MINGGU PALMARUM TGL. 20 MARET 2016, EVANGELIUM: LUKAS 19:28-40
LUKAS
19:28 Dan setelah
mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya
ke Yerusalem.
19:29 Ketika Ia
telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit
Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya
19:30 dengan pesan:
"Pergilah ke kampung yang di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ,
kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah
ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari.
19:31 Dan jika ada
orang bertanya kepadamu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan
memerlukannya."
19:32 Lalu pergilah
mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu seperti yang telah
dikatakan Yesus.
19:33 Ketika mereka
melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu:
"Mengapa kamu melepaskan keledai itu?"
19:34 Kata mereka: "Tuhan
memerlukannya."
19:35 Mereka
membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan
menolong Yesus naik ke atasnya.
19:36 Dan sementara Yesus
mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan.
19:37 Ketika Ia
dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua
murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh
karena segala mujizat yang telah mereka lihat.
19:38 Kata mereka:
"Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai
sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!"
19:39 Beberapa
orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus:
"Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu."
19:40 Jawab-Nya: "Aku berkata
kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."
MENGIRING YESUS DENGAN
BERGEMBIRA DAN MEMUJI ALLAH
MARDONGAN LAS NIROHA DOHOT PAMUJION TU
YAHOWA MANGOLOPHON YESUS
1.
Perikop ini telah berulangkali didengar,
dibacakan (sebagai epistel) dan dikhotbahkan sebagai evangelium. Sekarang
pertanyaan: Apakah yang baru yang dapat lagi dipetik dari perikop kabar Injil
ini bagi kehidupan manusia terutama pengikut Yesus Kristus (Huria Kristen)
sekarang, kini dan di sini, di Indonesia, di tempat setiap jemaat huria?
Hal-hal yang sudah dipelajari dan diberitahu melalui perikop ini kepada umat
Tuhan dan kepada manusia umumnya:
a.
Yang dikatakan Yesus sebelum yang diberitakan
dalam perikop tentang “Yesus dielu-elukan
masuk Yerusalem” adalah
perumpamaan tentang uang mina. 10 hamba diperintahkan berdagang dengan modal
masing-masing satu mina (karena hanya 10 mina diberikan pemodal kepada 10
hambanya). Setelah pemodal pulang dan sudah menjadi raja, dia menagih kepada
hamba-hambanya, bagaimana hasil dagangan mereka. Hanya tiga hamba yang melapor.
Yang pertama memberitahu bahwa dengan modal 1 mina dia mendapat 10 mina. Dia
diappresiasi, dan diberi kesempatan menguasai 10 kota. Yang kedua memberitahu
hanya mendapat untung 5 mina. Dia diappresiasi dan diberi kesempatan menguasai
5 kota. Pelapor ketiga memberitahu bahwa dia membungkus uang itu dan
menguburnya, lalu membawa uang 1 mina yang tak berubah untuk mengembalikan
kepada pemodal. Dia tidak rugi dan tidak beruntung, tetapi tidak perduli. Uang
yang sama dibalikkan. Pemodal itu marah, dan mencap hamba ini sebagai hamba
yang jahat. Lalu pemodal yang sudah menjadi raja itu menghukumnya. Modal itu
diambil dari padanya dan tidak ada kesempatan untuk menggandakan modal itu
lagi. (Jadi MODAL harus bekerja, dan menghasilkan, agar tidak dicabut kembali
dari satu negara yang sedang membangun. Jokowi mencanangkan: percepatan
penggunaan anggaran). Kemudian Yesus mengatakan ajaran-Nya: “Setiap orang yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai,
daripadanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.” (Jadi belajarlah dan
berbuatlah agar menjadi orang yang “mempunyai”, “marparadongan”. Ai tu namora
do ditambai paradongan, ianggo na pogos i lam dipapogos do. Hukum sorgawi
do i). Dalil ini menjadi peringatan
kepada pendengar sewaktu Yesus minta agar keledai dijemput sebagai
tunggangannya masuk Yerusalem. Kepada orang banyak itu berlaku juga dalil ini
dalam hal mereka mengambil sikap terhadap Yesus sewaktu Yesus masuk Yerusalem.
