MINGGU OKULI TGL. 28 PEBRUARI 2016, EVANGELIUM : YESAYA 55:1-9

04.59.00 0 Comments A+ a-

YESAYA

55:1 Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!
55:2 Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.
55:3 Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.
55:4 Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;
55:5 sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
55:7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.
55:8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
55:9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

KECAP DAN NIKMATILAH HIDANGAN TUHAN
(DAI JALA HASONANGHON HAMU SIPANGANON PINARADE NI TUHAN DI HAMU)
*Mari menjadi peserta tetap dalam pesta sukacita TUHAN
*Jangan belanja atau jajan untuk hal yang sia-sia
*Tuhan berjanji membuat kamu menjadi kepala bukan ekor, naik terus, tidak turun
*Bertobatlah, selagi kesempatan untuk itu tersedia
*Ikuti rancangan TUHAN
Pendahuluan
1.       Sewaktu raja Aram mengepung Samaria di zaman Elisa, sewaktu Yoram bin Ahab raja di Israel Utara, terjadi kelaparan yang luar biasa di kota Samaria. Tetapi sewaktu elisa ditanya bagaimana nasib penduduk Samaria, Elisa menjawab: “Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” (2 Raj. 7:1). Apa yang dikatakan Elisa terjadi, sebab tentara Aram lari terbirit-birit dari kemah tempat mereka mengepung Samaria, lalu dua orang kusta menemukan bahwa tidak ada lagi tentara di sana, melainkan hanya kuda dan makanan yang cukup banyak. Lalu penduduk Yerusalem dan semua pejabatnya mengambil bahan makan itu gratis lalu menjualnya kepada rakyat (yang membutuhkan) dengan harga sangat murah (sesukat tepung yang terbaik berharga sesyikal). Sebenarnya harga itu dapat sudah merupakan harga “gratis”. Jarahan itu sendiri sungguh-sungguh gratis, tanpa dibayar. TUHAN menolong umat-Nya di Samaria.



2.       Jauh sebelum Israel masuk di tanah Kanaa, umat itu bersungut-sungut minta daging, dan makanan, maupun air.  Itu kebutuhan primer di Padang Gurun Sinai. Hanya sayang, umat Israel memintanya bersungut-sungut, bukan berdoa dan memohon baik-baik kepada TUHAN, sehingga ada yang terhukum.  Setelah umat itu berangkat dari Elim (di mana mereka bisa makan kurma dan minum air gratis), di padang gurun Sinai umat itu minta daging dan makanan. Lalu TUHAN mendatangkan burung puyuh puluhan ribu dan hinggap di perkemahan Israel (Kel.16:13). Mereka menangkapinya dan darisiti mereka dapat makanan daging dengan gratis. Kemudian di setiap pagi TUHAN membuat gurun itu ditutupi manna, yang disebut roti sorga. Musa: “Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu!” (Kel.16:15). Dengan demikian umat Israel memperoleh makanan gratis.



Di Masa dan Meriba,  di Kadesy di padang gurun Zin, bagian dari gunung Horeb (Sinai), umat Israel minta air. Dalam meminta, mereka bertengkar dengan Musa, dan pertengkaran itu dinilai sebagai mencobai TUHAN. Musa memukul gunung itu atas perintah TUHAN, lalu keluarlah air (layak diminum) dari gunung itu. Lalu umat Israel dapat minum dengan gratis. (baca Kel.17:1-7; versi lain yang lebih dipegang kebenarannya diceritakan di Bilangan 20:2-14).  


3.       TUHAN memerintahkan agar di Bait Allah ada “lumbung” tempat penyimpanan persembahan hasil pertama, dan hasil buah bungaran, persepuluhan dari hasil panen, agar ada diberikan bahan makanan bagi kaum Lewi, orang asing, janda dan anak yatim, dan orang miskin, secara gratis, tanpa membeli. 



4.       TUHAN berulang-ulang melalui nabi-Nya menyerukan agar umat-Nya menemukan hidup yang sebenarnya di dalam diri TUHAN. Amos menyerukan Firman TUHAN: “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!” (Am.4:4b).  “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup;...” (Am.5:14). “ Zefanya kembali menyerukan Firman TUHAN: ‘Carilah TUHAN. Hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilaj keadilan, carilah kerendahan hati...” (Zefanya 2:3).  Setiap kali Israel menjauh dari jalan TUHAN, nabi TUHAN mencul untuk menyerukan agar Israel kembali mencari TUHAN dan menemukan-Nya. Karena di tangan  TUHAN ada masa depan umat TUHAN yang gemilang. 



5.       Penulis Mazmur 127 telah mengingatkan: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.  Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur’ (Mzm.127:1-2).



6.       Belajar dari berita tindakan TUHAN dan Firman TUHAN yang disebutkan di atas, yang pasti dipelajari oleh penulis kitab Yesaya Jilid II, nabi punya alasan yang kuat untuk  menyampaikan  Firman TUHAN yang sungguh indah dia tulis dalam Yes.55:1-9. Keindahan itu bertambah  lagi, kalau dibaca sampai akhir kitab Jilid dua ini (Yes.55: 13). 



7.       Sewaktu Tuhan Yesus Kristus bekerja di Galilea, dia mengadakan pertemuan akbar, yang terjadi spontan, tanpa panitia-panitiaan, di salah satu bukit yang jauh dari kota Kapernaum. Jumlah yang hadir 5000 orang laki-laki masih belum terhitung perempuan dan anak-anak. Sewaktu tiba jam makan, Yesus memberi mereka makanan gratis (tanpa bayar) sampai berlebihan (baca: Mat.14:13-21). Dan kedua kalinya 4000 orang laki-laki, selain perempuan dan anak-anak (baca: Mat.15:32-39). Kalau sekarang natalan dengan menyediakan snack untuk 5000 orang saja, panitia sudah kewalahan. Bersama TUHAN kamu tidak akan kelaparan. Bersama TUHAN, kamu temukan kesejahteraan.



