MINGGU TRINITAS 1, TGL. 29 MEI 2016, EVANGELIUM: 1 RAJA 8:22-23 + 41-43

21.00.00 0 Comments A+ a-

1 RAJA-RAJA

8:22    Kemudian berdirilah Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah tangannya ke langit,
8:23    lalu berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu;
8:41    Juga apabila seorang asing, yang tidak termasuk umat-Mu Israel, datang dari negeri jauh oleh karena nama-Mu, --
8:42    sebab orang akan mendengar tentang nama-Mu yang besar dan tentang tangan-Mu yang kuat dan lengan-Mu yang teracung -- dan ia datang berdoa di rumah ini,
8:43    maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya bertindak sesuai dengan segala yang diserukan kepada-Mu oleh orang asing itu, supaya segala bangsa di bumi mengenal nama-Mu, sehingga mereka takut akan Engkau sama seperti umat-Mu Israel dan sehingga mereka tahu, bahwa nama-Mu telah diserukan atas rumah yang telah kudirikan ini.

UNTUK KEBEBASAN BERAGAMA DAN MELAKUKAN IBADAH MENURUT KEPERCAYAAN, ADANYA RUMAH IBADAH MUTLAK PERLU  KARENA MERUPAKAN BAGIAN DARI IMAN

1.      Rumah Ibadah di Jerusalem, yang didirikan Salomo, dan kemudian mengalami perusakan oleh penyerbuan tentara Babel dan pembangunan kembali di tempat yang sama (oleh Ezra; kemudian oleh Herodes Agung), dan sekarang di tempat itu berdiri yang dinamai al-Quds (al-Aqsa)/Mesjid Umar, mempunyai sejarah yang panjang.  Walaupun Daud tahu, bahwa TUHAN (Jahowa) tidak terikat dengan tempat, dia menginginkan membangun satu rumah untuk TUHAN. Dia didorong oleh isi Kitab Musa (terutama tradisi yang kemudian didokumentasi dalam kitab Ulangan). Dia malu melihat dirinya, karena dia sudah memiliki istana yang indah, tetapi rumah tempat Tabut Perjanjian, di mana TUHAN disembah, masih dalam tenda. Daud malu terhadap TUHAN dan terhadap dirinya, karena  rumahnya lebih indah dari rumah TUHAN. (Rasa malu seperti itu bagi semua konglomerat pengikut Tuhan Yesus harus ada).  Lalu Daud mencari tanah di mana rumah TUHAN akan didirikan. Atas petunjuk malaikat TUHAN kepada nabi Gad, Daud mempersembahkan kurban di tanah milik Arauna (= Ornan), orang Yebus, agar tulah yang menimpa umat Israel berhenti. Karena di mezbah yang dibangun di atas tanah itu kurban bagi TUHAN diterima, maka Daud menetapkan tanah itu sebagai tanah yang dikehendaki TUHAN sebagai tempat mendirikan Rumah TUHAN, lalu Daud membeli tanah itu seharga emas seberat 600 syikal (=600 x 11,4 gram = 6840 gram = 6,840 kg) (menurut Tawarikh). Kalau satu gram emas sekarang 500.000 rupiah, maka harga tanah itu Rp.3.420.000.000.-  (versi 1 Raja-raja mengatakan harganya 50 syikal perak). Dari sejak Musa sampai Daud, tetap dirasakan bahwa peribadahan memuja TUHAN tidaklah lengkap apabila tidak ada “Rumah Ibadah” tempat memuja dan menyampaikan persembahan kepada TUHAN. Di zaman Musa tempat ibadah itu masih berupa Kemah Pertemuan. Tetapi karena sudah saatnya membangun Rumah Ibadah yang menunjukkan keagungan TUHAN, Pencipta langit dan bumi serta segala isinya, maka Daud merencanakan membangun Rumah Ibadah tersebut. Tetapi TUHAN tidak memperkenankan Daud membangunnya, dengan alasan: “... engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapan-Ku” (1Taw.22:8b). Pembangunan Bait Allah (Rumah Ibadah) bagi TUHAN tidak boleh  oleh “penumpah darah”, dan tidak boleh atas adanya “pertumpahan darah”.