Yang menyambut Yesus akan semakin menyambut-Nya. Kalau mereka banyak, maka
mereka akan semakin banyak. Dan yang membenci Yesus akan semakin membenci-Nya,
dan kalau mereka banyak, maka akan semakin banyak juga. Tetapi bagi orang yang semakin membenci Yesus
berlaku ucapan Yesus: “Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku
menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”
“Hukuman mati” akan dikenakan Yesus di hari penghakiman kelak kepada setiap
orang yang menolak Yesus sebagai rajanya.
b.
Berita sesudah perikop ini memberitahu bahwa
sewaktu Yesus dekat dan melihat kota Yerusalem, Dia menangisinya sebagai kota
yang tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteranya; dan kemudian
memberitahu ancaman yang akan datang menghancurkan kota itu (ay. 41-44). “Sebab
akan datang harinya, bahwa musuhmu... menghimpit... membinasakan engkau...”,
kata Yesus. Nubuat ini menjadi peringatan keras kepada orang Yahudi selamanya
sampai akhir zaman. Walaupun Israel di zaman sekarang semakin menjadi negara
“adikuasa” (superpower), negara itu
pasti akan dihancurkan musuhnya, karena tidak “menyambut” Yesus yang datang
melawatnya. Usaha pembinasaan Yerusalem sudah berulangkali dialami oleh Israel.
Mungkin suatu saat akan lebih kejam lagi, sehingga tanah Israel menjadi hilang
dari permukaan bumi. Bangsa-bangsa yang menolak Yesus sebagai raja mereka, kelak
akan saling memusnahkan juga. Tetapi sampai sekarang berlaku janji ini, bahwa
siapa yang menyambut Yesus yang datang melawat diri/hidupnya, akan mengerti
yang perlu untuk damai sejahteranya, dan
akan menjadi generasi-generasi yang kokoh di masa depan di dunia dan di sorga.
c.
Yesus mendahului mereka (orang banyak itu) dan
meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Sebelumnya Yesus di rumah Zakheus, di
Yerikho. Disitulah Yesus mengatakan perumpamaan tentang uang mina, kepada
mereka yang mendengar Dia di situ (Luk.19:1 dan 19:11). Di kalangan orang banyak itu sudah ada yang
pro-Yesus dan ada yang kontra-Yesus, mengenai: boleh atau tidak Yesus masuk di
rumah Zakheus. Dari sana Yesus mendahului orang banyak itu menuju Yerusalem. Dalam
rancangan-rancangan-Nya yang hendak dinyatakan Yesus kepada umat TUHAN, Yesus
sering (kalau tidak selalau) mendahului
orang yang mengikut-Nya. Berbahagialah orang yang dalam perjalanan hidupnya
mengikut Yesus, selalu didahului oleh Yesus. Pasti Yesus bersama murid-Nya
sewaktu mendahului orang banyak itu. Di masa sekarang, para murid Yesus
(pengikut Yesus) harus mampu mendahului umat TUHAN dan orang banyak, dalam
melakukan hal-hal yang baik, yang menuntun kepada keselamatan yang disediakan
Yesus. Yesus mendahului semua tokoh penganjur agama yang ada di dunia ini
menyediakan keselamatan bagi umat manusia dan mendahului mereka menyediakan
tempat orang percaya di sorga. Manusia
masa sekarang perlu tahu, bahwa Yesus
telah mendahului umat manusia yang ingin masuk sorga, dan DIA di sana
menyediakan hidup sorgawi bagi para pengikut-Nya yang menang sampai akhir.
d.
Sebelum ke Yerusalem, Yesus berada di dekat desa
Betfage dan desa Betania, yang ada di bukit
Zaitun (Lihat peta di rumah). Tempat Yesus berada dipilih menjadi tempat
persiapan memasuki Yerusalem. Sengaja
tempat yang dipilih itu dekat kepada dua desa, sehingga desa-desa itu (Betfage
dan Betania) menjadi penyedia hal yang diperlukan Yesus dalam rangka memasuki
Yerusalem. Sampai sekarang pun,
diberkatilah desa yang di dalamnya ada hal-hal yang diperlukan Yesus dalam
perjalanan-Nya menggenapi tugas penyelamatan umat manusia. Desa Betfage dan desa Betania tidak berarti
apa-apa di dunia ini kalau desa-desa ini tidak dijadikan Yesus sebagai tempat
persinggahan-Nya, dan ada hal-hal yang dibutuhkan Yesus di sana. Jadikan desa
dan kotamu tempat persinggahan Yesus dan tempat di mana Yesus dapat menemukan
hal-hal yang dibutuhkan-Nya di masa sekarang.
e.