8.       TUHAN sungguh kaya, dan Alkitab menceritakan bahwa bukan omong kosong bahwa TUHAN bisa memberikan makanan gratis bagi umat yang meminta kepada-Nya. Tapi ada cara dan prosesnya yang harus dipatuhi si pemohon agar terwujud dan menjadi berkat baginya, tidak menjadi hukuman.

MEMAHAMI TEKS YESAYA 55:1-9


Ayat 1-2 : Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.



1)      Tuhan menginginkan umat-Nya tidak kelaparan atau tidak mendapat sesuatu untuk di makan, baik berupa makanan jasmani maupun makanan rohani. Dua jenis makanan itu bagi manusia disediakan  oleh Tuhan. Tetapi umat TUHAN harus tahu, bahwa ada prosesnya, sehingga dua jenis makanan itu dapat sampai kepada orang yang membutuhkannya. Umat Israel yang sudah beberapa (58/48)  tahun di pembuangan sejak 598 seb.M/587 seb.M. Raja-raja Babel sudah berganti, Setelah Nebukadnezar II (605-562 bC), Ewil Marduk (Ewil-Merodakh (561-560), Nergal-Scharusur (559-556), Labschi-Marduk (556), Nabonid (555-539 bC) dan terakhir Besyasar (anak Nabonid) (539bC). Raja Koresy dari Persia sudah kuat, dan berhasil menduduki Babylon (ibukota Babel) tanpa pertumpahan darah, berkat hikmat yang dimiliki oleh Daniel yang sudah uzur. (mene mene tekel uparsin) (Dan.5:1-30). Kejatuhan Babel memberi kelegaan bagi umat Israel. Pada waktu inilah, nabi pengikut Yesaya tampil menyampaikan nubuatan-nubuatannya yang dikumpulkan dalam Yes.40-55. Dia bicara juga tentang Koresy sebagai alat TUHAN (Yes.45:1-8) dan tentang keruntuhan Babel (Yes.47:1-15).  Kekalahan Babel membuat rakyat berpesta pora, karena mereka terbebas dari belenggu pemerintah kejam yang sudah dimulai Nabukadnezar II dan pengganti-penggantinya. Dalam situasi ini, nabi  ini menyerukan Firman TUHAN kepada umat Israel: Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Apa yang diserukan nabi ini bisa benar-benar terjadi, sebab kemenangan Koresy atas Babel membuat ekonomi menjadi sangat menolong bagi orang miskin. Harga pangan (gandum, anggur, susu) diperhitungkan  seperti gratis.  Karena murahnya bahan-bahan makanan itu, para keluarga-keluarga Yahudi, terutama karena didorong oleh kesetiaan mereka kepada TUHAN Yahowa, membagi-bagikan  makanan itu kepada orang-orang miskin tanpa uang pembeli dan tanpa bayaran. Seruan TUHAN menjadi tidak omong kosong. Dari peristiwa-peristiwa yang dicatat di atas dan penglaman di zaman Koresy ini, dapat meyakinkan umat TUHAN tentang kebenaran seruan Yesus yang mengatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu!” (Mat.11:28).



2)      Kekalahan Babel mendorong banyak orang Yahudi hendak membeli barang-barang sebagai milik mereka. Mumpung masih semuanya murah. Tetapi TUHAN mengingatkan mereka: ”Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Untuk apa memang umat Israel yang punya uang, membeli tanah, rumah di kota-kota pembuangan mereka? Karena mereka akan kembali ke tanah air mereka di tanah Israel/Yehuda/Yerusalem. Membeli harta-harta seperti itu menjadi sia-sia. Persoalan utama mereka dalam masa pemerintahan baru itu adalah  masalah pangan, untuk apa membeli hal-hal yang bukan roti, atau sesuatu yang tidak mengenyangkan? Orang-orang yang memiliki uang harus membantu saudara-saudaranya yang miskin dalam hal pangan agar tidak ada yang kelaparan. Mereka harus menunjukkan diri sebagai tangan TUHAN memberi pangan kepada kaum miskin (terutama dari keluarga besar Yahudi) memberikan pangan secara gratis. Kalau orang Yahudi mendengar Firman TUHAN (terutama Firman yang mengatakan: Kasihilah dirimu seperti dirimu sendiri) yang sudah berulang-ulang diajarkan kepada mereka, maka  orang Yahudi itu akan memakan yang baik dan menikmati sajian yang paling lezat. Sajian itu paling lezat, karena sajian benar-benar diperoleh sesuai Firman TUHAN dan didorong oleh praktek saling mengasihi. 