2.      Daud mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk pembangunan Rumah Ibadah (Rumah TUHAN/Bait Allah) Jerusalem dan segala peralatan yang dibutuhkan di dalamnya, serta mengatur para pelayan (Kaum Lewi dan para imam) yang akan bertugas di Bait Allah yang akan dibangun tersebut. Daud memerintahkan kepada anaknya Salomo untuk membangun rumah TUHAN tersebut: “Maka sekarang, hai anakku, TUHAN kiranya menyertai engkau, sehingga engkau berhasil mendirikan rumah TUHAN, Allahmu, seperti yang difirmankan-Nya mengenai engkau” (1 Taw. 22:11). Salomo menjalankan perintah itu dengan sebaik-baiknya hingga Rumah TUHAN selesai dibangun. Salomo membangun Rumah TUHAN [yang kadang disebut: Bait Allah; Bait Suci, Hekal, Hieron (Bait Suci), Naos (Kuil)] di Gunung Moria (2 Taw. 3:1; atau yang disebut juga “Gunung Zion” (1 Makk.14:26.48); di tempat yang ditunjukkan TUHAN kepada Daud (2 Sam.14:18). Tempat itu disebut “gunung batu di dataran” dalam Yer.21:13. Tempat itulah satusatunya tempat berbentuk dataran yang agak luas di Jerusalem. Setelah pendudukan Arab (Islam) atas Yerusalem  tahun  657 ses.M., tempat itu dinamai Haram es-Sherif (Tempat Suci yang Agung), di mana Mesjid Umar dibangun (Mesjid ini dibangun di pekarangan Bait TUHAN di mana Teras Bait TUHAN dulu dibangun oleh Salomo, yaitu di tempat di mana biasanya orang kebanyakan berkumpul, orang yang tidak masuk ke Ruangan Kudus). Setelah semakin diratakan, bagian terendah dari dataran itu seluas 500 x 300 meter = 150.000 m2 ( = 15 ha).  Di atasnya, ada tanah berukuran 17,4 meter x 13,2 meter, dan tingginya dari  tanah luas yang dibawahnya 1,8 meter, sering disebut Tembok Kudus, tempat Altar Kurban Bakaran dibangun oleh Salomo. Ini agak lebih tinggi dari tanah tempat lantai Rumah TUHAN yang ada di belakangnya. Dari depan bertangga naik ke atas.  Pembangunan Rumah TUHAN tersebut menghabiskan waktu selama tujuh (7) tahun (dimulai dari bulan kedua di tahun keempat Salomo memerintah (967 seb.M/1 Raj.6:1), dan selesai di bulan ke delapan di tahun ke sebelas Salomo memerintah (961 seb.M./1 Raj.6:38). Pentahbisan Rumah TUHAN dilakukan di bulan ketujuh tahun 960 seb.M. (1Raj.8:2) (berati di bulan Abib, bukan Etanim). Waktu itu kemuliaan TUHAN memenuhi Rumah TUHAN tersebut, seperti kemuliaan TUHAN yang memenuhi Kemah Pertemuan di zaman Musa.  Sebenarnya besarnya Rumah TUHAN yang dibangun Salomo terhitung tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Ukurannya: panjang 60 hasta, luas 20 hasta, dan tinggi 30 hasta (baca: 1 Raj. 6).  Berapa sentimeter satu hasta, berlain-lainan di berbagai daerah atau negara. Memastikan berapa sentimeter satu hasta di Yerusalem waktu itu ditentukan dengan menghitung panjangnya terobongan saluran air Siloah yang menghubungkan mataair Gihon ke kolam Siloah, yang dikatakan 1200 hasta, yang sama dengan 525 meter. Jadi satu (1) hasta adalah 525 meter dibagi 1200 hasta samadengan 0,4375 meter atau 45 cm (dibulatkan ke atas). Besarnya rumah TUHAN itu dalam hitungan meter (kira-kira): panjang 31,5 m x lebar 10,5 meter x tinggi 15,75 meter.  Panjang  Rumah TUHAN ini dibagi tiga bagian. Di bagian belakang: Ruang Maha Kudus (tempat Tabut Perjanjian). Ini disekat dengan pembatas ke Ruangan Kudus. Di tengah pembatas itu ada pintu berdaun dua yang menghubungkan ruangan Maha Kudus dengan Ruangan Kudus, dan di depan pintu itu di bagian Ruangan Besar (Ruangan Kudus ada altar Kurban Apiapian/inganan pasahat pelean daupa). Di ruangan besar di masing-masing sisi kiri dan kanan, asa meja masing-masing lima buah, dan di belakangnya (dekat dinding) ada menorah (kaki dian bercabang tujuh). Di bagian atas dinding Rumah TUHAN sejajar dengan tempat menorah ada lobang angin, yang berfungsi sebagai ventilasi.  