MINGGU LETARE TGL 6 MARET 2016, EVANGELIUM : 2 KORINTUS 5 : 16 – 21
2 KORINTUS
5:16 Sebab
itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika
kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi
menilai-Nya demikian.
5:17 Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
5:18 Dan
semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita
dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada
kami.
5:19 Sebab
Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian
itu kepada kami.
5:20 Jadi
kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan
perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu
didamaikan dengan Allah.
5:21 Dia
yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya
dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
HIDUP DI DALAM KRISTUS
SEBAGAI CIPTAAN BARU
MANGOLU DI BAGASAN KRISTUS BOTULBOTUL NATINOMPA NAIMBARU
1.
Perikop ini merupakan bagian dari penjelasan
Paulus tentang perlunya perdamaian dan Pelayanan
untuk Pendamaian. Ayat yang sering dipandang menonjol dalam perikop ini adalah
ayat 17, yang mengatakan: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah
ciptaan baru....” Tetapi sebenarnya lebih sangat penting lagi, anjuran dalam
perikop ini: “... berilah dirimu didamaikan dengan Allah!” (ay. 20b). Memang apakah perlu perdamaian dan ada pelayanan untuk pendamaian? Sangat
penting. Apa hubungannya dengan status sebagai ciptaan baru? Agar pihak-pihak
tidak lagi bercokol dalam paradigma lama. Berbicara tentang pelayanan
pendamaian, tidak lepas dari adanya perseteruan, di mana dua belah pihak mutlak
perlu didamaikan atau berdamai. Apa perseteruan manusia (kita) dengan TUHAN
rupanya? Selalu terjadi perebutan kekuasaan oleh manusia dan pemberontakan manusia terhadap TUHAN. Dalam
penghentian perseteruan ini, dan pewujudan perdamaian Allah dan manusia, harus
dihitung juga untung ruginya di antara pihak-pihak yang berseteru dan kemudian
didamaikan.
2.
Sewaktu Gerakan Aceh Merdeka masih belum mau
diajak ke meja perdamaian dengan NKRI, sering terjadi adu tembak atau perang antara
GAM dan Aparat keamanan RI. Aceh menjadi DOM di NKRI. Perseteruan GAM dengan RI
adalah keinginan Aceh merdeka dari Indonesia dan ketidakmauan Indonesia
memerdekakan Aceh. Hukum-hukum mana yang harus diterapkan di Aceh? GAM menuntut
agar Hukum Islam yang diberlakukan di Aceh, NKRI meminta agar Hukum Nasional
Indonesia diberlakukan di Aceh sama seperti di daerah-daerah lain. Banyak lagi
alasan-alasan perselisihan GAM dan NKRI. Akibat perselisihan itu, rakyat tidak
merasa aman, dan sering menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang bertempur. Akibatnya juga pembangunan tidak bisa berjalan.
Akhirnya perseteruan itu mempermiskin rakyat. Pemberontak dikendalikan dari
luar negeri. Aparat keamanan RI dikendalikan dari Ibukota. Perdamaian sangat
sulit dicapai, karena masing-masing pihak selalu bercokol pada paradigma lama
masing-masing. Tetapi sesudah ada sikap-sikap baru, perdamaian mulai dicari
dengan sungguh-sungguh. Untuk mencari perdamaian, delegasi Indonesia harus
pergi ke luar negeri. Mungkin juga ada hikmahnya terjadi tsunami di Aceh,
sehingga ada niat baik GAM untuk berdamai. Bila demikian halnya, iItu namanya
celaka membawa berkah. Berkat kepiawaian delegasi Indonesia dan pemerintah
Norwegia di Oslo, serta kemauan baik wakil-wakil GAM, dan semua pihak membuang
paradigma lama diganti dengan paradigma baru, terwujudlah perdamaian antara
pihak GAM dan NKRI. Para wakil-wakil itu bekerja sebagai pelayan pendamaian. Dengan
perdamaian itu, mantan GAM pun bisa menjadi gubernur di Aceh, rakyat lebih
merdeka sekarang membangun ekonominya. Tetapi masih banyak yang harus dibenahi,
terutama kebebasan hidup beragama dan menjalankan ibadah masing-masing umat
beragama masih harus diwujudkan di Aceh. Contoh Aceh ini menjadi bandingan
untuk perlunya perdamaian antara TUHAN dan manusia dan pentingnya ada pelayan
pendamaian untuk mewujudkan perdamaian itu.