3)      Kalau yang dimaksudkan nabi dengan makanan dalam ayat 1 dan 2 ini adalah makanan rohani (Batak Toba: sipanganon partondion), dan sajian yang paling lezat adalah “hikmat TUHAN dan janji-Nya tentang pemulihan yang baru” (bd. LAI, Alkitab Edisi Studi, h.1171), maka seruan nabi ini akan lebih mudah dipahami. Tidak usah dibuat rekonstruksi peristiwa di zaman itu, seperti dibuat di atas. Sepanjang sejarah keagamaan Yahudi (bahkan sampai sekarang), makanan rohani yang disajikan dari Firman TUHAN tidak pernah dibeli atau dibayar oleh penikmat. Juga yang paling mahal, yang dilayankan TUHAN (Yesus Kristus) kepada umat manusia, yakni penebusan dosa dan keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus melalui salib, kematian dan kebangkitan-Nya, benar-benar tanpa bayar dan tanpa uang pembeli (emas dan perak), karena sudah dibayar terlebih dahulu oleh TUHAN (Yesus Kristus) yang menghadiahkannya (bd. 1Ptr.1:18-19; Kis.8:20; 1 Kor. 6:20. 1 Kor. 7:23).  Nabi menyesalkan tindakan umat TUHAN yang “membelanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti dan yang tidak mengenyangkan”. Yang dimaksud adalah “jajanan rohani ke tampat-tempat di mana ditawarkan “angin sorga”, tetapi sebenarnya adalah “angin badai”; atau “jajanan rohani ke tempat dukun-dukun, penyembahan-penyembahan berhala, dewa-dewi lain”, yang pada dasarnya membuat kerohanian umat menjadi seperti minum air asin, semakin banyak diminum maka semakin haus, akhirnya “burnungon” (sakit kanker mematikan).  Umat TUHAN di zaman sekarang pun harus memperhatikan apa yang sedang dilaksanakannya. Pemberitaan Firman di mimbar-mimbar dan partangiangan (kebaktian rumah) harus menyajikan sajian paling lezat, makan rohani yang baik dan menyehatkan, jangan menyajikan makanan yang rabirabi, asom so martontu, igar, tata (sangat asin, asam tak enak, memuakkan, mentah). Umat pun harus sadar, ke mana pergi mendapat jajanan rohani, atau ke ladang mana yang sebaiknya pergi “merumput”. Prinsip teguh pelru dipegang: “Pahit manis makanan rohani di kebaktian huriaku, aku makan makanan rohani di sana.” Rumput manis atau rumput lalang di ladangku, aku tetap merumput di ladangku. TUHAN pasti memberkati orang-orang yang setia menerima makanan rohani dari TUHAN dan  tahu di mana letak kepuasan rohani. Makanan terlezat adalah yang dimasak dengan “sola scriptura”, “Alkitab menafsirkan isinya sendiri”. 



