untuk selamanya. TUHAN menempuh “jalan kebodohan” (dari sudut pandang TUHAN), yang tidak masuk di akal ratio-keagamaan, dan ratio manusia,  untuk memberi jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. TUHAN ingin agar semua manusia, tanpa kecuali, berjalan di jalan keselamatan ini.

6.       Karena sifat manusia yang selalu ingin berseteru, dan tidak mau menanggalkan paradigma keagamaannya yang lama dan sudah usang dan berkarat, manusia menolak berdamai dengan TUHAN. Seperti Korea Selatan yang selalu merasa enak kalau terus menerus berseteru dengan Korea Selatan, dan menolak perdamaian, walaupun ada tawaran perdamaian tanpa syarat. Manusia menggugat tawaran keselamatan yang diberikan TUHAN dalam Yesus Kristus. Paulus  menjadi contoh utama orang yang menggugat kebenaran “jalan keselamatan” dalam Yesus sebelum dia bertobat (sewaktu dia bernama Saulus), dan juga menjadi contoh orang yang benar-benar menikmati “jalan keselamatan” itu setelah dia bertobat. Paulus pernah menilai Yesus Kristus  menurut ukuran manusia, dan para pengikut Yesus dia nilai sebagai orang-orang yang berjalan di jalan kesesatan. Alasan utamanya adalah paradigma keagamaannya dan kebenaran yang dianutnya berdasarkan pemahaman Yahudi di zamannya. Waktu itu baginya, Yesus itu seorang manusia “gila”, pelanggar hukum-hukum Allah dan yang mengajak orang Yahudi tidak mematuhi hukum-hukum keagamaan Yahudi. Dia tidak mampu menangkap “paradigma baru” dan pemahaman baru tentang isi PL dalam Yesus Kristus. Dia bercokong dalam “manusia lama”-nya. Barulah peristiwa yang dialaminya di jalan ke Damaskus mengubah dirinya, dan mengubah paradigmanya menjadi paradigma baru, dan pemahamannya tentang PL menjadi sama sekali baru.  Sampai sekarang memang masih banyak manusia seperti Saulus (sebelum menjadi Paulus) mengukur Yesus Kristus itu menurut ukuran manusia. Mereka mengakui Yesus sebagai Isa al-Masih, yang lahir dari Roh Kudus (dalam pengertian mereka Roh Kudus itu malaikat Jibril), dan semuanya konteks pemahaman mereka memakai ukuran manusia. Mereka menuduh umat Kristen terlalu “berlebihan”, kalau umat Kristen mengaku Yesus itu Tuhan dan Anak Allah.  Ketidak mauan mereka melihat dan mengenal Yesus menurut ukuran Allah, menghambat mereka ikut dalam perdamaian dengan Allah yang telah dibawa oleh Yesus Kristus.

7.       Setelah Paulus tidak lagi menilai Yesus menurut ukuran manusia, tetapi menurut ukuran Tuhan, Paulus mengalami perdamaian dengan TUHAN. Dia menjadi manusia baru, teolog baru, orang Yahudi baru, dan pembela kebenaran TUHAN yang dikenalnya secara baru di dalam Perjanjian Lama. Pengenalan baru itu mendorong Paulus menjadi seperti mata air yang tidak kering-kering mengalirkan berita keselamatan yang dia alami dan dia mengerti secara baru itu kepada sebanyak mungkin orang dan terus menerus memperdalamnya kepada jemaat-jemaat Kristen. Sebenarnya kalau manusia sekarang yang mengaku Yesus itu al-Masih (Kristus), mau melihat atau mengenal Yesus dari ukuran Tuhan, mereka tidak akan mengalami kesulitan melihat perdamaian Allah dan manusia dan jalan  keselamatan yang telah disediakan TUHAN juga bagi mereka. Langkah untuk bisa mengenal Yesus tidak menurut ukuran manusia, sebenarnya tidak sulit. Asal mereka mau belajar mengenal manusia tidak hanya menurut ukuran manusia saja, melainkan juga menurut ukuran TUHAN (seperti dilakukan Paulus, 2 Kor.5:16), maka mereka akan akan dengan mudahmelihat bahwa Yesus itu menjadi Juruselamat, Anak Allah, Tuhan dan Kristus bukan karena manusia yang mengatakan demikian, melainkan TUHAN sendiri yang memperkenalkan Yesus seperti itu. Salah satu ciri khas orang yang melihat Yesus Kristus hanya dari ukuran manusia adalah: penyangkalan demi penyangkalan terhadap apa yang dilakukan TUHAN terhadap dan dalam Yesus Kristus. Penyangkalan-penyangkalan kerja Allah dalam diri Yesus Kristus adalah ungkapan dari  paradigma lama, dan sebagai pertanda bahwa penyangkal itu masih “ciptaan lama”.