Dalam rangka persiapan memasuki Yerusalem
sebagai pengggenapan nubuat nabi di Perjanjian Lama (Zak.9:9), Yesus
memerintahkan muridnya per ke desa yang ada di depan mereka untuk mengambil seekor
keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang. Ini beda dengan di Matius, karena di Matius
disebut keledai betina bersama dengan anaknya. Yesus tahu apa yang seharusnya
ditunggangi oleh seorang raja, kalau raja itu hendak diarak keliling kota. Seperti
raja Ahazweros melakukannya kepada Mordekhai atas usul Haman, demi menghormati
Mordekhai yang pernah menyelamatkan raja dari rencana busuk Bigtan dan Teresy
yang hendak membunuh raja (baca Ester 6). Kuda juga sebagai tunggangan bagi seorang raja. Kuda juga tunggangan bagi
para tentara petempur di medan perang. Yesus tidak memilih kuda, tetapi keledai muda
sebagai tunggangannya, karena DIA ingin bahwa perjalanan-Nya memasuki Yerusalem
kali ini, merupakan penggenapan nubuat nabi Zakarya yang ada dalam PL (Zakharia 9:9) dan orang Yahudi tahu tentang
nubuat itu. Hai putri Sion, puteri Yerusalem (= bangsa Israel) “Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia
lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda”
(Zak.9:9b). Bagi Yesus, pemenuhan nubuat itu yang penting, dan yang terutama. Injil
menuntun manusia (dari zaman dulu sampai sekarang) mengetahui
pemenuhan-pemenuhan nubuat dalam pekerjaan Yesus. Yang berarti: pemenuhan
rancangan TUHAN. Kelahiran Yesus di Betlehem, pekerjaan-pekerjaan Yesus,
kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus ke Sorga, dan kedatangan-Nya nanti
sebagai hakim di Hari TUHAN (hari penghakiman yang dahsyat itu) merupakan
pemenuhan nubuat nabi TUHAN di masa Perjanjian Lama. Dengan demikian semua orang harus tahu bahwa
Yesus bukan seorang pengajar sesat, tetapi Guru yang mengajarkan Kebenaran, dan
lebih benar dari ajaran-ajaran para Farisi, Saduki dan Ahli Taurat, dan dengan
kata lain: lebih benar dari setiap pengajar
agama yang pernah ada di dunia. Siapa meragukannya, dia mencalonkan diri sebagai yang akan dihukum
mati raja itu.
f.
Dua murid Yesus yang ditugaskan segera
berangkat. Mereka dibekali dengan jawaban-jawaban, apabila ada yang melarang
mereka membawa keledai itu. Lukas tidak mencatat, agar murid ini akan
mengatakan bahwa keledai itu akan segera dikembalikan (beda dengan di Matius,
Markus, Yohanes). Menurut Lukas, yang dimintakan Tuhan tidak perlu dikembalikan
lagi kepada pemiliknya. Manusia masa kini mengharap adanya pengembalian berkali
lipat untuk setiap hal yang diminta Tuhan dari seseorang. Itulah manusia yang
dibelenggu teologi balas-jasa. Dua murid Yesus pergi tanpa ragu menjemput
keledai dimaksud. Kerena (1) mereka yakin bahwa Tuhan Yesus lebih tahu dari
mereka (Keledai itupun diketahui-Nya di mana). (2) mereka tahu nubuat Zakharia,
dan mereka melihat diri mereka sebagai turut dalam rancangan Tuhan. (3) mereka
patuh terhadap perintah Yesus. Pengikut Yesus di masa sekarang, perlu (wajib)
memperhatikan tiga hal ini apabila dia ingin sukses dalam menjalankan setiap
tugasnya.
g.
