MINGGU OKULI TGL. 28 PEBRUARI 2016, EVANGELIUM : YESAYA 55:1-9
YESAYA
55:1 Ayo, hai semua orang
yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang,
marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu
tanpa bayaran!
55:2 Mengapakah kamu
belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk
sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang
baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.
55:3 Sendengkanlah telingamu
dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak
mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang
Kujanjikan kepada Daud.
55:4 Sesungguhnya, Aku telah
menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan
pemerintah bagi suku-suku bangsa;
55:5 sesungguhnya, engkau
akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal
engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang
Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama
Ia dekat!
55:7 Baiklah orang fasik
meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia
kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita,
sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.
55:8 Sebab rancangan-Ku
bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
55:9 Seperti tingginya
langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku
dari rancanganmu.
KECAP DAN NIKMATILAH HIDANGAN TUHAN
(DAI
JALA HASONANGHON HAMU SIPANGANON PINARADE NI TUHAN DI HAMU)
*Mari
menjadi peserta tetap dalam pesta sukacita TUHAN
*Jangan
belanja atau jajan untuk hal yang sia-sia
*Tuhan
berjanji membuat kamu menjadi kepala bukan ekor, naik terus, tidak turun
*Bertobatlah,
selagi kesempatan untuk itu tersedia
*Ikuti
rancangan TUHAN
Pendahuluan
1.
Sewaktu raja Aram mengepung Samaria di zaman
Elisa, sewaktu Yoram bin Ahab raja di Israel Utara, terjadi kelaparan yang luar
biasa di kota Samaria. Tetapi sewaktu elisa ditanya bagaimana nasib penduduk
Samaria, Elisa menjawab: “Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik
akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” (2 Raj. 7:1). Apa yang
dikatakan Elisa terjadi, sebab tentara Aram lari terbirit-birit dari kemah
tempat mereka mengepung Samaria, lalu dua orang kusta menemukan bahwa tidak ada
lagi tentara di sana, melainkan hanya kuda dan makanan yang cukup banyak. Lalu
penduduk Yerusalem dan semua pejabatnya mengambil bahan makan itu gratis lalu
menjualnya kepada rakyat (yang membutuhkan) dengan harga sangat murah (sesukat
tepung yang terbaik berharga sesyikal). Sebenarnya harga itu dapat sudah
merupakan harga “gratis”. Jarahan itu sendiri sungguh-sungguh gratis, tanpa
dibayar. TUHAN menolong umat-Nya di Samaria.
2.
Jauh sebelum Israel masuk di tanah Kanaa, umat
itu bersungut-sungut minta daging, dan makanan, maupun air. Itu kebutuhan primer di Padang Gurun Sinai.
Hanya sayang, umat Israel memintanya bersungut-sungut, bukan berdoa dan memohon
baik-baik kepada TUHAN, sehingga ada yang terhukum. Setelah umat itu berangkat dari Elim (di mana
mereka bisa makan kurma dan minum air gratis), di padang gurun Sinai umat itu
minta daging dan makanan. Lalu TUHAN mendatangkan burung puyuh puluhan ribu dan
hinggap di perkemahan Israel (Kel.16:13). Mereka menangkapinya dan darisiti
mereka dapat makanan daging dengan gratis. Kemudian di setiap pagi TUHAN
membuat gurun itu ditutupi manna, yang disebut roti sorga. Musa: “Inilah roti
yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu!” (Kel.16:15). Dengan demikian
umat Israel memperoleh makanan gratis.
Di Masa dan Meriba,
di Kadesy di padang gurun Zin, bagian dari gunung Horeb (Sinai), umat
Israel minta air. Dalam meminta, mereka bertengkar dengan Musa, dan
pertengkaran itu dinilai sebagai mencobai TUHAN. Musa memukul gunung itu atas
perintah TUHAN, lalu keluarlah air (layak diminum) dari gunung itu. Lalu umat
Israel dapat minum dengan gratis. (baca Kel.17:1-7; versi lain yang lebih
dipegang kebenarannya diceritakan di Bilangan 20:2-14).
3.
TUHAN memerintahkan agar di Bait Allah ada
“lumbung” tempat penyimpanan persembahan hasil pertama, dan hasil buah
bungaran, persepuluhan dari hasil panen, agar ada diberikan bahan makanan bagi
kaum Lewi, orang asing, janda dan anak yatim, dan orang miskin, secara gratis,
tanpa membeli.
4.
TUHAN berulang-ulang melalui nabi-Nya menyerukan
agar umat-Nya menemukan hidup yang sebenarnya di dalam diri TUHAN. Amos
menyerukan Firman TUHAN: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!” (Am.4:4b). “Carilah yang baik dan jangan yang jahat,
supaya kamu hidup;...” (Am.5:14). “ Zefanya kembali menyerukan Firman TUHAN:
‘Carilah TUHAN. Hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan
hukum-Nya; carilaj keadilan, carilah kerendahan hati...” (Zefanya 2:3). Setiap kali Israel menjauh dari jalan TUHAN,
nabi TUHAN mencul untuk menyerukan agar Israel kembali mencari TUHAN dan
menemukan-Nya. Karena di tangan TUHAN
ada masa depan umat TUHAN yang gemilang.
5.
Penulis Mazmur 127 telah mengingatkan: “Jikalau
bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya;
jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan
duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah
-- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur’
(Mzm.127:1-2).
6.
Belajar dari berita tindakan TUHAN dan Firman
TUHAN yang disebutkan di atas, yang pasti dipelajari oleh penulis kitab Yesaya
Jilid II, nabi punya alasan yang kuat untuk
menyampaikan Firman TUHAN yang
sungguh indah dia tulis dalam Yes.55:1-9. Keindahan itu bertambah lagi, kalau dibaca sampai akhir kitab Jilid
dua ini (Yes.55: 13).
7.
