MINGGU JUMAT AGUNG TGL 25 MARET 2016, EVANGELIUM: YOHANES 19:28 – 30

07.22.00 0 Comments A+ a-

YOHANES

19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!"
19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.
19:30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
ALLAH MENDAMAIKAN DUNIA DENGAN DIRINYA DI DALAM KRISTUS YESUS
YAHOWA MARDENGGAN DOHOT PORTIBI ALA NI KRISTUS YESUS
1.      Tema yang dibuat oleh penyusun Almanak ini adalah tema  peristiwa dan makna kematian Yesus Kristus di kayu salib di Golgatha, dan perikop khotbah ini merupakan bagian dari peristiwa itu.  Di saat-saat terakhir dari proses pendamaian diri Allah dengan dunia di dalam Yesus Kristus, Anak-Nya Yang Tunggal itu menyerukan: “Aku haus!”. Kehausan Yesus ketika masih tergantung di kayu salib menantikan reaksi manusia yang ingin turut dalam pendamaian dengan Allah. Setelah reaksi manusia itu dirasakan oleh Yesus, Dia bersuara nyaring mengatakan: “Sudah selesai!” Di salib itu Yesus menyelesaikan semuanya, yakni hutang tugas kepada Bapa-Nya yang mengutus Dia datang ke dunia, dan tugas penganugerahan keselamatan bagi dunia (berserta segala isinya). Setelah semuanya selesai, Yesus menundukkan kepala, dan menyerahkan nyawa (tondi)-Nya. Yesus tunduk kepada Allah Bapa yang mengurbankan-Nya ibarat korban keselamatan yang disembelih imam di Bait Allah, lalu Dia menyerahkan nyawa-Nya kepada siapa Dia menerimanya (yaitu kepada Allah Bapa). Dengan demikian Yesus mati, tetapi Allah Bapa memegang nyawa-Nya dan akan menggunakannya kembali sebagai hal yang dibutuhkan untuk kebangkitan Yesus pada hari yang ketiga sesuai dengan apa yang dikatakan Yesus. Secara garis besar, kabar baik Yoh.19:28-30 hendak mengatakan, bahwa 
    = TUHAN Allah mendamaikan dirinya dengan dunia dalam Yesus Kristus= Dalam hal ini:
-          Dia ingin umat manusia menyerahkan segala dosa dan puncak kejahatan mereka pada Yesus.
-          Dia ingin agar kepada tubuh-Nya di bumi diminumkan “air kehidupan” yang sudah disediakan Yesus.
-          Dia selesaikan segala sesuatunya yang berhubungan dengan “pemikulan dosa dunia”, “pengampunan dosa dunia” dan “penyediaan/penganugerahan keselamatan bagi dunia dan segala isinya”.
-          Demi keselamatan dunia, Yesus tunduk kepada tuntutan Hukum Taurat, dan nubuat para nabi dan orang percaya yang ditulis dalam Perjanjian Lama, tunduk kepada yang “mengurbankan”-Nya.
-          Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa-Nya agar digunakan kembali untuk kebangkitan-Nya, yang mengalahkan maut dan kuasa Iblis.

2.      Hampir setiap agama mengajarkan agar manusia mencari dan menemukan penyelesaian atau penghapusan atau pengampunan dosa manusia penganut agama yang bersangkutan. Ada yang menganjurkan agar setiap dosa yang dilakukan dibayar/diganti dengan amal saleh/perbuatan baik, termasuk dengan kerajinan beribadah, seraya memohon agar allah yang mereka sembah dan yang mahapenyayang dan mahapengasih itu berkenan memperhitungkan amal saleh/perbuatan baik/ibadahnya sebagai balance (penyeimbang) untuk perbuatan jahat/dosanya. Menurut mereka, beribadah di pusat keagamaan mereka satu kali selama hidup cukup untuk mengambil hati allah untuk berkenan menghitung ibadahnya itu sebagai balance untuk dosa-dosanya. Melakukan “ibadah ziarah” ke pusat keagamaan mereka juga dihitung sangat bernilai untuk balancing dosa dan perbuatan baik, atau membuat amal-saleh menjadi lebih banyak dari dosa yang dilakukan. Tujuannya agar nanti bisa lolos melewati jembatan “bertangga sangat tajam” menuju  sorga. Sekali tidak cukup perbuatan baik/amal saleh membalance dosa, maka orang tersebut jatuh ke neraka dari tangga tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah benar ada di sana penghapusan atau pengampunan dosa? Dosa kecil, dosa besar, tidak terbayar dengan amal saleh sebanyak empat kali besar bumi ini. Apalagi dosa itu kepada Allah? Apakah keyakinan seperti itu akan menjamin masuk sorga? Menurut mereka: Masuk. Menurut orang yang menyadari kelemahan manusia: Mana mungkin!