3.
Agama yang tidak mengenal adanya perseteruan
manusia dengan TUHAN, pasti tidak berbicara tentang perdamaian allah
(sesembahan) mereka dengan mereka umatnya. Lain halnya dengan sikap TUHAN Allah
yang dipuja Israel dan beberapa agama lain terhadap manusia. Sejarah keagamaan
(terutama sejarah keagamaan Israel) menunjukkan bahwa memang TUHAN Allah
pencipta langit dan bumi itu sering berseteru dengan manusia, walaupun manusia
itu diciptakan-Nya menurut gambar dan rupa-Nya. Perseteruan itu terjadi setiap
kalikalau ada perbedaan kepentingan Allah dengan kepentingan manusia, atau dengan
kepentingan umat TUHAN sendiri. Perseteruan paling sengit terjadi apabila umat
TUHAN murtad dan pergi mengikut dewa/allah asing, selain menyembah TUHAN Allah.Dosa
manusia membuat terjadi perseteruan manusia dan TUHAN. Dosa terbesar adalah
perbuatan murtad dari hadapan/kehendak Allah. Bagi manusia/umat TUHAN pada dasarnya di hadapan TUHAN Allah tidak
ada kebebasan beragama atau kebebasan pindah jadi menganut agama lain atau
memuja Allah lain.Kecemburuan TUHAN menggerakkan diri-Nya untuk menghukum atau
memusnahkan manusia berdosa/murtad. Maka setiap kali terjadi perseteruan Allah
dan manusia, maka dibutuhkan perdamaian dan pelayan pendamaian, agar manusia
tidak dimusnahkan. Perseteruan itu terjadi sejak Hawa dan Adam jatuh ke dalam
dosa. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini; antara
keturunanmu dan keturunannya,...”, demikian TUHAN kepada ular itu. Apabila
keturunan Adam mengikut “ular”, maka permusuhan manusia kepada ular beralih menjadi
kepada Allah. Dosa membuat manusia
terusir dari Taman Eden, dan jalan ke “pohon kehidupan” ditutup rapat. Manusia menjadi
sangat menderita dalam kehidupannya, lalu manusia mencari jalan “selamat” dari
penderitaannya. Timbullah agama-agama
dan pemujaan allah-allah asingyang dianggap menawarkan jalan keselamatan”.
Manusia ingin merdeka dari TUHAN Allah
yang menciptanya, tetapi keinginan itu membuat perseteruan terhadap TUHAN
semakin seru. Memang manusia sudah mencoba membuat “beribu-ribu jalan ke
keselamatan”, tetapi Alkitab mengatakan, tidak satu pun jalan itu menghantar sampai
ke keselamatan itu. Banyak agama itu menjadi “elusan indah” bagi
penganut-penganutnya, tetapi akhirnya ternyata semua merupakan kesia-siaan.
4.
Sebenarnya mengapa TUHAN mau pusing kepala
dengan manusia yang selalu bersifat berseteru dengan DIA? Apa untungnya bagi
TUHAN? Sebenarnya TUHAN mencampuri hidup manusia, bukan karena ingin mencari
keuntungan pribadinya, tetapi karena didorong rasa belas kasihan-Nya kepada
manusia ciptaan-Nya itu. Hanya itu alasannya. Rasa belas kasihan itu mendorong
TUHAN membangun suatu jalan menuju keselamatan bagi seluruh umat manusia.