Sewaktu Tuhan Yesus Kristus bekerja di Galilea,
dia mengadakan pertemuan akbar, yang terjadi spontan, tanpa panitia-panitiaan,
di salah satu bukit yang jauh dari kota Kapernaum. Jumlah yang hadir 5000 orang
laki-laki masih belum terhitung perempuan dan anak-anak. Sewaktu tiba jam
makan, Yesus memberi mereka makanan gratis (tanpa bayar) sampai berlebihan
(baca: Mat.14:13-21). Dan kedua kalinya 4000 orang laki-laki, selain perempuan
dan anak-anak (baca: Mat.15:32-39). Kalau sekarang natalan dengan menyediakan
snack untuk 5000 orang saja, panitia sudah kewalahan. Bersama TUHAN kamu tidak
akan kelaparan. Bersama TUHAN, kamu temukan kesejahteraan.
8.
TUHAN sungguh kaya, dan Alkitab menceritakan
bahwa bukan omong kosong bahwa TUHAN bisa memberikan makanan gratis bagi umat
yang meminta kepada-Nya. Tapi ada cara dan prosesnya yang harus dipatuhi si
pemohon agar terwujud dan menjadi berkat baginya, tidak menjadi hukuman.
MEMAHAMI TEKS YESAYA
55:1-9
Ayat 1-2 : Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan
minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah
gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah
kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu
untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan
yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.
1)
Tuhan menginginkan umat-Nya tidak kelaparan atau
tidak mendapat sesuatu untuk di makan, baik berupa makanan jasmani maupun
makanan rohani. Dua jenis makanan itu bagi manusia disediakan oleh Tuhan. Tetapi umat TUHAN harus tahu, bahwa
ada prosesnya, sehingga dua jenis makanan itu dapat sampai kepada orang yang
membutuhkannya. Umat Israel yang sudah beberapa (58/48) tahun di pembuangan sejak 598 seb.M/587 seb.M.
Raja-raja Babel sudah berganti, Setelah Nebukadnezar II (605-562 bC), Ewil
Marduk (Ewil-Merodakh (561-560), Nergal-Scharusur (559-556), Labschi-Marduk (556),
Nabonid (555-539 bC) dan terakhir Besyasar (anak Nabonid) (539bC). Raja Koresy
dari Persia sudah kuat, dan berhasil menduduki Babylon (ibukota Babel) tanpa
pertumpahan darah, berkat hikmat yang dimiliki oleh Daniel yang sudah uzur. (mene
mene tekel uparsin) (Dan.5:1-30). Kejatuhan Babel memberi kelegaan bagi umat
Israel. Pada waktu inilah, nabi pengikut Yesaya tampil menyampaikan
nubuatan-nubuatannya yang dikumpulkan dalam Yes.40-55. Dia bicara juga tentang
Koresy sebagai alat TUHAN (Yes.45:1-8) dan tentang keruntuhan Babel
(Yes.47:1-15). Kekalahan Babel membuat
rakyat berpesta pora, karena mereka terbebas dari belenggu pemerintah kejam
yang sudah dimulai Nabukadnezar II dan pengganti-penggantinya. Dalam situasi
ini, nabi ini menyerukan Firman TUHAN
kepada umat Israel: Ayo, hai
semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak
mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga
anggur dan susu tanpa bayaran! Apa yang diserukan nabi ini bisa
benar-benar terjadi, sebab kemenangan Koresy atas Babel membuat ekonomi menjadi
sangat menolong bagi orang miskin. Harga pangan (gandum, anggur, susu) diperhitungkan seperti gratis. Karena murahnya bahan-bahan makanan itu, para
keluarga-keluarga Yahudi, terutama karena didorong oleh kesetiaan mereka kepada
TUHAN Yahowa, membagi-bagikan makanan
itu kepada orang-orang miskin tanpa uang pembeli dan tanpa bayaran. Seruan
TUHAN menjadi tidak omong kosong. Dari peristiwa-peristiwa yang dicatat di atas
dan penglaman di zaman Koresy ini, dapat meyakinkan umat TUHAN tentang
kebenaran seruan Yesus yang mengatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih
lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu!” (Mat.11:28).
2)
Kekalahan Babel mendorong banyak orang Yahudi
hendak membeli barang-barang sebagai milik mereka. Mumpung masih semuanya
murah. Tetapi TUHAN mengingatkan mereka: ”Mengapakah
kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu
untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan
yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Untuk apa
memang umat Israel yang punya uang, membeli tanah, rumah di kota-kota pembuangan
mereka? Karena mereka akan kembali ke tanah air mereka di tanah
Israel/Yehuda/Yerusalem. Membeli harta-harta seperti itu menjadi sia-sia.
Persoalan utama mereka dalam masa pemerintahan baru itu adalah masalah pangan, untuk apa membeli hal-hal
yang bukan roti, atau sesuatu yang tidak mengenyangkan? Orang-orang yang
memiliki uang harus membantu saudara-saudaranya yang miskin dalam hal pangan
agar tidak ada yang kelaparan. Mereka harus menunjukkan diri sebagai tangan
TUHAN memberi pangan kepada kaum miskin (terutama dari keluarga besar Yahudi)
memberikan pangan secara gratis. Kalau orang Yahudi mendengar Firman TUHAN
(terutama Firman yang mengatakan: Kasihilah dirimu seperti dirimu sendiri) yang
sudah berulang-ulang diajarkan kepada mereka, maka orang Yahudi itu akan memakan yang baik dan
menikmati sajian yang paling lezat. Sajian itu paling lezat, karena sajian
benar-benar diperoleh sesuai Firman TUHAN dan didorong oleh praktek saling
mengasihi.
3)
Kalau yang dimaksudkan nabi dengan makanan
dalam ayat 1 dan 2 ini adalah makanan rohani
(Batak Toba: sipanganon partondion),
dan sajian yang paling lezat adalah
“hikmat TUHAN dan janji-Nya tentang pemulihan yang baru” (bd. LAI, Alkitab Edisi
Studi, h.1171), maka seruan nabi ini akan lebih mudah dipahami. Tidak usah
dibuat rekonstruksi peristiwa di zaman itu, seperti dibuat di atas. Sepanjang
sejarah keagamaan Yahudi (bahkan sampai sekarang), makanan rohani yang
disajikan dari Firman TUHAN tidak pernah dibeli atau dibayar oleh penikmat. Juga
yang paling mahal, yang dilayankan TUHAN (Yesus Kristus) kepada umat manusia,
yakni penebusan dosa dan keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus melalui
salib, kematian dan kebangkitan-Nya, benar-benar tanpa bayar dan tanpa uang
pembeli (emas dan perak), karena sudah dibayar terlebih dahulu oleh TUHAN
(Yesus Kristus) yang menghadiahkannya (bd. 1Ptr.1:18-19; Kis.8:20; 1 Kor. 6:20.