Di bagian ke tiga (di depan ruang besar) ada ruangan 20 hasta (10,5 meter) (sesuai lebar Rumah TUHAN dan ke depan 10 hasta (4,5 meter), sebagai Ruang Depan. Ruangan Besar dengan ruangan depan ini dihubungkan pintu lebar berdaun dua.  Di depan  Rumah TUHAN itulah dibangun Altar Kurban Sembelihan (Kurban Bakaran). Jadi ada dua altar, yakni satu di depan Rumah TUHAN, di halaman Gedung, dan satu lagi yang lebih kecil di dalam Gedung, di ruangan besar di depan pintu masuk ke Ruangan Maha Kudus. Di sekeliling ruang Maha Kudus, Ruangan Kudus dan Ruang Depan dibangun Kamar Penyimpanan Barang, yang pintu masuk satu-satunya dari samping kanan Rumah TUHAN. Ruang Penyimpanan ini terdiri dari tiga lantai (lantai dasar (lebar 5 hasta), lantai dua (lebar 6 hasta) dan lantai tiga (lebar 7 hasta). Masing-masing lantai berbeda lebarnya. Menghubungkan lantai satu, dua dan tiga, dibuat tangga berbentuk per (tangga pilin). Diluar Rumah TUHAN (di samping kiri dan kanan bagian depan) agak dekat ke dinding masing-masing ada lima tempayan air. Di depan Rumah TUHAN sebelah kiri berdiri tiang menara bernama Boaz, dan sebelah kanan berdiri tiang menara bernama Yakhin.  Masih di luar Rumah TUHAN, hampir sejajar dengan Altar Kurban Bakaran, ditempatkan Kolam Pembasuhan Kurban. Ruang Maha Kudus (20 hasta x 20 hasta x 30 hasta) dilengkapi dengan “tutup perdamaian yang berupa plafon yang terbuat dari emas. Rumah TUHAN itu dibangun berupa kotak korek api, tidak ada kubah, dan menaranya (Boaz dan Yakhin) lebih rendah dari atap Rumah TUHAN. Kemewahannya terletak pada bahan-bahannya  yang disalut dengan emas dan peralatan-peralatannya yang terdiri dari emas. Kemewahan inilah yang memikat musuh-musuh Israel merusaknya dan mengambil emasnya secara paksa atau sebagai upeti raja Kerajaan Yehuda kepada raja yang menaklukkannya. Rumah TUHAN itu dapat ditahbiskan pada bulan ketujuh tahun 960 seb.M (menurut 1 Raja di bulan Etanim (=bulan Nisan), yang sebenarnya bulan pertama bukan bulan ketujuh (seperti yang dikatakan di 1 Raj 8:2). (Bulan ketujuh adalah bulan Abib atau bulan Tisyri) (baca: 1 Raj.8:1-66), yang beritanya menjadi konteks perikop 1 Raj. 8:22-23 + 41-43.

3.      Sewaktu penahbisan Rumah TUHAN, Salomo tidak bertindak sebagai imam, tetapi lebih tepat dikatakan sebagai “pengatur acara pentahbisan”, “pendoa syafaat”, “pemberi berkat khusus”, dan  “pemberi persembahan/kurban”.  Dalam mengarak Tabut Perjanjian dari “Tenda” di kota Yerusalem (bukit Zion) ke dalam Rumah TUHAN, Salomo menyuruh para imam-iman, mengangkat Tabut itu diiringi oleh para tua-tua Israel dan semua kepala suku (pemimpin puak orang Israel), dan Salomo tidak ikut, seperti dilakukan Daud, ayahnya, sewaktu Daud memindahkan Tabut itu dari rumah Obed-Edom ke kemah TUHAN, di mana Daud waktu itu menari-nari di depan barisan pengusung, hingga dia mengalami “ekstase”. Dalam pengarakan tersebut, diulangi lagi yang diperintahkan Daud waktu itu, yakni mempersembahkan  kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya (karena memang tidak dihitung atau dibilang). Para imam yang membawa dan menempatkan tabut itu ke tempatnya di ruang Mahakudus.  