Itulah yang dapat dibaca dalam Kitab Suci Alkitab. Tanpa mengetahui itu, tidak
mungkin memahami apa yang dikatakan Paulus dalam perikop khotbah ini. TUHAN
tidak rela manusia yang dicipta-Nya selalu menuju kesia-siaan. Hidup manusia
harus penuh berkah dan dapat menikmati kehidupan di Eden dulu, di bumi dan di
sorga. Kehidupan Edeni itu adalah kehidupan yang luar biasa indahnya,
bahagianya, adil-sejahteranya, majunya, akrabnya (karibnya) sesama ciptaan dan
juga dengan TUHAN. Untuk itulah TUHAN memilih umat-Nya. TUHAN menegakkan
keagamaan yang menyelamatkan di tengah umat pilihan-Nya, tetapi keagamaan
mereka jatuh lagi kepada keagamaan yang sia-sia. Pemberian korban kepada TUHAN
menjadi komersialisasi ibadah di Bait Allah. TUHAN menyuruh para nabi-Nya untuk
menuntun mereka ke kehidupan Eden yang telah hilang itu, tetapi umat-Nya lebih
mencintai nabi-nabi palsu. Agar nabi-nabi palsu mendapat bayaran, mereka
mengembangkan teologi hukum-hukum, teologi “kau beri maka saya beri”. Akhirnya
agama Perjanjian Lama itu menjadi agama amal dan jasa. Korban di Bait Allah
tidak lagi menghapus dosa, tetapi menambah dosa. Perbuatan itu menyenangkan
bagi manusia, tetapi sudah menjadi jenis perseteruan baru antara TUHAN dan
umat-Nya. Rencana TUHAN menunjukkan
jalan keselamatan kepada semua bangsa-bangsa di dunia melalui umat-Nya
menjadi sirna. Agama Israel menjadi agama suku, agama sebangsa, dan tidak mau
menjadi agama seluruh umat manusia. TUHAN kembali kasihan melihat manusia. Dia
membentangkan lagi satu jalan keselamatan, sebagai jalan terakhir bagi manusia,
apabila ingin menikmati kehidupan edeni dan keselamatan. Jalan itu yang
ditemukan pengikut Yesus dalam apa yang dikerjakan TUHAN dalam diri Yesus Kristus.
Mereka bersaksi: Yoh.3:16; Flp. 2:5-9.Dan seterusnya. Kesaksian itu harus
berlanjut terus, hingga semua lidah mengaku, bahwa supaya dalam nama Yesus
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan segala
lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
(Flp.2:10-11). Itu keuntungan besar bagi umat manusia. Agama tidak lagi
melelahkan manusia.
5.
Untuk itu perseteruan antara TUHAN dan manusia
harus dihentikan. Perdamaian TUHAN dan manusia sudah dikerjakan dalam kehidupan
Yesus Kristus (yakni dalam kelahiran, pekerjaan, kematian, kebangkitan dan
kenaikan-Nya serta pemerintahan-Nya sepanjang masa).Perdamaian ini harus
dilestarikan. Demi perdamaian itu, TUHAN telah menghilangkan segala
kepentingan-Nya dan mendahulukan segala kepentingan manusia. TUHAN menghapus
segala bentuk korban yang pernah diminta-Nya agar dilaksanakan di bait Allah
demi keselamatan manusia. Gantinya, TUHAN sendiri membuat Anak-Nya yang Tunggal
menjadi korban keselamatan, sekali untuk semua dan untuk selamanya. TUHAN
menempuh “jalan kebodohan” (dari sudut pandang TUHAN), yang tidak masuk di akal
ratio-keagamaan, dan ratio manusia, untuk memberi jalan keselamatan bagi seluruh
umat manusia. TUHAN ingin agar semua manusia, tanpa kecuali, berjalan di jalan
keselamatan ini.
6.
Karena sifat manusia yang selalu ingin
berseteru, dan tidak mau menanggalkan paradigma keagamaannya yang lama dan
sudah usang dan berkarat, manusia menolak berdamai dengan TUHAN. Seperti Korea
Selatan yang selalu merasa enak kalau terus menerus berseteru dengan Korea
Selatan, dan menolak perdamaian, walaupun ada tawaran perdamaian tanpa syarat. Manusia
menggugat tawaran keselamatan yang diberikan TUHAN dalam Yesus Kristus. Paulus menjadi contoh utama orang yang menggugat
kebenaran “jalan keselamatan” dalam Yesus sebelum dia bertobat (sewaktu dia
bernama Saulus), dan juga menjadi contoh orang yang benar-benar menikmati
“jalan keselamatan” itu setelah dia bertobat. Paulus pernah menilai Yesus
Kristus menurut ukuran manusia, dan para
pengikut Yesus dia nilai sebagai orang-orang yang berjalan di jalan kesesatan.