Ayat 3-5 : Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud. Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa; sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
(1)    Malaui nabi-Nya TUHAN mengajak umat-Nya agar mensedengkan telinga mendengar apa yang sedang dikatakan TUHAN, lalu datang kepada TUHAN, jangan menjadi lari terbirit-birit dari hadapan TUHAN. Mensedengkan telinga (Ibr.: hattu ’oznekem), “mendengar” (sime‘u), adalah kesediaan mengkonsentrasikan diri menggunakan telinga dan hati/perhatian untuk memasukkan ke hati apa yang sedang dinasihatkan pihak lain (d.h.i. umat Israel terhadap firman Yahowa). Kalau telinga itu punya daun kuping seperti daun kuping kerbau, maka daun kuping itu harus ditegakkan dan diarahkan kepada suara yang akan didengar, dan selain suara itu tidak didengar. Kalau pendengaran telinga itu setajam pendengaran gajah (karena dikenal: hataon gaja), maka ketajaman telinga itu hingga dapat mendengar apa yang ada di lubuk hati TUHAN (Yeus Kristus). Mengapa keseriusan seperti itu perlu? Karena TUHAN akan mengatakan “Firman Kehidupan”, “jalan hidup”, “hal-hal yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan kehidupan sorgawi” kepada umat-Nya. Sempat suara TUHAN kelewatan, tidak didengar, kehilangan yang paling berhargalah orang yang tidak sungguh-sungguh mendengar itu. Maka dalam mendengar Firman TUHAN, putuskan dulu hubungan komunikasi dengan hal-hal lain (misalnya: waktu dengar Firman, selalu ber-hp atau bbm atau chating dengan orang lain. Artikan lah perbuatan ini dalam arti luas). Jadi harus pande pakai waktu dalam hal “dengar mendengar”. Sesewaktu (satu sampai satu setengah jam di hari minggu, 15 menit di setiap hari senin selasa, rabu, kamis jumat, sabtu), nikmati dulu indahnya berkomunikasi atau “dengar-dengaran” dengan TUHAN.
(2)    Kepada umat di pembuangan, nabi mengingatkan kembali janji TUHAN kepada Daud, dan dari itu TUHAN kembali ingin mengikat perjanjian abadi dengan umat-Nya. Ini pertanda, bahwa TUHAN tidak lupa janji, dan diharapkan umat-Nya juga setia janji, dan kembali berjalan sesuai perjanjian itu. Janji kepada Daud, dan sekarang disegarkan kepada umat TUHAN (termasuk kepada umat Tuhan zaman sekarang). Isinya: 1. TUHAN menetapkan Daud (umat-Nya sekarang) menjadi saksi bagi  bangsa-bangsa. Yesus juga mengulangi ini kepada murid-murid-Nya: “...dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Lukas 24:27-28). Hal menjadi “saksi” (Ibr.: ‘ed = witness, testimony, proof (AHCL, 589); saksi (Achenbah, 225); Yunani (LXX): marturion = martir/saksi). Keberadaan Daud menjadi raja, umat TUHAN menjadi bangsa yang terpilih, umat dalam pembuangan, di panombangan, di parserakan, di perantauan, atau di manapun dan dalam keberadaan yang bagaimanapun, adalah kesempatan untuk menjadi saksi, martir TUHAN di tengah-tengah bangsa-bangsa. Dengan keberadaan itu, Daud atau umat TUHAN berkesempatan melaksanakan tugasnya untuk memanggil bangsa-bangsa (yang dikenal atau tidak dikenal) menjadi percaya kepada TUHAN dan mau menjadi pengikut TUHAN. Cara atau metode menjadi saksi dan isi kesaksian membuat bangsa-bangsa lain itu datang berlomba bergabung menjadi umat TUHAN. Seperti dikatakan oleh  “banyak suku bangsa (yang) akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yesaya 2:3; bd. Mika 4:2). Menjadi Saksi juga merupakan “sajian paling lezat”, makanya menjadi saksi, apalagi menjadi saksi kebenaran Kristus,  juga harus dinikmati. 2. Menetapkan Daud (umat TUHAN) menjadi raja dan pemerintah bagi suksuku bangsa. Semua tahu, bahwaa Daud adalah raja di suatu negeri kecil. Luas wilayahnya tidak ada seluas Sumatera Utara, rakyatnya tidak sampai  dua juta orang. Umat TUHAN juga adalah minoritas di kalangan bangsa-bangsa atau etnis yang ada di dunia. Kok dikatakan Daud bisa menjadi raja atas bangsa-bangsa? Kok dalam perumpamaan itu dikatakan kepada orang itu (baca: kepada pengikut TUHAN): “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” (Lukas 19:17). Apakah nabi bicara tentang suatu yang omong kosong? Apakah TUHAN Yesus bohong, bila dkatakan bahwa pengikutnya yang “minoritas” itu dapat berkuasa atas sepuluh kota (baca: atas bangsa-bangsa)? Itu tidak omong kosong dan tidak bohong. Sebab kerajaan Daud  dan kekuasaan pengikut TUHAN (Yesus Kristus) bukan seperti kerajaan Lenin/Stalin dan bukan seperti kekuasaan Hitler. Tetapi kerajaan dan kekuasaan dengan kebenaran, ajaran kemanusiaan, ajaran ke-TUHAN-an yang “memanusiakan manusia”, ajaran kasih (agave), pengampunan dosa, dan kehidupan sorgawi yang pasti. “Bukan karena pengikut TUHAN harus menjadi raja atau presiden suatu negara, baru dikatakan pengikut TUHAN itu raja dan pemerintah bangsa-bangsa di negara tersebut.” Tetapi karena apa? Nabi mengatakan: oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau. DIA lah Yahowa yang memperkenalkan dirinya dengan nama “Aku adalah AKU” (Kel.3:14) dan oleh karenanya DIA diseru “YAHOWA” (Dia adalah Dia, Dia yang Ada, Dia yang membuat Ada), atau sebagai menyatakan diri sebagai “Firman yang menjadi Manusia” (Tuhan Yesus Kristus), atau DIA yang dikenal bangsa-bangsa melalui agama masing-masing  sebagai TUHAN Allah yang adil dan benar, penganugerah pengampunan dosa dan keselamatan.  Kekuasaannya yang membuat Daud dan umat-Nya menjadi raja atas bangsa-bangsa.  Seperti dikatakan dalam kitab Ulangan:  “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,...” (Ulangan 28:13). TUHAN sangat mengagungkan umat-Nya, sebagai umat pilihan-Nya, maka umat-Nya harus benar-benar berbuat dan hidup agar jangan sampai mengecewakan TUHAN. Bangsa yang agung/diagungkan harus berkarakter, bermental, dan berperilaku agung.