Kalimat sakti yang (akan) digunakan kedua murid
itu dalam mengambil keledai itu: “Tuhan memerlukannya!” (Ho Kyrios autou
chreian echei) (Mipnë seha’adon zaquq lō) (Dominus eum necessarium habet). Echei,
zaquq, habet = memiliki. Yang perlu dimiliki sebenarnya tidak perlu
dikembalikan, kecuali ada ketentuan lain dari yang memerlukannya. Tuhan ingin
memiliki keledai itu. Ketulusan pemilik keledai membiarkan keledainya diambil,
hanya dengan mendengar kalimat sakti itu, menunjukkan bahwa pemilik keledai itu
juga sudah mengetahui siapa yang dimaksud dengan “Tuhan” (Kyrios). Memang “tak
kenal maka dimaki, dikenal maka dipatuhi”. Tuhan meminta kepada orang yang mengenal DIA. Pengikut
Tuhan memberi kepada Tuhan, karena mereka mengenal Tuhan mereka. Take and give karena saling
“kenal”, membuat tidak ada pihak yang
merasa rugi, tetapi sama-sama beruntung dan berbahagia. Motivasi dan prinsip
sedemikian harus dihayati dan diamalkan setiap pengikut Tuhan Yesus Kristus di
masa sekarang.
h.
Keledai yang belum pernah ditunggangi, biasanya
agar liar atau nakal (Batak Toba: manjuajua),
tetapi yang satu ini, jinak (Batak Toba: burju)
dan patuh (Batak Toba: olo, unduk)
untuk dituntun hingga sampai kepada Yesus, dan juga jinak sewaktu ditunggangi
Yesus. Yang perlu disadari manusia sekarang adalah: Sedangkan hewan nakal
(liar) tahu bagaimana sikap sebaiknya
terhadap Tuhan. Janganlah hewan menjadi lebih baik daripada manusia di masa
sekarang terhadap Tuhan. Ini perlu dicamkan, karena sudah semakin banyak
pengikut Tuhan, yang selalu manjua-jua
(nakal) kalau disuruh untuk mengerjakan pelayanan yang patut diemban demi
kesuksesan kerja Yesus Kristus. Sikap “jinak” dan “patuh” dari pengikut Yesus
sangat perlu ditingkatkan.
i.
Dalam perikop ini diberitahu, apa saja yang
dilakukan manusia yang simpatik dan menjungjung tinggi Yesus sebagai yang
memenuhi nubuat nabi Zakharia, dari hendak start hingga sampai di Yerusalem.
(1)
Mereka mengalasi
punggung keledai itu dengan pakaian. Maksudnya agar punggung keledai itu empuk
untuk ditunggangi. Di masa sekarang pun, pengikut Yesus harus menyediakan
tempat duduk yang empuk bagi Yesus di “setiap kendaraan” yang digunakan Yesus
dalam perjalanannya menyediakan keselamatan bagi umat manusia.
(2)
Mereka menolong Yesus naik ke atas punggung
keledai itu. Penolong perlu juga ditolong. Tuhan yang mahakuasa perlu juga
ditolong oleh umat-Nya, agar terjadi hal-hal yang sangat baik bagi Tuhan dan
bagi umat. Kalau tidak ada manusia yang mau “menolong” Tuhan, tak akan ada
mujizat atau kebaikan yang terjadi. Bukan tidak bisa Yesus melompat (naik
sendiri) ke punggung keledai itu, tetapi DIA rela ditolong murid-murid-Nya,
agar murid-murid itu mendapat nilai dan penghargaan yang tinggi di hadapan
Tuhan. Kalau Yesus Kristus minta ditolong, itu sekaligus sebagai ujian untuk
mengetahui seberapa jauh murid/pengikutnya setia kepada-Nya. Tuhan mau
kerjasama dengan manusia adalah demi manusia itu sendiri.
(3)
Mereka menghamparkan pakaian mereka di jalan
yang dilalui Yesus sewaktu mengendarai keledai itu. Di Timur Tengah, kalau sepatu dilemparkan
kepada seseorang, itu pertanda penghinaan yang sangat luar biasa. Tetapi kalau
pakaian (Batak Toba: ulos, bukan
kemeja, celana yang sedang dipakai) dibentangkan (sebagai pengganti permadani merah)
untuk dijalani seseorang, itu pertanda penghormatan yang luar biasa kepada
seseorang itu. Pakaian mereka (ta himatia
autōn; vestimenta sua; bigdëhem
= kain selendang mereka). Itu pakaian semacam Tracht, pakaian adat/kebesaran yang digunakan sehari-hari. Perbuatan
mereka ini terhadap Yesus merupakan pernyataan yang hendak mengatakan: (a)
aturlah adat kami; (b) yang termahal dari kami berada di bawah duli Tuhan kami.