Ada juga agama mengajarkan, bahwa untuk mencari dan menemukan pengampunan dosa dari sesembahan (dewa-dewi) mereka, pelaku dosa dianjurkan memberi sesajen kepada dewa atau dewi, yang kepadanya orang tersebut bersalah. Seseorang berdosa, lalu dia mempersembahkan sesajen, dan kemudian  dia pulang dan mengatakan: “Dosaku telah diampuni!” Pertanyaan: Tahukah pemuja atau pedosa yang mohon pengampunan, bahwa sesajen yang dipersembahkannya itu menyenangkan hati dewa/dewi, sehingga dosa pemohon diampuni? Adakah jaminan di sana bahwa dosa diampuni? Begitu mudahkah dewa/dewinya diatur, sehingga dia sangat bermurah hati memberi pengampunan dosa?
Agama Israel menurut Perjanjian Lama juga mengajarkan bagaimana menyelesaikan persoalan dengan TUHAN (Yahowa) apabila manusia (orang Israel) jatuh ke dalam dosa atau berbuat kesalahan. Persoalan pengampunan dosa dan dampaknya dianggap sangat penting. Tanpa itu, bangsa Israel akan dimurkai bahkan bisa saja dimusnahkan oleh Yahowa dari muka bumi. Kitab Musa mengajarkan agar umat Israel membawa kurban penghapus dosa/kesalahan dan kurban keselamatan ke Bait Allah untuk dipersembahkan kepada Yahowa seraya memohon pengampunan  dosa, agar TUHAN Yahowa menghapus dosa/kesalahan dan memberi keselamatan. Ada 112 kali kurban penghapus dosa disebut-sebut dalam Perjanjian Lama (PL). Diaturkan dalam: Kel. 19:14.36; 30:10; Im. 4:1 – 5:13; 6:24-30; Bil. 7; Bil.29; kurban penghapus salah: Im. 5:14-19; 7:1-10. Ada 84 kali korban keselamatan dikatakan dalam PL, dan diaturkan dalam Im.7:11-21. Kurban-kurban ini sangat perlu dipersembahkan, karena begitu penting ada pengampunan dosa dan keselamatan bagi umat Israel. Tetapi banyaknya dosa yang timbul dalam penyampaian kurban penghapus dosa/ kesalahan dan kurban keselamatan, dan kurangnya konsistensi orang yang meminta pengampunan dosa/kesalahan setelah mempersembahkan kurban pengampunan dosa/kesalahan,  membuat Yahowa muak terhadap persembahan-persembahan itu, bahkan menolaknya (bd. Hos.6:6). Dan ternyata PL mengajarkan, bahwa bukan karena adanya persembahan itu maka dosa/kesalahan dihapus, dan keselamatan diperoleh. Karena Yahowa sendiri tidak dapat dipengaruhi dengan kurban-kurban itu, supaya DIA menghapus dosa/kesalahan, atau memberikan keselamatan. “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut (Mzm. 40:7). “Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya” (Mzm. 51:18). “Apakah gunanya bagi-Ku kamu bawa kemenyan dari Syeba dan tebu yang baik dari negeri yang jauh? Aku tidak berkenan kepada korban-korban bakaranmu dan korban-korban sembelihanmu tidak menyenangkan hati-Ku” (Yeremia 6:20). "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai” (Yes. 1:11). Hanya TUHAN Allah sendiri yang berinisiatif menghapus dosa/kesalahan manusia/umat-Nya dan menganugerahkan keselamatan kepada mereka, sehingga penghapusan dosa/kesalahan dan keselamatan itu benar-benar terjadi dan dapat dialami manusia/umat-Nya. Hal itu sangat sering diberitakan melalui janji pengampunan dosa di setiap minggu. “Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yes. 1:18).Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat." (Kel.34:6-7). “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!” (Yes.44:22). Inisiatif TUHAN Allah sendiri yang mendorong Diri-Nya “mengorbankan” Yang Dikasihi-Nya, demi keselamatan umat-Nya:  “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yes. 53:5-6). Inisiatif TUHAN inilah jalan pengampunan dosa/kesalahan yang sebenarnya, dan jalan manusia menerima keselamatan dari TUHAN.
