MINGGU PALMARUM TGL. 20 MARET 2016, EVANGELIUM: LUKAS 19:28-40

07.06.00 0 Comments A+ a-

LUKAS

19:28 Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
19:29 Ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya
19:30 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari.
19:31 Dan jika ada orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukannya."
19:32 Lalu pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus.
19:33 Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: "Mengapa kamu melepaskan keledai itu?"
19:34 Kata mereka: "Tuhan memerlukannya."
19:35 Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.
19:36 Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan.
19:37 Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.
19:38 Kata mereka: "Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!"
19:39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu."
19:40 Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."

MENGIRING YESUS DENGAN BERGEMBIRA DAN MEMUJI ALLAH
MARDONGAN LAS NIROHA DOHOT PAMUJION TU YAHOWA MANGOLOPHON YESUS
1.       Perikop ini telah berulangkali didengar, dibacakan (sebagai epistel) dan dikhotbahkan sebagai evangelium. Sekarang pertanyaan: Apakah yang baru yang dapat lagi dipetik dari perikop kabar Injil ini bagi kehidupan manusia terutama pengikut Yesus Kristus (Huria Kristen) sekarang, kini dan di sini, di Indonesia, di tempat setiap jemaat huria? Hal-hal yang sudah dipelajari dan diberitahu melalui perikop ini kepada umat Tuhan dan kepada manusia umumnya:  
a.       Yang dikatakan Yesus sebelum yang diberitakan dalam perikop tentang “Yesus dielu-elukan  masuk Yerusalem”  adalah perumpamaan tentang uang mina. 10 hamba diperintahkan berdagang dengan modal masing-masing satu mina (karena hanya 10 mina diberikan pemodal kepada 10 hambanya). Setelah pemodal pulang dan sudah menjadi raja, dia menagih kepada hamba-hambanya, bagaimana hasil dagangan mereka. Hanya tiga hamba yang melapor. Yang pertama memberitahu bahwa dengan modal 1 mina dia mendapat 10 mina. Dia diappresiasi, dan diberi kesempatan menguasai 10 kota. Yang kedua memberitahu hanya mendapat untung 5 mina. Dia diappresiasi dan diberi kesempatan menguasai 5 kota. Pelapor ketiga memberitahu bahwa dia membungkus uang itu dan menguburnya, lalu membawa uang 1 mina yang tak berubah untuk mengembalikan kepada pemodal. Dia tidak rugi dan tidak beruntung, tetapi tidak perduli. Uang yang sama dibalikkan. Pemodal itu marah, dan mencap hamba ini sebagai hamba yang jahat. Lalu pemodal yang sudah menjadi raja itu menghukumnya. Modal itu diambil dari padanya dan tidak ada kesempatan untuk menggandakan modal itu lagi. (Jadi MODAL harus bekerja, dan menghasilkan, agar tidak dicabut kembali dari satu negara yang sedang membangun. Jokowi mencanangkan: percepatan penggunaan anggaran). Kemudian Yesus mengatakan ajaran-Nya: “Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, daripadanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.” (Jadi belajarlah dan berbuatlah agar menjadi orang yang “mempunyai”, “marparadongan”. Ai tu namora do ditambai paradongan, ianggo na pogos i lam dipapogos do. Hukum sorgawi do i).  Dalil ini menjadi peringatan kepada pendengar sewaktu Yesus minta agar keledai dijemput sebagai tunggangannya masuk Yerusalem. Kepada orang banyak itu berlaku juga dalil ini dalam hal mereka mengambil sikap terhadap Yesus sewaktu Yesus masuk Yerusalem. Yang menyambut Yesus akan semakin menyambut-Nya. Kalau mereka banyak, maka mereka akan semakin banyak. Dan yang membenci Yesus akan semakin membenci-Nya, dan kalau mereka banyak, maka akan semakin banyak juga.  Tetapi bagi orang yang semakin membenci Yesus berlaku ucapan Yesus: “Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.” “Hukuman mati” akan dikenakan Yesus di hari penghakiman kelak kepada setiap orang yang menolak Yesus sebagai rajanya.