1 Kor. 7:23). Nabi menyesalkan tindakan
umat TUHAN yang “membelanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti dan yang
tidak mengenyangkan”. Yang dimaksud adalah “jajanan rohani ke tampat-tempat di
mana ditawarkan “angin sorga”, tetapi sebenarnya adalah “angin badai”; atau
“jajanan rohani ke tempat dukun-dukun, penyembahan-penyembahan berhala,
dewa-dewi lain”, yang pada dasarnya membuat kerohanian umat menjadi seperti
minum air asin, semakin banyak diminum maka semakin haus, akhirnya “burnungon” (sakit kanker mematikan). Umat TUHAN di zaman sekarang pun harus
memperhatikan apa yang sedang dilaksanakannya. Pemberitaan Firman di
mimbar-mimbar dan partangiangan (kebaktian
rumah) harus menyajikan sajian paling lezat, makan rohani yang baik dan
menyehatkan, jangan menyajikan makanan yang rabirabi,
asom so martontu, igar, tata (sangat asin, asam tak enak, memuakkan,
mentah). Umat pun harus sadar, ke mana pergi mendapat jajanan rohani, atau ke
ladang mana yang sebaiknya pergi “merumput”. Prinsip teguh pelru dipegang:
“Pahit manis makanan rohani di kebaktian huriaku, aku makan makanan rohani di
sana.” Rumput manis atau rumput lalang di ladangku, aku tetap merumput di ladangku.
TUHAN pasti memberkati orang-orang yang setia menerima makanan rohani dari
TUHAN dan tahu di mana letak kepuasan
rohani. Makanan terlezat adalah yang dimasak dengan “sola scriptura”, “Alkitab
menafsirkan isinya sendiri”.
Ayat 3-5 : Sendengkanlah
telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku
hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh
yang Kujanjikan kepada Daud. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi
saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku
bangsa; sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan
bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN,
Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
(1)
Malaui nabi-Nya TUHAN mengajak umat-Nya agar
mensedengkan telinga mendengar apa yang sedang dikatakan TUHAN, lalu datang
kepada TUHAN, jangan menjadi lari terbirit-birit dari hadapan TUHAN.
Mensedengkan telinga (Ibr.: hattu ’oznekem),
“mendengar” (sime‘u),
adalah kesediaan mengkonsentrasikan diri menggunakan telinga dan hati/perhatian
untuk memasukkan ke hati apa yang sedang dinasihatkan pihak lain (d.h.i. umat
Israel terhadap firman Yahowa). Kalau telinga itu punya daun kuping seperti
daun kuping kerbau, maka daun kuping itu harus ditegakkan dan diarahkan kepada
suara yang akan didengar, dan selain suara itu tidak didengar. Kalau
pendengaran telinga itu setajam pendengaran gajah (karena dikenal: hataon gaja), maka ketajaman telinga itu
hingga dapat mendengar apa yang ada di lubuk hati TUHAN (Yeus Kristus). Mengapa
keseriusan seperti itu perlu? Karena TUHAN akan mengatakan “Firman Kehidupan”,
“jalan hidup”, “hal-hal yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan
kehidupan sorgawi” kepada umat-Nya. Sempat suara TUHAN kelewatan, tidak
didengar, kehilangan yang paling berhargalah orang yang tidak sungguh-sungguh
mendengar itu. Maka dalam mendengar Firman TUHAN, putuskan dulu hubungan komunikasi
dengan hal-hal lain (misalnya: waktu dengar Firman, selalu ber-hp atau bbm atau
chating dengan orang lain. Artikan lah perbuatan ini dalam arti luas). Jadi
harus pande pakai waktu dalam hal “dengar mendengar”. Sesewaktu (satu sampai
satu setengah jam di hari minggu, 15 menit di setiap hari senin selasa, rabu,
kamis jumat, sabtu), nikmati dulu indahnya berkomunikasi atau “dengar-dengaran”
dengan TUHAN.