Inisiatif TUHAN Allah itulah yang ditemukan oleh setiap orang dalam makna kehidupan, kematian, kebangkitan Yesus Kristus. Dengan demikian, manusia tinggal hanya mau menerima pengampunan dosa/kesalahan dan keselamatan yang disodorkan oleh TUHAN Allah, atau tidak. Ibadah, amal saleh, sesajen, kurban, tidak perlu untuk mencari pengampunan dosa/kesalahan dan keselamatan. Cukup saja pedosa mengatakan kepada TUHAN: “Ampunilah dosaku, berilah padaku keselamatan!” TUHAN pasti sudah menjawab: “Terimalah pengampunan dosa/kesalahan dan keselamatan yang telah Ku-sediakan untukmu!” Pendosa cukup mengatakan dengan segenap hati dan iman: “Aku terima pengampunan dosa/kesalahanku dan keselamatanku dari-Mu, ya TUHAN!” Pengampunan dosa/kesalahan dan keselamatan itu pasti termeterai dalam diri orang yang memohon dan menerima tersebut.
Mengingat bahwa manusia tidak bisa lepas dari keberdosaan dan persoalan-persoalan karena dosanya itu harus diselesaikan, maka pemberitaan tentang inisiatif TUHAN Allah membuat jalan penebusan manusia, pengampunan dosa/kesalahan manusia dan tentang anugerah keselamatan yang dari TUHAN Allah, masih relevan disampaikan di masa sekarang. Makna kabar baik dari Yoh.19:28-30, mengajak semua orang masa kini bagaimana menikmati pengampunan dosa dan keselamatan yang didambakan itu.
3.      Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa atau Anak Tunggal Allah  (demikian Yesus disebut menurut Injil Yohanes 1:14.18) atau Anak Allah (demikian dirinya disebut menurut Yesus sendiri, Yoh.10:36) dikurbankan oleh Allah sendiri dengan salib di Golgatha, dalam rangka inisiatif TUHAN Allah menyediakan penebusan manusia, pengampunan dosa/kesalahan dunia dan penganugerahan keselamatan bagi seluruh umat manusia (bd. Yoh.3:16). Siksaan, hinaan, dan semua bentuk kekejaman manusia telah dialami Yesus sejak DIA ditangkap hingga disalibkan. Puncak penderitaan itu adalah di saat-saat dia akan menghembuskan nafas terakhir-Nya  di salib itu. “Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp.2:8). Reaksi Yesus dari salib itu terlihat dari tujuh perkataan yang diucapkan-Nya dari salib itu. Tujuh ucapan Yesus dari salib itu, semuanya mengandung makna pengampunan. Dia memohon pengampunan terhadap orang yang menyalibkan-Nya. Penjahat yang di sebelah kanan-Nya bisa ke Firdaus karena dosanya diampuni. Hubungan Ibu dan anak pulih karena dosa mereka diampuni. Teriakan “mengapa Engkau meninggalkan Aku” (lama sabakhtani) adalah demi pengampunan dosa dunia, bahwa DIA sendiri memikul dosa dunia. Sewaktu Yesus haus dan diberi anggur asam, pertanda dosa pembuat kematian itu (disimbolkan anggur asam yang mematikan itu) ditimpakan kepada Yesus untuk diampuni. Yesus menyatakan “sudah selesai”, karena pengampunan dosa dunia sudah selesai Dia kerjakan. Penyerahan nyawa-Nya adalah untuk kebangkitan-Nya yang akan mengampuni. Ketujuh ucapan Yesus itu membawa orang yang mendengarkannya berkesimpulan bahwa dengan demikian terjadilah penganugerahan keselamatan bagi dunia.