Alasan utamanya adalah paradigma keagamaannya dan kebenaran yang dianutnya
berdasarkan pemahaman Yahudi di zamannya. Waktu itu baginya, Yesus itu seorang
manusia “gila”, pelanggar hukum-hukum Allah dan yang mengajak orang Yahudi
tidak mematuhi hukum-hukum keagamaan Yahudi. Dia tidak mampu menangkap
“paradigma baru” dan pemahaman baru tentang isi PL dalam Yesus Kristus. Dia
bercokong dalam “manusia lama”-nya. Barulah peristiwa yang dialaminya di jalan
ke Damaskus mengubah dirinya, dan mengubah paradigmanya menjadi paradigma baru,
dan pemahamannya tentang PL menjadi sama sekali baru. Sampai sekarang memang masih banyak manusia
seperti Saulus (sebelum menjadi Paulus) mengukur Yesus Kristus itu menurut
ukuran manusia. Mereka mengakui Yesus sebagai Isa al-Masih, yang lahir dari Roh
Kudus (dalam pengertian mereka Roh Kudus itu malaikat Jibril), dan semuanya
konteks pemahaman mereka memakai ukuran manusia. Mereka menuduh umat Kristen
terlalu “berlebihan”, kalau umat Kristen mengaku Yesus itu Tuhan dan Anak
Allah. Ketidak mauan mereka melihat dan
mengenal Yesus menurut ukuran Allah, menghambat mereka ikut dalam perdamaian
dengan Allah yang telah dibawa oleh Yesus Kristus.
7.
Setelah Paulus tidak lagi menilai Yesus menurut
ukuran manusia, tetapi menurut ukuran Tuhan, Paulus mengalami perdamaian dengan
TUHAN. Dia menjadi manusia baru, teolog baru, orang Yahudi baru, dan pembela
kebenaran TUHAN yang dikenalnya secara baru di dalam Perjanjian Lama.
Pengenalan baru itu mendorong Paulus menjadi seperti mata air yang tidak
kering-kering mengalirkan berita keselamatan yang dia alami dan dia mengerti
secara baru itu kepada sebanyak mungkin orang dan terus menerus memperdalamnya
kepada jemaat-jemaat Kristen. Sebenarnya kalau manusia sekarang yang mengaku
Yesus itu al-Masih (Kristus), mau melihat atau mengenal Yesus dari ukuran
Tuhan, mereka tidak akan mengalami kesulitan melihat perdamaian Allah dan
manusia dan jalan keselamatan yang telah
disediakan TUHAN juga bagi mereka. Langkah untuk bisa mengenal Yesus tidak
menurut ukuran manusia, sebenarnya tidak sulit. Asal mereka mau belajar
mengenal manusia tidak hanya menurut ukuran manusia saja, melainkan juga
menurut ukuran TUHAN (seperti dilakukan Paulus, 2 Kor.5:16), maka mereka akan akan
dengan mudahmelihat bahwa Yesus itu menjadi Juruselamat, Anak Allah, Tuhan dan
Kristus bukan karena manusia yang mengatakan demikian, melainkan TUHAN sendiri
yang memperkenalkan Yesus seperti itu. Salah satu ciri khas orang yang melihat
Yesus Kristus hanya dari ukuran manusia adalah: penyangkalan demi penyangkalan
terhadap apa yang dilakukan TUHAN terhadap dan dalam Yesus Kristus.
Penyangkalan-penyangkalan kerja Allah dalam diri Yesus Kristus adalah ungkapan
dari paradigma lama, dan sebagai
pertanda bahwa penyangkal itu masih “ciptaan lama”.
8.
Tepat yang dikatakan Paulus, siapa yang ada
dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (kaine
ktisis; nova creatura; bukan neos ktisis). Kaine ktisis adalah ciptaan yang mutunya betul-betul baru karena
diperbaharui. Neos ktisis adalah ciptaan
yang sebelumnya belum ada tetapi sekarang ada, dan belum tentu mutunya baik
(ciptaan baru dibuat). Pernah bagian dalam satu laptop masih program windows
pertama. Mau dimasukkanlah ke dalamnya program-program yang cocok untuk windows
10. Lalu dalam layar selalu muncul peringatan: Program windows sdr sudah out of date. Kemudian laptop itu dibawa
ke bengkel, dan ahlinya mengatakan, semua peralatan yang di dalam lapto itu
harus diganti dengan yang baru. Pemilik laptop menyetujui, sehingga semua
bagian dalam laptop itu dibuat yang sama sekali baru. Setelah itu semuanya oke.