Setibanya tabut itu di ruang mahakudus, ruangan itu/seluruh rumah TUHAN diliputi kemuliaan TUHAN, berupa awan dingin, sebagai tanda penerimaan TUHAN akan rumah tersebut. Lalu Salomo mengucapkan kata-kata berupa kata penyerahan rumah itu kepada TUHAN (1 Raj.8:13). Kemudian Salomo menerangkan bagaimana TUHAN telah menepati janji-Nya kepada Daud, dan kepada Salomo sebagai penerima perintah membangun Rumah TUHAN tersebut. (1 Raj.8:14-21). Pembangunan Rumah TUHAN itu diakui Salomo sebagai tindakan TUHAN menepati janji-Nya. Berita itu hendak memaparkan, betapa indahnya  ibadah dan perayaan di Rumah TUHAN apabila kepala pemerintahan dan kaum imam bahu membahu dan kerjasama  dalam mensukseskan ibadah dan perayaan tersebut. Waktu Rumah TUHAN yang dibangun Zerubabel bin Sealtiel, Ezra dan Josua bin Yozadak, Ezra mendapat izin dari raja Koresy (raja Kerajaan Persia) untuk mengatur peribadahan di Rumah TUHAN tersebut. Tujuannya agar peribadahan itu sesuai dengan kehendak TUHAN yang dipuja di Rumah TUHAN di Yerusalem, tidak seperti di kuil-kuil tempat bangsa Persia memuja dewa mereka. Setelah Salomo berdoa, dia menyampaikan berkat khusus kepada umat Israel. Dia tidak menyampaikan berkat Imam yang dirumuskan Musa, karena itu merupakan bagian dari imam.  Dan sebagai penutup acara pentahbisan umah TUHAN  itu, Salomo bersama rakyatnya mempersembahkan  sebanyak 20.000 ekor lembu-sapi dan 120.000 ekor kambing domba. Jadi seluruh dataran yang luasnya 150.000 meter kuadrat itu penuh dengan hewan persembahan yang akan disembelih. Altar itu menjadi sangat kecil, lalu pelataran depan Rumah TUHAN dikuduskan juga sebagai tempat menyembelih kurban-kurban persembahan. Lalu Salomo bersama rakyatnya yang hadir merayakan pentahbisan itu 7 hari lamanya. Setelah itu barulah rakyat itu pulang ke rumah masing-masing. Betapa perlunya ada rumah tuhan bagi umat beragama sehingga hidup keagamaan itu lengkap. Kewajiban membangun rumah TUHAN merupakan bagian dari iman.
4.      Doa-syafaat (Tangiang Pangondianon) yang dimohonkan Salomo kepada TUHAN dalam pentahbisan Rumah TUHAN ini sangat panjang. Perikop khotbah, hanya menjumput sepenggal dari doa itu. Lebih baik, pengkhotbah tahu dengan lancar, apa saja yang didoakan Salomo, agar khotbahnya indah dan pendengar penuh sukacita. Salomo berdiri, dan rakyat pun berdiri. Di sini ada keterangan yang jelas dalam Alkitab (PL) bahwa berdiri di hadapan TUHAN dalam ibadah merupakan sikap penghormatan yang tertinggi kepada TUHAN, dan menunjukkan kerendahan hati pendoa dan umat yang mengikutinya berdoa. Ditempat lain, selalu dikatakan, bahwa umat sujud, menyembah, menengadahkan tangan ke atas. Setelah pengambilan sikap berdoa itu, Salomo memulai isi doanya. Di sana dipaparkan di hadapan TUHAN, hal-hal sebagai berikut:
a.       Salomo menyaksikan  pengenalannya tentang TUHAN (ay.24).
b.      Permohonan pertama: agar TUHAN memelihara perjanjianNya kepada Daud  tentang keturunan Daud yang duduk di tahta Daud, dan itu menjadi nyata. Dengan demikian sistim Dinasti dalam pergantian raja-raja di Yerusalem dimeteraikan dengan doa ini. [Di Israel Utara (Samaria) tidak ada sistim dinasti. Kebanyakan pergantian raja karena kudeta atau revolusi rakyat}.
c.       Memohon agar TUHAN berkenan berdiam di rumah itu, karena rumah itu sebenarnya tidak layak dibanding dengan kebesaran TUHAN dan rumah TUHAN yang ada di sorga, tetapi TUHAN sudah berkenan membuat nama-Nya berdiam di rumah TUHAN tersebut. Nama TUHAN diikatkan di sana, tetapi diri TUHAN (yang mahabebas dan mahabesar mana mungkin diikat di situ). Tetapi apabila nama TUHAN dipanggil oleh Raja atau oleh umat-Nya atau oleh siapapun yang berdoa di rumah itu, dimohon agar TUHAN bersedia mendengarnya (di sorga dan di rumah itu) dan mengabulkan permohonannya, dan memberi pengampunan.