(c) engkaulah segalanya bagi kami sekarang. Maukah pengikut Yesus yang hidup di
masa sekarang bersikap dan berbuat demikian? Kalau mereka mau, dunia akan
mereka kuasai, dan atur dengan baik, penuh damai sejahtera.
(4)
Semakin dekat ke Yerusalem, di jalan yang
menurun dari bukit Zaitun menuju Yerusalem, para pengagum, simpatisan, terutama
semua murid Yesus mulai bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring. Kalau
umat masih sempat bergembira dan memuji Allah, itu pertanda sehat jasmani,
sehat rohani, sehat pengharapan, sehat pergaulan, sehat iman, berada dalam
keadaan damai, dan menemukan rasa senang yang melebihi dari yang biasa. Pengalaman-pengalaman
seperti itulah yang seharusnya selalu terjadi apabila para pengikut Yesus
Kristus sedang beriring jalan ke mana pun.
(5)
Pujian mereka agak berbeda menurut Lukas dengan
Matius, Markus dan Yohanes. Dalam Lukas tidak ada seruan Hosana (bagi anak
Daud). Pujian ini diinspirasi oleh Mazmur 118:26. Lukas menemukan pujian yang
lebih panjang dari yang ada di tiga Injil lainnya dari tradisi jemaat yang
ditelitinya sewaktu menyertai Paulus dalam perjalanan. Melodi aslinya tidak
dapat ditemukan lagi. Mungkin ada pembaca bahan renungan ini yang tergerak
hatinya membuat melodi pujian ini. Melodi yang dibuat penulis renungan ini
mungkin bisa dinyanyikan: Es= Do; 4/4:
/ 1Di 1ber 1ka 1ti
1lah 7Di- 6a / 1yg 6da-5tang . / 2se-2ba- 2gai2Ra-2ja 4da-3lam
/5Na-6ma 5Tu-5han . / 1da-7mai6se-1jah-4tra 3di
/ 6Sor-6ga .
. / 7dan 7ke-6mu-5lia- 4an3di / 5tem-5pat . . / 6yg 7ma- 1ha- 1ting- / 1gi.
. . 3Ho-/ 3sa- . 1na . 3Ho-/
3sa-. 1na
. 1Ho-/ 2sa-. 1na
7Tu- / 1han .
. . // (Catatan: (a) karena teknis, bendera not ditulis di bawah; (b) teks
ditulis kecil dekat not masing-masing; (c) not yang ditulis tebal (bold) adalah
nada tinggi, yang ditulis tidak tebal adalah bernada biasa. Dari itu hanya nada
1 dan 2 yang tinggi dalam nyanyian ini).
Diberkatilah (=mubaraklah; Ibrani: baruk; Yunani: eulogēménos = dinyatakan mendapat yang
terbaik-yang terbaik lah). “Yang datang sebagai RAJA dalam nama Tuhan” (melek habo’ besem YHWH; Yunani: ho erchomenos, ho basileus en onomati kyriou)
menunjukkan pengharapan orang banyak itu, bahwa yang yang mengendarai keledai
itu adalah RAJA sesuai dengan nubuat nabi di Perjanjian Lama. Mereka tidak ragu
lagi akan hal itu. Siapa meragukannya mereka tidak akan mengiringi Yesus dalam
Perjalanan itu, kecuali orang seperti Farisi yang bertujuan mau mengintip
kesalahan Yesus agar bisa membinasakan Yesus.
“Damai sejahtera (shalom; eirene) di sorga” merupakan suatu ungkapan
hati/iman, bahwa penghuni sorga (termasuk TUHAN Allah) tidak perlu lagi gundah
gulana, dan tidak perlu lagi murka, karena kehendak dan rancangan TUHAN Allah
sekarang sedang berjalan dan dilakukan. Kalau shalom di sorga, maka tidak akan
ada kutuk dan ancaman penghukuman dari TUHAN Allah kepada manusia. Damai sejahtera di sorga terjadi bukan lagi
karena sesajen manusia, bukan lagi karena korban-kurban bakaran atau kurban
keselamatan, bukan karena pengabdian
manusia kepada TUHAN Allah, tetapi karena rancangan damai sejahtera dari TUHAN
Allah, yakni rencana keselamatan yang DIA sudah rancang sejak kejatuhan manusia
ke dalam dosa, sekarang dalam perjalanan Yesus menuju Yerusalem, akan terwujud
dan menjadi kenyataan. Penggenapan rancangan keselamatan dari TUHAN akan
menjadi kemuliaan (doxa, kabod) YAHOWA yang akan diberikan oleh siapapun di
tempat yang maha tinggi, di tempat TUHAN berada, atau di tempat-tempat di mana
kemuliaan itu hendak dipraktekkan (misalnya: di istana raja, di tempat-tempat
yang agung, dan lain-lain). Kemuliaan
raja dunia harus tunduk kepada kemuliaan Allah yang harus ditinggikan. Kemuliaan diri manusia harus tunduk di bawah
kemuliaan TUHAN Allah.