Ayat  6-7 : Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.
     a.       Mencari TUHAN adalah pekerjaan mudah-mudah sulit.  Mencari Dia tidak semudah dan sesukar mencari jarum yang jatuh di semak belukar lebat dan gelap. Mudah kalau tahu kiatnya, dan sulit kalau tidak tau caranya atau langkah-langkahnya. Mencari jarum kecil di dlam semak belukar tebal dan gelap, mudah saja. Ambil magnit berkekuatan tinggi, pasti jarumnya akan lompat ke magnit itu, lalu ditemukan. Bergaul dengan TUHAN pun harus pandai, cekatan dan tau langkah-langkahnya. Tidak boleh seperti anak-anak yang main “alep-alepan”, Hidup ini bukan kesempatan ber-alep dengan TUHAN. Tetapi main sungguhan, dan bertujuan memperbaiki kehidupan. Kalau kita bayangkan TUHAN itu ibarat magnit berkekuatan tinggi, maka diri pengikut TUHAN harus mempunyai diri seperti “logam” yang mau melekat dengan magnit. Kalau diri pengikut TUHAN melihat dirinya  sebagau magnit, dan TUHAN juga sebagai magnit, maka jangan kutub utara dan kutup selatan yang dicoba dipertemukan. Kalau demikian halnya, maka nanti kekuatan yangada di pihak diri dan di pihak TUHAN akan saling menolak, tidak jadi bertemu. Harus yang kutub selatan didekatkan ke kutub yang utara, sehingga tidak ada yang bisa menghambat bertemu.
b.      TUHAN sudah menyediakan diri-Nya (berkenan; behimmaşe’ō = dalam perkenanan-Nya) untuk ditemui. Sudah pernah ada pengalaman audiensi. Lebih dulu dibuat surat minta audiensi, lalu ada balasan bahwa presiden yang hendak ditemui itu bekenan menerima. Lalu terjadilah pertemuan itu, kalau tepat waktu, dan berguna. Semua pihak saling menghormati. TUHAN sudah berkenan ditemui, maka berlombalah audiensi kepada-Nya. Tempat TUHAN itu berada tidak sejauh Medan Jakarta, atau Siantar – Medan. Tetapi sedekat “jantung dengan hati” dalam badan manusia.  TUHAN itu tidak sedekat daging dengan tulang di tubuh, tetapi lebih jauh lagi dari jauhnya galaksi terjauh dari bumi (tak terhitung tahun cahaya jauhnya). Itulah dekat-jauhnya TUHAN dari manusia. Tetapi sedekat dan sejauh manapun DIA, pengikut TUHAN dapat berseru kepada-Nya, dan pasti didengarkan oleh-Nya. Hanya satu pantangan dalam mencari dan berseru kepada TUHAN agar DIA dapat ditemui dan DIA mau mendengar, yaitu kefasikan (Ibr. raša‘) dan kejahatan (Ibrani: ’awen). Kalau ada niat “mempermalukan” TUHAN dan “mencuri  Firman TUHAN”, maka TUHAN dicari dan hendak diaudiensi (ditemui), pastilah TUHAN tak tertemukan dan Dia sangat jauh. Lebih baik tulus hati dan jujur mencari dan meneui-Nya. Kalau menghadap presiden tidak bisa membawa senjata, ditinggalkanlah sinjata itu di rumah atau di Satpam, atau dibuang saja kalau menghambat. Demikian misalnya dalam mencari TUHAN dan  menemui TUHAN. Kalau kefasikan dan kejahatan yang ada dalam diri itu menghambat, dibuang aja itu. Kalau diri yang bersangkutan tidak mampu membuang, diminta agar TUHAN membuang kefgasikan dan kejahatan itu, agar itu semua lenyap selamanya. Jadi mencari TUHAN dan menemui diri TUHAN sangat mengasikkan dan merupakan tanda pertobatan, sehingga inipun harus dinikmati sebaik mungkin.
c.       Hidup manusia pasti indah kalau bertobat. Artinya, manusia itu mau meninggalkan kefasikan dan meninggalkan rancangan jahatnya. Lihatlah betapa indahnya hidup seseorang (termasuk para pejabat negara/pegawai negeri dan pegawai swasta, bahkan yang berusaha sendiri) kalau dia membuang segala niat korupsi dari dirinya sendiri. Korupsi dalam arti yang seluas-luasnya. Lihatlah betapa indahnya kehidupan suatu gereja, kalau dulu dia menyimpang dari ajaran TUHAN dan berada dalam jalan sesat, mengajar sesat, tetapi sekarang kembali sudah kembali kepada TUHAN; teologinya berporos pada prinsip: Sola Deus (Kristen: Sola Christus), Sola Gratia, Sola Fide, Sola Scriptura, dan Soli Deo Gloria.  Prinsip ini merpakan jalan kembali kepad TUHAN di setiap agama dan kepercayaan. Orang atau keagamaan yang mau kembali kepada TUHAN pasti dikasihani oelh TUHAN dan dosa yang pernah dilakukannya pasti diampuni. Seperti “anak yang hilang”, sewaktu dia kembali, Bapaknya mengadakan pesta sukacita besar, anaknya yang kembali itu benar-benar di-pahe (diperlengkapi dengan pakaian) sebaik-baiknya. Mahkota raja ditaruh di kepalanya (bd. Luk.15:11-32). Mari, jangan ragu kembali ke jalan TUHAN, sewaktu Yesus Kristus mengumumkan: “Aku lah jalan, kebenaran dan hidup!”. Pertobatan itu pun harus dinikmati, dan memang sangat manis rasanya.
Ayat 8 – 9:  Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.  Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu
Bersyukurlah karena rancangan Tuhan bukan rancangan manusia, dan jalan Tuhan bukan jalan manusia, bahkan bedanya dikatakan seperti tingginya langit dari bumi. Bukan seperti tingginya langit lapis ke tujuh dari bumi. Walaupun begitu, rancangan dan jalan TUHAN sering bertemu dan bahkan lengket sama sekali. Seperti langit selalu lengket dengan bumi dan bumi selalu lengket dengan langit. Sewaktu Martin Luther melihat di mana Kerajaan dunia dan di mana Kerajaan Allah, dia  melihat  di bumi ini secara bersama-sama ada Kerajaan dunia dan ada (hadir) Kerajaan Allah. Eologi it dikenal dengan teologi “Dua Kerajaan”.  Berbeda belum tentu tidak bertemu. Justru karena berbeda maka perlu bertemu. Lihatlah bendera NKRI “merah putih”, berbeda tetapi bertemu, menjadi pertanda adanya suatu negara yang hebat dan luar biasa. Kan, di segalanya Indonesia hebat!? Yang merah bekerja untuk yang putih dan yang putih bekerja untuk yang merah. Itulah bendera pusaka “Sang Saka Merah Putih”. Rancangan dan jalan Tuhan, bekerja untuk rancangan dan jalan manusia, dan rancangan dan jalan manusia tidak luput dari rancangan dan jalan manusia. Karena  untuk itulah, makanya TUHAN mau mencampuri urusan manusia. Kalau tidak, untuk apa DIA datang ke dunia, untuk apa dia mengutus nabi-Nya, untuk apa Tuhan Yesus Kristus rala mati tersalib di Golgatha. Walau rancangan dan jalan itu berjauhan, mereka harus bertemu, sehingga bergunam untuk kemanusiaan dan untuk kehidupan, serta untuk kemuliaan TUHAN.  Yeremia telah mengatakan Firman Tuhan kepada umat-Nya: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;...” (Yer.29: 11-12).  Beribu-ribu, kata orang, jalan ke Roma, tetapi tidak berribu-ribu jalan masuk pintu rumah TUHAN. Siapa yang tidak masuk dari pintu itu, dia terhitung pencuri atau yang tidak berpakaian pesta, dan apabila dia kedapatan di sana, dia akan diusir juga. Temukanlah jalan ke pintu satu-satunya itu. Dan jalan itu adalah lebih indah dari jalan tol yang dikenal di bumi.  Sewaktu dikatakan rancangan dan jalan TUHAN  bukan rancangan dan jalan umat-Nya, yang perlu adalah penyesuaian dan penyesuaian. Sejarah ke-TUHAN-an yang disaksikan Alkitab memaparkan, bahwa TUHAN bersedia menyesuaikan rancangan-Nya dan mencocokkan jalan-Nya kepada rancanan dan jalan manusia (umat-Nya). Ingat misalnya Filipi 2: 5-8; Yoh. 1:14). Alkitab memberitakan bahwa TUHAN pernah menyesal atas rancangan-Nya, lalu mengubah keputusan-Nya demi manusia (demi umat-Nya) (bd. Kej.6:6; Kel.32:14; 1 Sam. 24:16; Yer.18:8; Yer.18:10; Yer.26:3.13; 42:10; Am.7:3.6; Yunus 3:10). Kalau TUHAN mau demikian, maka manusia (umat TUHAN) harus lebih mau lagi, yakni menyesal atas rancangan jahat dan jalan sesat yang ditempuhnya, lalu menyesuaikan diri kepada rancangan TUHAN dan mau berjalan di jalan TUHAN. Awas! Jalan TUHAN itu tidak ditandai dengan “lurus’-Nya, tetapi ditandai dengan sai ke mana jalan itu. Walau jalan itu lurus, tetapi ujungnya ke dunia kematian, jalan jalani. Tetapi walau jalannya berkelok bahkan terjal apalagi lurus, dan kalau ujungnya ke jalan kehidupan, menghantar ke pintu rumah TUHAN di sorga, jalanilah. Dan nikmati jalan itu dan rancangan TUHAN di sana. Pasti engkau akan mendapat yang indah-indah.
UNTUK DAPAT LEBIH MEMAHAMI TEKS
(a)    Sebagai hasil penelitian para ahli – dan juga membandingkan peristiwa-peristiwa yang diberitakan di dalamnya, Kitab Yesaya dikenal sebagai kitab yang terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama: Yes. 1-39; Jilid kedua: Yes. 40 – 55; dan Jilid Ketiga : Yes.56 – 66.  Semua ahli hampir sepakat akan hal itu. Tetapi tentang siapa penulis tiap Jilid ari buku itu, masing-masing ahli memegang kebenaran penelitiannya dan keyakinannya. Penulis Yes.1-39 tidak diperdebatkan, yakni Nabi Yesaya ben-Amoş, yang hidup dan bekerja di zaman raja Uzia, Yotam, Ahas dan Hiskia, raja raja Yehuda. Itu dalam kurun waktu 767 – 699 seb.M (70 tahun). Jadi kalau Yesus dipanggil berumur 30 tahun, maka tahun 699 seb. M. dia sudah berumur 100 tahun. Berita/Nubuat  yang ditulis dalam Yesaya Jilid Kedua berlatar belakang sejarah Israel di akhir pembuangan Babel atau masa pembuangan Israel ke Babel hingga tampilnya Raja Koresy dari Persia sebagai penguasa negara superpower baru di dunia waktu itu, dan Ediknya tahun 538 seb.M. Nebukadnezar II mebumihanguskan Bait Allah Yerusalem tahun 587 seb.M. Jadi selang waktu  699 ke 587 dan 587 ke 538 sebanyak: 82 + 49 = 131 tahun. Biasanya nubuat atau sejarah dituliskan, kalau sudah terjadi. Kalau nabi Yesaya ben Amoş (yang sudah 100 tahun) di zaman Hiskia, menubuatkan dan menuliskan Kitab Yesaya  Jilid Kedua, maka umurnya sudah 231 tahun. Kalau dia juga yang menulis isi Kitab Yesaya Jilid Ketiga (yang isinya sudah bernuansa masa sesudah pembuangan Israel ke Babel), maka umar Yesaya ben Amoş masih lebih panjang lagi dari itu. Orang bisa percaya bahwa atas perlindungan TUHAN, Yesaya ben Amoş hidup hingga berumur lebih dari 231 tahun. Lalu membuat argumentasi, bahwa Yesayalah yang menulis semua buku Yesaya yang tiga jilid itu. Keyakinan seperti ini juga tidak melanggar keimanan. Tetapi siapa yang yakin bahwa murid-murid Yesaya ben Amoş meneruskan pekerjaan seniornya menyampaikan nubuat setelah Yesaya ben Amoş wafat sesudah masa raja Hiskia menjadi raja, yakni di masa pembuangan Israel ke Babel dan di masa peralihan pemerintahan Babel ke Persia, lalu kumpulan nubuatnya itu ditempelkan saja kepada kitab “guru”-nya, Yesaya Jilid Pertama, dan demi menghormati “guru’-nya, dia tidak menyebut namanya, keyakinan seperti itupun tidak melanggar keimanan. Judul kitab di PL sering tidak menunjukkan bahwa nama itulah otomatis  yang menulis buku itu. Dalam penjelasan khotbah ini, penulis tidak menyebut nama penulis Kitab Yesaya Jilid Kedua, tetapi hanya menyebut “nabi” atau kadang “nabi murid Yesaya”. Disebut murid Yesaya, karena dia mewarisi/meneruskan semangat nubuat keselamatan yang telah dinyatakan Yesaya di bukunya Jilid Pertama.