8.       Tepat yang dikatakan Paulus, siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (kaine ktisis; nova creatura; bukan neos ktisis). Kaine ktisis adalah ciptaan yang mutunya betul-betul baru karena diperbaharui.  Neos ktisis adalah ciptaan yang sebelumnya belum ada tetapi sekarang ada, dan belum tentu mutunya baik (ciptaan baru dibuat). Pernah bagian dalam satu laptop masih program windows pertama. Mau dimasukkanlah ke dalamnya program-program yang cocok untuk windows 10. Lalu dalam layar selalu muncul peringatan: Program windows sdr sudah out of date. Kemudian laptop itu dibawa ke bengkel, dan ahlinya mengatakan, semua peralatan yang di dalam lapto itu harus diganti dengan yang baru. Pemilik laptop menyetujui, sehingga semua bagian dalam laptop itu dibuat yang sama sekali baru. Setelah itu semuanya oke. Memang kesing lapto itu masih yang lama, tetapi semua bagian dalamnya sudah sama sekali baru. Orang yang menerima Kristus sebagai bagian dalam batin, hati, otak, pikiran, semua bagian dalam diri orang itu akan sama sekali baru, walaupun kesingnya masih tampak yang lama. Semua bagian-bagian yang lama, yakni yang selama ini masih menyangkal/menolak ke-Tuhan-nan Yesus, ke-Juruselamat-an Yesus, ke-Anak-Allaha-an Yesus, dibuang, dan diganti dengan hal-hal yang dapat menerima hal-hal itu. Memang yang menyambut Kristus  ke dalam “diri”-nya seutuhnya, ke dalamnya yang baru sudah datang. Jalan keselamatan tidak lagi karena amal-jasa dan perbuatan baik, melainkan hanya karena iman, hanya karena anugerah, dan hanya karena Kristus. Perseteruan antara TUHAN dan diri orang itu dihentikan  dan perdamaian pada keduanya ditegakkan. Manusia yang berdamai dengan TUHAN, akan mengalami hidup yang paling indah, karena damai dengan Allah  itu akan dilanjuti dengan damai dengan diri sendiri, damai dengan sesama, damai dengan lingkungan.

9.       Lihatlah, laptop yang semua onderdil di dalamnya telah baru, apabila dialiri dengan arus listrik yang pas, akan dapat berfungsi untuk penyelesaian pekerjaan-pekerjaan canggih dan cepat. Manusia yang sudah menjadi ciptaan baru juga harus hidup, dialiri nafas iman yang benar, dan dapat digunakan TUHAN untuk mengerjakan hal-hal yang canggih, luarbiasa, cepat dan berhasil-guna. Sedangkan robot yang merupakan ciptaan baru pasti bekerja lebih mantap di banding robot sejenisnya yang masih merupakan ciptaan lama.  Apalagi lah manusia yang sudah menjadi ciptaan baru, pastilah harus lebih mantap dari pada manusia yang masih berupa ciptaan lama. Manusia ciptaan baru itu lebih mantap berilmu, berketerampilan, berbudaya, beradat, berekonomi, berlingkungan, berideologi, bernegara, berbangsa, bermasyarakat, berusaha, bergaul, bersosial, beragama, berteknik, berstrategi, berdaya tahan, lebih tahan banting, dan lebih mantap lagi dalam banyak hal yang baik lainnya.  Kemantapan-kemantapan itu tentu saja harus terus-menerus diarahkan dalam rangka menciptakan damai sejahtera, perdamaian di bumi dan di sorga, melestarikan perdamaian manusia dengan TUHAN. Manusia ciptaan baru itu menjadli alat-alat atau pelayan-pelayan pendamaian, agar yang berseteru berdamai, yang berdamai menjadi sejahtera. Kunci sukses para pelayan pendamaian  dalam pelayanan mereka adalah menggunakan kunci yang telah diberikan TUHAN kepada mereka. Kepada setiap pelayan pendamaian berlaku firman ini: “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."(Matius  16:19).  Kata kunci adalah seperti Allah perbuat: “Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”. Inilah  berita kesukaan yang terus menerus harus dikumandangkan setiap pelayan pendamaian dan pelayanannya. Kepada Paulus dan kepada setiap pengikut Yesus zaman sekarang dipercayakan tugas pelayanan pendamaian dan berita pendamaian itu.