b.      Berita sesudah perikop ini memberitahu bahwa sewaktu Yesus dekat dan melihat kota Yerusalem, Dia menangisinya sebagai kota yang tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteranya; dan kemudian memberitahu ancaman yang akan datang menghancurkan kota itu (ay. 41-44). “Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu... menghimpit... membinasakan engkau...”, kata Yesus. Nubuat ini menjadi peringatan keras kepada orang Yahudi selamanya sampai akhir zaman. Walaupun Israel di zaman sekarang semakin menjadi negara “adikuasa” (superpower), negara itu pasti akan dihancurkan musuhnya, karena tidak “menyambut” Yesus yang datang melawatnya. Usaha pembinasaan Yerusalem sudah berulangkali dialami oleh Israel. Mungkin suatu saat akan lebih kejam lagi, sehingga tanah Israel menjadi hilang dari permukaan bumi. Bangsa-bangsa yang menolak Yesus sebagai raja mereka, kelak akan saling memusnahkan juga. Tetapi sampai sekarang berlaku janji ini, bahwa siapa yang menyambut Yesus yang datang melawat diri/hidupnya, akan mengerti yang perlu untuk damai sejahteranya,  dan akan menjadi generasi-generasi yang kokoh di masa depan di dunia dan di sorga.
c.       Yesus mendahului mereka (orang banyak itu) dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Sebelumnya Yesus di rumah Zakheus, di Yerikho. Disitulah Yesus mengatakan perumpamaan tentang uang mina, kepada mereka yang mendengar Dia di situ (Luk.19:1 dan 19:11).  Di kalangan orang banyak itu sudah ada yang pro-Yesus dan ada yang kontra-Yesus, mengenai: boleh atau tidak Yesus masuk di rumah Zakheus. Dari sana Yesus mendahului orang banyak itu menuju Yerusalem. Dalam rancangan-rancangan-Nya yang hendak dinyatakan Yesus kepada umat TUHAN, Yesus sering (kalau tidak selalau) mendahului orang yang mengikut-Nya. Berbahagialah orang yang dalam perjalanan hidupnya mengikut Yesus, selalu didahului oleh Yesus. Pasti Yesus bersama murid-Nya sewaktu mendahului orang banyak itu. Di masa sekarang, para murid Yesus (pengikut Yesus) harus mampu mendahului umat TUHAN dan orang banyak, dalam melakukan hal-hal yang baik, yang menuntun kepada keselamatan yang disediakan Yesus. Yesus mendahului semua tokoh penganjur agama yang ada di dunia ini menyediakan keselamatan bagi umat manusia dan mendahului mereka menyediakan tempat orang percaya di sorga.  Manusia masa sekarang  perlu tahu, bahwa Yesus telah mendahului umat manusia yang ingin masuk sorga, dan DIA di sana menyediakan hidup sorgawi bagi para pengikut-Nya yang menang sampai akhir.
d.      Sebelum ke Yerusalem, Yesus berada di dekat desa Betfage dan desa Betania, yang ada di bukit  Zaitun (Lihat peta di rumah).  Tempat Yesus berada dipilih menjadi tempat persiapan memasuki Yerusalem.  Sengaja tempat yang dipilih itu dekat kepada dua desa, sehingga desa-desa itu (Betfage dan Betania) menjadi penyedia hal yang diperlukan Yesus dalam rangka memasuki Yerusalem.  Sampai sekarang pun, diberkatilah desa yang di dalamnya ada hal-hal yang diperlukan Yesus dalam perjalanan-Nya menggenapi tugas penyelamatan umat manusia.  Desa Betfage dan desa Betania tidak berarti apa-apa di dunia ini kalau desa-desa ini tidak dijadikan Yesus sebagai tempat persinggahan-Nya, dan ada hal-hal yang dibutuhkan Yesus di sana. Jadikan desa dan kotamu tempat persinggahan Yesus dan tempat di mana Yesus dapat menemukan hal-hal yang dibutuhkan-Nya di masa sekarang.