(2)
Kepada umat di pembuangan, nabi mengingatkan
kembali janji TUHAN kepada Daud, dan dari itu TUHAN kembali ingin mengikat
perjanjian abadi dengan umat-Nya. Ini pertanda, bahwa TUHAN tidak lupa janji,
dan diharapkan umat-Nya juga setia janji, dan kembali berjalan sesuai
perjanjian itu. Janji kepada Daud, dan sekarang disegarkan kepada umat TUHAN
(termasuk kepada umat Tuhan zaman sekarang). Isinya: 1. TUHAN menetapkan Daud (umat-Nya
sekarang) menjadi saksi bagi
bangsa-bangsa. Yesus juga mengulangi ini kepada murid-murid-Nya: “...dan
lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari
semuanya ini” (Lukas 24:27-28). Hal menjadi “saksi” (Ibr.: ‘ed = witness, testimony,
proof (AHCL, 589); saksi (Achenbah, 225); Yunani (LXX): marturion = martir/saksi). Keberadaan
Daud menjadi raja, umat TUHAN menjadi bangsa yang terpilih, umat dalam
pembuangan, di panombangan, di parserakan, di perantauan, atau di
manapun dan dalam keberadaan yang bagaimanapun, adalah kesempatan untuk menjadi
saksi, martir TUHAN di tengah-tengah bangsa-bangsa. Dengan keberadaan itu, Daud
atau umat TUHAN berkesempatan melaksanakan tugasnya untuk memanggil
bangsa-bangsa (yang dikenal atau tidak dikenal) menjadi percaya kepada TUHAN
dan mau menjadi pengikut TUHAN. Cara atau metode menjadi saksi dan isi
kesaksian membuat bangsa-bangsa lain itu datang berlomba bergabung menjadi umat
TUHAN. Seperti dikatakan oleh “banyak
suku bangsa (yang) akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia
mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya;
sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
(Yesaya 2:3; bd. Mika 4:2). Menjadi Saksi juga merupakan “sajian paling lezat”,
makanya menjadi saksi, apalagi menjadi saksi kebenaran Kristus, juga harus dinikmati. 2. Menetapkan Daud (umat TUHAN) menjadi
raja dan pemerintah bagi suksuku bangsa. Semua tahu, bahwaa Daud adalah raja di
suatu negeri kecil. Luas wilayahnya tidak ada seluas Sumatera Utara, rakyatnya
tidak sampai dua juta orang. Umat TUHAN
juga adalah minoritas di kalangan bangsa-bangsa atau etnis yang ada di dunia. Kok
dikatakan Daud bisa menjadi raja atas bangsa-bangsa? Kok dalam perumpamaan itu
dikatakan kepada orang itu (baca: kepada pengikut TUHAN): “Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil,
karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” (Lukas 19:17). Apakah nabi
bicara tentang suatu yang omong kosong? Apakah TUHAN Yesus bohong, bila
dkatakan bahwa pengikutnya yang “minoritas” itu dapat berkuasa atas sepuluh
kota (baca: atas bangsa-bangsa)? Itu tidak omong kosong dan tidak bohong. Sebab
kerajaan Daud dan kekuasaan pengikut
TUHAN (Yesus Kristus) bukan seperti kerajaan Lenin/Stalin dan bukan seperti
kekuasaan Hitler. Tetapi kerajaan dan kekuasaan dengan kebenaran, ajaran
kemanusiaan, ajaran ke-TUHAN-an yang “memanusiakan manusia”, ajaran kasih
(agave), pengampunan dosa, dan kehidupan sorgawi yang pasti. “Bukan karena
pengikut TUHAN harus menjadi raja atau presiden suatu negara, baru dikatakan
pengikut TUHAN itu raja dan pemerintah bangsa-bangsa di negara tersebut.” Tetapi
karena apa? Nabi mengatakan: oleh karena
TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan
engkau. DIA lah Yahowa yang memperkenalkan dirinya dengan nama “Aku adalah
AKU” (Kel.3:14) dan oleh karenanya DIA diseru “YAHOWA” (Dia adalah Dia, Dia
yang Ada, Dia yang membuat Ada), atau sebagai menyatakan diri sebagai “Firman
yang menjadi Manusia” (Tuhan Yesus Kristus), atau DIA yang dikenal
bangsa-bangsa melalui agama masing-masing
sebagai TUHAN Allah yang adil dan benar, penganugerah pengampunan dosa
dan keselamatan. Kekuasaannya yang membuat
Daud dan umat-Nya menjadi raja atas bangsa-bangsa. Seperti dikatakan dalam kitab Ulangan: “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala
dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau
mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan
dengan setia,...” (Ulangan 28:13). TUHAN sangat mengagungkan umat-Nya, sebagai
umat pilihan-Nya, maka umat-Nya harus benar-benar berbuat dan hidup agar jangan
sampai mengecewakan TUHAN. Bangsa yang agung/diagungkan harus berkarakter, bermental,
dan berperilaku agung.
Ayat 6-7 : Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui;
berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan
jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada
TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi
pengampunan dengan limpahnya.
a. Mencari
TUHAN adalah pekerjaan mudah-mudah sulit. Mencari Dia tidak semudah dan sesukar mencari
jarum yang jatuh di semak belukar lebat dan gelap. Mudah kalau tahu kiatnya,
dan sulit kalau tidak tau caranya atau langkah-langkahnya. Mencari jarum kecil
di dlam semak belukar tebal dan gelap, mudah saja. Ambil magnit berkekuatan
tinggi, pasti jarumnya akan lompat ke magnit itu, lalu ditemukan. Bergaul
dengan TUHAN pun harus pandai, cekatan dan tau langkah-langkahnya. Tidak boleh
seperti anak-anak yang main “alep-alepan”,
Hidup ini bukan kesempatan ber-alep
dengan TUHAN. Tetapi main sungguhan, dan bertujuan memperbaiki kehidupan. Kalau
kita bayangkan TUHAN itu ibarat magnit berkekuatan tinggi, maka diri pengikut
TUHAN harus mempunyai diri seperti “logam” yang mau melekat dengan magnit.
Kalau diri pengikut TUHAN melihat dirinya
sebagau magnit, dan TUHAN juga sebagai magnit, maka jangan kutub utara
dan kutup selatan yang dicoba dipertemukan. Kalau demikian halnya, maka nanti
kekuatan yangada di pihak diri dan di pihak TUHAN akan saling menolak, tidak
jadi bertemu. Harus yang kutub selatan didekatkan ke kutub yang utara, sehingga
tidak ada yang bisa menghambat bertemu.
b.
TUHAN sudah menyediakan diri-Nya (berkenan; behimmaşe’ō
= dalam perkenanan-Nya) untuk ditemui. Sudah pernah ada pengalaman audiensi.
Lebih dulu dibuat surat minta audiensi, lalu ada balasan bahwa presiden yang
hendak ditemui itu bekenan menerima. Lalu terjadilah pertemuan itu, kalau tepat
waktu, dan berguna. Semua pihak saling menghormati. TUHAN sudah berkenan
ditemui, maka berlombalah audiensi kepada-Nya. Tempat TUHAN itu berada tidak
sejauh Medan Jakarta, atau Siantar – Medan. Tetapi sedekat “jantung dengan
hati” dalam badan manusia. TUHAN itu
tidak sedekat daging dengan tulang di tubuh, tetapi lebih jauh lagi dari
jauhnya galaksi terjauh dari bumi (tak terhitung tahun cahaya jauhnya). Itulah
dekat-jauhnya TUHAN dari manusia. Tetapi sedekat dan sejauh manapun DIA,
pengikut TUHAN dapat berseru kepada-Nya, dan pasti didengarkan oleh-Nya. Hanya
satu pantangan dalam mencari dan berseru kepada TUHAN agar DIA dapat ditemui
dan DIA mau mendengar, yaitu kefasikan (Ibr. raša‘) dan kejahatan (Ibrani: ’awen).