d.      Apabila seorang berdosa, dan dosanya diadukan kepada TUHAN, dimohon agar TUHAN rela memberikan keadilan: menyatakan bersalah yang bersalah dan menghukumnya, dan membenarkan orang yang benar dan memberi ganjaran berkat kepadanya.
e.       Apabila umat Israel kalah perang dan mereka berdoa di rumah TUHAN tersebut, dimohon agar TUHAN memberikan pemulihan tanah air bagi umat Israel, mengampuni dosa mereka.
f.       Dimohon agar TUHAN mengabulkan doa umat Israel yang meminta hujan kepada TUHAN.
g.       Dimohon agar umat Israel dibebaskan (diselamatkan) dari segala macam penyakit, kelaparan, kesesakan karena serbuan musuh, penyakit tanaman/pertanian, mengabulkan doa mereka apabila berdoa tentang hal-hal itu kepada TUHAN di Rumah-Nya ini.
h.      Dimohonkan agar TUHAN membalaskan perbuatan orang kepada orang yang bersangkutan.
i.        Agar TUHAN mengabulkan doa orang asing yang datang berdoa kepada TUHAN di Rumah TUHAN ini.
j.        Agar TUHAN mendengar doa umat Israel yang sedang berperang di tempat manapun, apabila mereka berdoa dengan mengarahkan kiblatnya ke Rumah TUHAN di Yerusalem ini.
k.      Apabila umat TUHAN berdosa, sehingga ditawan musuh dan dibuang, lalu mereka berdoa menyesali dosa mereka, dan berdoa di tempat mereka dengan berkiblat ke Rumah TUHAN di Yersusalem, dimohon agar TUHAN mendengarkan dan mengabulkan doa mereka; dan TUHAN membuat umat yang bertobat itu menjadi kesayangan daripada bangsa yang membuang/ menawan mereka.
l.        Doa ditutup dengan memohon agar TUHAN mendengar dan mengabulkan doa Salomo, dan doa umat Israel sebagai milik pilihan TUHAN yang kepemilikan itu telah disumpahkan TUHAN kepada Musa.  
5.      Yang menjadi renungan di minggu ini adalah bagian dari doa itu yang ada di bagian a. dan di bagian i. Ayat 22-23 merupakan awal pembukaan doa keseluruhan. Dan di bagian i, Salomo mendoakan orang asing, sedangkan di bagian-bagian lainnya Salomo mendoakan umat Israel dan pemimpinnya saja. Dengan adanya bagian i (ayat 41-43), doa ini menjadi doa yang tidak eksklusif Israel semata-mata, melainkan menjadi doa yang inklusif, mempedulikan kaum/bangsa di luar bangsa Israel, menjadi doa yang  tidak egois, melainkan untuk seluruh kemanusiaan.  Tetapi siapapun yang datang berdoa di Rumah TUHAN itu, harus orang yang menyatakan pengenalannya yang tulus terhadap TUHAN. Dan kalau dia berdosa setelah mengenal TUHAN, dia harus memohon pengampunan dosa dan terhitung menjadi manusia yang bertobat. 
6.      Ayat 22: Kemudian berdirilah Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah tangannya ke langit. Dalam berdoa setiap orang yang berdoa harus mengambil sikap yang baik di hadapan TUHAN. Banyak pengikut agama abrahamistis yang mengikuti cara berdoa yang dilakukan oleh Salomo ini. Selain bersujud menyembah, kemudian berdiri menengadahkan tangan sambil berdoa memohon kepada TUHAN. Kalau Huria Kristen kembali ke sikap berdoa sedemikian, itu tidak salah. Tetapi karena Tuhan Yesus telah mengatakan, bahwa dalam berdoa si pendoa bukan lagi meminta-minta kepada TUHAN, melainkan memegang kuat apa yang sudah disediakan TUHAN, karena TUHAN telah tahu apa yang dibutuhkan pengikut-Nya sebelum dia minta, maka berdoa itu adalah memohon izin mengambil apa yang sudah disediakan TUHAN bagi yang berdoa tersebut. Tidak ada pendoa dari kalangan Huria Kristen yang memohon izin mengambil apa yang dia tidak mampu  menggenggam atau memegangnya. Sikap berdoa dengan melipat tangan dan memegang / menggenggam telapak tangan (tidak menengadahkan tangan) juga sikap yang benar, dan tidak terhitung salah. Yang utama adalah bahwa setiap orang yang berdoa, harus lah merendahkan diri di hadapan TUHAN, menunjukkan diri sebagai orang yang sudah bertobat dan kalau belum, dia memohon pengampunan dosanya, dan bersikap sopan dengan menunjukkan sikap memohon. Orang yang sudah merasa menggenggam apa yang dimohonnya, akan berusaha semaksimal mungkin segera mewujudkan apa yang dimohon agar diizinkan untuk mengambilnya. Orang yang berdoa sebagai peminta-minta kepada TUHAN akan tidak berusaha mewujudkan apa yang dimohonnya kepada TUHAN, dan dia akan terus menanti-nantikan tindakan TUHAN.