10.   Tugas para ciptaan baru sebagai pelayan pendamaian dan pemberita pendamaian mencakup: (1)  membangun dan memelihara kerukunan intern dan antar umat beragama di daerah di mana berada.  (2) membangun dan memelihara kerukunan dan kerjasama yang baik antara umat TUHAN dengan pemerintah di desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan di negara, dan di berbagai bidang kerja yang sedang dilaksanakan. (3) membangun dan memelihara kerukunan antar etnis, budaya dan peradatan antar suku/etnis yang beraneka ragam bahasa, budaya dan peradatan. (4) terus menggali potensi-potensi yang dapat digunakan untuk perdamaian yang langgeng di kalangan sesama manusia dan antara TUHAN dan manusia. (5) Menginventariser segala hal yang bisa merusak perdamaian dan kedamaian, sehingga para pelayan pendamaian dapat segera mengatasi kalau terjadi ketidak damaian. (6) sebagai pemberita pendamaian dan perdamaian, para pelayan pendamaian terus menerus mendidik umat manusia di sekitarnya agar tidak melakukan provokasi-provokasi yang merusak perdamaian, dan agar tidak mudah terprovokasi oleh isu yang ingin menabrakkan antar kepentingan di tengah masyarakat. (7) Menggunakan  i-pol-ek-sos-bud-ag-i-p-tek-ling (ideologi, politik, ekonomi, budaya, agama, ilmu, pengetahuan, teknologi, lingkungan) menggalang terpeliharanya perdamaian dan kedamaian. (8) mengusahakan semaksimal agar tidak ada lagi di daerah manusia ciptaan baru hal-hal yang membuat TUHAN murka dan berseteru lagi dengan manusia (misalnya: segala jenis penyakit masyarakat: judi, korupsi, prostitusi, miras, dll.). Tugas-tugas inilah yang membuat para pengikut Yesus Kristus, ciptaan baru yang ditetapkan menjadi pelayan pendamaian, bersukacita dan bersorak-sorak (letare), sebab kepada mereka diembankan tugas-tugas mulia.

11.   Bagi orang Yahudi, orang Yunani, bangsa-bangsa lainnya, yang telah Kristen dan yang belum Kristen, berlaku apa yang dikatakan Paulus sebagai kebenaran: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (ay.21). Pembenaran oleh Allah terhadap kita membuat adanya perdamaian antara kita dengan Allah. Bukan amal, jasa dan perbuatan baik manusia membuat  manusia berdamai dengan Allah. Allah telah memasang paradigma baru demi perdamaian itu. Dia tidak mau lagi bercokol sebagai Allah yang kejam dan cemburu. Manusia juga harus mengubah paradigmanya menjadi baru, yakni menyambut tangan TUHAN yang terulur untuk menolong dan memberkati.  Manusia jangan lagi sok jagoan (dengan segala macam kesalehan agamisnya) di hadapan Allah. Seruan ini saja yang perlu dimaui: “Berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Jangan seperti GAM dengan paradigma lamanya, sehingga lama sekali baru mau berdamai. Janganlah setelah terjadi bencana yang luar biasa, baru mau didamaikan dengan TUHAN. Yang bercokol tak mau didamaikan dengan TUHAN pasti selalu diikuti kutuk dari TUHAN. Tetapi yang mau cepat-cepat didamaikan dengan TUHAN akan menjadi berkat, dan keturunan-keturunannya pun akan diberkati dan  menjadi  bagi bangsa-bangsa.

12.   Selaku pengikut Yesus Kristus, mari terus melihat sesama manusia kita tidak hanya dari satu dimensi saja (yakni hanya dimensi kemanusiaan) tetapi juga dari dimensi pekerjaan TUHAN yang ada dalam diri manusia itu. Belajar dari mengenal sesama, dan diyakinkan oleh Injil, mari mengenal Yesus bukan hanya dari segi kemanusiaannya saja, melainkan terutama dari dimensi pekerjaan TUHAN yang nyata dan dinyatakan melalui Dia. Dalam Yesus Kristus telah diwujudkan perdamaian manusia dengan TUHAN, dan dalam hal ini dosa-dosa manusia telah diampuni, sehingga oleh karenanya setiap orang yang menyambut Yesus Kristus dari sudut pandang TUHAN, menjadi ciptaan baru. Kita selaku manusia ciptaan baru, diberikan tugas yang sangat mulia, yakni menjadi pelayan pendamaian dan berita perdamaian yang dikerjakan TUHAN. Karena tugas mulia itulah kita bersukacita dan bersorak-sorak. Semua manusia ciptaan baru bekerja agar seluruh umat manusia yang ada di bumi sekarang mau didamaikan dengan TUHAN, sehingga malapetaka  dan bencana kemanusiaan terhindarkan. TUHAN memberkati semua yang telah menjadi manusia ciptaan baru dan ditetapkan sebagai pelayan pendamaian dan berita pendamaian itu. Diberkatilah dia dan semua keturunannya.
Pematangsiantar, 6 Pebruari 2016
Pdt. Langsung Maruli Sitorus (Pdt. LaMBaS).