e.      Dalam rangka persiapan memasuki Yerusalem sebagai pengggenapan nubuat nabi di Perjanjian Lama (Zak.9:9), Yesus memerintahkan muridnya per ke desa yang ada di depan mereka untuk mengambil seekor keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang.  Ini beda dengan di Matius, karena di Matius disebut keledai betina bersama dengan anaknya. Yesus tahu apa yang seharusnya ditunggangi oleh seorang raja, kalau raja itu hendak diarak keliling kota. Seperti raja Ahazweros melakukannya kepada Mordekhai atas usul Haman, demi menghormati Mordekhai yang pernah menyelamatkan raja dari rencana busuk Bigtan dan Teresy yang hendak membunuh raja (baca Ester 6). Kuda juga sebagai tunggangan  bagi seorang raja. Kuda juga tunggangan bagi para tentara petempur di medan perang.  Yesus tidak memilih kuda, tetapi keledai muda sebagai tunggangannya, karena DIA ingin bahwa perjalanan-Nya memasuki Yerusalem kali ini, merupakan penggenapan nubuat nabi Zakarya yang ada dalam PL  (Zakharia 9:9) dan orang Yahudi tahu tentang nubuat itu. Hai putri Sion, puteri Yerusalem (= bangsa Israel) “Lihat,  rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Zak.9:9b). Bagi Yesus, pemenuhan nubuat itu yang penting, dan yang terutama. Injil menuntun manusia (dari zaman dulu sampai sekarang) mengetahui pemenuhan-pemenuhan nubuat dalam pekerjaan Yesus. Yang berarti: pemenuhan rancangan TUHAN. Kelahiran Yesus di Betlehem, pekerjaan-pekerjaan Yesus, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus ke Sorga, dan kedatangan-Nya nanti sebagai hakim di Hari TUHAN (hari penghakiman yang dahsyat itu) merupakan pemenuhan nubuat nabi TUHAN di masa Perjanjian Lama.  Dengan demikian semua orang harus tahu bahwa Yesus bukan seorang pengajar sesat, tetapi Guru yang mengajarkan Kebenaran, dan lebih benar dari ajaran-ajaran para Farisi, Saduki dan Ahli Taurat, dan dengan kata lain:  lebih benar dari setiap pengajar agama yang pernah ada di dunia. Siapa meragukannya, dia  mencalonkan diri sebagai yang akan dihukum mati raja itu.
f.        Dua murid Yesus yang ditugaskan segera berangkat. Mereka dibekali dengan jawaban-jawaban, apabila ada yang melarang mereka membawa keledai itu. Lukas tidak mencatat, agar murid ini akan mengatakan bahwa keledai itu akan segera dikembalikan (beda dengan di Matius, Markus, Yohanes). Menurut Lukas, yang dimintakan Tuhan tidak perlu dikembalikan lagi kepada pemiliknya. Manusia masa kini mengharap adanya pengembalian berkali lipat untuk setiap hal yang diminta Tuhan dari seseorang. Itulah manusia yang dibelenggu teologi balas-jasa. Dua murid Yesus pergi tanpa ragu menjemput keledai dimaksud. Kerena (1) mereka yakin bahwa Tuhan Yesus lebih tahu dari mereka (Keledai itupun diketahui-Nya di mana). (2) mereka tahu nubuat Zakharia, dan mereka melihat diri mereka sebagai turut dalam rancangan Tuhan. (3) mereka patuh terhadap perintah Yesus. Pengikut Yesus di masa sekarang, perlu (wajib) memperhatikan tiga hal ini apabila dia ingin sukses dalam menjalankan setiap tugasnya.
g.       Kalimat sakti yang (akan) digunakan kedua murid itu dalam mengambil keledai itu: “Tuhan memerlukannya!” (Ho Kyrios autou chreian echei) (Mipnë seha’adon zaquq lō) (Dominus eum necessarium habet). Echei, zaquq, habet = memiliki. Yang perlu dimiliki sebenarnya tidak perlu dikembalikan, kecuali ada ketentuan lain dari yang memerlukannya. Tuhan ingin memiliki keledai itu. Ketulusan pemilik keledai membiarkan keledainya diambil, hanya dengan mendengar kalimat sakti itu, menunjukkan bahwa pemilik keledai itu juga sudah mengetahui siapa yang dimaksud dengan “Tuhan” (Kyrios). Memang “tak kenal maka dimaki, dikenal maka dipatuhi”. Tuhan  meminta kepada orang yang mengenal DIA. Pengikut Tuhan memberi kepada Tuhan, karena mereka mengenal Tuhan mereka. Take and give karena saling “kenal”,  membuat tidak ada pihak yang merasa rugi, tetapi sama-sama beruntung dan berbahagia. Motivasi dan prinsip sedemikian harus dihayati dan diamalkan setiap pengikut Tuhan Yesus Kristus di masa sekarang.