7.      Ayat 23:   lalu berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu; Salomo memaparkan di hadapan TUHAN pengenalannya terhadap TUHAN. TUHAN yang dia seru adalah Yahowa ’elohe ’Yisra’el. DIA tidak sekedar  ’ilah (Allah) dan tidak sekedar ’Elohyim, yang dipuja-puji oleh bangsa-bangsa Semitis (Ugarit, Kanaan, Arab di zaman kuno). DIA adalah DIA. DIA adalah Allah-HU. DIA Mahabesar.  DIA adalah YHWH (Yahowa). Dia Maha ada, maha hadir (omnipresent); DIA Pembuat Ada, Dia Pencipta (omnipotenz). Bukan hanya alam semesta (langit dan bumi serta segala isinya) yang DIA cipta, tetapi juga perjanjian dengan orang yang percaya dan yang setia kepada-Nya (seperti Daud dan Salomo) DIA buat, yang tidak sama dengan Perjanjian yang biasa dibuat oleh penguasa dengan penguasa di dunia ini. Memang tidak ada Allah seperti Yahowa di langit di atas dan di bumi di bawah. Dia memperkenalkan nama-Nya agar tidak disama-samakan dengan ’elohyim lainnya. Kalaupun ada ’elohyim-’elohyim (yang mungkin mengatakan dirinya sebagai yang mampu memberikan hal-hal yang baik pada manusia), itu semua tergolong sebagai ciptaan YAHOWA, sehingga tidak satupun dari antaranya itu yang layak disembah atau dipuja oleh umat TUHAN. Iblis pun (suatu makhluk pengganggu manusia) tergolong ciptaan TUHAN, sehingga Iblis tidak layak disembah atau dipatuhi oleh manusia. Cukup YAHOWA, ’Elohe Yisra’el yang layak disembah dan dipuja. Tidak satupun dari ilah-ilah (’elohyim) yang mampu membawa pengikutnya ke sorga. Mereka hanya mampu menghantar manusia ke alam barzah, seperti diajarkan dewa yang disembah bangsa Mesir kuno, bahwa manusia Mesir yang mati cukup saja dimummi agar tahan lama di dunia kematian (termasuk di piramide yang terhitung sebagai dunia kematian).  
8.      Keistimewaan Yahowa menurut Salomo, adalah DIA memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Nya. Daud pasti tidak hanya mengajarkan kepada Salomo perjanjian TUHAN dengan Daud saja, tetapi juga Perjanjian TUHAN kepada Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yoshua, lalu kepada Daud dan sekarang kepada Salomo. Isi masing-masing perjanjian itu tidak selalu persis sama, tetapi selalu berisi “pembelaan TUHAN” terhadap Abraham dan kemudian kepada keturunan-keturunannya. Kasih setia TUHAN ditunjukkan melalui tindakan TUHAN terhadap umat Israel yang sering ingkar dan tidak mau patuh kepada Yahowa, pada hal kepatuhan Israel menjadi salah satu hal yang harus dipegang teguh umat Israel sebagai bangsa yang kepadanya Yahowa mengikat perjanjian. TUHAN tidak membiarkan umat-Nya (Israel) yang tidak setia menjadi lenyap dari muka bumi, karena hati Yahowa selalu berbalik berbelaskasihan melihat umat-Nya tersebut, dan mau dengan tulus mengampuni dosa mereka, walaupun sudah sebagian besar dari mereka DIA hukum berat.  Itu berbeda dengan ilah-ilah lain yang disembah oleh bangsa-bangsa asing, yang bertindak mencabut umatnya yang berdosa sampai musnah.  Yahowa tidak begitu. Walaupun Israel hanya ibarat seekor cacing di hadapan TUHAN, DIA tetap setia mengasihi mereka dan setia memenuhi janji-janji yang pernah  diikat oleh TUHAN kepada mereka. Memang sikap TUHAN tersebut menjadi pendidikan bagi seluruh bangsa-bangsa, sehingga bisa mengenal TUHAN yang benar. Sikap Yahowa yang konsisten memelihara kasih setia-Nya terhadap umat yang hidup sesuai kehendak TUHAN dengan segenap hati, membuat DIA sebagai satusatunya yang patut dipuja dan dihormati oleh seluruh umat manusia.