4.      Aku haus!
Menurut Yohanes, sesudah tahap-tahap penderitaan-Nya di salib itu, dan sesudah Yesus memulihkan hubungan kemanusiaan seorang ibu dan seorang anak (Maria ibu Yesus dan Yohanes), dan karena Yesus sudah tahu bahwa segala sesuatunya telah selesai, DIA berkata: “Aku haus!” Ini keduakali Yesus minta “minum”.  Di dekat sumur Yakub di Sikhar, Yesus berkata kepada perempuan Samaria yang hendak mengambil air: “Berilah Aku minum!”. Kepada-Nya tidak jadi diberi air minum, tetapi Yesus mengajak perempuan Samaria itu meminta “Air hidup” dari Yesus. Air hidup itu membuat orang yang meminumnya tidak akan haus   selamanya, dan akan menjadi mata air dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal (bd. Yoh.4:14). Yesus tidak diberi minum, karena belum waktunya DIA meminum cawan itu. Dari Salib itu Yesus meneriakkan “Aku haus!” Dia tahu, bahwa sudah waktunya DIA meminum cawan kematian yang diminumkan Bapa-Nya kepada-Nya (bd. Mat.26:42). Mereka (para prajurit) segera bereaksi, dan mengambil bunga karang, mencelupkannya ke anggur asam dan membikinnya di dalam hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Para prajurit inilah para algojo, perpanjangan tangan Iblis untuk membunuh Yesus. Anggur asam (pembuat kematian segera datang) yang mereka minumkan adalah akumulasi dari semua dosa dunia yang ditimpakan kepada Yesus. Bukan kebetulan hisop yang biasa berperan di hari raya paskah, digunakan juga dalam penyembelihan domba paskah Allah yang tergantung di salib tersebut. Benar yang dikatakan Yohanes, bahwa peristiwa ini adalah penggenapan dari apa yang terttulis dalam Kitab Suci.
Kepada-Nya diminumkan anggur asam, air yang mematikan, tetapi jawaban dari Yesus adalah  mengalirkan dari tubuhnya “air hidup” / air kehidupan. Air hidup itu mengalir dari Yesus setelah lambung-Nya ditikam dengan tombak, lalu dari sana segera mengalir keluar darah dan air. Darah Yesus tertumpah, dan itu lebih bermakna dari darah domba paskah yang dicurahkan di Bait Allah, untuk membasuh dosa dunia. Air yang mengalir itu, adalah air hidup, yang barang siapa meminumnya tidak akan haus lagi selamanya.
Yesus yang hidup sekarang juga menyerukan “Aku haus!”, dalam arti bahwa huria-Nya yang adalah tubuh Kristus juga sedang haus, dan kiranya tubuh-Nya yang haus itu meminum air hidup yang mengalir dari lambung Yesus. Lihat, salah seorang  algojo/prajurit perpanjangan tangan Iblis itu menjadi orang yang pertama bertobat dan mengaku “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Mrk. 15:39). Berbahagialah manusia yang bertobat dan sempat minum dari air hidup yang mengalir dari Yesus. Air kehidupan/air hidup itu adalah Firman TUHAN yang tidak akan pernah kering sampai ke kekekalan. Umat TUHAN yang ada sekarang harus memperhatikan apakah air hidup itu masih mengalir dari dirinya, atau tidak lagi. Kalau air hidup itu tidak lagi mengalir dari diri seorang percaya, itu berarti dia sedang menanti baginya kematian kekal.
5.      Sudah selesai!
Yesus mengatakan “Sudah selesai”, sesudah Yesus meminum anggur asam itu, yang artinya setelah semua dosa dunia yang mematikan itu ditimpakan kepada DIA, dan DIA rela meminumnya. Semua proses penebusan dunia ini berjalan tanpa disadari oleh manusia yang dilibatkan dalam peristiwa tersebut. Hanya orang yang ingin diselamatkan, dapat memahaminya, dari sudut keagamaan dan dari imannya yang baru. Tetelestai (Sudah selesai) berarti sudah sampai kepada tujuan yang direncanakan, tidak satu hal pun yang terlalaikan; nubuat dalam PL digenapi; rancangan kesejahteraan dari TUHAN bagi manusia dibuat jadi kenyataan; kehendak Allah Bapa mengutus Anak-Nya Yang Tunggal ke dunia telah tercapai; tindakan menimpakan dosa dunia kepada-Nya terlaksana; niat jahat si Iblis juga terpenuhi; sengat kematian sempurna ditusukkan kepada Yesus;  penderitaan Yesus selesailah sampai di situ; kutuk karena dosa diakhiri, dan pengampunan dosa/kesalahan manusia dinyatakan; neraka jahannam ditutup bagi manusia; dan keselamatan bagi seluruh umat manusia disediakan; salib kematian berakhir diganti menjadi salib kehidupan atau salib kasih; murka Allah diselesaikan digantikan dengan kasih. Semua-semuanya sudah selesai dikerjakan atau dituntaskan dalam dan melalui Yesus Kristus. Misi Allah melalui Yesus Kristus di bumi telah tuntas selesai. Tugas berikut adalah di dalam dunia kematian/kerajaan maut, yakni: Mengalahkan maut/kematian. Agar setelah kebangkitan itu, semua orang yang dfiselamatkan dapat berteriak: Jo hamatean didia soropmi? (Hai, kematian, dimanakah sengatmu?). Tindakan TUHAN Allah dalam Yesus Kristus ini “terjadi sekali, dan berlaku untuk selamanya” (hapax poiemenon = which has been done once for all). Sekarang, manusia diajak untuk menyambut makna karya penebusan dan pengampunan dosa serta keselamatan yang dikerjakan TUHAN dalam Yesus Kristus. TUHAN Allah telah mau mendamaikan dirinya dengan dunia/manusia di dalam Yesus Kristus, sekarang manusia dihimbau: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah (Sai olo ma hamu padengganon tu Debata) (2 Kor. 5:20b).