h.      Keledai yang belum pernah ditunggangi, biasanya agar liar atau nakal (Batak Toba: manjuajua), tetapi yang satu ini, jinak (Batak Toba: burju) dan patuh (Batak Toba: olo, unduk) untuk dituntun hingga sampai kepada Yesus, dan juga jinak sewaktu ditunggangi Yesus. Yang perlu disadari manusia sekarang adalah: Sedangkan hewan nakal (liar)  tahu bagaimana sikap sebaiknya terhadap Tuhan. Janganlah hewan menjadi lebih baik daripada manusia di masa sekarang terhadap Tuhan. Ini perlu dicamkan, karena sudah semakin banyak pengikut Tuhan, yang selalu manjua-jua (nakal) kalau disuruh untuk mengerjakan pelayanan yang patut diemban demi kesuksesan kerja Yesus Kristus. Sikap “jinak” dan “patuh” dari pengikut Yesus sangat perlu ditingkatkan.
i.         Dalam perikop ini diberitahu, apa saja yang dilakukan manusia yang simpatik dan menjungjung tinggi Yesus sebagai yang memenuhi nubuat nabi Zakharia, dari hendak start hingga sampai di Yerusalem.
(1)     Mereka mengalasi punggung keledai itu dengan pakaian. Maksudnya agar punggung keledai itu empuk untuk ditunggangi. Di masa sekarang pun, pengikut Yesus harus menyediakan tempat duduk yang empuk bagi Yesus di “setiap kendaraan” yang digunakan Yesus dalam perjalanannya menyediakan keselamatan bagi umat manusia.
(2)    Mereka menolong Yesus naik ke atas punggung keledai itu. Penolong perlu juga ditolong. Tuhan yang mahakuasa perlu juga ditolong oleh umat-Nya, agar terjadi hal-hal yang sangat baik bagi Tuhan dan bagi umat. Kalau tidak ada manusia yang mau “menolong” Tuhan, tak akan ada mujizat atau kebaikan yang terjadi. Bukan tidak bisa Yesus melompat (naik sendiri) ke punggung keledai itu, tetapi DIA rela ditolong murid-murid-Nya, agar murid-murid itu mendapat nilai dan penghargaan yang tinggi di hadapan Tuhan. Kalau Yesus Kristus minta ditolong, itu sekaligus sebagai ujian untuk mengetahui seberapa jauh murid/pengikutnya setia kepada-Nya. Tuhan mau kerjasama dengan manusia adalah demi manusia itu sendiri.
(3)    Mereka menghamparkan pakaian mereka di jalan yang dilalui Yesus sewaktu mengendarai keledai itu.  Di Timur Tengah, kalau sepatu dilemparkan kepada seseorang, itu pertanda penghinaan yang sangat luar biasa. Tetapi kalau pakaian (Batak Toba: ulos, bukan kemeja, celana yang sedang dipakai) dibentangkan (sebagai pengganti permadani merah) untuk dijalani seseorang, itu pertanda penghormatan yang luar biasa kepada seseorang itu. Pakaian mereka (ta himatia autōn; vestimenta sua; bigdëhem = kain selendang mereka). Itu pakaian semacam Tracht, pakaian adat/kebesaran yang digunakan sehari-hari. Perbuatan mereka ini terhadap Yesus merupakan pernyataan yang hendak mengatakan: (a) aturlah adat kami; (b) yang termahal dari kami berada di bawah duli Tuhan kami. (c) engkaulah segalanya bagi kami sekarang. Maukah pengikut Yesus yang hidup di masa sekarang bersikap dan berbuat demikian? Kalau mereka mau, dunia akan mereka kuasai, dan atur dengan baik, penuh damai sejahtera.