9.      Dalam kaitannya dengan kedatangan Yahowa dalam diri Yesus Kristus, Huria Kristen semakin mantap dapat mengatakan bahwa  tidak ada duanya di langit dan di bumi allah yang seperti TUHAN Yahowa. Justru karena DIA memelihara perjanjian-Nya dan kasih setianya dan  kesetiaan-Nya konsisten terhadap janji-Nya memberikan keselamatan dan pengampunan dosa kepada seluruh umat manusia, sehingga DIA menempuh jalan yang tidak logis bagi umat beragama yang biasa-biasa.  Siapa mengenal TUHAN Yahowa yang disaksikan dalam PL dengan benar, dia akan dapat memahami apa dan siapa Tuhan Yesus Kristus, seperti disaksikan dalam Perjanjian Baru: Anak Allah, Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari gadis perawan Maria, mengerjakan segala yang terbaik bagi umat manusia, tetapi ditangkap, disesah sehingga menderita sengsara atas nama agama Yahudi, dan disiksa atas perintah Pontius Pilatus, disalibkan, darah-Nya ditumpahkan untuk penghapusan dosa umat manusia; DIA mati dan dikuburkan, turun ke dalam Kerajaan Maut; DIA selamatkan penghuni Kerajaan Maut; pada hari yang ketiga setelah penguburan-Nya bangkit dari antara orang mati, lalu mempersiapkan dan mengutus para murid-Nya menjadi duta-duta perdamaian, DIA naik ke sorga, dan kembali berkuasa di sorga, lalu suatu waktu kelak DIA akan datang menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Itulah karya keselamatan yang dikerjakan Yahowa karena DIA memelihara perjanjian dan kasih setia-Nya  terhadap semua umat manusia, dan karya-Nya itu akan dinikmati oleh setiap orang yang mau menjadi pengikut-Nya atau hamba-Nya yang setia. Siapa yang tidak sanggup mengenal dan menerima Tuhan Yesus Kristus demikian, dia tidak bersyukur, dan doa-doanya tidak akan didengar oleh Yahowa.
10.  Ayat 41-42: Juga apabila seorang asing, yang tidak termasuk umat-Mu Israel, datang dari negeri jauh oleh karena nama-Mu, --    sebab orang akan mendengar tentang nama-Mu yang besar dan tentang tangan-Mu yang kuat dan lengan-Mu yang teracung -- dan ia datang berdoa di rumah ini,.... Sewaktu keluarga Abraham sudah menjadi keluarga pilihan Yahowa,  orang asing  yang ada di rumahnya semuanya turut disunat (Kej.17:27), lalu bergabung dalam kepercayaan kepada Yahowa. Sebagai keturunan Abraham, bangsa Israel dipilih menjadi umat TUHAN, dengan tugas meneruskan janji berkat TUHAN kepada bangsa-bangsa lain: “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat" (Kej.12:3).  Tidak heran kalau ada orang asing, yang tidak termasuk umat Israel, datang dari negeri jauh ke Yerusalem untuk ikut memuja Yahowa, yang dikagumi sebagai TUHAN Allah yang benar dan patut disembah. Di kalangan tentara Daud, ada juga orang asing yang bergabung (seperti Uria), dan menjadi pemuja Yahowa.  Di kemudian hari, hingga zaman raja-raja, tanggungjawab umat Israel terhadap orang asing tetap ditekankan. Dari jenis persembahan di Rumah TUHAN juga diatur agar ada untuk kebutuhan orang asing. Mereka tidak boleh mati kelaparan di tengah-tengah umat Israel. Jauh di zaman sesudah Salomo, Raja Koresy dari Persia menjadi salah seorang “pengagum” Yahowa yang Rumah-Nya ada di Yerusalem, sehingga dia memerintahkan Serubabel bin Sealtiel, Ezra dan Yonatan bin Yozadak bersama umat Israel kembali dari pembuangan Babel ke Yerusalem, dan membangun kembali dengan biaya kerajaan Rumah TUHAN yang dirusak tentara Nebukadnezar II. Salomo mendoakan orang asing , karena memang itu sudah menjadi kebutuhan nyata dalam keluarga nenek moyang umat Israel, dan dalam rakyat yang diperintah oleh ayahnya, Daud, dan kewajiban itu diwariskan kepada Salomo. Doa Salomo bagi orang asing, menunjukkan bahwa Yahowa bukan hanya TUHAN bagi umat Israel, melainkan juga bagi seluruh bangsa-bangsa, dan mereka memiliki “kartu izin berdoa” di Rumah TUHAN yang dibangun oleh Salomo. Misi untuk memberikan keselamatan bagi orang asing, orang yang bukan bangsa Israel, dilanjutkan oleh Tuhan Yesus Kristus, yang tampak dari pengutusan murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk; kemudian tugas itu diemban oleh Huria Kristen. Setiap rumah Ibadah Huria Kristen adalah juga merupakan Rumah Doa bagi semua bangsa-bangsa yang mengenal dan percaya kepada TUHAN Yahowa dalam Kristus Yesus.