Kalau ada niat “mempermalukan” TUHAN dan “mencuri Firman TUHAN”, maka TUHAN dicari dan hendak
diaudiensi (ditemui), pastilah TUHAN tak tertemukan dan Dia sangat jauh. Lebih
baik tulus hati dan jujur mencari dan meneui-Nya. Kalau menghadap presiden
tidak bisa membawa senjata, ditinggalkanlah sinjata itu di rumah atau di
Satpam, atau dibuang saja kalau menghambat. Demikian misalnya dalam mencari
TUHAN dan menemui TUHAN. Kalau kefasikan
dan kejahatan yang ada dalam diri itu menghambat, dibuang aja itu. Kalau diri
yang bersangkutan tidak mampu membuang, diminta agar TUHAN membuang kefgasikan
dan kejahatan itu, agar itu semua lenyap selamanya. Jadi mencari TUHAN dan
menemui diri TUHAN sangat mengasikkan dan merupakan tanda pertobatan, sehingga
inipun harus dinikmati sebaik mungkin.
c.
Hidup manusia pasti indah kalau bertobat.
Artinya, manusia itu mau meninggalkan kefasikan dan meninggalkan rancangan
jahatnya. Lihatlah betapa indahnya hidup seseorang (termasuk para pejabat
negara/pegawai negeri dan pegawai swasta, bahkan yang berusaha sendiri) kalau
dia membuang segala niat korupsi dari dirinya sendiri. Korupsi dalam arti yang
seluas-luasnya. Lihatlah betapa indahnya kehidupan suatu gereja, kalau dulu dia
menyimpang dari ajaran TUHAN dan berada dalam jalan sesat, mengajar sesat,
tetapi sekarang kembali sudah kembali kepada TUHAN; teologinya berporos pada
prinsip: Sola Deus (Kristen: Sola Christus), Sola Gratia, Sola Fide, Sola
Scriptura, dan Soli Deo Gloria. Prinsip
ini merpakan jalan kembali kepad TUHAN di setiap agama dan kepercayaan. Orang
atau keagamaan yang mau kembali kepada TUHAN pasti dikasihani oelh TUHAN dan
dosa yang pernah dilakukannya pasti diampuni. Seperti “anak yang hilang”,
sewaktu dia kembali, Bapaknya mengadakan pesta sukacita besar, anaknya yang
kembali itu benar-benar di-pahe
(diperlengkapi dengan pakaian) sebaik-baiknya. Mahkota raja ditaruh di kepalanya
(bd. Luk.15:11-32). Mari, jangan ragu kembali ke jalan TUHAN, sewaktu Yesus
Kristus mengumumkan: “Aku lah jalan, kebenaran dan hidup!”. Pertobatan itu pun
harus dinikmati, dan memang sangat manis rasanya.
Ayat 8 – 9: Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan
jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi,
demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu
Bersyukurlah karena rancangan Tuhan bukan rancangan manusia, dan
jalan Tuhan bukan jalan manusia, bahkan bedanya dikatakan seperti tingginya
langit dari bumi. Bukan seperti tingginya langit lapis ke tujuh dari bumi.
Walaupun begitu, rancangan dan jalan TUHAN sering bertemu dan bahkan lengket
sama sekali. Seperti langit selalu lengket dengan bumi dan bumi selalu lengket
dengan langit. Sewaktu Martin Luther melihat di mana Kerajaan dunia dan di mana
Kerajaan Allah, dia melihat di bumi ini secara bersama-sama ada Kerajaan
dunia dan ada (hadir) Kerajaan Allah. Eologi it dikenal dengan teologi “Dua
Kerajaan”. Berbeda belum tentu tidak
bertemu. Justru karena berbeda maka perlu bertemu. Lihatlah bendera NKRI “merah
putih”, berbeda tetapi bertemu, menjadi pertanda adanya suatu negara yang hebat
dan luar biasa. Kan, di segalanya Indonesia hebat!? Yang merah bekerja untuk
yang putih dan yang putih bekerja untuk yang merah. Itulah bendera pusaka “Sang
Saka Merah Putih”. Rancangan dan jalan Tuhan, bekerja untuk rancangan dan jalan
manusia, dan rancangan dan jalan manusia tidak luput dari rancangan dan jalan
manusia. Karena untuk itulah, makanya
TUHAN mau mencampuri urusan manusia. Kalau tidak, untuk apa DIA datang ke
dunia, untuk apa dia mengutus nabi-Nya, untuk apa Tuhan Yesus Kristus rala mati
tersalib di Golgatha. Walau rancangan dan jalan itu berjauhan, mereka harus
bertemu, sehingga bergunam untuk kemanusiaan dan untuk kehidupan, serta untuk
kemuliaan TUHAN. Yeremia telah
mengatakan Firman Tuhan kepada umat-Nya: “Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan
datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;...” (Yer.29:
11-12). Beribu-ribu, kata orang, jalan
ke Roma, tetapi tidak berribu-ribu jalan masuk pintu rumah TUHAN. Siapa yang
tidak masuk dari pintu itu, dia terhitung pencuri atau yang tidak berpakaian
pesta, dan apabila dia kedapatan di sana, dia akan diusir juga. Temukanlah
jalan ke pintu satu-satunya itu. Dan jalan itu adalah lebih indah dari jalan
tol yang dikenal di bumi. Sewaktu
dikatakan rancangan dan jalan TUHAN
bukan rancangan dan jalan umat-Nya, yang perlu adalah penyesuaian dan
penyesuaian. Sejarah ke-TUHAN-an yang disaksikan Alkitab memaparkan, bahwa
TUHAN bersedia menyesuaikan rancangan-Nya dan mencocokkan jalan-Nya kepada
rancanan dan jalan manusia (umat-Nya). Ingat misalnya Filipi 2: 5-8; Yoh.