(b)   Kalau kita buka catatan kaki yang ada di Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS) untuk melihat perbandingan teks renungan ini ke pada salinan-salinan, maka hanya ada tiga catatan di ayat 1, dua catatan di ayat 4 dan  dua catatan di ayat 9. Semua catatan itu tidak terlalu mengganggu, karena tidak ada yang mengubah isi nubuat nabi, tetapi memperjelas saja. Teks khotbah ini termasuk teks yang dipelihara dengan baik dalam penyalinan-penyalinan.  Catatan pertama di ayat 1, frasa yang bertanda aa (yakni kata: kasep leku) menurut BHS sebaiknya dibaca “kesep leku”. Ini soal vokalisasi saja. Catatan yang kedua di ayat 1, untuk kata bertanda b (kata we’kolu = dan makanlah)  diusulkan BHS pembacaannya we’iklu = dan makanlah), agar lebih sesuai dengan pembentukan kata dalam bahasa Ibrani.  Dan catatn ketiga kata bertanda cc yakni kata uleku siberu = dan  marilah sejenak) bacaan itu menurut naskah Qa G S,  kata itu dicoret.  Karena memang fras ini berulang-ulang dalam ayat ini.  Dia ayat 4 catatn pertama untuk kata yang ditandai a yaitu kata le’ûmmin = untuk bangsa-bangsa, tetapi suatu bentuk kata yang tidak lazim, namun diterjemahkan dalam naskah S (T) dengan  l‘mm’ = untuk bangsa-bangsa, sehingga  BHS mengusulkan kata itu menjadi le‘ammim – untuk bangsa-bangsa, demi mengembalikannya ke bentuk yang biasa. Sedangkan catatan kedua di ayat 4 adalah untuk kata bertanda b yaitu kata ûmşawweh (= dan pemerintah)  dalam naskah G (S V ) diterjemahkan dengan prostassonta (= pemimpin/protektor), terbandingkan dengan di naskah T, dan akhiran – eh jelas dibaca.  Catatan pertam di ayat 9 adalah frasa bertanda aa yakni kata ki-gabehû (=  seperti tingginya) (bentuk kata yang tidak lazim), dengan membanding kepada naskah Vrs (terbanyak naskah-naskah), BHS mengusulkan kata itu dibaca kigboaẖ (= seperti tingginya), sedangkan  naskah Qa menulisnya: kgwbh, yang sama juga artinya.  Melihat perbandingan naskah itu, teks khotbah ini tidak ada yang dikorupsikan penyalin sepanjang masa.
RENUNGAN
a)      Republik Indonesia yang kita cintai ini masih baru mengalami pergantian pemerintahan, dari Presiden SBY dan kabinetnya kepada Presiden Joko Widodo dan kabinatnya . Kita bersyukur bahwa dalam pergantian pemerintahan ini tidak ada pertumpahan darah dan tidak ada ketegangan-ketegangan yang menakutkan rakyat. Mudah-mudahan proses demokrasi di Indonesia semakin mapan dan berdayaguna. Sekarang sudah lebih satu tahun era pemerintahan  Presiden Jokowi. Sungguh semakin banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan demi memenuhi tuntutan Pembukaan UUD 45 yang  mengatakan pewujudan masyarakat adil dan makmur, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta menciptakan dunia yang damai. Tugas-tugas itu tak mungkin bisa selesai kalau hanya pemerintah yang mengerjakan. Rakyat dan pemerintah harus bahu membahu mengerjakan. Sekarang ini pemerintah sudah mencoba menyerukan   kepada rakyat: Hai, kami yang miskin, terimalah “beras miskin” (raskin) tanpa membeli. Hai kamu anak-anak keluarga miskin, giatlah belajar sampai di perguruan tinggi tanpa membayar uang sekolah, cukup tunjukkan Kartu Indonesia Pintar. Hai, kamu rakyat miskin yang sakit-sakitan, berobatlah tanpa membayar tambahan. Hai, kamu yang rumahnya tidak layak huni, terimalah bantuan bedah rumah, agar kamu memiliki rumah sehat. TUHAN menggunakan pemerintah NKRI sekarang untuk menyerukan demikian kepada seluruh umat beragama di Indonesia. Semua kelompok agama, termasuk huria harus menyahutinya, dengan mengajak seluruh warganya jujur memenuhi undangan pemerintah tersebut. Walaupun kehidupan ekonomi juga terasa semakin sulit karena keguncangan-keguncangan ekonomi dunia, tidak perlu ada anggota kelompok agama yang kaya menjadi menerima raskin, pemegang KIP, KIS, KISejahtera, dan menjadi penerima bedah rumah, palagi untuk merehab rumahnya yang keempat. Ada juga peluang untuk huria menyerukan firman TUHAN kepada umat: Hai kamu yang miskin, datanglah menerma tanpa bayar bantuan dari TUHAN, yang sudah dikupulkan oleh jemaat. Huria juga punya peluang besar untuk bekerja giat menggembalai umatnya agar tidak membelanjakan uang yang dimiliki masing-masing untuk hal-hal yang tidak produktif. Umat membeli sembako, adalah agar umat itu produktif, berhasil karya. Hal-hal yang tidak produktif adalah: berjudi, bertogel, beli mobil mewah, bermewah-mewah di hotel, beli miras, atau “menyimpan uangnya di bank luar negeri yang ada di dalam negeri dan di luar negeri”. Pemerintah juga tidak perlu membelanjakan APBN/APBD I/APBD II, Bantuan Desa untuk proyek-proyek yang menghabiskan dana yang hasilnya tidak memberi kesejahteraan kepada rakyat banyak, seperti membangun Hotel Mewah. Biarlah Hotel dibangun pribadi-pribadi atau para swastawan. Sedangkan pembangunan jalan tol dan lapangan terbang bisa diswastakan. Pemerintah perlu fokus untuk membanguan kehidupan rakyat miskin, sebab rakyat kaya sudah akan dengan sendirinya membangun dirinya, dengan adanya undang-undang yang memberi peluang-peluang berkeadilan soaial.