(4)    Semakin dekat ke Yerusalem, di jalan yang menurun dari bukit Zaitun menuju Yerusalem, para pengagum, simpatisan, terutama semua murid Yesus mulai bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring. Kalau umat masih sempat bergembira dan memuji Allah, itu pertanda sehat jasmani, sehat rohani, sehat pengharapan, sehat pergaulan, sehat iman, berada dalam keadaan damai, dan menemukan rasa senang yang melebihi dari yang biasa. Pengalaman-pengalaman seperti itulah yang seharusnya selalu terjadi apabila para pengikut Yesus Kristus sedang beriring jalan ke mana pun.
(5)    Pujian mereka agak berbeda menurut Lukas dengan Matius, Markus dan Yohanes. Dalam Lukas tidak ada seruan Hosana (bagi anak Daud). Pujian ini diinspirasi oleh Mazmur 118:26. Lukas menemukan pujian yang lebih panjang dari yang ada di tiga Injil lainnya dari tradisi jemaat yang ditelitinya sewaktu menyertai Paulus dalam perjalanan. Melodi aslinya tidak dapat ditemukan lagi. Mungkin ada pembaca bahan renungan ini yang tergerak hatinya membuat melodi pujian ini. Melodi yang dibuat penulis renungan ini mungkin bisa dinyanyikan: Es= Do; 4/4:   / 1Di  1ber   1ka  1ti   1lah   7Di- 6a1yg   6da-5tang  .  /   2se-2ba-  2gai2Ra-2ja   4da-3lam /5Na-6ma 5Tu-5han   .   /   1da-7mai6se-1jah-4tra 3di  / 6Sor-6ga   .  .  / 7dan 7ke-6mu-5lia-   4an3di / 5tem-5pat   .  . /  6yg 7ma- 1ha- 1ting- / 1gi. . . 3Ho-/ 3sa-1na  . 3Ho-/ 3sa-1na . 1Ho-/ 2sa-.   1na 7Tu- / 1han . . . // (Catatan: (a) karena teknis, bendera not ditulis di bawah; (b) teks ditulis kecil dekat not masing-masing; (c) not yang ditulis tebal (bold) adalah nada tinggi, yang ditulis tidak tebal adalah bernada biasa. Dari itu hanya nada 1 dan 2 yang tinggi dalam nyanyian ini).

Diberkatilah (=mubaraklah; Ibrani: baruk; Yunani: eulogēménos = dinyatakan mendapat yang terbaik-yang terbaik lah). “Yang datang sebagai RAJA dalam nama Tuhan” (melek habo’ besem YHWH; Yunani: ho erchomenos, ho basileus en onomati kyriou) menunjukkan pengharapan orang banyak itu, bahwa yang yang mengendarai keledai itu adalah RAJA sesuai dengan nubuat nabi di Perjanjian Lama. Mereka tidak ragu lagi akan hal itu. Siapa meragukannya mereka tidak akan mengiringi Yesus dalam Perjalanan itu, kecuali orang seperti Farisi yang bertujuan mau mengintip kesalahan Yesus agar bisa membinasakan Yesus.  “Damai sejahtera (shalom; eirene) di sorga” merupakan suatu ungkapan hati/iman, bahwa penghuni sorga (termasuk TUHAN Allah) tidak perlu lagi gundah gulana, dan tidak perlu lagi murka, karena kehendak dan rancangan TUHAN Allah sekarang sedang berjalan dan dilakukan. Kalau shalom di sorga, maka tidak akan ada kutuk dan ancaman penghukuman dari TUHAN Allah kepada manusia.  Damai sejahtera di sorga terjadi bukan lagi karena sesajen manusia, bukan lagi karena korban-kurban bakaran atau kurban keselamatan,  bukan karena pengabdian manusia kepada TUHAN Allah, tetapi karena rancangan damai sejahtera dari TUHAN Allah, yakni rencana keselamatan yang DIA sudah rancang sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, sekarang dalam perjalanan Yesus menuju Yerusalem, akan terwujud dan menjadi kenyataan. Penggenapan rancangan keselamatan dari TUHAN akan menjadi kemuliaan (doxa, kabod) YAHOWA yang akan diberikan oleh siapapun di tempat yang maha tinggi, di tempat TUHAN berada, atau di tempat-tempat di mana kemuliaan itu hendak dipraktekkan (misalnya: di istana raja, di tempat-tempat yang agung, dan lain-lain).  Kemuliaan raja dunia harus tunduk kepada kemuliaan Allah yang harus ditinggikan.  Kemuliaan diri manusia harus tunduk di bawah kemuliaan TUHAN Allah.