6)
Sesemarak-semaraknya kegembiraan dan puji-pujian
kepada Allah, disampingnya selalu ada yang “bermuka masam”yang ingin merusak
suasana. Di mana Tuhan bekerja, di situ Iblis juga sangat bergiat. Iblis sering
memperlakukan diri lebih hebat dari Tuhan dalam tindakannya kepada manusia
(baik berupa tindakan yang menyusahkan maupun berupa tindakan yang menyenangkan
manusia). Iblis sering datang melalui dalil-dalil yang sangat masuk akal
manusia. Lihatlah seperti dibuatnya melalui ular di taman Eden. Dalam arak-arakan Yesus menuju Yerusalem, Iblis menggunakan beberapa
Farisi (kelompok paling ahli soal-soal keagamaan dan kemasyarakatan)
menyampaikan niatnya membungkam sorak-sorai, sukacita dan pujian orang banyak. Mereka
“beberapa” agar pendapat mereka bukan pendapat seorang, tetapi pendapat
beberapa orang sehingga mempunyai kekuatan teologis dan politis. Telinga
kelompok Farisi ini merasa kurang sedap mendengar pujian itu dan keberatan
untuk disorakkan, karena kalimat pertama itu tidak benar-benar mengutip Mazmur 118:26a, tetapi menyisipkan
kepada kalimat itu kata “sebagai RAJA”, yakni kata yang tidak ada dalam ayat
mazmur tersebut. Tetapi para murid itu sengaja menyisipkan frasa itu (“sebagai
RAJA”), agar pujian itu lebih tepat kepada nubuat Zak.9:9 yang berbicara
tentang kedatangan seorang raja, dan Mzm.118:26 hanya berbicara secara umum
saja. Farisi menganggap hal itu tidak benar secara teologis, dan berbahaya
secara politis (karena akan dituduh sebagai pemberontakan kepada pemerintah
Romawi, yang menjajah Yerusalem). Sangat
logis (rasional) (dari sudut keagamaan dan politik) alasan kaum Farisi itu
mengatakan kepada Yesus: “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.” Farisi tidak tahu, bahwa penggenapan rencana
keselamatan dari TUHAN tidak selalu mengikuti pendapat teologis para tokoh
agama, dan tidak selalu peduli kepada perhitungan-perhitungan politis, yang
kaku dan statusquo. Farisi itu juga tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan Yesus
bersama murid-murid-Nya dan orang banyak itu justru sangat benar dari sudut
teologi dan tidak merupakan pemberontakan ditinjau dari sudut politik. Mereka
menyuarakan penggenapan nubuat nabi, dan mereka tidak angkat senjata, tetapi
melakukan politik damai sejahtera di sorga dan di bumi. Farisi tidak tahu,
bahwa Kerajaan Yang akan Didirikan Yesus bukan lah Kerajaan duniawi yang akan
menggantikan Kerajaan yang sedang menguasai Yerusalem/Israel. Pemberitahuan Kedatangan kerajaan sorga di
bumi dan kedatangan RAJA-nya tidak akan bisa didiamkan. Walau semua umat
manusia berusaha mendiamkannya, batu-batu akan meneriakkannya. Tepat yang
dikatakan Yesus: “Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.” (ay. 40).