b)      Tugas utama  HURIA  adalah memberikan/menyajikan makanan rohani dan dibagikan secara gratis  atau tanpa dibeli oleh anggota huria. Huria menyerukan kembali seruan Tuhan Yesus Kristus yang dikutip di atas. Selain itu, huria menyerukan: Hai kamu yang miskin harta rohani, datang dan cicipilah makanan rohani yang sangat lezat disajikan untukmu. Hai kamu, yang miskin pengeahuan iman, dan yang imannya kurus kering, datanglah, cicipilah pelajaran, pendidikan dan praktek iman yang kuat, pasti dan  dan berdayaguna. Hai kamu, yang sakit rohani dan berakibat kepada sakit badani, mari, cicipilah dan terimalah kesembuhan rohani dan pembugaran kembali tubuhmu, agar kembali menjadi seperti kijang yang dapat berjingkat-jingkat. Sungguh indah seruan seperti itu dan diikuti perbuatan/pelayanan sajian yang konsisten. Ada pendapat: Pendeta makan dari khotbahnya. Artinya semakin baik sajian makanan rohani disampaikan pengkhotbah/pelayan firman, maka semakin rajinlah anggota huria bersyukur dan menyampaikan ucapan syukurnya. Hidup pemberita firman (seperti Paulus) adalah dari pemberian syukur anggota huria. Warga huria sudah capek dengan adanya: gugu toktok, yuran tahunan, amplop bulanan, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Lebih dari situ akan diberikan umat, apabila sajian makanan rohani itu tanpa dibeli, tanpa dibayar, tetapi disyukuri. Itu akan bertambah lagi apabila dalam jemaat ditimbulkan kebanggaan jemaat karena jemaat itu dimampukan melakukan pekerjaan-pekerjaan sosial di dalam dan di luar huria. Banyak anggota huria yang semakin pasif, karena merasakan bahwa penyajian firman TUHAN tidak seimbang dengan segala kewajiban. Mendingan masih belum pindah huria. Sekarang ini setiap  huria harus bantir stir merubah paradigmanya.  Huria akan menseleksi pelayan/penyaji makan rohani mana yang harus terus didukung di manapun berada, dan mana yang harus tak terpakai dengan sendirinya.
c)       TUHAN punya tujuan-tujuan yang pasti dengan didirikannya denominasi gereja di dunia ini. TUHAN memberi janji-Nya kepada setiap denominasi itu. Misalnya: Di gereja denominasi A  yang kudirikan itu, Aku akan melahirkan orang-orang yang dapat diandalkan di negaranya. Untuk gereja denominasi B kuhimpun orang-orang miskin yang bisa membuat dunia ini tercengang-cengang. Untuk gereja denominasi C kuhimpun orang-orang dari berbagai etnis, dan  menjadi teran bagi bangsa-bangsa. Setiap denominasi pasti tahu janji apa yang telah dipadankan (diikat) oleh TUHAN dengan denominasi itu. Juga setiap denominasi gereja pasti tidak berjalan begitu saja tanpa arah dan tujuan di dunia dan diakhirat. Kalau denominasi itu tidak tahu itu, berarti denominasi itu tidak pernah merumuskan visinya, dan tidak tahu ber-strategig planning. Makanya setiap denominasi, bekerjalah dengan bervisi dan berstrategi mulai sekarang ini.  Itu pertanda, bahwa denominasi gereja itu mau mensendengkan telionganya kepada TUHAN dan mendengar firman TUHAN.
d)      Bersamaan dengan diikatnya janji TUHAN kepada setiap denominasi Huria (seperti HKI, GKI, GKII, GMII dan lain-lain),  disitulah mulai diambil tindakan – tindakan pertobatan. Seluruh pelayan huria itu benar-benar orang yang bertobat. Dan dengan pertobatan itu, mereka mampu memanggil manusia-manusia yang lain bertobat. Semua garda petobat itu akan digunakan TUHAN untuk menyampaikan berita pengampunan dosa kepada seluruh umat manusia. Dalam situasi pertobatan itu, seruan meninggalkan kefasikan dan kejahatan akan terdengar tegas tetapi menyelamatkan. Kepada semua pihak di tengah bangsa Indonesia perlu diserukan, agar: 1) tidak ada lagi penjual dan pengguna narkoba, karena sudah ternyata hal itu sangat membahayakan kehidupan bangsa. 2)  tidak ada lagi yang membangun gerakan separatisme (gerakan mau merdeka dari Indonesia). Berlombalah membangun negeri yang luar biasa ini. 3) tidak ada lagi kelompok-kelompok yang membelokkan ajaran agamanya demi kepentingan kelompoknya saja. Agar tidak ada lagi kelompok sesat dari agamanya. Sudah ada kebebasan beragama, kebebasan berganti agama, tak usah lagi ditambah adanya agama baru. 4) tidak ada lagi dari warga penganut agama-agama itu yang keranjingan ikut gerakan terorisme. Agar semua, tanpa kecuali tidak mau dibayar menjadi “pengantin” untuk pembom bunuh diri. 5)  tidak seorang pun orang beragama di Indonesia (aparat, pejabat  atau keparat yang melarat) melakukan korupsi. Dusta untuk kepentingan diri sendiri adalah jenis korupsi. 6) tidak ada lagi orang  di bumi pertiwi Indonesia  yang melakukan tindakan “main hakim sendiri” (Batak Toba: Pajolo gogo, papudi uhum). Indonesia adalah negara hukum. Hakim pun jangan pajolo gogo, yakni mendahulukan kekuasaannya daripada kekuasaan hukum yang harus dia jungjung tinggi. 7) di Indonesia ini tidak ada lagi kelompok yang tidak mau maju, atau yang terlalu maju. Semua harus berjalan saling bergandengan tangan. Apabila masih ada orang di tengah huria yang seperti disebut di no 1) sampai dengan 7) di atas, segeralah diusahakan agar mereka bertobat dan mau mencari TUHAN.
e)      Syukur-syukur bahwa rancangan  dan jalan TUHAN jauhnya setinggi langit dan bumi. Kalau rancangan TUHAN itu ada di langit, umat TUHAN ada di bumi, maka umat TUHAN perlu menggantungkan cita-citanya setinggi langit. Sampai bertemu dengan rancangan TUHAN tersebut. Apabila jalan TUHAN juga indahnya jauh melebihi indahnya jalan terindah di bumi, maka semua perancang jalan di bumi harus menemukan rancang bangun pembangunan jalan TUHAN agar jalan-jalan di bumi tidak hancur oleh karena bencana alam. Manusia dalam hidupnya harus berusaha menyesuaikan semuanya dengan yang terbaik. Dan yang terbaik itu berasal dari TUHAN, diturunkan kepada para ilmuwan dan para genius, dan para ahli. Maka perancang bom nuklir pun harus merancang bomnya tidak untuk merusak manusia, tetapi untuk merusak batu-batu meteor yang hendak menabrak bumi, sehingga sebelum bumi ditabrak, bom nuklir itu sudah menghancurkannya di angkasa luar.
f)       Sungguh indah bersama TUHAN. Siapa yang berhikmat hidup bersama TUHAN, dia dapat menikmati hidangan TUHAN dalam segala aspek kehidupan masing-masing. Pasti sangat menyenangkan.
Pematangsiantar, 5 Pebruari 2016
Pdt. Langsung Maruli Sitorus (Pdt. LaMBaS).