6)    Sesemarak-semaraknya kegembiraan dan puji-pujian kepada Allah, disampingnya selalu ada yang “bermuka masam”yang ingin merusak suasana. Di mana Tuhan bekerja, di situ Iblis juga sangat bergiat. Iblis sering memperlakukan diri lebih hebat dari Tuhan dalam tindakannya kepada manusia (baik berupa tindakan yang menyusahkan maupun berupa tindakan yang menyenangkan manusia). Iblis sering datang melalui dalil-dalil yang sangat masuk akal manusia. Lihatlah seperti dibuatnya melalui ular di taman Eden. Dalam arak-arakan Yesus menuju Yerusalem, Iblis menggunakan beberapa Farisi (kelompok paling ahli soal-soal keagamaan dan kemasyarakatan) menyampaikan niatnya membungkam sorak-sorai, sukacita dan pujian orang banyak. Mereka “beberapa” agar pendapat mereka bukan pendapat seorang, tetapi pendapat beberapa orang sehingga mempunyai kekuatan teologis dan politis. Telinga kelompok Farisi ini merasa kurang sedap mendengar pujian itu dan keberatan untuk disorakkan, karena kalimat pertama itu tidak benar-benar  mengutip Mazmur 118:26a, tetapi menyisipkan kepada kalimat itu kata “sebagai RAJA”, yakni kata yang tidak ada dalam ayat mazmur tersebut. Tetapi para murid itu sengaja menyisipkan frasa itu (“sebagai RAJA”), agar pujian itu lebih tepat kepada nubuat Zak.9:9 yang berbicara tentang kedatangan seorang raja, dan Mzm.118:26 hanya berbicara secara umum saja. Farisi menganggap hal itu tidak benar secara teologis, dan berbahaya secara politis (karena akan dituduh sebagai pemberontakan kepada pemerintah Romawi, yang menjajah Yerusalem).  Sangat logis (rasional) (dari sudut keagamaan dan politik) alasan kaum Farisi itu mengatakan kepada Yesus: “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.”  Farisi tidak tahu, bahwa penggenapan rencana keselamatan dari TUHAN tidak selalu mengikuti pendapat teologis para tokoh agama, dan tidak selalu peduli kepada perhitungan-perhitungan politis, yang kaku dan statusquo. Farisi itu juga tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan Yesus bersama murid-murid-Nya dan orang banyak itu justru sangat benar dari sudut teologi dan tidak merupakan pemberontakan ditinjau dari sudut politik. Mereka menyuarakan penggenapan nubuat nabi, dan mereka tidak angkat senjata, tetapi melakukan politik damai sejahtera di sorga dan di bumi. Farisi tidak tahu, bahwa Kerajaan Yang akan Didirikan Yesus bukan lah Kerajaan duniawi yang akan menggantikan Kerajaan yang sedang menguasai Yerusalem/Israel.  Pemberitahuan Kedatangan kerajaan sorga di bumi dan kedatangan RAJA-nya tidak akan bisa didiamkan. Walau semua umat manusia berusaha mendiamkannya, batu-batu akan meneriakkannya. Tepat yang dikatakan Yesus: “Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.” (ay. 40). Jika seluruh dunia berhasil membungkam “mulut para pengikut Yesus” di seluruh dunia, sehingga mereka tidak bisa bersaksi bahwa Yesus adalah RAJA yang menggenapi nubuat Zak. 9:9; DIA lah Mesias, Tuhan, Juruselamat, Hakim di Penghakiman Terakhir, maka alam semesta akan bersaksi tentang hal itu. Lihatlah, banyaknya bencana alam terjadi di daerah-daerah yang mencoba membungkam orang Kristen bersaksi tentang Tuhan Yesus, dengan membakari, merusak rumah ibadah Kristen dan mengancam mereka. Sayang sampai