1:14). Alkitab memberitakan bahwa TUHAN pernah menyesal atas rancangan-Nya,
lalu mengubah keputusan-Nya demi manusia (demi umat-Nya) (bd. Kej.6:6;
Kel.32:14; 1 Sam. 24:16; Yer.18:8; Yer.18:10; Yer.26:3.13; 42:10; Am.7:3.6;
Yunus 3:10). Kalau TUHAN mau demikian, maka manusia (umat TUHAN) harus lebih
mau lagi, yakni menyesal atas rancangan jahat dan jalan sesat yang ditempuhnya,
lalu menyesuaikan diri kepada rancangan TUHAN dan mau berjalan di jalan TUHAN.
Awas! Jalan TUHAN itu tidak ditandai dengan “lurus’-Nya, tetapi ditandai dengan
sai ke mana jalan itu. Walau jalan itu lurus, tetapi ujungnya ke dunia
kematian, jalan jalani. Tetapi walau jalannya berkelok bahkan terjal apalagi
lurus, dan kalau ujungnya ke jalan kehidupan, menghantar ke pintu rumah TUHAN
di sorga, jalanilah. Dan nikmati jalan itu dan rancangan TUHAN di sana. Pasti
engkau akan mendapat yang indah-indah.
UNTUK DAPAT LEBIH MEMAHAMI TEKS
(a)
Sebagai hasil penelitian para ahli – dan juga
membandingkan peristiwa-peristiwa yang diberitakan di dalamnya, Kitab Yesaya
dikenal sebagai kitab yang terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama: Yes. 1-39;
Jilid kedua: Yes. 40 – 55; dan Jilid Ketiga : Yes.56 – 66. Semua ahli hampir sepakat akan hal itu. Tetapi
tentang siapa penulis tiap Jilid ari buku itu, masing-masing ahli memegang
kebenaran penelitiannya dan keyakinannya. Penulis Yes.1-39 tidak diperdebatkan,
yakni Nabi Yesaya ben-Amoş, yang hidup dan bekerja di zaman raja Uzia, Yotam, Ahas
dan Hiskia, raja raja Yehuda. Itu dalam kurun waktu 767 – 699 seb.M (70 tahun).
Jadi kalau Yesus dipanggil berumur 30 tahun, maka tahun 699 seb. M. dia sudah
berumur 100 tahun. Berita/Nubuat yang
ditulis dalam Yesaya Jilid Kedua berlatar belakang sejarah Israel di akhir
pembuangan Babel atau masa pembuangan Israel ke Babel hingga tampilnya Raja
Koresy dari Persia sebagai penguasa negara superpower baru di dunia waktu itu,
dan Ediknya tahun 538 seb.M. Nebukadnezar II mebumihanguskan Bait Allah
Yerusalem tahun 587 seb.M. Jadi selang waktu
699 ke 587 dan 587 ke 538 sebanyak: 82 + 49 = 131 tahun. Biasanya nubuat
atau sejarah dituliskan, kalau sudah terjadi. Kalau nabi Yesaya ben Amoş
(yang sudah 100 tahun) di zaman Hiskia, menubuatkan dan menuliskan Kitab
Yesaya Jilid Kedua, maka umurnya sudah
231 tahun. Kalau dia juga yang menulis isi Kitab Yesaya Jilid Ketiga (yang
isinya sudah bernuansa masa sesudah pembuangan Israel ke Babel), maka umar
Yesaya ben Amoş masih lebih panjang lagi dari itu. Orang bisa percaya bahwa atas
perlindungan TUHAN, Yesaya ben Amoş hidup hingga berumur lebih dari 231
tahun. Lalu membuat argumentasi, bahwa Yesayalah yang menulis semua buku Yesaya
yang tiga jilid itu. Keyakinan seperti ini juga tidak melanggar keimanan.
Tetapi siapa yang yakin bahwa murid-murid Yesaya ben Amoş
meneruskan pekerjaan seniornya menyampaikan nubuat setelah Yesaya ben
Amoş
wafat sesudah masa raja Hiskia menjadi raja, yakni di masa pembuangan Israel ke
Babel dan di masa peralihan pemerintahan Babel ke Persia, lalu kumpulan
nubuatnya itu ditempelkan saja kepada kitab “guru”-nya, Yesaya Jilid Pertama,
dan demi menghormati “guru’-nya, dia tidak menyebut namanya, keyakinan seperti
itupun tidak melanggar keimanan. Judul kitab di PL sering tidak menunjukkan
bahwa nama itulah otomatis yang menulis
buku itu. Dalam penjelasan khotbah ini, penulis tidak menyebut nama penulis
Kitab Yesaya Jilid Kedua, tetapi hanya menyebut “nabi” atau kadang “nabi murid
Yesaya”. Disebut murid Yesaya, karena dia mewarisi/meneruskan semangat nubuat
keselamatan yang telah dinyatakan Yesaya di bukunya Jilid Pertama.
(b)
Kalau kita buka catatan kaki yang ada di Biblia
Hebraica Stuttgartensia (BHS) untuk melihat perbandingan teks renungan ini ke
pada salinan-salinan, maka hanya ada tiga catatan di ayat 1, dua catatan di
ayat 4 dan dua catatan di ayat 9. Semua
catatan itu tidak terlalu mengganggu, karena tidak ada yang mengubah isi nubuat
nabi, tetapi memperjelas saja. Teks khotbah ini termasuk teks yang dipelihara
dengan baik dalam penyalinan-penyalinan. Catatan pertama di ayat 1, frasa yang bertanda
a – a (yakni kata: kasep leku) menurut BHS
sebaiknya dibaca “kesep leku”. Ini soal vokalisasi saja. Catatan yang kedua di
ayat 1, untuk kata bertanda b (kata we’ᴂkolu = dan
makanlah) diusulkan BHS pembacaannya we’iklu
= dan makanlah), agar lebih sesuai dengan pembentukan kata dalam bahasa
Ibrani. Dan catatn ketiga kata bertanda c
– c yakni kata uleku siberu = dan marilah sejenak) bacaan itu menurut naskah Qa
G S, kata itu dicoret. Karena memang fras ini berulang-ulang dalam
ayat ini. Dia ayat 4 catatn pertama
untuk kata yang ditandai a yaitu kata le’ûmmin
= untuk bangsa-bangsa, tetapi suatu bentuk kata yang tidak lazim, namun
diterjemahkan dalam naskah S (T) dengan l‘mm’ = untuk bangsa-bangsa,
sehingga BHS mengusulkan kata itu
menjadi le‘ammim – untuk
bangsa-bangsa, demi mengembalikannya ke bentuk yang biasa. Sedangkan catatan
kedua di ayat 4 adalah untuk kata bertanda b yaitu kata ûmşawweh
(= dan pemerintah) dalam naskah G (S V )
diterjemahkan dengan prostassonta (=
pemimpin/protektor), terbandingkan dengan di naskah T, dan akhiran – eh jelas dibaca. Catatan pertam di ayat 9 adalah frasa bertanda
a – a yakni kata ki-gabehû (=
seperti tingginya) (bentuk kata yang tidak lazim), dengan membanding
kepada naskah Vrs (terbanyak naskah-naskah), BHS mengusulkan kata itu dibaca
kigboaẖ (= seperti tingginya), sedangkan
naskah Qa menulisnya: kgwbh,
yang sama juga artinya. Melihat
perbandingan naskah itu, teks khotbah ini tidak ada yang dikorupsikan penyalin
sepanjang masa.