Memang kesing lapto itu masih yang lama, tetapi semua bagian dalamnya sudah
sama sekali baru. Orang yang menerima Kristus sebagai bagian dalam batin, hati,
otak, pikiran, semua bagian dalam diri orang itu akan sama sekali baru, walaupun
kesingnya masih tampak yang lama. Semua bagian-bagian yang lama, yakni yang
selama ini masih menyangkal/menolak ke-Tuhan-nan Yesus, ke-Juruselamat-an
Yesus, ke-Anak-Allaha-an Yesus, dibuang, dan diganti dengan hal-hal yang dapat
menerima hal-hal itu. Memang yang menyambut Kristus ke dalam “diri”-nya seutuhnya, ke dalamnya
yang baru sudah datang. Jalan keselamatan tidak lagi karena amal-jasa dan
perbuatan baik, melainkan hanya karena iman, hanya karena anugerah, dan hanya
karena Kristus. Perseteruan antara TUHAN dan diri orang itu dihentikan dan perdamaian pada keduanya ditegakkan. Manusia
yang berdamai dengan TUHAN, akan mengalami hidup yang paling indah, karena
damai dengan Allah itu akan dilanjuti
dengan damai dengan diri sendiri, damai dengan sesama, damai dengan lingkungan.
9.
Lihatlah, laptop yang semua onderdil di dalamnya
telah baru, apabila dialiri dengan arus listrik yang pas, akan dapat berfungsi
untuk penyelesaian pekerjaan-pekerjaan canggih dan cepat. Manusia yang sudah
menjadi ciptaan baru juga harus hidup, dialiri nafas iman yang benar, dan dapat
digunakan TUHAN untuk mengerjakan hal-hal yang canggih, luarbiasa, cepat dan
berhasil-guna. Sedangkan robot yang merupakan ciptaan baru pasti bekerja lebih
mantap di banding robot sejenisnya yang masih merupakan ciptaan lama. Apalagi lah manusia yang sudah menjadi
ciptaan baru, pastilah harus lebih mantap dari pada manusia yang masih berupa
ciptaan lama. Manusia ciptaan baru itu lebih
mantap berilmu, berketerampilan, berbudaya, beradat, berekonomi, berlingkungan,
berideologi, bernegara, berbangsa, bermasyarakat, berusaha, bergaul, bersosial,
beragama, berteknik, berstrategi, berdaya tahan, lebih tahan banting, dan lebih
mantap lagi dalam banyak hal yang baik lainnya.
Kemantapan-kemantapan itu tentu saja harus terus-menerus diarahkan dalam
rangka menciptakan damai sejahtera, perdamaian di bumi dan di sorga,
melestarikan perdamaian manusia dengan TUHAN. Manusia ciptaan baru itu menjadli
alat-alat atau pelayan-pelayan pendamaian, agar yang berseteru berdamai, yang
berdamai menjadi sejahtera. Kunci sukses para pelayan pendamaian dalam pelayanan mereka adalah menggunakan
kunci yang telah diberikan TUHAN kepada mereka. Kepada setiap pelayan
pendamaian berlaku firman ini: “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.
Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di
dunia ini akan terlepas di sorga."(Matius
16:19). Kata kunci adalah seperti
Allah perbuat: “Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan
tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”. Inilah berita kesukaan yang terus menerus harus
dikumandangkan setiap pelayan pendamaian dan pelayanannya. Kepada Paulus dan
kepada setiap pengikut Yesus zaman sekarang dipercayakan tugas pelayanan
pendamaian dan berita pendamaian itu.
10.
Tugas para ciptaan baru sebagai pelayan
pendamaian dan pemberita pendamaian mencakup: (1) membangun dan memelihara kerukunan intern dan
antar umat beragama di daerah di mana berada.