sekarang, kepala pemerintahan dan rakyat di daerah yang berbuat demikian tidak mau menyadari hal tersebut. Lihatlah, yang terjadi kepada Yerusalem di masa jemaat mula-mula, sewaktu Yahudi membungkam pengikut Yesus bersaksi tentang Yesus Kristus. Kalau batu berteriak tentang Yesus, memang lain bahasanya dari pada bahasa manusia. Lihatlah bahasa batu yang menjadi peluru ali-ali  Daud yang menumbangkan Goliat. Lihat juga bahasa batu yang menjadi patung Yesus di mana-mana di dunia ini. Mungkin suatu saat batu Hobon di Pusuk Buhit dan Batu Gantung di tepi Danau Toba akan bersaksi tentang Yesus, apabila tidak ada lagi yang bersaksi tentang Yesus di sana. Demikian juga batu akik yang ramai sedang dipake orang di zaman sekarang. Pengikut Yesus yang dibungkam, juga harus pandai membuat batu menjadi saksi kedatangan Yesus memenuhi janji TUHAN menyelamatkan umat manusia (alam semesta). Batu yang digunakan untuk membangun rumah Tuhan, tempat memuja dan memuji yesus Kristus, yang datang sebagai RAJA, Mesias dan Juruselamat, harus dibuat sedemikian agar bisa bersaksi sepanjang zaman tentang Yesus Raja, Mesias dan Juruselamat dunia.  
2.       Sekarang apa yang baru dalam merenungkan perikop ini? Yang baru adalah membuat tema perikop ini oleh tim penyusun Almanak di Sekber UEM: Mengiringi Yesus dengan bergembira dan memuji Allah. Mungkin karena barunya tema ini, ada gereja anggot aUEM yang tidak menggunakan tema ini. Tapi tidak apalah. Mari, renungkan perikop ini dalam terang tema tersebut. Banyak alasan dan dasar kita bergembira dan memuji Allah di saat kelesuan ekonomi dan harga-harga yang sangat mahal sekarang ini dan di masa maraknya ancaman-ancaman bom bunuh diri, bom mobil, perang dan persaingan ekonomi yang bisa mematikan perusahaan-perusahaan di dalam negeri di era MEA sekarang: Pengikut Tuhan Yesus percaya bahwa Yesus Kristus bisa mendahului mereka semua dalam mengatasi semua masalah yang sedang dihadapi sekarang. Tugas pengikut Tuhan dalam hal ini adalah “mengejar Yesus sampai dapat” dan siap disuruh mengerjakan yang perlu bagi Tuhan duluan dan dari sana pasti setiap pengikut Tuhan akan mendapat lebih dari yang diharapkan. Mat.6:33. Pengikut Tuhan yakin, bahwa apabila Tuhan meminta dari dirinya sesuatu untuk keperluan Tuhan, hal itu bukan menjadi kesia-siaan, tetapi menjadi sesuatu yang akan menghantar penghuni sorga dan bumi mengalami damai sejahtera dan pemuliaan yang melebihi pemuliaan yang datang dari dunia. Pengikut Tuhan Yesus yakin, bahwa apabila harta-harta termahal dan yang membuat mereka terhormat mereka lrelakan dilawat  dan dijalani Yesus yang sedang melintas, maka harta-harta  dan milik itu akan semakin diberkati dan tidak satu pun benda-benda itu menjadi sumber kehinaan, melainkan menjadi sumber kemuliaan dan kehormatan bagi pemiliknya. Pengikut Tuhan Yesus akan bergembira dan berkreasi terus menciptakan puji-pujian bagi Tuhan, bukan hanya dengan menciptakan lagu-lagu pujian, melainkan juga menciptakan karya-karya dari benda-benda alam yang dapat bersaksi tentang Yesus Kristus yang datang sebagai Raja, yang adil dan jaya, lemah lembut, dan membawa damai sejahtera serta pengampunan dosa. Amin.
Pematangsiantar, 11 Pebruari 2016

Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).