6.      Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.Dalam Injil Lukas diberitahu, bahwa Yesus berseru dengan suara nyaring : “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan  nyawa-Ku!” (Luk.23:46b), sewaktu DIA menyerahkan nyawa-Nya. Dari itu jelas, kepada siapa Yesus menyerahkan nyawa (Batak Toba: tondi)-Nya. Hanya Yohanes yang memberitahu, bahwa Yesus menundukkan kepala-Nya sewaktu menyerahkan nyawa-Nya. Peristiwa itu dapat dipahami, bahwa Yesus bukan hanya secara badani tunduk kepala, tetapi DIA ingin mengekspresikan bahwa DIA tunduk kepada Bapa-Nya di sorga, yang mengurbankan diri-Nya sebagai “domba paskah” Allah yang menjadi keselamatan bagi dunia; DIA tunduk kepada Bapa-Nya yang dari semula merencanakan mengutus-Nya ke dunia, sehingga orang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (bd. Yoh,.3:16); DIA tunduk kepada apa rencana Bapa-Nya kemudian setelah misi-Nya selesai di dunia ini; DIA tunduk kepada apa yang akan diperbuat manusia lagi terhadap diri-Nya yang segera akan menghembuskan nafas terakhir. Tetapi DIA tidak tunduk kepada Iblis yang ingin mencabut  dan menguasai nyawa-Nya, sebab DIA tidak membiarkan nyawa-Nya dipegang oleh siapapun, kecuali oleh Bapa-Nya yang di sorga.
DIA menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah Bapa. Dengan demikian “nyawa” (Batak Toba: tondi; Yunani: pneuma; Latin: spiritum; Ibrani: rua), Yesus tidak menjadi begu (seperti dikatakan agama Batak Toba-kuno tentang roh orang mati); tidak pergi ke alam barzah (dunia kematian) (seperti dikatakan agama tetangga tentang roh orang mati); tidak gentayangan di bumi (seperti diyakini banyak orang Cina menurut agama kuno mereka tentang roh orang mati); tidak hilang begitu saja (nir-wana/tanpa warna) (seperti diajarkan agama lain tentang orang mati). Nyawa (Roh) Yesus jelas di mana setelah kematian-Nya di bumi, yakni di tangan Allah Bapa. Apakah dengan demikian Yesus benar-benar mati? Atau hanya badan-Nya mati, tetapi Roh-Nya hidup? Badan-Nya mati karena tidak lagi bernyawa. Roh-Nya mati karena tidak lagi berbadan. Dua-duanya mati tetapi tidak hilang. Semua berada dalam perlindungan kuasa TUHAN Allah. Dan TUHAN Allah dapat memfungsikannya kembali, sehingga badan itu hidup lagi karena dibuat lagi punya roh (nyawa) atau roh-Nya dikembalikan lagi, dan Roh-Nya itu hidup karena sudah difungsikan lagi dalam badan-Nya. Tetapi kepada tubuh (badan) dan Roh yang dihidupkan kembali itu, TUHAN memberikan yang plus, yakni “kemuliaan”. Yesus dapat disentuh, dapat makan, bercakap-cakap, seperti DIA sebelum mati di kayu salib, tetapi juga dapat masuk ruangan rumah tanpa pintu terbuka, dan dapat terangkat ke sorga dilihat oleh mata para murid-Nya. Dalam penyerahan nyawa-Nya, Yesus memberikan contoh yang konkrit bagi setiap pengikut-Nya, sehingga dalam kematiannya (penghembusan nafasnya yang terakhir), setiap orang percaya itu dipersiapkan untuk hari kebangkitannya kelak. Itulah makna agenda penguburan yang dilakukan huria (hamba TUHAN Yesus Kristus) dalam menyerahkan setiap yang mati dalam Kristus ke tangan TUHAN Allah Bapa. Berbahagialah setiap orang yang dalam penyerahan nayawanya mengikut dan meniru yang dilakukan Yesus Kristus. Sepahit apapun penderitaan, DIA tidak lupa menyerahkan nyawa-Nya ke tangan Allah Bapa yang di sorga.