(2) membangun dan memelihara kerukunan dan kerjasama yang baik antara
umat TUHAN dengan pemerintah di desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan di
negara, dan di berbagai bidang kerja yang sedang dilaksanakan. (3) membangun
dan memelihara kerukunan antar etnis, budaya dan peradatan antar suku/etnis
yang beraneka ragam bahasa, budaya dan peradatan. (4) terus menggali
potensi-potensi yang dapat digunakan untuk perdamaian yang langgeng di kalangan
sesama manusia dan antara TUHAN dan manusia. (5) Menginventariser segala hal
yang bisa merusak perdamaian dan kedamaian, sehingga para pelayan pendamaian
dapat segera mengatasi kalau terjadi ketidak damaian. (6) sebagai pemberita
pendamaian dan perdamaian, para pelayan pendamaian terus menerus mendidik umat
manusia di sekitarnya agar tidak melakukan provokasi-provokasi yang merusak
perdamaian, dan agar tidak mudah terprovokasi oleh isu yang ingin menabrakkan
antar kepentingan di tengah masyarakat. (7) Menggunakan i-pol-ek-sos-bud-ag-i-p-tek-ling (ideologi,
politik, ekonomi, budaya, agama, ilmu, pengetahuan, teknologi, lingkungan)
menggalang terpeliharanya perdamaian dan kedamaian. (8) mengusahakan semaksimal
agar tidak ada lagi di daerah manusia ciptaan baru hal-hal yang membuat TUHAN
murka dan berseteru lagi dengan manusia (misalnya: segala jenis penyakit
masyarakat: judi, korupsi, prostitusi, miras, dll.). Tugas-tugas inilah yang
membuat para pengikut Yesus Kristus, ciptaan baru yang ditetapkan menjadi
pelayan pendamaian, bersukacita dan bersorak-sorak (letare), sebab kepada
mereka diembankan tugas-tugas mulia.
11.
Bagi orang Yahudi, orang Yunani, bangsa-bangsa
lainnya, yang telah Kristen dan yang belum Kristen, berlaku apa yang dikatakan
Paulus sebagai kebenaran: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
(ay.21). Pembenaran oleh Allah terhadap kita membuat adanya perdamaian antara
kita dengan Allah. Bukan amal, jasa dan perbuatan baik manusia membuat manusia berdamai dengan Allah. Allah telah
memasang paradigma baru demi perdamaian itu. Dia tidak mau lagi bercokol
sebagai Allah yang kejam dan cemburu. Manusia juga harus mengubah paradigmanya
menjadi baru, yakni menyambut tangan TUHAN yang terulur untuk menolong dan
memberkati. Manusia jangan lagi sok
jagoan (dengan segala macam kesalehan agamisnya) di hadapan Allah. Seruan ini
saja yang perlu dimaui: “Berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Jangan
seperti GAM dengan paradigma lamanya, sehingga lama sekali baru mau berdamai.
Janganlah setelah terjadi bencana yang luar biasa, baru mau didamaikan dengan
TUHAN. Yang bercokol tak mau didamaikan dengan TUHAN pasti selalu diikuti kutuk
dari TUHAN. Tetapi yang mau cepat-cepat didamaikan dengan TUHAN akan menjadi
berkat, dan keturunan-keturunannya pun akan diberkati dan menjadi
bagi bangsa-bangsa.
12.
Selaku pengikut Yesus Kristus, mari terus
melihat sesama manusia kita tidak hanya dari satu dimensi saja (yakni hanya
dimensi kemanusiaan) tetapi juga dari dimensi pekerjaan TUHAN yang ada dalam
diri manusia itu. Belajar dari mengenal sesama, dan diyakinkan oleh Injil, mari
mengenal Yesus bukan hanya dari segi kemanusiaannya saja, melainkan terutama
dari dimensi pekerjaan TUHAN yang nyata dan dinyatakan melalui Dia. Dalam Yesus
Kristus telah diwujudkan perdamaian manusia dengan TUHAN, dan dalam hal ini
dosa-dosa manusia telah diampuni, sehingga oleh karenanya setiap orang yang
menyambut Yesus Kristus dari sudut pandang TUHAN, menjadi ciptaan baru. Kita
selaku manusia ciptaan baru, diberikan tugas yang sangat mulia, yakni menjadi
pelayan pendamaian dan berita perdamaian yang dikerjakan TUHAN. Karena tugas
mulia itulah kita bersukacita dan bersorak-sorak. Semua manusia ciptaan baru
bekerja agar seluruh umat manusia yang ada di bumi sekarang mau didamaikan
dengan TUHAN, sehingga malapetaka dan
bencana kemanusiaan terhindarkan. TUHAN memberkati semua yang telah menjadi
manusia ciptaan baru dan ditetapkan sebagai pelayan pendamaian dan berita
pendamaian itu. Diberkatilah dia dan semua keturunannya.
Pematangsiantar,
6 Pebruari 2016
Pdt. Langsung Maruli
Sitorus (Pdt. LaMBaS).