RENUNGAN
a)
Republik Indonesia yang kita cintai ini masih
baru mengalami pergantian pemerintahan, dari Presiden SBY dan kabinetnya kepada
Presiden Joko Widodo dan kabinatnya . Kita bersyukur bahwa dalam pergantian
pemerintahan ini tidak ada pertumpahan darah dan tidak ada
ketegangan-ketegangan yang menakutkan rakyat. Mudah-mudahan proses demokrasi di
Indonesia semakin mapan dan berdayaguna. Sekarang sudah lebih satu tahun era
pemerintahan Presiden Jokowi. Sungguh
semakin banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan demi memenuhi
tuntutan Pembukaan UUD 45 yang
mengatakan pewujudan masyarakat adil dan makmur, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta menciptakan dunia yang damai. Tugas-tugas itu tak mungkin bisa
selesai kalau hanya pemerintah yang mengerjakan. Rakyat dan pemerintah harus
bahu membahu mengerjakan. Sekarang ini pemerintah sudah mencoba menyerukan kepada rakyat: Hai, kami yang miskin, terimalah
“beras miskin” (raskin) tanpa membeli. Hai kamu anak-anak keluarga miskin,
giatlah belajar sampai di perguruan tinggi tanpa membayar uang sekolah, cukup
tunjukkan Kartu Indonesia Pintar. Hai, kamu rakyat miskin yang sakit-sakitan,
berobatlah tanpa membayar tambahan. Hai, kamu yang rumahnya tidak layak huni,
terimalah bantuan bedah rumah, agar kamu memiliki rumah sehat. TUHAN
menggunakan pemerintah NKRI sekarang untuk menyerukan demikian kepada seluruh
umat beragama di Indonesia. Semua kelompok agama, termasuk huria harus
menyahutinya, dengan mengajak seluruh warganya jujur memenuhi undangan
pemerintah tersebut. Walaupun kehidupan ekonomi juga terasa semakin sulit
karena keguncangan-keguncangan ekonomi dunia, tidak perlu ada anggota kelompok
agama yang kaya menjadi menerima raskin, pemegang KIP, KIS, KISejahtera, dan
menjadi penerima bedah rumah, palagi untuk merehab rumahnya yang keempat. Ada
juga peluang untuk huria menyerukan firman TUHAN kepada umat: Hai kamu yang
miskin, datanglah menerma tanpa bayar bantuan dari TUHAN, yang sudah dikupulkan
oleh jemaat. Huria juga punya peluang besar untuk bekerja giat menggembalai
umatnya agar tidak membelanjakan uang yang dimiliki masing-masing untuk hal-hal
yang tidak produktif. Umat membeli sembako, adalah agar umat itu produktif,
berhasil karya. Hal-hal yang tidak produktif adalah: berjudi, bertogel, beli
mobil mewah, bermewah-mewah di hotel, beli miras, atau “menyimpan uangnya di
bank luar negeri yang ada di dalam negeri dan di luar negeri”. Pemerintah juga
tidak perlu membelanjakan APBN/APBD I/APBD II, Bantuan Desa untuk proyek-proyek
yang menghabiskan dana yang hasilnya tidak memberi kesejahteraan kepada rakyat
banyak, seperti membangun Hotel Mewah. Biarlah Hotel dibangun pribadi-pribadi atau
para swastawan. Sedangkan pembangunan jalan tol dan lapangan terbang bisa
diswastakan. Pemerintah perlu fokus untuk membanguan kehidupan rakyat miskin,
sebab rakyat kaya sudah akan dengan sendirinya membangun dirinya, dengan adanya
undang-undang yang memberi peluang-peluang berkeadilan soaial.
b)
Tugas utama HURIA adalah
memberikan/menyajikan makanan rohani dan dibagikan secara gratis atau tanpa dibeli oleh anggota huria. Huria
menyerukan kembali seruan Tuhan Yesus Kristus yang dikutip di atas. Selain itu,
huria menyerukan: Hai kamu yang miskin harta rohani, datang dan cicipilah
makanan rohani yang sangat lezat disajikan untukmu. Hai kamu, yang miskin
pengeahuan iman, dan yang imannya kurus kering, datanglah, cicipilah pelajaran,
pendidikan dan praktek iman yang kuat, pasti dan dan berdayaguna. Hai kamu, yang sakit rohani
dan berakibat kepada sakit badani, mari, cicipilah dan terimalah kesembuhan
rohani dan pembugaran kembali tubuhmu, agar kembali menjadi seperti kijang yang
dapat berjingkat-jingkat. Sungguh indah seruan seperti itu dan diikuti
perbuatan/pelayanan sajian yang konsisten. Ada pendapat: Pendeta makan dari
khotbahnya. Artinya semakin baik sajian makanan rohani disampaikan pengkhotbah/pelayan
firman, maka semakin rajinlah anggota huria bersyukur dan menyampaikan ucapan
syukurnya. Hidup pemberita firman (seperti Paulus) adalah dari pemberian syukur
anggota huria. Warga huria sudah capek dengan adanya: gugu toktok, yuran tahunan, amplop bulanan, dan kewajiban-kewajiban
lainnya. Lebih dari situ akan diberikan umat, apabila sajian makanan rohani itu
tanpa dibeli, tanpa dibayar, tetapi disyukuri. Itu akan bertambah lagi apabila
dalam jemaat ditimbulkan kebanggaan jemaat karena jemaat itu dimampukan
melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial di dalam dan di luar huria. Banyak anggota
huria yang semakin pasif, karena merasakan bahwa penyajian firman TUHAN tidak
seimbang dengan segala kewajiban. Mendingan masih belum pindah huria. Sekarang
ini setiap huria harus bantir stir
merubah paradigmanya. Huria akan
menseleksi pelayan/penyaji makan rohani mana yang harus terus didukung di
manapun berada, dan mana yang harus tak terpakai dengan sendirinya.