7.      Sekali setahun, umat HURIA melakukan ibadah mereka di hari Jumat, mengenang dan memperingati hari Kematian Yesus Kristus di salib di Golgatha. Pengikut agama lain melakukan ibadah mereka setiap hari Jumat. Perlu didoakan, agar ke-al-Masih-an nabi Isa juga senantiasa dikenang di hari – hari itu. Umat HURIA tidak hanya mengenang ke-al-Masih-an (kemesiasan/ke-Kristus-an) Yesus Kristus (Yeshua hammasiah), tetapi lebih dalam lagi, yakni mengambil makna kemesiasan itu yang rela menderita, memikul dosa dunia, bahkan sampai rela mati di kayu salib. Yang mati di kayu salib itu adalah Yeshua Hammasiah yang asli, bukan yang digantikan dengan orang lain. Peristiwa Salib di Golgatha bukan permainan “sunglap yang dilakukan TUHAN Allah di hadapan manusia”, melainkan perbuatan sungguhan oleh TUHAN Allah, yang dengannya TUHAN Allah berinisiatif menganugerahkan pengampunan dosa/kesalahan bagi seluruh umat manusia, dan penganugerahan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Kalau ada manusia yang menolak penganugerahan ini, berarti dia adalah pemberontak terhadap otoritas Allah, dan pantas dihukum seberat-beratnya di hari penghakiman terakhir kelak.
Merayakan Jumat Agung berarti ikut melempangkan dan membentangkan jalan keselamatan, jalan pengampunan dosa yang telah disediakan TUHAN Allah. Itulah suasana paling indah dalam kehidupan orang percaya. Dengan ikut meminum air hidup yang memancar dari tubuh Kristus yang tersalib itu, maka dari setiap diri orang percaya diharapkan air hidup itu akan terus menerus  memancar sampai kepada hidup yang kekal.
Merayakan Jumat Agung kali ini, mengajak semua orang menyadari betul bahwa Yesus haus, dan oleh karena itu silahkan setiap pedosa meminumkan kepada-Nya segala dosa dan kesalahannya. Yesus tidak akan memarahi pedosa yang berbuat demikian. DIA rela menerima semua dosa itu, agar tanggal dari diri para pedosa. Tetapi setelah dosa  itu (yang merupakan sengat maut) itu diserahkan kepada Yesus, kiranya pedosa tersebut mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Juruselamatnya, dan yang sudah mengampuni dosa-dosanya. Diterimalah pengampunan/penghapusan dosa itu. Jangan lagi dosa itu melekat pada diri orang yang sudah meminumkan dosanya kepada Yesus. Jadilah menjadi  manusia baru, ciptaan baru.
Merayakan Jumat Agung kali ini, kepada setiap orang percaya (bahkan kepada setiap manusia masa sekarang) diingatkan bahwa tidak perlu lagi  mencari-cari pengampunan dosa ke mana-mana dan kepada siapa-siapa, cukup hanya kepada Yesus di tempat rumah pemujian kepada-Nya. Yesus telah selesai mengerjakan pengampunan dosa manusia, dan manusia tinggal mencicipinya saja. Yesus telah selesai menyediakan keselamatan bagi setiap manusia, dan manusia tinggal menikmatinya saja. Kiranya tidak seorang pun manusia masa sekarang menunda-nunda keikut-sertaannya menjadi pencicipi dan penikmat apa yang sudah disediakan TUHAN  Allah tersebut.
Selamat merayakan Hari Jumat Agung, mengenang Kematian Yesus Kristus di kayu salib Golgatha.
Pematangsiantar, 14 Pebruari 2016, jam 08.15 pagi.

Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).