Jika seluruh dunia berhasil membungkam “mulut para pengikut Yesus” di seluruh
dunia, sehingga mereka tidak bisa bersaksi bahwa Yesus adalah RAJA yang
menggenapi nubuat Zak. 9:9; DIA lah Mesias, Tuhan, Juruselamat, Hakim di
Penghakiman Terakhir, maka alam semesta akan bersaksi tentang hal itu. Lihatlah,
banyaknya bencana alam terjadi di daerah-daerah yang mencoba membungkam orang
Kristen bersaksi tentang Tuhan Yesus, dengan membakari, merusak rumah ibadah
Kristen dan mengancam mereka. Sayang sampai sekarang, kepala pemerintahan dan
rakyat di daerah yang berbuat demikian tidak mau menyadari hal tersebut. Lihatlah,
yang terjadi kepada Yerusalem di masa jemaat mula-mula, sewaktu Yahudi
membungkam pengikut Yesus bersaksi tentang Yesus Kristus. Kalau batu berteriak
tentang Yesus, memang lain bahasanya dari pada bahasa manusia. Lihatlah bahasa
batu yang menjadi peluru ali-ali Daud
yang menumbangkan Goliat. Lihat juga bahasa batu yang menjadi patung Yesus di
mana-mana di dunia ini. Mungkin suatu saat batu Hobon di Pusuk Buhit dan Batu
Gantung di tepi Danau Toba akan bersaksi tentang Yesus, apabila tidak ada lagi
yang bersaksi tentang Yesus di sana. Demikian juga batu akik yang ramai sedang
dipake orang di zaman sekarang. Pengikut Yesus yang dibungkam, juga harus
pandai membuat batu menjadi saksi kedatangan Yesus memenuhi janji TUHAN
menyelamatkan umat manusia (alam semesta). Batu yang digunakan untuk membangun
rumah Tuhan, tempat memuja dan memuji yesus Kristus, yang datang sebagai RAJA,
Mesias dan Juruselamat, harus dibuat sedemikian agar bisa bersaksi sepanjang
zaman tentang Yesus Raja, Mesias dan Juruselamat dunia.
2.
Sekarang apa yang baru dalam merenungkan perikop
ini? Yang baru adalah membuat tema perikop ini oleh tim penyusun Almanak di
Sekber UEM: Mengiringi Yesus dengan bergembira dan memuji Allah. Mungkin karena
barunya tema ini, ada gereja anggot aUEM yang tidak menggunakan tema ini. Tapi
tidak apalah. Mari, renungkan perikop ini dalam terang tema tersebut. Banyak
alasan dan dasar kita bergembira dan memuji Allah di saat kelesuan ekonomi dan
harga-harga yang sangat mahal sekarang ini dan di masa maraknya ancaman-ancaman
bom bunuh diri, bom mobil, perang dan persaingan ekonomi yang bisa mematikan
perusahaan-perusahaan di dalam negeri di era MEA sekarang: Pengikut Tuhan Yesus
percaya bahwa Yesus Kristus bisa mendahului mereka semua dalam mengatasi semua
masalah yang sedang dihadapi sekarang. Tugas pengikut Tuhan dalam hal ini
adalah “mengejar Yesus sampai dapat” dan siap disuruh mengerjakan yang perlu
bagi Tuhan duluan dan dari sana pasti setiap pengikut Tuhan akan mendapat lebih
dari yang diharapkan. Mat.6:33. Pengikut Tuhan yakin, bahwa apabila Tuhan
meminta dari dirinya sesuatu untuk keperluan Tuhan, hal itu bukan menjadi
kesia-siaan, tetapi menjadi sesuatu yang akan menghantar penghuni sorga dan
bumi mengalami damai sejahtera dan pemuliaan yang melebihi pemuliaan yang
datang dari dunia. Pengikut Tuhan Yesus yakin, bahwa apabila harta-harta
termahal dan yang membuat mereka terhormat mereka lrelakan dilawat dan dijalani Yesus yang sedang melintas, maka
harta-harta dan milik itu akan semakin diberkati
dan tidak satu pun benda-benda itu menjadi sumber kehinaan, melainkan menjadi
sumber kemuliaan dan kehormatan bagi pemiliknya. Pengikut Tuhan Yesus akan
bergembira dan berkreasi terus menciptakan puji-pujian bagi Tuhan, bukan hanya
dengan menciptakan lagu-lagu pujian, melainkan juga menciptakan karya-karya
dari benda-benda alam yang dapat bersaksi tentang Yesus Kristus yang datang
sebagai Raja, yang adil dan jaya, lemah lembut, dan membawa damai sejahtera
serta pengampunan dosa. Amin.
Pematangsiantar,
11 Pebruari 2016
Pdt. Langsung
Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).