c)
TUHAN punya tujuan-tujuan yang pasti dengan
didirikannya denominasi gereja di dunia ini. TUHAN memberi janji-Nya kepada setiap
denominasi itu. Misalnya: Di gereja denominasi A yang kudirikan itu, Aku akan melahirkan
orang-orang yang dapat diandalkan di negaranya. Untuk gereja denominasi B
kuhimpun orang-orang miskin yang bisa membuat dunia ini tercengang-cengang. Untuk
gereja denominasi C kuhimpun orang-orang dari berbagai etnis, dan menjadi teran bagi bangsa-bangsa. Setiap
denominasi pasti tahu janji apa yang telah dipadankan (diikat) oleh TUHAN dengan denominasi itu. Juga setiap
denominasi gereja pasti tidak berjalan begitu saja tanpa arah dan tujuan di
dunia dan diakhirat. Kalau denominasi itu tidak tahu itu, berarti denominasi
itu tidak pernah merumuskan visinya, dan tidak tahu ber-strategig planning. Makanya
setiap denominasi, bekerjalah dengan bervisi dan berstrategi mulai sekarang
ini. Itu pertanda, bahwa denominasi
gereja itu mau mensendengkan telionganya kepada TUHAN dan mendengar firman
TUHAN.
d)
Bersamaan dengan diikatnya janji TUHAN kepada
setiap denominasi Huria (seperti HKI, GKI, GKII, GMII dan lain-lain), disitulah mulai diambil tindakan – tindakan
pertobatan. Seluruh pelayan huria itu benar-benar orang yang bertobat. Dan
dengan pertobatan itu, mereka mampu memanggil manusia-manusia yang lain
bertobat. Semua garda petobat itu akan digunakan TUHAN untuk menyampaikan
berita pengampunan dosa kepada seluruh umat manusia. Dalam situasi pertobatan
itu, seruan meninggalkan kefasikan dan kejahatan akan terdengar tegas tetapi
menyelamatkan. Kepada semua pihak di tengah bangsa Indonesia perlu diserukan, agar:
1) tidak ada lagi penjual dan pengguna narkoba, karena sudah ternyata hal itu
sangat membahayakan kehidupan bangsa. 2)
tidak ada lagi yang membangun gerakan separatisme (gerakan mau merdeka
dari Indonesia). Berlombalah membangun negeri yang luar biasa ini. 3) tidak ada
lagi kelompok-kelompok yang membelokkan ajaran agamanya demi kepentingan
kelompoknya saja. Agar tidak ada lagi kelompok sesat dari agamanya. Sudah ada
kebebasan beragama, kebebasan berganti agama, tak usah lagi ditambah adanya
agama baru. 4) tidak ada lagi dari warga penganut agama-agama itu yang
keranjingan ikut gerakan terorisme. Agar semua, tanpa kecuali tidak mau dibayar
menjadi “pengantin” untuk pembom bunuh diri. 5)
tidak seorang pun orang beragama di Indonesia (aparat, pejabat atau keparat yang melarat) melakukan korupsi.
Dusta untuk kepentingan diri sendiri adalah jenis korupsi. 6) tidak ada lagi
orang di bumi pertiwi Indonesia yang melakukan tindakan “main hakim sendiri”
(Batak Toba: Pajolo gogo, papudi uhum). Indonesia
adalah negara hukum. Hakim pun jangan pajolo
gogo, yakni mendahulukan kekuasaannya daripada kekuasaan hukum yang harus
dia jungjung tinggi. 7) di Indonesia ini tidak ada lagi kelompok yang tidak mau
maju, atau yang terlalu maju. Semua harus berjalan saling bergandengan tangan.
Apabila masih ada orang di tengah huria yang seperti disebut di no 1) sampai
dengan 7) di atas, segeralah diusahakan agar mereka bertobat dan mau mencari
TUHAN.
e)
Syukur-syukur bahwa rancangan dan jalan TUHAN jauhnya setinggi langit dan
bumi. Kalau rancangan TUHAN itu ada di langit, umat TUHAN ada di bumi, maka
umat TUHAN perlu menggantungkan cita-citanya setinggi langit. Sampai bertemu
dengan rancangan TUHAN tersebut. Apabila jalan TUHAN juga indahnya jauh melebihi
indahnya jalan terindah di bumi, maka semua perancang jalan di bumi harus
menemukan rancang bangun pembangunan jalan TUHAN agar jalan-jalan di bumi tidak
hancur oleh karena bencana alam. Manusia dalam hidupnya harus berusaha
menyesuaikan semuanya dengan yang terbaik. Dan yang terbaik itu berasal dari
TUHAN, diturunkan kepada para ilmuwan dan para genius, dan para ahli. Maka
perancang bom nuklir pun harus merancang bomnya tidak untuk merusak manusia, tetapi untuk merusak batu-batu meteor
yang hendak menabrak bumi, sehingga sebelum bumi ditabrak, bom nuklir itu sudah
menghancurkannya di angkasa luar.
f)
Sungguh indah bersama TUHAN. Siapa yang
berhikmat hidup bersama TUHAN, dia dapat menikmati hidangan TUHAN dalam segala
aspek kehidupan masing-masing. Pasti sangat menyenangkan.
Pematangsiantar,
5 Pebruari 2016
Pdt. Langsung Maruli Sitorus (Pdt. LaMBaS).