11.  Ayat 43:   maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya bertindak sesuai dengan segala yang diserukan kepada-Mu oleh orang asing itu, supaya segala bangsa di bumi mengenal nama-Mu, sehingga mereka takut akan Engkau sama seperti umat-Mu Israel dan sehingga mereka tahu, bahwa nama-Mu telah diserukan atas rumah yang telah kudirikan ini.Salomo memohon agar TUHAN Yahowa mendengar doa orang asing yang berdoa di Rumah TUHAN yang ditahbiskannya itu. Tentu saja doa yang tidak perlu dikabulkan TUHAN dari doa mereka adalah apabila mereka berdoa untuk kehancuran umat Israel. Orang asing yang benar di hadapan TUHAN adalah orang yang “memberkati umat Israel/keturunan Abraham” (bd. Kej.12:3). Sikap TUHAN terhadap orang asing itu juga terikat dengan janji TUHAN kepada Abraham, kakek moyang Israel. Walaupun Salomo meminta: Engkau kiranya bertindak sesuai dengan segala yang diserukan kepada-Mu oleh orang asing itu, itu bukan berarti bahwa orang asing diberi hak untuk mengutuki Israel dalam doa mereka. Tujuan mengabulkan doa orang asing ditegaskan Salomo dalam doanya: (1) supaya segala bangsa di bumi mengenal nama-Mu; (2) supaya mereka takut akan TUHAN Yahowa seperti Israel takut akan Yahowa; (3) mereka tahu bahwa nama TUHAN Yahowa diserukan di Rumah TUHAN yang ditahbiskan itu. Proses proselitisasi orang asing dimulai dengan doa di Rumah TUHAN dan kepercayaan kepada Yahowa. Apabila seluruh bangsa-bangsa menjadi orang yang takut akan TUHAN Yahowa, maka damai sejahtera di bumi akan segera terwujud. Misi membuat bangsa-bangsa menjadi bangsa-bangsa yang takut akan TUHAN Yahowa, diemban oleh Huria Kristen sekarang ini, selaku umat yang diperintah Yesus untuk pergi ke seluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid Tuhan Yesus Kristus, mengajar mereka melakukan apa yang sudah diperintahkan Yesus kepada murid-murid-Nya dan membaptis mereka dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tuhan Yesus berjanji akan menyertai para pengikut-Nya mengemban tugas ini, dan TUHAN Yahowa dalam Yesus Kristus pasti memelihara janji-Nya dan kasih – setia-Nya.
12.  TUHAN menyeru bangsa-bangsa: “Perhatikanlah suara-Ku, hai bangsa-bangsa, dan pasanglah telinga kepada-Ku, hai suku-suku bangsa! Sebab pengajaran akan keluar dari pada-Ku dan hukum-Ku sebagai terang untuk bangsa-bangsa” (Yesaya 51:4). Orang yang mendengar seruan TUHAN akan berkata: “dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem" (Yesaya  2:3//Mika 4:2). Dan terhadap bangsa-bangsa yang tuli terhadap seruan TUHAN, akan dikenakan: “Sebab itu seperti lidah api memakan jerami, dan seperti rumput kering habis lenyap dalam nyala api, demikian akar-akar mereka akan menjadi busuk, dan kuntumnya akan beterbangan seperti abu, oleh karena mereka telah menolak pengajaran TUHAN semesta alam dan menista firman Yang Mahakudus, Allah Israel” (Yesaya  5:24).

Pematangsiantar, tgl. 25 April 2016; Pdt. Langsung Maruli Basa Sitorus (Pdt. LaMBaS).